PENDAHULUAN
Ada dua pandangan ilmu perilaku yakni pengondisian klasik (classical conditioning)
dan pengondisian operan (operant conditioning) yang menekankan pada assosiative
learaning yaitu pembelajaran dalam membuat suatu asosiasi atau hubungan baru dari dua
peristiwa yang berbeda.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok Nilai
Kelompok nilai yang juga disebut sebagai kelompok kebutuhan dari para
pengguna telah cukup diketahui untuk memungkinkan dilakukannya pengambilan suatu
teori akuntansi yang memberikan input optimal bagi model-model keputusan tertentu.
Model akuntansi konvensional yang didasarkan atas pendekatan nilai memiliki
kelemahan-kelemahan, antara lain:
2
kepribadian, gaya-gaya keputusan dan struktur-struktur konseptual mereka
sendiri. Oleh sebab itu, informasiyang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dan
objek-objek ekonomi sebaiknya disimpan dalam bentuk sesederhana mungkin
untuk kemudian diagregasikan oleh pengguna akhirnya.
d. Terlalu terbatasinya tingkat integrasi dengan area-area fungsional yang lain dari
sebuah perusahaan. Informasi yang berhubungan dengan seperangkat fenomena
yang sama akan sering kali dipelihara secara terpisah oleh akuntan dan
nonakuntan, yang akibatnya mengarah pada ketidakkonsistenan sekaligus
adanya banyak celah dan tumpah-tindihnya informasi.
Pendekatan Peristiwa
“Peristiwa” mengacu pada semua tindakan yang dapat digambarkan oleh satu
atau lebih dimensi-dimensi atau atribut dasar. Menurut Johnson, “peristiwa” berarti
pengamatan yang mungkin dari karakteristik-karakteristik tertentu dari sebuah tindakan
dimana seorang reporter dapat mengatakan saya meramalkannya dan melihatnya terjadi
dengan ata kepala saya sendiri.
Jadi, karakteristik dari suatu peristiwa dapat diamati secara langsung dan
memiliki arti ekonomi yang signifikan bagi pengguna. Karakteristik dari peristiwa yang
tidak menggunakan nilai moneter mungkin harus di ungkapkan. Pendekatan peristiwa
juga mengasumsikan bahwa tingkat pengumpulan dan evaluasi dari data akuntansi akan
3
ditentukan oleh pengguna, mengingat fungsi kerugian dari para pengguna. Jika
pengguna mengumpulkan dan mengevaluasi data berdasarkan peristiwa pasa saat ini,
maka kesalahan-kesalahan pengukuran, bias dan kerugian informasi yang dihasilkan
oleh usaha-usaha yang dilakukan akuntan untuk menyamai, membagikan beban,
menciptakan nilai-nilai dan informasi agregat ke dalam laporan keuangan dapat
dihindari.
Dalam pendekatan nilai, neraca dianggap sebagai suatu indikator dari posisi
keuangan perusahaan pada satu titik tertentu di satu waktu. Dalam pendekatan peristiwa,
neraca dianggap sebagai suatu komunikasi tidak langsung dari seluruh peristiwa-
peristiwa akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak ia dibentuk. Sorter mengusulkan
definisi operasional berikut ini dalam pembuatan suatu neraca ketika pendekatan
peristiwa dipergunakan: “Suatu neraca hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat memaksimalkan kemungkinan penyusunan kembali peristiwa-peristiwa yang
akan dikumpulkan. “Definisi Sorter memiliki arti bahwa seluruh angka-angka agregat
di dalam neraca dapat dipilah-pilah untuk menunjukkan seluruh peristiwa yang telah
terjadi sejak pendirian perusahaan.
Dalam pendekatan nilai, laporan laba rugi dianggap sebagai suatu indikator bagi
kinerja keuangan dari sebuah perusahaan pada satu periode tertentu. Dalam pendekatan
peristiwa, laporan laba rugi dianggap sebagai komunikasi langsung mengenai peristiwa-
peristiwa operasional yang terjadi selama periode tersebut. Sorter mengusulkan aturan
operasional berikut ini ketika diterapkan pendekatan peristiwa: “Tiap peristiwa
hendaknya diuraikan dalam sebuah acar yang memfasilitasi peramalan dari peristiwa
yang sama di periode waktu yang akan datang mengingat adanya perubahan-perubahan
eksogenus.
Dalam pendekatan nilai, laporan arus kas dianggap sebagai suatu penyajian
mengenai perubahan kas. Dalam pendekatan peristiwa, laporan arus kas dianggap
sebagai suatu penyajian peristiwa-peristiwa keuangan dan investasi. Dengan kata lain,
relevasi peristiwa menentukan pelaporan dari suatu peristiwa di dalam laporan arus kas
dari pada autputnya pada arus kas.
4
3. Teori Peristiwa Normatif dari Akuntansi
Teori peristiwa normatif dari akuntansi secara tentatif dirangkum sebagai berikut:
Jadi, Tujuan dari teori peristiwa normatif dari akuntansi adalah untuk maksimalkan
keakuratan peramalan laporan-laporan akuntansi dengan berfokus pada atribut-atribut
yang paling relevan dari peristiwa-peristiwa yang sangat penting bagi pengguna. Teori
ini meminta adanya:
Satu cara untuk memenuhi tujuan dari teori peristiwa normatif dari akuntansi
adalah dengan mengintegrasikan pendekatan peristiwa dengan pendekatan basis data
pada manajemen informasi yang mengansumsikan bahwa suatu perusahaan membuat
sebuah database yang dikelola secara terpusat dan dibagi diantara rentang pengguna
yang luas dengan kebutuhan yang sangat beragam. Sistem akuntansi seperti ini meliputi
model-model :
5
a. Suatu database massal yang memuat catatan dari seluruh peristiwa dalam
format yang tergeneralisasi.
b. Strukutur yang ditentukan oleh pengguna yang memberikan struktur
konseptual (tingkat agregasi) dan peristiwa tersebut kepada masing-masing
pengguna.
c. Fungsi-fungsi yang ditentukan oleh pengguna, atau operasi, atau
memanipulasi data.
2. Model jaringan. Didasarkan atas konsep akuntansi multidimensional yang
disampaikan oleh Ijiri dan Charnes, Colantoni dan Cooper. Model ini
menggunakan sebagai input database yang pada awalnya belum terstruktur dan
kumpulan pertanyaan atau permintaan data untuk mengembangkan suatu
struktur data hierarkis yang akan meminimalisasi jumlah catatan yang harus
diakses untuk menjawab suatu rangkaian yang diminta.
3. Model relasional. Didasarkan pada teori matematis tentang relasi. Pada dasarnya
suatu database suatu kumpulan relasi-relasi berbagai tingkatan yang memiliki
perbedaan waktu. Para pengguna berinteraksi dengan model via bahasa yang
memiliki arti bagi pengguna tersebut. Masih banyak pekerjaan yang harus
dilakukan setelah itu demi meningkatkan kemampuan untuk dapat diterapkan
dari pendekatan relasional pada model-model akuntansi.
4. Model hubungan entitas. Mengasumsikan bahwa suatu sistem akuntansi akan
dapat dibuat modelnya secara paling alamiah dalam suatu lingkungan database
yang berupa kumpulan entitas-entitas dunia nyata dan hubungan diantara
entitas-entitas tersebut. Model ini pada dasarya menggantikan daftar akun
tradisional dan prosedur pembukuan pencatatan berpasangan dengan melihat
hubungan entitas di dalam bentuk tabel-tabel entitas dan tabel-tabel hubungan.
Untuk membuat model data akuntansi seperti ini, disarankan menjalankan
lankah-langkah berikut:
a. Mengindentifikasikan (1) Perangkat-perangkat entitas, seperti kelas-kelas
objek, agen, dan peristiwa yang ada di dalam dunia konseptual, dan (2)
perangkat-perangkat hubungan yang menghubungkan entitas-entitas
tersebut.
b. Membuat suatu diagram hubungan entitas (entity-relationship-E-R) yang
menunjukkan sifat sematik dari hungan yang telha diidentifikasi.
6
c. Mendefinisikan karakteristik-karakteristik dari perangkat-perangkat entitas
dan hubungan yang akan menjadi perhatian dari para pengguna suatu sistem
tertentu, dan menetapkan pemetaan yang akan mengindentifik karakteristik-
karakteristik tersebut.
d. Menyusun hasil dari langkah-langkah (a), (b), dan (c) ke dalam sebuah tabel
hubungan entitas, dan mengidentifikasikan karakteristik kunci (unik) dari
masing-masing perangkat hubungan entitas
5. Model akuntansi REA adalah suatu penyajian hubungan entitas umum dari
fenomena akuntansi dengan kompenen yang terdiri atas perangkat-perangkat
yang mewakili sumber daya ekonomi, peristiwa ekonomi, dan agen-agen
ekonomi.
7
4. Mengukur seluruh karakteristik dari suatu pendekatan peristiwa mungkin
terbukti sulit untuk dilakukan, melihat kondisi seni akuntansi saat ini.
5. Mungkin dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memeriksa dampak dari
rancangan pendekatan yang berdeda-beda terhadap teori pendekatan
peristiwa, seperti model-model hierarkis, jaringan, relasional, hubungan
entitas,dan REA
Kini marilah kita menengok pada reaksi psikologis dari mereka yang mengonsumsi
output akuntansi atau terperankap dalam jalur pengendaliannya. Secara berimbang,
tampaknya adil untuk disimpulkan bahwa para akuntan sepertinya telah menjalani
hubungan mereka dalam jaringan psikologis yang ruwet dari aktivitas manusia dengan
kekasaran yang tidak dapat dipercaya. Beberapa kekasaran mungkin dimaafkan dalam
suatu disiplin ilu baru, namun ketidak mampuan untuk mengenali apa yang dianggap
sebagai teori akuntansi dengan asumsi-asumsi perilaku yang tidak memiliki dasar
pemdukung adalah sesuatu yang tidak dapat dimaafkan.
8
menyampaikan pendapatnya berikut ini tentnag tujuan dari ilmu keperilakuan, yang
mungkin juga akan berlaku pada akuntansi keperilakuan:
9
2. Dampak Perilaku Dari Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi dilihat dari segi isi dan formatnya mungkin dapat
memberikan dampak bagi masing-masing pengambilan keputusan. Maka dari itu, studi-
studi penelitian diarea ini telah memeriksa model-model pelaporan dan praktik
pengungkapan untuk menilai pilihan yang tersedia dilihat dari segi relevansi dan
dampaknya pada perilaku. Akan tetapi, karena suatu kerangka kerja teoretis umum masih
belum ditentukan, mengklasifikasikan studi-studi ini merupakan suatu pekerjaan yang
sulit untuk dilakukan. Beberapa penulis mencoba untuk menyampaikan rencana-rencana
usula klasifikasi. Percobaan terbaru dan mendalam oleh Dyckman, Gibbins, dan
Swieringa akan digunakan dalam bagian ini untuk menggambarkan hakikat dari studi
mengenai dampak perilaku dari informasi akuntansi.
A. Kecukupan pengungkapan.
Digunakan tiga pendekatan untuk menilai kecukupan pengungkapan yaitu:
1) menilai pola yang berkaitan dengan dimasukkannya informasi tertentu.
2) menilai persepeksi dan sikap dari kelompok kepentingan yang berbeda
3) menilai sampai sejauh mana item-item informasi yang berbeda diungkap
dalam laporan tahunan dan faktor tertentu dari perbedaan-perbedaan yang
signifikan dalam kecukupan pengungkapan keuangan antar perusahaan.
a. Penelitian mengenai kecukupan dan kegunaan pengungkapan
menunjukkan adanya suatu penerimaan umum dari kecukupan
laporan-laporan keuangan yang tersedia, pemahaman dan pengertian
umum dari laporan-laporan keuangan tersebut, dan pengakuan bahwa
perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam kecukupan pengungkapan di
antara laporan keuangan adalah karena variabel-variabel seperti
ukuran perusahaan, profitabilitas, serta ukuran dan status di bursa dari
kantor akuntan publik.
Digunakan dua pendekatan untuk menilai kegunaan dari data laporan keuangan,
yaitu:
10
1. Menilai arti penting secara relatif dari analisis investasi item-item informasi yang
berbeda baik untuk pengguna maupun pembuat informasi keuangan.
2. Menilai relevansi dari laporan keuangan terhadap pengambilan keputusan dengan
didasarkan pada komunikai laboratorium dari data laporan keuangan dari segi
kemudahan untuk dibaca dan arti bagi pengguna secara umum
Kesimpulan umum dari studi-studi ini adalah bahwa (1) terdapat beberapa
konsensus antara pengguna dan pembuat sehubungan dengan arti penting secara
relatif dari item-item informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan, dan
(2) pengguna tidak sepenuhnya mengandalkan laporan keuangan dalam membuat
keputusan-keputusan mereka.
D. Pertimbangan materialitas.
11
3. Dampak Linguistik dari Data Dan Teknik Akuntansi
1) Para pengguna yang membuat pembedaan leksikal tertentu dalam akuntansi akan
mampu berbicara dan menyelesaikan masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh
pengguna yang tidak membuat perbedaan tersebut.
2) Para pengguna yang membuat perbedaan leksikal tertentu dalam akuntansi akan
mampu melaksanakan tugas-tugas dengan lebih cepat.
3) Para pengguna yang memiliki aturan akuntansi cenderung akan membedakan gaya
dan penekanan manajerial daripada mereka yang tidak memilikinya.
4) Teknik-teknik akuntansi dapat cenderung memfasilitasi atau menjadikan lebih sulit
beragam perilaku-perilaku manajerial dari pihak pengguna.
Dalil-dalil diatas telah di uji dan diverifikasi secara empiris dalam dua studi yang
menekankan pada dua arti dari pertimbangan-pertimbangan linguistik dalam penggunaan
informasi akuntansi dan dalam pembuatan standar internasional.
12
Fiksasi fungsional diawali sebagai satu konsep dalam psikologi yang berasal dari
investigasi mengenai dampak dari pengalaman masa lalu pada perilaku manusia. Dunker
memperkenalkan konsep fiksasi fungsional ini untuk menggambarkan peran negatif dari
pengalaman masa lalu. Ia menginvestigasikan hipotesis bahwa penggunaan sebelumnya
suatu objek oleh individu dalam fungsi yang berbeda dengan yang diminta oleh masalah
saat ini akan mengarah pada penemuan suatu penggunaan yang tepat dan baru dari objek
tersebut. Hasil ini mendukung hipotesis fiksasi fungsional bagi beberapa benda-benda
umum, seperti misalnya kontak, tang, timbangan, dan klip kertas.
13
telah kembali pada penggunaan baik itu metode yang pertama kali dipelajari
(primacy) ataupun metode kedua yang ia pelajari (recency) sebagai metode yang
lebih jelas atau mendasar bagi keterlibatan ego mereka.
Perilaku seorang individu dipengaruhi oleh informasi dalam dua cara, yaitu:
Meskipun dampak dari penggunaan informasi umumnya telah diketahui dan diterima
sebagai bagian dari paradigma stimulus respons, fenomena yang lebih baru mengenai
induksi informasi atau induksi sederhana, yang diperkenalkan dalam akuntansi oleh
Prakash dan Rappaport, adalah dimaksudkan untuk mengacu kepada proses yang
kompleks dimana perilaku seorang individu akan dipengaruhi oleh informasi yang
diharuskan untuk ia komunikasikan. Induksi informasi berasal dari kecenderungan
pengirimnya dalam mengantisipasi kemungkinan penggunaan dari informasi,
konsekuensi dari penggunaan tadi, reaksi individu terhadap konsekuensi. Seperti yang
dinyatakan Prakash dan Rappaport:
14
kemungkinan efek-efek timbal balik pada pengirim informasi akan sangat
kondusif bagi induksi informasi.
b. Konsekuensi-konsekuensi yang mencerminkan kemungkinan efek-efek timbal
balikpada pengirim informasi akan sangat kondusif bagi induksi informasi Kita
melanjutkan dengan mengklasifikasikan secara luas dampak-dampak timbal balik
bagi pengirim informasi yang muncul dari:
Evaluasi eksternal atas kinerja
Regulasi dan pengendalian atas operasi
Interaksi dengan keputusan-keputusan dari unit-unit keperilakuan yang lain
Pengubahan-pengubahan yang terjadi pada seperangkat pilihan yang terbuka bagi
pengirim informasi.
Terdapat tiga komponen utama dari model pemrosesan informasi, yaitu input, proses,
dan output. Study dari perangkat input informasi berfokus pada variabel-variabel yang
kemungkinan besar akan mempengaruhi bagaimana cara seseorang memroses informasi
untuk pengambilan keputusan.
15
3. muatan informasional atau signifikansi prediktif (bias, dapat di andalkan atau bentuk
dari hubungan dengan kriteria).
4. metode penyajian (format, ukuran, tingkat agregasi).
5. konteks (kondisi pandangan secara fisik, instruksi, karateristik tugas dan umpan
balik)
Studi-studi mengenai komponen output berfokus pada variabel yang berhubungan dengan
pertimbangan, peramalan atau keputusan yang kemungkinan besar akan mempengaruhi cara
pengguna memproses informasi.
2. Wawasan dari (penggunaa isyarat subjektif, kualitas keputusan yang diterima, dan
persepeksi dari karakteristik perangkat informasi)
16
arti penting secara relatif dari isyarat informasi yang berbeda-beda sering dikenal sebagai
“pencatatan kebijakan” (policy capturing), dan oleh kebutuhan untuk mengukur
keakuratan pertimbangan dan konsistensinya, konsensus, dan kemampuan untuk
mepredikasi.
Berbagai jenis masalah keputusan akuntansi yang telah dilihat dengan menggunakan
model lensa, antara lain:
1. studi-studi pencatatan kebijakan, yang melihat arti penting secara relatif dari
isyarat-isyarat yang berbeda dalam proses pertimbangan dan konsensus diantara
para pengambil keputusan.
2. keakuratan dari pertimbangan yang dibuat dengan basis isyarat-isyaratakuntansi.
3. dampak dari karakteristik pekerjaan terhadap pencapaian dan pembelajaran
Keakuratan pertimbangan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para
akuntan. Penelitian tidak hanya berfokus pada keakuratan pertimbangan namun juga
pada konsensus konsistensi pertimbangan, dan kemungkinan untuk meramalkan.
Masalah-masalah pengambilan keputusan persediaan dan peramalan harga.
17
2. Pertimbangan Probabilistik
18
3. Perilaku Prakeputusan
• Pergerakan mata
1) Sangat banyaknya jumlah kumpulan data dari studi-studi seperti itu yang
membatasi jumlah subjek yang dapat dipelajari.
2) Kurangnya teknik-teknik pengodean sasaran.
Ada lima pendekatan yang diketahui dari studi mengenai gaya kognitif dalam psikologi,
antara lain:
19
1. Otoriterianisme. Muncul dari fokus oleh Adorno dan peneliti yang lainnya pada
hubungan antara kepribadian, sikap-sikap antidemokratis, dan perilaku. Peneliti-
peneliti ini terutama tertarik pada individu-individu yang cara berpikirnya
membuat mereka mudah terpengaruh oleh pro[aganda antidekmokratis. Dua
perilaku yang memiliki korelasi pada otoriterianisme-kelakuan dan
ketidaktoleran pada ambiguitas-adalah pencerminan dari gaya kognitif yang
mendasarinya.
2. Dogmatisme tumbuh dari usaha-usaha yang dilakukan oleh Rekeach dalam
mengembangkan ukuran yang memiliki dasar terstrukur bagi otoriterianisme
untuk menggantikan ukuran berdasarkan atas isi yang dikembangkan oleh
Adorno dan rekan-rekannya.
3. Kompleksitas kognitif, seperti yang diperkenalkan oleh Kelly dan Bieri, berfokus
pada dimensi-dimensi psikologis yang digunakan oleh individu-individu untuk
menstrukturisasi lingkungan mereka dan untuk menbedakan perilaku-perilaku
orang lain. Berdasarkan atas istilah yang digunakan Huysman ini, mereka dapat
didefinisikan sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan analisis memperkecil situasi-situai bermasalah
menjadi model, sering kali kuantitatif, yang lebig atau kurang eksplisit, yang
menjadi dasar keputusan meraka
b. Pengambilan keputusan heuritis sebagai gantinya mengacu pada pikiran
sehat, intuisim dan perasaan-perasaan yang tidak dapat dikuantifisasi
mengenai perkembangan masa datang seperti yang diterapkan pada totalitas
dari situasi sebagai suatu organik utuh dari pada bagian bagian yang dapat
dipisahkan dengan jelas.
4. Kompleksitas integratif, seperti yang disajikan oleh Harvey dkk. Dan selanjutnya
diperlukan oleh Schroeder dkk. Berasal dari pandangan bahwa seseorang
melakukan dua aktivitas dalm memproses input yang berasal dari indra perasa:
diferensiasi dan intregrasi. Diferensiasi adalah kemampuan individu untuk
menempatkan stimuli sepanjang dimensi-dimensi. Intregasi mengacu pada
kemampuan individu dalam menerapkan aturan-aturan yang kompleks untuk
menggabungkan dimensi-dimensi tersebut.
5. Ketergantungan pada bidang, seperti yang disajikan oleh Witkni dan rekan-
rekannya, adalah suatu ukuran dari sampai sejauh mana sdiferensiasi dalam era
persepsi. Individu yang memiliki ketergantungan pada bidang cenderung untuk
20
merasakan organisasi secara keseluruhan dari suatu bidang dan relatif tidak
mampu merasakan bagian dari bidang sebagai sesuatu yang berlainan.
Sedangkan, individu yang tidak tergantung pada bidang, cenderung merasakan
bagian-bagian dari suatu bidang berlainan dari organisasi bidang tersebut secara
keseluruhan, dan bukannya bersatu dengannya.
21
kategori yang bermakna dalam suatu potongan oleh para pakar dan pengingatannya
didasarkan pada hubungan-hubungan fungsional.
22
6. Relativisme Kultural Dalam Akuntansi
23
Diterapkan pada akuntansi, kebudayaan dapat dipandang sebagai medium
akuntansi. Kebudayaan pada intinya menentukan proses pertimbangan/keputusan dalam
akuntansi. Model mengendalikan kebudayaan melalui komponen-komponen, elemen-
elemen dan dimensi-dimensi, menentukan struktur organisasional yang dipergunakan,
perilaku mikro-organisasional, dan fungsi kognitif dari individu sedemikian rupa
sehingga pada akhirnya memengaruhi proses pertimbangan/keputusan mereka ketika
mereka berhadapan dengan suatu fenomena akuntansi dan/atau audit.
24
4. Maskulinitas versus feminitas adalah suatu dimensi yang menggambarkan
sifat pembagian sosial dari peran-peran yang berdasarkan atas jenis kelamin.
Peran maskulin secara tidak langsung diartikan sebagai preferensi terhadap
pencapaian, ketegasan, mencetak uang, simpati bagi kaum yang kuat, dan
sejenisnya
Akan tetapi sasaran implisit ini belum tercapai karena kebanyakan penelitian
eksperimentak dan survei dalam perilaku akuntansi menderita kekurang tegasan teoretis dan
metodologis.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bab ini telah menguraikan dengan panjang lebar arti dan temuan-temuan
penting dari peristiwa, perilaku, dan pemrosesan informasi manusia ke perumusan
suatu teori akuntansi. Masing-masing pendekatan ini bergantung pada asumsi-
asumsi yang berbeda dan pada metodologi-metodologi baru dan cara-cara yang unik
dalam memandang masalah-masalah akuntansi dan pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Setiap pendekatan mulai menggunakan atribut-artribut dari paragdima
khusus, karenanya menyebabkan akuntansi menjadi suatu ilmu pengetahuan
peradigma yang saling bersaing berusaha untuk mendapat dominasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
27