Anda di halaman 1dari 10

BIMBINGAN BELAJAR MAHASISWA PKN STAN

JALAN BONJOL No.98, PONDOK KARYA, PONDOK AREN, TANGERANG SELATAN, BANTEN 15412
TELEPON (021) 7376272 ; EMAIL prioritystan4.0@gmail.com ; SITUS www.prioritystan4.com

PEMBAHASAN UAS GANJIL 2019/2020


MATA KULIAH : PERPAJAKAN I

I. PILIHAN GANDA
1. B. menimbulkan pajak berganda (kumulatif)
Dalam Pajak Penjualan (PPn) tidak diberlakukan mekanisme pengkreditan pajak
masukan sehingga, sifat PPn yang multi stage, dikenakan berulang pada rantai jalur
distribusi menyebabkan pengenaan pajak berganda.
2. D. Eksistensi subjek pajak merupakan faktor dominan yang menimbulkan objek pajak
PPN merupakan pajak objektif, bukan subjektif. Dengan demikian timbulnya kewajiban
pajak ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjek pajak tidak relevan.
3. C. tetapi nonkumulatif, sehingga tidak membebani pelaku usaha.
Pengenaan PPN dengan metode Inderect substraction method, menyebabkan PPN
bersifat non kumulatif dan tidak menimbulkan pajak berganda.
4. B. Inderect substraction method
Inderect substraction method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor ke
kas negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan (PM) dengan pajak atas
penyerahan (PK).
5. D. consumption type VAT
Dari prinsip ini, pajak masukan atas perolehan barang modal dapat dikreditkan dengan
pajak keluaran sehingga barang modal dikenaki PPN hanya satu kali. PPN sebagai pajak
konsumsi memberikan indikasi bahwa PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis.
6. A. penjualan peralatan produksi yang usang karena pemakaian oleh pengusaha kena
pajak.
Merupakan objek PPN Pasal 16D.
7. A. Dikenakan PPN di Indonesia
Pemanfaatan Merek dagang yang termasuk BKP Tidak berwujud merupakan salah satu
objek PPN sesuai Pasal 4 ayat (1) yaitu kategori Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP.
Dengan demikian tetap terutang PPN, namun tarifnya 0%.
8. A. terutang PPN karena PT Bola Bunder adalah PKP.
Setiap penyerahan BKP oleh PKP terutang PPN. Karena, emas perhiasan merupakan BKP
maka atas penjualan emas perhiasan tersebut kepada konsumen, walaupun bukan
bisnis utama PT Bola Bunder tetap terutang PPN.
9. D. penggunaan BKP untuk keperluan sendiri
Diasumsikan, bahwa yang dimaksud adalah Pemakaian Sendiri untuk tujuan produktif,
sehingga tidak termasuk dalam penyerahan BKP.
10. D. Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, sehingga tidak terutang PPN
Sesuai dengan Pasal 1A Ayat 2 UU PPN, bahwa Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat
ke cabang atau sebaliknya atau antar cabang dalam hal Pengusaha Kena Pajak
melakukan pemusatan tempat pajak terutang, tidak termasuk dalam penyerahan yang
terutang PPN.
11. B. Terutang PPN
Subjek Pajak Impor BKP adalah Siapapun. Dengan demikian, OP yang bukan PKP ketika
mengimpor BKP tetap terutang PPN
12. D. Terutang PPN karena termasuk pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
Subjek Pajak Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean adalah
Siapapun. Dengan demikian, walaupun PT Bank Cahaya Asia bukan PKP, atas
pemanfaatan jasa tersebut tetap terutang PPN
13. A. Bumbu-bumbuan
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 116/PMK.010/2017, Bumbu-Bumbuan
termasuk jenis barang kebutuhan pokok sehingga termasuk Non BKP.
14. A. merupakan jasa yang tidak kena PPN
Jasa Asuransi termasuk Jasa yang tidak dikenakan PPN
15. B. merupakan jasa yang kena PPN.
Berdasarkan penjelasan Pasal 4A ayat (3), jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi,
penilai kerugian asuransi dan konsultasi asuransi termasuk jenis jasa yang terutang PPN.
16. B. dicatat atau diakui sebagai piutang/penghasilan
Saat terutang untuk ekspor BKP Tidak Berwujud adalah saat dicatat atau diakui sebagai
piutang/penghasilan.
17. B. Tebet
Tempat pajak terutang untuk ekspor BKP adalah tempat tinggal atau temat kedudukan
dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Karena dilakukan oleh PKP Badan, maka lebih
tepat tempat terutang berada di tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.
18. B. Harga perolehan tebeng
Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP
antar cabang DPP nya menggunakan harga pokok penjualan atau harga perolehan
19. C. NIK pembeli
Berdasarkan Pasal 13 ayat 5 UU PPN, NIK Pembeli bukan termasuk informasi yang harus
ada dalam faktur pajak.
20. D. tagihan yang dipersanakan dengan faktur pajak
Atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Perusahaan Air Minur, dibuatkan dokumen
yang dipersamakan dengan faktur pajak yaitu bukti tagihan.
21. B. Komisi Pemberantas Korupsi
Karena pada transaksi 1, PKP melakukan penyerahan ke Pemungut PPN yaitu bendahara
pemerintah, maka PPN dipungut oleh pembeli yaitu KPK.
22. B. 02
Karena pada transaksi 3, PKP melakukan penyerahan ke Pemungut PPN yaitu bendahara
pemerintah (Komisi Pemilihan Umum). Maka, Kode faktur untuk transaksi kepada
Pemungut PPN bendahara pemerintah adalah 02.
23. B. Tidak ada.
Atas transaksi 1, PPN dipungut oleh Pemungut PPN (KPK)
Atas transaksi 2, karena Pasir non BKP, maka tidak terutang PPN.
Atas transaksi 3, PPN dipungut oleh Pemungut PPN (KPU)
Maka, tidak ada Pajak Keluaran yang dipungut sendiri oleh PT Material Segar
24. C. membuat faktur pajak pada tanggal 15 Desember 2019 dan memungut PPN sebesar
Rp9.000.000
Faktur Pajak dibuat saat dilakukan penyerahan BKP/JKP. Karena pada tanggal 15
Desember 2019, telah dilakukan penyerahan walaupun belum dilakukan pembayaran
maka pada tanggal tersebut Faktur Pajak dibuat dan dipungut PPNnya.
25. B. yaitu seluruh penyerahan kepada CV Telepon Murah dibuat dalam satu faktur pajak,
dan seluruh penyerahan kepada PT Jernih Gambar dibuat dalam satu faktur pajak
lainnya.
Pembuatan Faktur Pajak Gabungan dapat dilakukan apabila PKP melakukan penyerahan
beberapa kali BKP/JKP dalam satu Masa Pajak kepada Pembeli BKP atau Penerima JKP
yang sama. Yang dimaksud digabung adalah atas penyerahannya bukan menggabung
Pembeli BKPnya.
26. A. atas transaksi tanggal 7 Desember, PT Kabel Panjang memungut PPN, sedangkan
tanggal 2 Desember dipungut oleh PT Telekomunlkasi Indonesia (Persero)Tbk.
Karena Pada 7 Desember jumlah pembayaran tidak lebih dari Rp10.000.000 termasuk
PPN, maka mekanisme pemungutan PPN tidak melalui BUMN/Badan Usaha Tertentu
tetapi kembali dengan kondisi normal, PPN dipungut oleh Penjual. Maka pada tanggal 7
Desember dipungut oleh PT Kabel Panjang. Sedangkan Transaksi pad atanggal 2
Desember, memenuhi syarat untuk dipungut oleh Pemungut PPN.
27. D. dapat menggunakan bon kontan sebagai faktur pajak, asalkan memenuhi keterangan
minimal yang dipersyaratkan.
Apabila Usaha Marsa dapat dikategori sebagai Pedagang Eceran sebagaimana yang
disyaratkan pada PP Nomor 1 Tahun 2012, maka Faktur Pajak dapat menggunakan FP
PKP Pedangan Eceran salah satunya yaitu bon kontan.
28. C. harus membuat faktur pajak dengan kode faktur pajak 02
Karena Pembeli adalah Kementerian Perempuan dan Pemberdayaan Anak yang
merupakan bendahara pemerintah dan bukan konsumen akhir, maka atas transaksi ini
Marsa tidak dapat hanya menggunkan FP PKP Pedangan Eceran, akan tetapi harus
membuat Faktur Pajak dengan kode faktur 02.
29. D. Rp5.000.000
DPP Nilai lain untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah
10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih. Maka Pajak Keluarannya
sebesar 10% x (10% x Rp500.000.000)
30. A. Tidak Ada
Pajak Masukan yang berhubungan dengan penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa
biro pariwisata yang dilakukan oleh pengusaha jasa biro perjalanan atau pengusaha jasa
biro pariwisata tidak dapat dikreditkan sehingga Pajak Masukan menjadi Rp0
31. C. Rp6.000.000
DPP Penjualan Emas menggunakan DPP Nilai Lain 20% dari Harga Jual. Sehingga, Pajak
Keluaran Sebesar Rp300.000.000 x 20% x 10% = Rp6.000.000.
Pajak Masukan yang berhubungan dengan penyerahan emas perhiasan, tidak dapat
dikreditkan sehingga Pajak Masukan Rp0. Besarnya PPN yang harus disetor (PK – PM) =
Rp6.000.000 – Rp0 = Rp6.000.000.
32. B. Rp9.000.000
Pajak Keluaran atas penyerahan Mobil Bekas eceran sebesar Rp900.000.000 x 10% =
Rp90.000.000
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan, yaitu sebesar 90% dari Pajak Keluaran,
dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas
secara eceran. Sehingga Pajak Masukan menjadi sebesar 90% x Rp90.000.000 =
Rp81.000.000
PPN yang harus disetor ke kas negara (PK – PM) = Rp90.000.000 - Rp81.000.000 =
Rp9.000.000.
33. D. Terutang PPN 0%
Atas Ekspor BKP Terutang PPN 0%
34. A. Dapat Dikreditkan
Pajak Masukan atas penyerahan secara ekspor tetap dapat dikreditkan jika memenuhi
ketentuan yang berlaku.
35. A. Tidak dipungut PPN
Karena pemakaian roda digunakan untuk penggantian roda taksi yang berhubungan
dengan kegiatan usaha, maka termasuk dalam kategori pemakaian sendiri untuk tujuan
produktif. Berdasarkan PP Nomor 1 Tahun 2012, pemakaian sendiri untuk tujuan
produktif tidak dipungut PPN.
36. D. Pajak masukannya dapat dikreditkan
Jika atas perolehan sedan yang digunakan untuk kegiatan usaha, maka pajak
masukannya dapat dikreditkan.
37. C. Dapat dikreditkan dengan cara pembetulan masa Agustus 2019
Apabila Faktur Pajak terlambat diterbitkan, Pengkreditan Pajak Masukan dalam Masa
Pajak yang tidak sama tersebut hanya diperkenankan dilakukan pada Masa Pajak
berikutnya paling lama 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak bersangkutan. Dalam hal
jangka waktu tersebut telah dilampaui, pengkreditan Pajak Masukan tersebut dapat
dilakukan melalui pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan.
38. B. pajak masukan yang dapat dikreditkan sebesar Rp12.000.000,00.
Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak
juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan
yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan
penyerahan yang terutang pajak. Karena Jus Apel dalam kemasan merupakan BKP maka
atas penyerahannya terutang PPN, dengan demikian pajak masukan dapat dikredikan
seluruhnya.
39. A. pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan
Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak
juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan
yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan
penyerahan yang terutang pajak. Karena pajak masukan berkenaan dengan penyerahan
yang tidak terutang pajak (apel), maka pajak masukan tidak dapat dikreditkan.
40. C. pajak masukan yang dapat dikreditkan Rp18.000.000
Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak
juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk
penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman, sebagai berikut :
PPN atas perolehan BKP = 10% x Rp300.000.000 = Rp30.000.000
PM yang dapat dikreditkan = PPN atas perolehan BKP x Persentase penyerahan yg
terutang PPN
= Rp30.000.000 x 60% = Rp18.000.000
41. B. pajak masukan yang dapat dikreditkan Rp20.000.000,00
Karena penggunaan BKP Tidak Berwujud (merk dagang) pada penyerahan yang akan
terutang PPN, maka PPN atas perelohan BKP Tidak berwujud tersebut dapat dikreditkan.
42. C. Surat Setoran Pajak
Bukti pemungutan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang
Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean menggunakan
dokumen yang dipersamakan dengan faktur pajak berupa Surat Setoran Pajak.
43. B. pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan seluruhnya.
Karena penggunaan JKP digunakan untuk perolehan yang penyerahaannya tidak
terutang PPN, yaitu untuk pemasaran buah segar. Maka PPN atas perolehan BKP
tersebut tidak dapat dikreditkan.
44. C. pajak masukan yang dapat dikreditkan Rp2.000.000,00
Karena penggunaan JKP digunakan untuk perolehan yang penyerahaannya terutang
PPN, yaitu untuk desain iklan jus Apel. Maka PPN atas perolehan BKP tersebut dapat
dikreditkan.
45. D. PM yang tidak dapat dikreditkan sebesar Rp400.000,00
Kasus sama seperti no 40. Tidak dapat diketahui secara pasti perolehan berkaitan
dengan penyerahan terutang atau tidak terutang.
PPN atas perolehan BKP = 10% x Rp10.000.000 = Rp1.000.000
PM yang dapat dikreditkan = PPN atas perolehan BKP x Persentase penyerahan yg
terutang PPN
= Rp1.000.000 x 60% = Rp600.000
PM yang tidak dapat dikreditkan = Rp400.000
46. A. pajak keluaran sebesar Rp60.000.000,00
Atas transaksi tersebut merupakan objek PPN Pasal 16D, sehingga merupakan Pajak
Keluaran. PPN = 10% X Rp600.000.000 = Rp60.000.000
47. C. membuat faktur pajak dengan kode 09
Faktur Pajak tetap harus dibuat dengan kode 09.
48. D. pembayaran PPN sebesar Rp5.000.000,00 yang tidak menjadi kredit pajak daiam SPT
Masa PPN
Atas transaksi tersebut termasuk pengertian kegiatan membangun sendiri, sesuai
dnegan SE-53/PJ/2012. Maka, terutang PPN KMS = 10% x 20% X Rp250.000.000 =
Rp5.000.000. Atas PPN KMS disetor sendiri dan bukan menjaid kredit pajak dalam SPT
Masa PPN
49. C. 15 Desember 2019
PPN yang terutang disetor melalui kantor pos atau bank persepsi paling lambat tanggal
15 Masa Pajak berikutnya dengan menggunakan SSP.
50. A. Dapat dikreditkan seluruhnya
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan
Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai dapat
dikreditkan.
51. A. tidak dapat mengkreditkan pajak masukan
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan
Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan.
52. D. jika suatu transaksi tidak kena PPN maka tidak kena PPnBM
PPnBM merupakan pajak tambahan atas BKP yang terutang PPN, dengan demikian
transaksi yang dikenakan PPnBM pasti dikenakan PPN
53. A. merupakan barang kebutuhan pokok
Kriteria BKP yang tergolong mewah adalah bukan barang kebutuhan pokok
54. B. Pistol
Berdasarkan PP Nomor 61 Tahun 2020
55. B. memungut PPN saja kepada pembeli
PPnBM hanya dikenakan satu kali pada saat penyerahan oleh pabrikan atau Impor.
56. A. Objek yang tidak dikenakan PBB
Tanah/bangunan yang Digunakan perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik tidak dikenakan PBB
57. C. objek PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan dan Sektor Lainnya(P3L)
Merupakan objek PBB Sektor Lainnya
58. B. area yang ditanami pohon teh oleh PT Daun Teh yang telah memiliki izin usaha dari
pemerintah.
Objek PPB Perkebunan adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan
59. D. perolehan tanah untuk keperluan ibu kota negara yang baru
Perolehan tanah/bangunan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan
dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum tidak dikenakan
BPHTB.
60. D. batasan NPOPTKP karena waris paling rendah Rp300.000.000,0
Subjek BPHTB adalah pihak yang memperoleh tanah/bangunan, pemungutan BPHTB
dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Tarif BPHTB Paling tinggi 5%
61. B. Rp1.147.000.000
NPOP dalam menghitung BPHTB menggunakan Harga Transakasi dalam hal Jual Beli.
Akan tetapi karena NPOP < NJOP (Rp1.000.000.000 < Rp1.147.000.000), maka dasar
pengenaan PBB menggunakan NJOP PBB
62. A. Rp40.500.000
BPHTB dipungut di wilayah daerah tempat Tanah dan/atau Bangunan Berada. Sehingga
pada transaksi tersebut menggunakan ketentuan di Kabupatan CD.
BPHTB Terutang = Tarif X (NPOP – NPOPTKP)
= 5% x (Rp870.000.000 – Rp60.000.000)
= Rp40.500.000
63. B. Rp23.000.000
Untuk PBB P3L, jika terdapat Klasfikasi bumi/bangunan maka nilai NJOP yang digunakan
adalah sesuai klasifikasi.
NJOP Bumi 2.000 x Rp11.500 Rp23.000.000
NJOP Sebagai Dasar Pengenaan PBB Rp23.000.000
64. C. Rp12.000.000
NJOPTKP PBB P3L Paling Tinggi Rp12.000.000, per masing-masing wajib pajak
65. C. Rp360.000.000
NJKP untuk Sektor PBB P3 adalah 40% dari NJOP sebagai dasar penghitungan
66. D. Rp2.000.000
PBB terutang = Traif x NJKP = 0,5% X Rp400.000.000 = Rp2.000.000
67. B. Rp35.250.000
NJOP Bumi = 9.000.000
NJOP Bangunan = 36.250.000
NJOP Sebagai Dasar Pengenaan PBB = 45.250.000
NJOPTKP = 10.000.000
NJOP sebagai dasar penghitungan PBB = 35.250.000
68. A. Rp120.000
PBB P2 = Tarif x NJOP sebagai dasar penghitungan PBB
= 0,3% x Rp40.000.000
= Rp120.000
69. C. Buku Tabungan
Dokumen yang menyebutkan simpanan uang bukan termasuk dokumen yang dikenakan
bea materai
70. B. SIM akan menjadi objek bea meterai jlka digandakan
Secara prinsip, SIM bukanlah dokumen yang dikenakan bea meterai dengan demikian
walaupun digandakan tidak menjadika dokumen tersebut terutang bea meterai
71. C. objek bea meterai sesuai Undang-Undang
Sesuai dengan UU Bea Meterai No 10 Tahun 2020, Bea Meterai dikenakan atas,
dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian yang
bersifat perdata, salah satunya surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan,
atau surat lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya.
72. D. 15 Maret 2014
Dokumen yang menyatakan jumlah uang, saat terutang bea meterai pada saat dokumen
diserahkan.
73. A. Rp6.000,00 karena memuat jumlah uang yang lebih dari Rp1.000.000,00
Sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 2000
74. C. dapat dilakukan pemeteraian kemudian dengan dikenakan sanksi sebesar 200%
Pemeteraian Kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh
Pejabat Pos atas permintaan pemegang Dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi
sebagaimana mestinya. Pemateraian kemudian untuk Bea meterianya tidak atau kurang
dilunasi Sebesar Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat Pemeteraian Kemudian
dilakukan ditambah denda administrasi sebesar 200% dari Bea Meterai yang tidak atau
kurang dibayar.
75. D. subjek pajak yang menanggung bea meterai adalah Tuan Mirekel.
Bea meterai terutang kepada siapa yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat
dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.

II. ESSAY
1. a. Penyerahan Tidak Terutang PPN atas Penghasilan Utama PT Garuda Indonesia.
Karena, proses bisnis usaha yang utama adalah jasa penerbangan pesawat (angkutan
udara), maka yang tidak terutang PPN adalah atas jasa penerbangan (angkutan udara)
luar negeri dan jasa penerbangan udara dalam negeri yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri. Contohnya Penerbangan Jakarta -
Medan - Singapura. Penerbangan ini kalau terangkum dalam satu tiket tidak dikenakan
PPN. Penerbangan London - Jakarta - Yogyakarta - Denpasar, terangkum dalam satu
tiket, maka tidak dikenakan PPN. Tetapi, jika penerbangan dari Jakarta - Yogyakarta,
dan Denpasar tiketnya terpisah, sekalipun diterbitkan diluar negeri, tetap dikenakan
PPN
b. Penyerahan Terutang PPN atas Penghasilan Utama PT Garuda Indonesia.
Karena, proses bisnis usaha yang utama adalah jasa penerbangan pesawat (angkutan
udara), maka yang terutang PPN adalah jasa penerbangan (angkutan udara) dalam
negeri dan jasa penerbangan dalam negeri yang terpisah dengan penerbangan luar
negeri seperti contoh di poin a.
2. a. Penyerahan Tidak Terutang PPN oleh entitas Anak PT Garuda Indonesia
- Pemberian jasa pelatihan dan pendidikan oleh PT Garuda Ilmu Terapan Cakrawala,
karena berdasarkan Pasal 4A ayat 3 UU PPN bahwa jasa pendidikan dan pelatihan
termasuk non JKP.
- Penyerahan Jasa Boga Pesawat oleh PT Aerofoof Indonesia, karena berdasarkan Pasal
4A ayat 3 UU PPN bahwa jasa boga katering termasuk non JKP.
b. Penyerahan Terutang PPN oleh entitas Anak PT Garuda Indonesia
- Penyerahan jasa pembuatan teknologi informasi dan produk IT (hardware & software)
oleh PT Aero Systems Indonesia
- Penyerahan Jasa Biro Perjalanan Wisata oleh PT Aero Globe Indonesia.
3. Pemungutan PPN untuk penyerahan yang terutang PPN sebagaimana dalam poin 1 b,
menggunakan dokumen yang dipersamakan dengan faktur pajak yaitu Tiket, tagihan Surat
Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill.
4. Sesuai dengan Pasal 1A UU PPN, atas kegiatan tersebut termasuk dalam pengertian
pemberian Cuma-Cuma yang terutang PPN. Karena PPN melihat sifat transaksi, dari
kegiatan tersebut yang diserahkan merupakan JKP (jasa penerbangan dalam negeri) yang
diberikan tanpa adanya imbalan atas jasa (Cuma-Cuma) maka tetap terutang PPN. Apabila
terdapat aturan khusus yang mengatur terkait pengenaan pajak pada kondisi/keadaan
bencana, maka dimungkinkan tidak terutang PPN sesuai dengan kebijakan pemerintah.
5. Objek Bangunan yang tidak dikenakan PBB adalah digunakan semata mata untuk melayani
kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, Pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. Berdasarkan kasus
bahwa penyelenggara pendidikan dilaksanakan oleh sebuah badan usaha atau PT, secara
umum tujuan badan usaha adalah mencari keuntungan, dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa tempat pendidikan tersebut merupakan objek PBB.
6. Manifest adalah suatu dokumen dalam jasa angkutan yang berisi daftar kargo,
penumpang, awak kapal, pesawat udara atau kendaraan lainnya yang biasa digunakan
oleh bea cukai. Sesuai dengan UU Bea Meterai, manifest dan tiket pesawat dapat kita
kategorikan sebagai dokumen yang ada hubungannya dengan arus barang dan
penumpang atau dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang. Maka atas dokumen
tersebut bukan merupakan objek bea meterai.
7. Potensi kerugian negara terkait penyeludupan/Impor motor tersebut antara lain PPN,
PPnBM, PPh 22, dan Bea Masuk (Karena petunjuk soal kita mengabaikan PPh 22 dan
pungutan lainnya, maka yang kita hitung adalah Potensi PPN & PPnBM).
. Penghitungan Potensi Kerugian :
CIF = US$ 30.000
Bea Masuk (40% x CIF) = US$ 12.000
Nilai Impor = US$ 42.000
Nilai Impor Rupiah = Rp 591.612.000 (US$ 42.000 x Rp14.086 (kurs KMK))
PPN (10%) = Rp 59.161.200
PPnBM = Rp 739.515.000

Anda mungkin juga menyukai