PENDAHULUAN
Pedagang Kaki Lima (PKL) berkembang di Dilihat dari sisi ekonomi, PKL merupakan
kota-kota di Indonesia dan menjadi bagian integral bagian penting dalam sistem ekonomi perkotaan
dalam sistem kehidupan dan ruang perkotaan. (urban economy) (Martínez, Short, & Estrada,
Dari berbagai artikel ilmiah diketahui ada tiga 2017). PKL merupakan bagian dari informal
ragam sebutan untuk PKL, yaitu street vendors markets (Peña, 1999) atau sektor informal (Brata,
(Saxe, 1988), street food vendors (Muyanja, 2004), dan merupakan bentuk dari kewirausahaan
Nayiga, Brenda, & Nasinyama, 2011) atau (Choudhury, Mahanta, Goswami, & Mazumder,
Pedagang Kaki Lima (PKL) (Ramadhan, 2003). 2011; Estrada, 2016; Hiemstra, Van Der Kooy, &
Fenomena PKL bersifat multi-aspek, antara lain Frese, 2006; Muzaffar, Huq, & Mallik, 2009).
terkait dengan aspek ekonomi, aspek pangan PKL diyakini mampu menjadi jawaban atas krisis
(makanan) kota, aspek tourism perkotaan, dan ekonomi (Maneepong & Walsh, 2013) dan
aspek ruang kota. PKL berkembang menjadi alternatif penanggulangan kemiskinan (Utami,
bagian integral dalam tata kehidupan warga kota 2010), serta menjadi alat efektif untuk melakukan
di perumahan, pendidikan, rekreasi dan ruang revitalisasi ruang perkotaan (Hughes, 1999).
kehidupan lainnya.
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
Dilihat dari sisi kesejahteraan pangan, PKL dan jalan utama kota di Malioboro, Yogyakarta
merupakan bagian dari urban food system (Damayanti & Asteria, 2015).
(Privitera & Nesci, 2015) karena banyak
PKL juga menjadi bagian dalam kehidupan
menyediakan makanan dan mudah diperoleh di
masyarakat di lingkungan pendidikan. PKL
berbagai tempat dalam kota. PKL di India dilihat
ditemukan hadir di sekitar kampus Universitas
sebagai street food vendors dan menjadi bagian
Negri Semarang (Putra, 2013); sekitar kampus di
dalam sistem makanan di kota Madurai, Tamil,
Jambi (Erwita, 2014), dan sekitar permukiman
India (Patel, Guenther, Wiebe, & Seburn, 2014),
warga kos di Kota Semarang (Handayani &
bagian dari night food market yang berkembang di
Taufik, 2017). PKL juga berdagang di sepanjang
berbagai tempat, antara lain di Tainan City,
jalan-jalan di kota, misalnya sepanjang Jalan
Taiwan (Sun, Wang, & Huang, 2012); lesehan
Margonda Depok, Jawa Barat (Susanna,
culture di Yogyakarta (Indrawati, Ars, Ellisa, &
Indrawani, & Zakianis, 2010); jalan Banjarsari di
Ph, 2013); di pasar malam Philippine street foods
Solo (Utami, 2010); di Surabaya (Sancoko &
and vending (Milgram, 2020); dan di Street Food
Rahmawati, 2019), dan Ponorogo (Santoso &
Court di Merauke City (Octavia, Topan, &
Harsono, 2014) serta jalan Malioboro Yogyakarta
Alahuddin, 2019). Mereka juga menjadi bagian
(Bidayati & Asakdiyah, 2015). Artinya,
dari sistem makanan di sekolah-sekolah seperti di
keberadaan PKL atau street vendors telah menjadi
Guatemala school food environment (Pehlke,
bagian integral dalam sistem kehidupan kota dan
Letona, Hurley, & Gittelsohn, 2016); dan school-
menyebar di seluruh area perkotaan.
based street food vendors in Dhaka, Bangladesh
(Al Mamun, Rahman, & Turin, 2013). PENELITIAN TENTANG PKL
PKL merupakan bagian dari turisme Fenomena PKL ternyata menarik perhatian
perkotaan, khususnya wisata malam (Chuang, kalangan ilmuwan berbagai disiplin di Indonesia
Hwang, Wong, & Chen, 2014). PKL menjadi dan luar negeri. Bukti menunjukkan banyak
bagian dari wisata malam (night tourism) di alun- artikel jurnal yang meneliti PKL atau street
alun Badung di Denpasar, Bali (Purnamawati & vendors dengan beragam jenis PKL maupun tema
Adiputra, 2012); menjadi bagian dalam pasar permasalahan yang diangkat. Dari penelusuran
makanan malam hari di Merauke (Octavia et al., yang dilakukan secara relatif terbatas diperoleh
2019); dan di Filipina pada Harrison Road Night cukup banyak artikel jurnal yang memuat obyek
Market (Milgram, 2020). Wisatawan menikmati penelitian PKL dan tema permasalahan beragam.
suasana kota malam hari karena ada motivasi Meskipun demikian, PKL makanan (street food
rekreatif (Chang & Hsieh, 2006). Wisata makan vendors) mendapat banyak perhatian, bahkan ada
malam berkembang menjadi warung makan sejumlah artikel jurnal yang secara khusus
lesehan yang khas di Yogyakarta (Indrawati et al., menyebutkan terfokus pada PKL Angkringan
2013). Artinya, fenomena PKL malam hari sebagai subyek penelitian.
mendukung konsep Night City atau Night Tourism
Penelitian PKL Di Indonesia
City sebagai fenomena baru ekonomi perkotaan
(Ahmad Zaki & Ngesan, 2018). Penelitian yang pernah dilakukan pada PKL di
Indonesia terkait aspek ekonomi, kesehatan,
PKL juga menjadi bagian integral dalam
keamanan pangan dan sanitasi, serta tata ruang
kehidupan ruang publik di kota-kota di Indonesia.
kota. Penelitian terkait dengan aspek ekonomi
PKL membuka dagangan dan beraktivitas secara
antara lain tentang strategi pemasaran pada PKL
tersebar di pusat keramaian kota, misalnya di
angkringan di Surabaya (Sancoko & Rahmawati,
Simpang Lima Semarang (Werdiningsih, 2008);
2019), kinerja pemasaran pada angkringan di
di Alun-alun Sukabumi (Juwono, Aly, & Maria,
Semarang (Fatmawati, 2016). Penelitian tentang
2016); di Alun-alun Ponorogo (W. E. Sari, 2019);
penentu income terjadi pada angkringan di
Alun-alun Ponorogo (Faried Hanafi, Dwi
Yogyakarta (Bidayati & Asakdiyah, 2015);
Wulandari, & Antariksa, 2015); di Alun-alun
tentang karakteristik finansial PKL makanan di
Bandung (Permatasari & Rudito, 2014); di Alun-
Malioboro, Yogyakarta (Damayanti & Asteria,
alun Tulungagung (Purnawati, 2019) juga pada
2015). Penelitian terkait model pembiayaan
ruang pusat kota di Badung, Denpasar, Bali
dilakukan pada PKL di Semarang (Sulistyo &
(Purnamawati & Adiputra, 2012). Selain itu, para
Hakim, 2013). Artinya, peluang penelitian tentang
PKL juga berdagang di sekitar pasar pusat kota,
PKL masih terbuka sangat luas dan beragam tema.
misalnya di Malang (Fajrin & Rahmawati, 2016);
122
Albertus Adhipuspa Pranata & Yohanes Djarot Purbadi:
Pemetaan Tema: Upaya Menemukan Kebaruan Penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL)
Penelitian tentang PKL juga dilakukan terkait terkait fenomena PKL dalam sistem ekonomi kota
aspek dengan kebersihan dan kesehatan pada para di teliti di luar Indonesia, antara lain aspek
PKL. Penelitian dengan tema higiene dan sanitasi kewirausahaan pada Street Food Vendors di
dilakukan pada angkringan di Kawasan Malioboro Dhaka City (Muzaffar et al., 2009); dan street
Yogyakarta (Suryani & Astuti, 2019); pada food sector di Vietnam (Hiemstra et al., 2006), di
angkringan di Kabupaten Barru (Haderiah & Mexico (Estrada, 2016); di India (Choudhury et
Indrajayani, 2019); dan pada angkringan di al., 2011); di Mexico (Crossa, 2009); dan di kota
Kawasan Malioboro Yogyakarta (Dwi Astuti & Mexico (Peña, 1999).
Suryani, 2018) dengan permasalahan sedikit
Penelitian PKL bertema higiene dan sanitasi
berbeda pada lokasi sama (Malioboro). Penelitian
juga diteliti, antara lain penelitian pada street food
tentang keamanan pangan (food safety) pada PKL
vendors di Ho Chi Minh city, Vietnam
juga berkembang, antara lain penelitian berfokus
(Samapundo, Cam Thanh, Xhaferi, &
bakteri dan makanan PKL di Depok (Susanna et
Devlieghere, 2016); street food vendors di Port-
al., 2010); dan higiene dan sanitasi PKL Surabaya
au-Prince, Haiti (Samapundo, Climat, Xhaferi, &
(Adriyani & Agustin, 2008). Dari data yang
Devlieghere, 2015); street food vendors di the city
berhasil dikumpulkan, perhatian terhadap
of Bloemfontein (Lues, Rasephei, Venter, &
dagangan PKl menunjukkan perhatian yang masih
Theron, 2006); street food vendors di Owerri,
sedikit.
Nigeria (Chukuezi, 2010); dan street food vendors
Penelitian PKL terkait aspek tata ruang kota di Nairobi Kenya (Muinde & Kuria, 2005).
juga dilakukan. Street vendors (PKL) di pusat kota
Keamanan pangan di kalangan PKL juga
banyak diteliti, antara lain dengan kasus PKL di
mendapat lebih banyak perhatian di kalangan
Simpang Lima Semarang (Werdiningsih, 2008);
ilmuwan dari luar Indonesia. Penelitian keamanan
PKL di Alun-alun Sukabumi (Juwono et al.,
pangan (food security) dilakukan pada street food
2016); PKL di Alun-alun Ponorogo (W. E. Sari,
vendors di Northern Kuching City, Sarawak (Md
2019); dan (Faried Hanafi et al., 2015); PKL di
Mizanur, Mohd Taha, Kamaluddin, & Zainab,
Bandung (Permatasari & Rudito, 2014); PKL di
2012); street food vendors di Owerri, Nigeria
Alun-alun Tulungagung (Purnawati, 2019); dan
(Chukuezi, 2010); restaurants and street vendors
PKL di Gresik (Maulidiyah & Idajati, 2016). Juga
di Jakarta, Indonesia (Vollaard et al., 2004);
ada penelitian keberadaan PKL di kampung wisata
Kumasi, Ghana (Rheinländer et al., 2008); school-
legendaris, misalnya PKL dii Kampung Wisata
based street food vendors di Dhaka, Bangladesh
Sejarah Luar Batang (Puspitasari, 2016) dan PKL
(Al Mamun et al., 2013); street food vendors and
di kawasan Mbah Priuk (Syahdan, 2017).
consumers di Port-au-Prince, Haiti (Samapundo et
Secara spesifik, penelitian terkait konsumen al., 2015); Street vendors di kota Bloemfontein
PKL Angkringan juga dilakukan. Penelitian (Lues et al., 2006); street food vendors di kota
tentang perilaku konsumen pada angkringan Abeokuta, Nigeria (Omemu & Aderoju, 2008).
Kabupaten Barru (Rostina & Mutiana, 2019).
Satu hal yang menarik, ilmuwan luar
Penelitian tentang kepuasan konsumen pada
Indonesia memperhatikan secara khusus
angkringan di Kelurahan Sendangadi, Mlati,
keberadaan PKL Malam hari. Penelitian tentang
Sleman (Melinda, 2016). Penelitian terkait
PKL malam juga muncul, antara lain penelitian
keputusan konsumen angkringan dan warga kos di
street food vendors di Tainan City, Taiwan (Sun et
Kota Semarang (Handayani & Taufik, 2017);
al., 2012); street vendor behavior in night market
angkringan (Food Stall) di kota Madiun (Purwanto
(Wu, Hsiao, & Xiao, 2016); Philippine street
& Kadi, 2019); dan angkringan di Kecamatan
foods and vending (Milgram, 2020); dan street
Karas Kabupaten Magetan (Fauzi, 2017).
food court di Merauke City (Octavia et al., 2019).
Penelitian tentang sebaran angkringan di
Malioboro Yogyakarta juga menarik dan diteliti Dari data tersebut terlihat PKL Makanan
secara khusus (Y. D. Purbadi, 2003a) (street food vendors) di Indonesia mendapat
banyak perhatian dalam penelitian. Penelitian
Penelitian PKL Di Luar Indonesia.
PKL di Indonesia ada yang dikaitkan dengan tata
Penelitian tentang street vendors (PKL) di luar ruang kota, sedangkan di luar negeri ada tema
negeri terkait tema ekonomi, kesehatan dan tentang PKL malam hari. Fenomena PKL Malam
keamanan pangan, dan PKL malam. Penelitian ini di luar negeri muncul karena mendapat
PKL berfokus pada masalah ekonomi. Penelitian dukungan konsep Night Tourism City, sementara
123
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
di Indonesia fenomenanya berkembang secara informal dan formal menjadi penting dalam
alamiah, tanpa dukungan konsep tertentu. Jika memperkaya kehidupan kota.
keduanya digabungkan, maka tema-tema
Salah satu pelaku informal (sering disebut
penelitian di Indonesia akan menjadi kaya dan
sektor informal) yang menonjol adalah Pedagang
meluas, muncul tema kaitan PKL dengan tata
Kaki Lima (PKL). PKL disebut dalam bahasa
ruang kota sekaligus segmen PKL malam hari
Inggris dengan sebutan terkenal yaitu Street
sebagai bagian dari kehidupan malam kota.
Vendors. Dari penelusuran pustaka diketahui ada
KAJIAN PUSTAKA sebutan street vendors (Saxe, 1988), street food
vendors (Muyanja et al., 2011), street food court
Kota merupakan tempat berkumpul manusia (Octavia et al., 2019) atau Pedagang Kaki Lima
dari berbagai latar belakang dan kepentingan,
(PKL) (Ramadhan, 2003).
proses sejarah yang panjang dan berkaitan erat
dengan budaya masyarakatnya (Kostof, 1991, PKL beragam jenisnya. Ada jenis PKL yang
1992). Dilihat dari kepentingan ekonomi, dikenal berfokus menyediakan makanan, disebut dengan
ada pelaku ruang kota dalam kategori sektor sebutan Angkringan atau yang menggunakan pola
formal dan informal. Kedua kategori pelaku ini khusus (pembeli duduk di lantai) disebut “lesehan
ada secara bersama-sama dalam relasi alamiah di culture” (Indrawati et al., 2013; Y. D. Purbadi,
ruang kota. Pedagang Kaki Lima (PKL) telah 2003b). Penelitian Purbadi (2003) memetakan
menjadi bagian integral dari kehidupan kota di warung lesehan di Malioboro, ditemukan 14
Asia, termasuk Indonesia (Rukmana & Purbadi, warung lesehan yang aktif (Y. D. Purbadi, 2003b).
2013). PKL Makanan ini umumnya lebih banyak dari
jenis yang lain dan tersebar secara sporadis di
Pelaku sektor formal adalah lapangan usaha tempat-tempat tertentu dalam ruang kota. Pada
atau bidang usaha yang berizin dari pejabat umumnya, keberadaan PKL Makanan
berwenang dan terdaftar di kantor pemerintahan. mendominasi pada suatu kota dibandingkan
Badan usaha formal terdaftar nama dan bidang dengan PKL jenis yang lain.
usahanya di kantor pajak maupun kantor
perdagangan dan perindustrian. Pelaku sektor Dilihat dari aspek tempat keberadaannya, PKL
informal adalah merupakan unit-unit usaha tidak menyebar di ruang kota antara lain, di sepanjang
resmi dan berskala kecil, yang menghasilkan dan jalan atau di ruang-ruang publik berpola lapangan
mendistribusikan barang dan jasa tanpa memiliki (square). Ada PKL yang menempati dekat dengan
izin usaha dan atau izin lokasi berdasarkan kegiatan formal di kota, ada juga yang mendekati
ketentuan perundang-undangan. ruang-ruang keramaian di kota. Biasanya ada PKL
pada setiap tempat orang berkumpul. PKL yang
Sektor informal merupakan kegiatan usaha menyebar di sepanjang jalan memiliki peluang
berskala kecil, dikelola individu-individu dengan untuk membangkitkan kualitas kehidupan ruang
tingkat kebebasan tinggi dalam mengatur cara dan kota (Rukmana & Purbadi, 2013).
tempat usaha dijalankan. Sektor informal juga
didefinisikan sebagai sektor yang tidak menerima Dilihat dari mobilitasnya, ada PKL yang
bantuan dari pemerintah; sektor yang belum berkeliling dan ada yang berdiam di suatu tempat
menggunakan bantuan ekonomi dari pemerintah. secara relatif tetap. Minimal ada tiga jenis PKL,
Sektor informal juga kadang sudah menerima yaitu diam di tempat menggunakan payung, tenda,
bantuan pemerintah, namun belum sanggup dan kereta dorong yang memungkinkan
berdiri sendiri dengan mantap. pergerakan dan perpindahan (Rukmana &
Purbadi, 2013). PKL yang bergerak ada yang
Perusahaan informal memiliki karakteristik: memang berciri dasar PKL bergerak (misal
jarang mengikuti aturan yang berlaku (membayar penjaja Mie Dokdok), namun ada juga yang
pajak, kondisi kerja dan lisensi untuk beroperasi) bergerak karena memang belum memiliki tempat
(Suprobo, Tarigan, & Weiss, 2007). Beberapa untuk menetap, biasanya PKL yang baru muncul
jenis pelaku sektor informal antara lain: pedagang (pemula). Kadang bergerak merupakan bagian
kaki lima yang mandiri, sopir taksi, pekerja rumah dari proses menemukan tempat yang tepat
tangga; dianggap sebagai unit usaha. Sektor (memetakan pasar) terkait dengan peluang pasar
informal sangat jarang yang memiliki sistem bagi PKL pemula.
akuntansi. Dengan demikian, keberadaan sektor
124
Albertus Adhipuspa Pranata & Yohanes Djarot Purbadi:
Pemetaan Tema: Upaya Menemukan Kebaruan Penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL)
Dilihat dari aspek waktu, PKL melaksanakan (PKL) informasi dikumpulkan, dilakukan
aktivitasnya dengan pola waktu yang tidak sama, pemetaan secara induktif tentang obyek, tema dan
atau acak (Rukmana & Purbadi, 2013). PKL lokasi. Peta pemahaman kemudian diolah untuk
membuka kegiatan sesuai dengan jadwal yang mendapatkan gambaran menyeluruh fenomena
mereka tentukan sendiri, memperhatikan kapan street vendors atau PKL, menjadi pengetahuan
konsumen diperkirakan ada dan berniat membeli spektrum penelitian yang telah ada. Dari
dagangan. Ada tiga pola waktu buka aktivitas pemahaman itu kemudian ditemukan inspirasi
PKL, yaitu pukul 8.00 sd 21.00; pukul 16.00 sd tema mana yang sudah banyak dikembangkan atau
21.00, dan pukul 16.00 sd 24.00. Variasi waktu kurang mendapat perhatian, untuk menemukan
lain sebenarnya masih ada dan sangat beragam. pertanyaan kunci dikaitkan dengan PKL dalam
Jika diringkas, dapat dibagi menjadi tiga tipe, tata ruang kita, dilihat dalam konteks dengan
yaitu tipe PKL siang-sore, dan PKL sore-malam, Indonesia, dan secara khusus konteks kota
dan PKL malam-pagi. Aspek waktu atau jadwal Yogyakarta.
aktivitas PKL ini perlu mendapat perhatian pada
penelitian yang ditujukan melengkapi fenomena
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
PKL secara lebih utuh. PKL Makanan Mendapat Perhatian
Faktanya, PKL telah menjadi bagian integral Penelitian PKL di Indonesia terbagi atas dua
yang penting dalam ruang dan kehidupan kota di tema kunci: PKL dan PKL Makanan (Tabel-1).
Yogyakarta. Secara khusus, PKL berkembang dan Data diperoleh dari dari penelusuran artikel jurnal
menjadi bagian dari jalinan sosio-ekonomi pada terkait penelitian PKL, diperoleh sebanyak 21
area-area publik di perkotaan (Rukmana & artikel jurnal. Artikel penelitian yang membahas
Purbadi, 2013). Pada sisi lain, PKL terkait dengan PKL sebanyak 7 artikel, dan artikel yang secara
sektor dan kegiatan pariwisata, sebagai bagian spesifik menyebut PKL Makanan ada sebanyak 15
dari penciptaan destinasi wisata yang menghidupi artikel. Jika sampling ini dipercaya, maka tema
banyak orang di tempat wisata. Artinya, PKL telah yang membahas PKL Makanan lebih banyak
meluas keberadaannya, bertumbuh dan hidup di daripada yang membahas PKL secara umum.
kehidupan perkotaan maupun tempat-tempat Artinya, tema PKL Makanan lebih dari 68%.
khusus bagi kemanfaatan banyak orang. Dengan demikian, PKL Makanan merupakan
METODE subyek penelitian yang menarik dan layak terus
dikembangkan. Pada sisi yang lain, PKL non-
Metode kajian pustaka digunakan untuk makanan juga menjadi peluang dan perlu diangkat
mengumpulkan informasi dari artikel jurnal serta dikembangkan dalama penelitian karena
ilmiah nasional dan internasional. Atas dasar kata kurang mendapat perhatian.
kunci street vendors atau Pedagang Kaki Lima
Tabel-1. Sebaran Subyek Riset PKL dan PKL Makanan dalam Artiel Jurnal Ilmiah di Indonesia
125
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
6. Haderiah, H., & Indrajayani, I. (2019). Gambaran Higiene Sanitasi Dengan Kandungan
Bakteriologis Pada Peralatan Makan Angkringan Di Kabupaten Barru. Sulolipu: Media
Komunikasi Sivitas Akademika Dan Masyarakat, 19(1), 130.
7. Handayani, S., & Taufik, M. (2017). Analisa Keputusan Konsumen Warung
Angkringan yang Dipengaruhi Lokasi, Fasilitas & Kualitas Pelayanan (Studi Kasus
Pada Warga Kos di Kota Semarang). Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi,
43(XXIV), 67. Retrieved from file:///C:/Users/aruls/Downloads/301-911-1-PB.pdf
8. Melinda, N. F. A. (2016). Pengaruh Harga dan Citra Terhadap Kepuasan Konsumen
Angkringan Di Kelurahan Sendangadi, Mlati, Sleman. Jurnal Manajemen, 4(1).
9. Purwanto, H., & Kadi, D. C. A. (2019). The Influence of Free Wi-Fi and Place Toward
Buying Decision In Angkringan (Food Stall) In Madiun City. Proceedings of the 1st
International Conference on Life, Innovation, Change and Knowledge (ICLICK 2018).
10. Rostina, R., & Mutiana, R. (2019). Hubungan Perilaku Penjamah Dengan Kebaradaan
Mpn Coliform Pada Minuman Di Angkringan Kabupaten Barru. Sulolipu: Media
Komunikasi Sivitas Akademika Dan Masyarakat, 18(2), 230.
11. Sancoko, A. H., & Rahmawati, V. (2019). Membangun Strategi Pemasaran Umkm
Kuliner, Kajian Fenomenologi Angkringan Di Surabaya. Jurnal Keuangan Dan Bisnis,
17(2), 96.
12. Suryani, D., & Astuti, F. D. (2019). Higiene dan Sanitasi pada Pedagang Angkringan di
Kawasan Malioboro Yogyakarta. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan UAD, Yogyakarta,
15, 70–81.
13. Susanna, D., Indrawani, Y. M., & Zakianis, Z. (2010). Kontaminasi Bakteri Escherichia
coli pada Makanan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Margonda Depok, Jawa
Barat. Kesmas: National Public Health Journal, 5(3), 110–115.
14. Purbadi, Y. D. (2003). Karakter Ruang Kota (Urban Space Character) Studi Kasus:
Eksistensi dan Pola Spasial Warung Makan Lesehan di Malioboro Yogyakarta.
Yogyakarta: tidak diterbitkan.
15. Purbadi, Y. D. (2003a). Karakter Ruang Kota (Urban Space Character): Studi Kasus:
Eksistensi dan Pola Spasial Pedagang Angkringan di Malioboro Yogyakarta.
Yogyakarta, tidak diterbitkan.
1. Damayanti, D., & Asteria, B. (2015). Kajian Karakteristik Finansial PKL Malioboro
PKL
Dengan Analisis Cluster. Jurnal Riset Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Wiwaha Program Magister Manajemen, 2(2), 179–197.
2. Faried Hanafi, A., Dwi Wulandari, L., & Antariksa. (2015). Dinamika Ruang PKL
Alun-Alun Ponorogo: Sebuah Kearifan Lokal. Jurnal RUAS, 13(2), 1–11.
3. Maulidiyah, F. D. A., & Idajati, H. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi
Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di
Kawasan Pasar Baru Gresik. Jurnal Teknik ITS, 5(2).
4. Permatasari, A., & Rudito, B. (2014). The Influencing Factors of the Implementation
Street Vendor Relocating Program in Bandung, Indonesia. Case Study of Street Vendor
alun-alun, Jalan kepatihan and Jalan Dalem Kaum. Global Trends in Academic
Research, 1, 277–290.
5. Purnawati, L. (2019). Evaluasi Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari
Taman Aloon - Aloon Kabupaten. Jurnal Evaluasi Penataan Dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima.
6. Sulistyo, H., & Hakim, A. (2013). Model Pembiayaan Pedagang Kaki Lima (PKL)
melalui Qardhul Hasan. Riptek, 7(1), 39–46.
7. Werdiningsih, H. (2008). Kajian PKL Di Kawasan Simpang Lima Semarang. Jurnal
Ilmiah Perancangan Kota Dan Permukiman, 7(1), 59–68.
(Sumber: Analisis, 2020)
Penelitian PKL oleh ilmuwan luar negeri penelitian tentang PKL di luar negeri juga
dengan kasus luar negeri diperoleh infomasi yang meletakkan perhatian yang besar pada PKL
mirip dengan penelitian di Indonesia. Dari Makanan, yaitu minimal sebesar 81%. Dari data
penelusuran yang dilakukan, diperoleh artikel ini, terlihat ada kecenderungan penelitian tentang
jurnal ilmiah berbasis riset tentang PKL (street PKL Makanan lebih besar daripada PKL dalam
vendors) sebanyak 4 artikel, sedangkan street food artian umum. Ada penekanan perhatian pada PKL
vendors sebanyak 17 artikel (Tabel-2). Artinya, Makanan yang lebih besar dari pada PKL jenis
126
Albertus Adhipuspa Pranata & Yohanes Djarot Purbadi:
Pemetaan Tema: Upaya Menemukan Kebaruan Penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL)
lain seperti pada penelitian PKL di Indonesia dan Non-Makanan. Keberadaan mereka penting
tempat lain. Sebagai peneliti, informasi kondisi dipahami secara mendalam dan meluas agar
subyek penelitian secara aktual penting penataan ruang secara komprehensif, yang
dimanfaatkan. berorientasi kepada kepentingan semakin banyak
orang dapat dilaksanakan dan dikelola dengan
Dengan demikian, perhatian para peneliti
baik. Informasi mendalam tentang mereka perlu
perlu dikembangkan dan ditujukan kepada dua
dikumpulkan secara ilmiah dan sistematis.
subyek penting, yaitu PKL Makanan dan PKL
Tabel-2. Sebaran Subyek Riset PKL dan PKL Makanan pada Artikel Luar Indonesia
127
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
128
Albertus Adhipuspa Pranata & Yohanes Djarot Purbadi:
Pemetaan Tema: Upaya Menemukan Kebaruan Penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL)
Observasi Raharudro (2012) pada penyedia bagi kota tujuan migrasi. Minimal dapat diketahui
jasa warung makan di kawasan Babarsari: ada 11 perilaku pelaku ruang kota pada sektor informal,
warung makan; pemilik berasal dari Yogyakarta 4 sebab-sebab dan dampaknya, yang akan memberi
orang (36%) dan dari luar Yogyakarta sebanyak 7 masukan bagi penentu kebijakan tata ruang untuk
orang (64%); pemilik dari luar Jawa 2 orang mengelola kota menjadi semakin baik.
(18%) dan dari Jawa 82%). Darai segi usia pemilik
warung antara 19 sd 51 tahun; jenis kelamin
Subyek PKL Siang atau Malam belum
pemilik warung wanita 27% dan pria 73%; status diperhatikan secara spesifik
pernikahan pemilik warung berstatus menikah Penelitian dengan subyek PKL Malam secara
72%, belum menikah 28%. Status kepemilikan eksplisit ditemukan pada artikel jurnal dengan
fasilitas, kepemilikan warung milik sendiri 18% kasus di luar negeri. Penelitian Purbadi (2003)
dan menyewa 71%. Dari segi konsumen, menemukan PKL Malam dan PKL Siang, namun
konsumen warung 82% mahasiswa dan 18% tidak secara spesifik menelisik secara mendalam
umum. Fakta lain yang juga sangat menarik sebab lebih berpusat pada aspek sebaran mereka
adalah, karyawana warung 100% dari luar (Y. D. Purbadi, 2003b, 2003a). Entah mengapa
Babarsari (Raharudro, 2012). para peneliti di Indonesia kurang menajamkan
Observasi Kristanto (2014) di kawasan kategori subyek penelitiannya menjadi PKL
Pringgolayan Yogyakarta pada penjual malam atau siang hari. Faktanya, suatu kota
angkringan: 12 responden; kepemilikan warung kadang menjadi kota yang tidak pernah tidur sebab
milik pribadi 42% mengontrak 58%. Dari aspek fenomena PKL siang memenuhi aktivitas
status pemilik: pemilik pria 92% wanita 8%; kehidupan kota-kota, demikian juga PKL malam
pendidikan pemilik warung SD 8%, SMP 38%, hari. Artinya, kegiatan PKL malam atau hari
SMA 31% dan S1 23%. Dilihat dari aspek migrasi, banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka
asal penjual warung 61% dari Jawa Barat, 8% dari fenomenanya memadai untuk diteliti.
Jawa Tengah dan dari DIY 31%; status pernikahan Perhatian terhadap keberadaan PKL dan
belum menikah 46% sudah menikah 54%. Fakta dampaknya terhadap ruang kota dari aspek waktu
menarik lain, hubungan karyawan dengan pemilik masih terbuka dikembangkan. Tentu tema ini
sebagai keluarga 55%, bukan keluarga 45%; dan muncul karena penelitian dikaitkan dengan
jumlah karyawan pria 65% wanita 35%. Ternyata perspektif arsitektur perkotaan, yang melihat
asal karyawan 47% dari Jawa Barat, 24% dari dinamika ruang atas dasar dinamika pengguna
Jawa Tengah dan 29% dari DIY (Kristanto, 2014). ruang dan waktu. Dalam perspektif ini, PKL
Dalam perspektif ruang kota menyeluruh, diletakkan sebagai bagian dari entitas ruang kota,
PKL terkait dengan fenomena migrasi manusia, bukan sekedar terkait dengan bagian dari ruang
yang datang ke kota dari desa atau kota lain karena kota, misal bagian dari alun-alun atau jalan
ada daya tarik kota tertentu. Kaitan keberadaan bersejarah (Malioboro). Keberadaan dan peran
PKL dengan asal-usul dan migrasi ini menarik mereka waktu harian, mingguan, bulanan dan
dikembangkan dan belum banyak ditulis. Fakta tahunan penting diteliti sebagai upaya memahami
lapangan menunjukkan, PKL di kota Yogyakarta, “pelaku spesifik”. Penelitian sejenis itu penting,
misalnya, merupakan pekerja atau pencari nafkah sebab berpotensi melihat hakekat fenomena PKL
migran dari kota-kota dan daerah-daerah sekitar. keseluruhan dalam skala kota dikaitkan dengan
dimensi waktu secara detil.
Subyek PKL Migran menarik diteliti dan
mengandung banyak problematika, bagi para Terdapat peluang untuk mengembangkan
migran maupun orang-orang di sekitarnya, dan penelitian yang menggali informasi secara
warga kota di tempat mereka melakukan aktivitas. mendalam dan terus menerus bertema kaitan
Pertanyaan tentang latar belakang dapat manusia (PKL) dengan ruang dalam jalinan
dikembangkan, akan menguak sebab-sebab waktu, dalam konteks ruang kehidupan kota.
penting apa yang mendorong atau menarik mereka Peluang itu adalah menggali informasi untuk
menjadi migran. Pertanyaan juga akan mengarah meneliti kaitan yang terjadi antara manusia
pada masyarakat dan kota yang menjadi tujuan (pelaku ruang kota) dengan ruang kota, juga kaitan
atau tempat migrasi mereka. Juga akan muncul manusia dengan manusia yang lain, yang kadang
pertanyaan, jaringan kehidupan seperti apa yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Aspek
terjadi. Apa dampak pemigran dan aktivitasnya yang terlibat dapat beragam, aspek ekonomi,
sosial, budaya, psikologi, dan aspek fisik.
129
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
Dengan demikian, kaitan antara PKL dengan Purbadi, 2008). Banyak cerita mendalam tentang
ruang kota dalam jalinan waktu menjadi tema PKL yang lama menghuni suatu tempat dan tetap
penting dan perlu diangkat untuk memperkaya bertahan sebagai PKL. Pak Purwanto adalah satu
kajian-kajian perspektif ilmu perencanaan dan contoh PKL senior dan memiliki berbagai peran
perancangan ruang kota. Artinya, kaitan manusia dalam dunia PKL dan ruang kota.
dengan ruang kota perlu diangkat agar hasil
Pak Purwanto adalah PKL Senior di
penelitian dapat menjadi masukan dalam proses
Malioboro, dan sepanjang perjalanan hidupnya
pengambilan keputusan penataan ruang kota yang
memiliki pengalaman membawa para tetangganya
terbuka bagi semua (urban space for all) yang
di desa untuk bekerja di kota Yogyakarta. Dia juga
senada dengan slogan “Yogyakarta for all”.
berganti-ganti dagangan, dan beberapa PKL
Kaitan manusia dengan ruang secara fisik,
yunior di Malioboro pernah menjadi anak
rasional, emosional atau fungsional penting
buahnya. Pak Purwanto punya kebiasaan pulang
diketahui agar pengambilan keputusan untuk
ke desa karena keperluan keluarga atau ritual.
penataan ruang kota menjadi tepat dan memiliki
Barangkali kedekatan Jogjakarta-Gunung Kidul
dasar empiris dan teoritis yang kuat.
menyebabkan dia enggan migrasi ke Jakarta atau
Penelitian subyek PKL Menetap menjadi kota lain. Ikatan dengan desa masih dapat dikelola
peluang dan dikembangkan jika aktif di Jogja, ikatan dengan Jogja dapat tetap
dipertahankan.
Salah satu jenis PKL di Yogyakarta yang
menarik diteliti adalah PKL Angkringan, yang Pak Purwanto saat ditemui mengelola warung
telah berkembang menjadi beberapa model, yaitu tenda nasi goreng ayam di Malioboro sebagai
Angkringan Bubur Ayam, Angkringan Nasi warung dan tempat pertama dia di Yogyakarta.
Kucing, Angkringan Mie Ayam, Angkringan Nasi Saat ditemui, dia memiliki beberapa warung tenda
Padang, Angkringan Bakso, Angkringan Soto sejenis di Malioboro, di Kampus UGM dan di
Ayam, Angkringan Es dan Minuman, dan tempat lain. Menariknya, dia berperan secara
Angkringan Nasi Rames (Y. D. Purbadi, 2003a). normal, sebagai pedagang, tetapi juga memiliki
Penelitian mendalam kaitan mereka dengan ruang peran sebagai aktor politik dalam penataan PKL di
kota atas dasar berbagai sebab perlu digali Malioboro karena senioritasnya. Pak Purwanto
mendalam agar menemukan berbagai latar adalah salah satu sesepuh dan tokoh PKL di
belakang mendalam sebab-sebab keberadaan Malioboro. Meskipun dia sudah diakui dan
mereka dan bagaimana kehidupan mereka secara berakar di Malioboro sebagai PKL, tetapi dia tetap
multi-dimensi (multi-aspek). mempertahankan wujud PKL sampai saat ini.
Bahkan, dia juga selama bertahun-tahun masih
Selain mengembangkan penelitian dengan mempertahankan kontrak rumah di kampung
subyek spesifik (misal: Angkringan Bubur Ayam) Macanan dan rumah itu juga digunakannya untuk
maka akan diketahui informasi mendalam pada mengelola bisnisnya, yang sudah berkembang
subyek terpilih. Salah satu fenomena yang meluas ke bisnis bangunan (D. Purbadi, 2008).
menarik adalah PKL Angkringan yang “menetap”. Lantas, apa makna PKL bagi dirinya? Tentu
Artinya, PKL menetap ini adalah PKL yang memiliki makna khusus. Kasus sosok PKL seperti
pelakunya migran, tetapi puluhan tahun pak Purwanto ada beberapa yang lain di kota
melakukan irama hidup relatif permanen. Ada Yogyakarta, dan juga kota-kota lain.
unsur permanensi di dalam subyek PKL Menetap
ini, dan jika dipetakan akan ditemukan peta Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
sebarannya di kota Yogyakarta. (Tabel-1, Tabel-2) kurang memperhatikan subyek
PKL Migran, dimensi waktu (PKL menetap), PKL
Tekanan tema penelitian jenis ini ada pada Manakan atau non-makanan tidak dieksplisitkan.
aspek “menetap” (permanensi) bertahun-tahun di Jika target penelitian adalah menemukan
tempat yang tetap, namun pelaku masih karakteristik kehidupan PKL dan transformasi
mempertahankan ke-PKL-annya. Apa sebab- PKL, maka peta hipotesis (Tabel-3) dapat menjadi
sebab yang mendasarinya? Lantas apa makna PKL pegangan untuk mengangkat judul-judul
bagi dirinya. Dari penelusuran yang pernah penelitian yang sungguh dibutuhkan.
dilakukan, ternyata dimensi waktu pada kalangan
PKL mengandung banyak informasi, minimal Tema atau judul peneliti dapat dimunculkan
seperti pengalaman pak Purwanto seorang juragan dengan menggunakan tabel (Tabel-3) untuk
warung lesehan ayam goreng di Malioboro (D. menentukan komponen-komponen lalu
130
Albertus Adhipuspa Pranata & Yohanes Djarot Purbadi:
Pemetaan Tema: Upaya Menemukan Kebaruan Penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL)
dirumuskan menjadi judul penelitian dengan relasi atau keterkaitan PKL (manusia) dengan
memilih: (1) Subyek PKL Menetap, (2) PKL tempat (urban place). Fenomena keterikatan
Makanan atau non makanan, (3) kateogori PKL tempat atau ketergantungan tempat jelas terlihat
Malam atau siang, dan (4) target temuan penelitian pada fenomena Purwanto (D. Purbadi, 2008).
tentang karakteristik kehidupan PKL atau Subyek-subyek seperti Purwanto harus dicari dan
transformasi PKL. Tentang lokasi penelitian dapat ditemukan agar keberadaan dan perannya
dimanapun, di Yogyakarta atau kota lain. diketahui dalam kaitan dengan dinamika
kehidupan PKL di suatu kota. Keberadaan dan
Tahap berikutnya, peneliti dapat menentukan
peran PKL “permanen” atau “senior” ini penting
dimensi apa yang akan diangkat. Dalam tulisan ini
agar menjadi masukan bagi penentu kebijakan
dikenal fenomena PKL mengandung multi-
ruang kota bagaimana sebaiknya menata dan
dimensi: fisik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi,
memanfaatkan ruang publik yang terbuka bagi
lingkungan, spasial, psikologi, historis, bahkan
banyak orang dan mewujudkan keadilan ruang.
politik (PKL senior menjadi tokoh politik
kewirausahaan kota, misalnya). Artinya, terbuka Minimal ada dua konsep penting dari
peluang menggunakan beragam kacamata untuk psikologi lingkungan yang tersedia, yaitu konsep
meneliti fenomena PKL secara mendalam. Salah place attachment dan place dependence. Konsep-
satu yang jarang dilakukan adalah dengan konsep lain yang terkait masih dapat dimunculkan
pendekatan psikologi lingkungan, atau dikenal dalam rangka melihat secara komprehensif
dengan environment-behavior (Haryadi & keberadaan dan perilaku sosok PKL dalam
Setiawan, 1995), dibandingkan dengan dimensi waktu yang berbeda-beda, misal 10 tahun,
kecenderungan yang berkembang sampai saat ini, 20 tahun, 30 tahun, bahkan 40 tahun menjadi PKL.
yang didominasi pendekatan spasial, ekonomi, Aspek permanensi ini mengandung berbagai
sosial dan kesehatan serta patologi (cek tabel-1 konsekuensi dan dampak yang muncul sejalan
dan tabel-2). dengan pemanfaatan ruang publik dan bisa jadi
menjadi bagian dari sejarah kota.
Target penelitian adalah menemukan sebab-
sebab dan dampak pada PKL menetap dilihat pada
131
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
132
Albertus Adhipuspa Pranata & Yohanes Djarot Purbadi:
Pemetaan Tema: Upaya Menemukan Kebaruan Penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kinerja Usaha (Studi Pada PKL Wilayah Haryadi, & Setiawan, B. (1995). Arsitektur
sekitar Kampus Di Kota Jambi). Lingkungan dan Perilaku: Suatu Pengantar
DinamikaManajemen, 2(1), 22–33. ke Teori, Metodologi dan Aplikasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan
Estrada, E. (2016). Economic empathy in family
Kebudayaan.
entrepreneurship: Mexican-origin street
vendor children and their parents. Ethnic Hiemstra, A. M. F., Van Der Kooy, K. G., &
and Racial Studies, 39(9). Frese, M. (2006). Entrepreneurship in the
https://doi.org/10.1080/01419870.2016.115 street food sector of Vietnam - Assessment
9709 of psychological success and failure factors.
Journal of Small Business Management,
Fajrin, A. R. M., & Rahmawati, D. (2016).
44(3), 474–481.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam
https://doi.org/10.1111/j.1540-
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) pada
627X.2006.00183.x
Koridor Jalan Pasar Besar Kota Malang.
Jurnal Teknik ITS, 5(1). Hughes, G. (1999). Urban Revitalization: The
https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i1.11 Use of Festive Time Strategies. Leisure
414 Studies, 18(2), 119–135.
https://doi.org/10.1080/026143699374998
Faried Hanafi, A., Dwi Wulandari, L., &
Antariksa. (2015). Dinamika Ruang PKL Indrawati, K. P., Ars, S., Ellisa, E., & Ph, D.
Alun-Alun Ponorogo: Sebuah Kearifan (2013). Lesehan Culture at Yogyakarta
Lokal. Jurnal RUAS, 13(2), 1–11. Night Space. The 13th International
https://doi.org/" " Conference on Quality in Research, 1–8.
Fatmawati, R. A. (2016). Pengaruh Orientasi Juwono, S., Aly, A., & Maria, K. (2016).
Pasar, Orientasi Kewirausahaan Terhadap Eksplorasi Spirit Arsitektur Pusat Kota
Keunggulan Bersaing dan Kinerja Sukabumi Landasan Penataan Arsitektur
Pemasaran Pada Warung Kota. Temu Ilmiah IPLBI 2016, 157–162.
Kucingan/Angkringan Di Kota Semarang.
Kostof, S. (1991). The City Shaped, Urban
Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 1(1), 1–12.
Pattern and Meanings Through History.
Fauzi, R. U. A. (2017). Pengaruh harga dan free London: Thames and Hudson.
wi-fi terhadap keputusan pembelian produk
Kostof, S. (1992). The City Assembled, The
pada angkringan di Kecamatan Karas
Elements of Urban Design Through
Kabupaten Magetan. Jurnal Aplikasi Bisnis,
History. London: Thames & Hudson.
17(2), 62–74.
https://doi.org/10.20885/jabis.vol17.iss2.art Kristanto, A. J. (2014). Penelitian Tentang
4 Fenomena Persebaran Warung Burjo Di
Dusun Pringgolayan, Sleman, Yogyakarta.
Haderiah, H., & Indrajayani, I. (2019). Gambaran
Yogyakarta: Laporan Kerja Praktek
Higiene Sanitasi Dengan Kandungan
Penelitian, tidak diterbitkan, dibimbing oleh
Bakteriologis Pada Peralatan Makan
Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi, MT.
Angkringan Di Kabupaten Barru. Sulolipu:
Media Komunikasi Sivitas Akademika Dan Lues, J. F. R., Rasephei, M. R., Venter, P., &
Masyarakat, 19(1), 130. Theron, M. M. (2006). Assessing food
https://doi.org/10.32382/sulolipu.v19i1.975 safety and associated food handling
practices in street food vending.
Handayani, S., & Taufik, M. (2017). Analisa
International Journal of Environmental
Keputusan Konsumen Warung Angkringan
Health Research, 16(5), 319–328.
yang Dipengaruhi Lokasi, Fasilitas &
https://doi.org/10.1080/0960312060086914
Kualitas Pelayanan (Studi Kasus Pada
1
Warga Kos di Kota Semarang). Jurnal
Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi, Maneepong, C., & Walsh, J. C. (2013). A new
43(XXIV), 67. Retrieved from generation of Bangkok Street vendors:
file:///C:/Users/aruls/Downloads/301-911-1- Economic crisis as opportunity and threat.
PB.pdf Cities, 34, 37–43.
133
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
134
Albertus Adhipuspa Pranata & Yohanes Djarot Purbadi:
Pemetaan Tema: Upaya Menemukan Kebaruan Penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL)
Eksistensi dan Pola Spasial Pedagang dalam Program Sentralisasi Sektor Informal
Angkringan di Malioboro Yogyakarta. Perkotaan di DTC Wonokromo 1. Jurnal
Yogyakarta, tidak diterbitkan. Universitas Airlangga, 4(3), 1–10.
Retrieved from
Purbadi, Y. D. (2003b). Karakter Ruang Kota
http://journal.unair.ac.id/Kmnts@perubahan
(Urban Space Character) Studi Kasus:
-sosial-–-ekonomi-pkl-(-pedagang-kaki-
Eksistensi dan Pola Spasial Warung Makan
lima-)-dalam-program-sentralisasi-sektor-
Lesehan di Malioboro Yogyakarta.
informal-perkotaan-di-dtc-wonokromo-
Yogyakarta, tidak diterbitkan.
article-9615-media-135-category-8.html
Purnamawati, M. S. P., & Adiputra, N. (2012).
Rheinländer, T., Olsen, M., Bakang, J. A., Takyi,
How does the Central Badung Market play
H., Konradsen, F., & Samuelsen, H. (2008).
its role for the 24-hour society of Denpasar?
Keeping up appearances: Perceptions of
Ergonomics in Asia: Development,
street food safety in urban Kumasi, Ghana.
Opportunities, and Challenges - Selected
Journal of Urban Health, 85(6), 952–964.
Papers of the 2nd East Asian Ergonomics
https://doi.org/10.1007/s11524-008-9318-3
Federation Symposium, EAEFS 2011, 37–
40. https://doi.org/10.1201/b11932-8 Rostina, R., & Mutiana, R. (2019). Hubungan
Perilaku Penjamah Dengan Kebaradaan
Purnawati, L. (2019). Evaluasi Penataan Dan
Mpn Coliform Pada Minuman Di
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari
Angkringan Kabupaten Barru. Sulolipu:
Taman Aloon - Aloon Kabupaten. Jurnal
Media Komunikasi Sivitas Akademika Dan
Evaluasi Penataan Dan Pemberdayaan
Masyarakat, 18(2), 230.
Pedagang Kaki Lima.
https://doi.org/10.32382/sulolipu.v18i2.116
Purwanto, H., & Kadi, D. C. A. (2019). The 3
Influence of Free Wi-Fi and Place Toward
Rukmana, D., & Purbadi, D. (2013). Street
Buying Decision In Angkringan (Food
Vending in Indonesian Cities, Their
Stall) In Madiun City. Proceedings of the
characteristics and activities in Yogyakarta.
1st International Conference on Life,
In N. Perera & W.-S. Tang (Eds.),
Innovation, Change and Knowledge
Transforming Asian Cities, Intellectual
(ICLICK 2018).
impasse, Asianizing space, snd emerging
https://doi.org/10.2991/iclick-18.2019.52
translocalities (1st ed., pp. 123–136).
Puspitasari, P. (2016). Kontroversi Eksistensi London: Routledge, Taylor & Francis
Kearifan Lokal dan Iklim Investasi di Group.
Kampung Bersejarah (Kasus: Kampung
Samapundo, S., Cam Thanh, T. N., Xhaferi, R.,
Luar Batang–Jakarta). Local Wisdom, 6(1),
& Devlieghere, F. (2016). Food safety
27–36.
knowledge, attitudes and practices of street
Putra, B. A. (2013). Hubungan Antara Merokok food vendors and consumers in Ho Chi
dengan Tingkat Insomnia (Studi pada Minh city, Vietnam. Food Control, 70, 79–
Mahasiswa yang Merokok Sekaligus 89.
Mengalami Insomnia di Angkringan sekitar https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2016.05.0
Universitas Negeri Semarang ). 37
Keperawatan, 9(3), 50–55.
Samapundo, S., Climat, R., Xhaferi, R., &
Raharudro, B. (2012). Penelitian Tentang Devlieghere, F. (2015). Food safety
Persebaran Warung Makan Area Klaster knowledge, attitudes and practices of street
Yadara Dan Koridor Jalan Di Sekitarnya food vendors and consumers in Port-au-
Di Kawasan Babarsari, Sleman, Prince, Haiti. Food Control, 50, 457–466.
Yogyakarta. Yogyakarta: Laporan Kerja https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2014.09.0
Praktek Penelitian, tidak diterbitkan, 10
dibimbing oleh Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi,
Sancoko, A. H., & Rahmawati, V. (2019).
MT.
Membangun Strategi Pemasaran Umkm
Ramadhan, R. (2003). Perubahan Sosial – Kuliner, Kajian Fenomenologi Angkringan
Ekonomi PKL (Pedagang Kaki Lima) Di Surabaya. Jurnal Keuangan Dan Bisnis,
135
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X
136