Anda di halaman 1dari 24

Menghitung CAR Bank Syari'ah Mandiri Tahun 2011 dan 2012

Akun 2012 2011


Ekuitas Rp 4.180.690.176.525 Rp 3.073.264.468.871
Surat Berharga Subordinasi Rp 500.000.000.000 Rp 700.000.000.000
Beban penyisihan kerugian aset Rp 384.666.111.796 Rp 346.336.682.145
Total Modal Rp 5.065.356.288.321 Rp 4.119.601.151.016

Akun 2012 2011


Tabungan wadi'ah Rp 7.332.436.237.235 Rp 5.095.862.210.038
Simpanan bank lain Rp 37.976.152.273 Rp 78.830.661.140
Pembiayaan diterima Rp 600.000.000.000 Rp 750.000.000.000
Dana syirkah temporer Rp 40.380.074.462.143 Rp 37.857.546.123.475
Dana Pihak Ketiga Rp 48.350.486.851.651 Rp 43.782.238.994.653

Akun 2012 2011


Total Aktiva Rp 54.229.395.784.522 Rp 48.671.950.025.861
Kas Rp 1.108.282.646.315 Rp 1.052.994.796.839
Surat Berharga Rp 500.000.000.000 Rp 700.000.000.000
aktiva beresiko Rp 53.621.113.138.207 Rp 48.318.955.229.022

A. Menghitung CAR ( Capital Adequacy Ratio ) dahulu menggunakan 4 metode :


1. Membandingkan modal dengan DPK
Rumus CAR = TotaS ModaS X 100%
DPK
Rp. 4.119.601.151.016
CAR BSM tahun 2011 = X 100% = 9,41%
Rp. 43.782.238.994.653

Rp. 5.065.356.288.321
CAR BSM tahun 2012 = X100%= 10,48%
Rp. 48.350.486.851.651
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 9, 41% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 10,48% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.
2. Rasio modal terhadap DPK
Rumus CAR = ModaS IntiX100%
DPK
Rp. 3.073.264.468.871
CAR BSM tahun 2011 = X 100% = 7,02%
Rp. 43.782.238.994.653

Rp. 4.180.690.176.525
CAR BSM tahun 2012 = X100% = 8,65%
Rp. 48.350.286.851.651

Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 7,02% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 8,65% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.
3. Rasio modal terhadap aktiva beresiko
Rumus CAR = ModaS cendiri X 100%
TotaS aktiva–kac+cekuritac
Rp. 3.073.264.468.871
CAR BSM tahun 2011 = X 100% = 6,36%
Rp. 48.318.955.229.022

Rp. 4.180.690.176.525
CAR BSM tahun 2012 = X100% = 7,8%
Rp. 53.621.113.138.207
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 6,36% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 7,8% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.
4. Rasio modal terhadap total aktiva
Rumus CAR = ModaS cendiriX100%
TotaS aktiva
Rp. 3.073.264.468.871
CAR BSM tahun 2011 = X 100% = 6,31%
Rp. 48.671.950.025.861

Rp. 4.180.690.176.525
CAR BSM tahun 2012 = X100% = 7, 71%
Rp. 54.229.395.784.522
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 6,31% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 7,71% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.

B. Menghitung CAR ( Capital Adequency Ratio ) dengan menggunakan ATMR ( Aktiva


Tertimbang Menurut Resiko )
Nama 2011
Akun Nominal Bobot Resiko ATMR
Rp Rp
Kas 1.052.994.796.839 0% -
Giro dan penempatan pada Rp Rp
BI 7.097.490.254.294 0% -
Rp Rp
Giro pada bank lain 579.958.981.872 20% 115.991.796.374
Rp Rp
Penempatan pada bank lain 179.791.425.000 20% 35.958.285.000
Investasi pada surat Rp Rp
berharga 2.116.817.978.491 50% 1.058.408.989.246
Rp Rp
Piutang 19.366.318.545.470 100% 19.366.318.545.470
Rp Rp
Pinjaman Qardh 6.487.865.313.730 100% 6.487.865.313.730
Rp Rp
Pembiayaan 9.702.953.278.657 100% 9.702.953.278.657
Aset yang diperoleh untuk Rp Rp
ijarah 195.073.465.713 50% 97.536.732.857
Rp Rp
Aset tetap 511.063.089.204 20% 102.212.617.841
Rp Rp
Aset lain 1.381.622.896.591 20% 276.324.579.318
Rp
Total 37.243.570.138.492

Rumus CAR = ModaS X 100%


ÆTMR
Rp. 4.119.601.151.016
CAR BSM tahun 2011 = X 100% =11,06 %
Rp. 37.243.570.138.492
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 11,06 % yang berarti bank dinyatakan sehat.
Nama 2012
Bobot
Akun Nominal Resiko ATMR
Rp
Kas Rp 1.108.282.646.315 0% -
Rp
Giro dan penempatan pada BI Rp 5.425.378.388.198 0% -
Rp Rp
Giro pada bank lain 268.561.259.516 20% 53.712.251.903
Rp Rp
Penempatan pada bank lain 168.300.000.000 20% 33.660.000.000
Rp
Investasi pada surat berharga Rp 1.751.645.746.095 50% 875.822.873.048
Rp
Piutang Rp 26.957.190.411.078 100% 26.957.190.411.078
Rp
Pinjaman Qardh Rp 6.133.646.853.577 100% 6.133.646.853.577
Rp
Pembiayaan Rp 10.210.577.759.450 100% 10.210.577.759.450
Aset yang diperoleh untuk Rp Rp
ijarah 191.464.451.340 50% 95.732.225.670
Rp Rp
Aset tetap 743.598.369.939 20% 148.719.673.988
Rp
Aset lain Rp 12.707.498.999.014 20% 2.541.499.799.803
Rp
Total 47.050.561.848.516

Rp. 5.065.356.288.321
CAR BSM tahun 2011 = X 100% =10,77 %
Rp. 47.050.561.848.516

Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 11,06% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 10,77% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa menjaga
agar bank sehat.
Kesimpulannya: Bank Syari’ah Mandiri pada tahun 2012 tetap bisa menjaga agar
bank sehat walaupun terjadi penurunan nilai CAR. Penurunan nilai CAR berarti
terjadinya penurunan modal.
Agar tidak terjadi penurunan CAR BSM harus mampu mempertahankan
kecukupan modal dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat
mempengaruhi besarnya modal.

Analisis FDR/LDR Bank Syari’ah Mandiri

Menghitung FDR/LDR
Akun 2011 2012
Rp Rp
Piutang 19.366.318.545.470 26.957.190.411.078
Rp Rp
pinjaman qardh 6.487.865.313.730 6.133.646.853.577
Rp Rp
pembiayaan 9.702.953.278.657 10.210.577.759.450
Total Rp Rp
Pembiayaan 35.557.137.137.857 43.301.415.024.105
Dana pihak Rp Rp
ketiga 43.782.238.994.653 48.350.486.851.651
FDR 81,21% 89,56%
Dari hasil analisis FDR BSM menyatakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 81,21%
dan pada tahun 2012 sebesar 86,56% artinya pembiayaan bank sangat baik karena banyak
pembiayaan yang disalurkan pada masyarakat dan ketika pembiayaan besar maka keuntungan
bank semakin banyak dan bertambah pula pendapatan dari bank.
Analisis BOPO Bank Syari’ah Mandiri

Menghitung BOPO
Akun 2011 2012
Rp Rp
biaya operasional 2.311.646.172.965 2.790.740.761.851
Rp Rp
pendapatan sbg mudharib 3.771.271.537.981 4.684.793.297.347
Rp Rp
pendapatan usaha lain 1.081.747.762.382 1.138.747.549.267
Rp Rp
pendapatan operasional 4.853.019.300.363 5.823.540.846.614
BOPO 47,63% 47,92%
Dari hasil analisis BOPO BSM menyatakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 47,63%
dan pada tahun 2012 sebesar 47,92% berarti bahwa kinerja cukup baik meskipun terjadi
peningkatan BOPO dikarenakan kenaikan pendapatan lebih besar dari pada kenaikan biaya.

 Kesimpulan
Dari hasil analisis CAR, analisis FDR, dan analisis BOPO Bank Syari’ah
Mandiri pada tahun 2011 dan 2012 kinerja BSM dinyatakan baik karena terjadi
kenaikan BOPO walaupun terjadi penurunan nilai CAR yang disebabkan oleh
kenaikan FDR. Kenaikan FDR menunjukan kurang efektifnya bank dalam
menyalurkan kreditnya. Ketika banyak kredit yang kurang efektif maka
mengakibatkan terhambatnya pendanaan di bank.
Agar efektif dalam menyalurkan kredit bank harusnya lebih selektif dalam
penyaluran kredit agar tidak terjadi kesulitan pendanaan di masa mendatang.

Analisis Common-Size (Persentase Per-Komponen)

Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap


rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).

Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size statement)


menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya, cara
penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis common-size dan termasuk
metode analisis vertikal.

Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement)


dapat memberikan informasi sebagai berikut:

1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang


posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.

Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya


dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik
komposisi investasi maupun struktur modal.
Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size
percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
masing-masing elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat
menggambarkan perubahan distribusi tersebut.

Contoh Analisis Common-Size:

PT. BAGAS PERKASA JAYA


Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
31 Desember Common-Size (%)
NERACA
2009 2010 2009 2010
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas Rp 1.300 Rp 1.200 9,29 7,50
Piutang Dagang Rp 1.200 Rp 1.000 8,57 6,25

Persediaan Rp 2.200 Rp 2.600 15,71 16,25


Total Aktiva Lancar Rp 4.700 Rp 4.800 33,57 30,00
Aktiva Tetap
Tanah Rp 2.300 Rp 3.700 16,43 23,13
Gedung Rp 4.000 Rp 4.000 28,57 25,00
Mesin Rp 4.000 Rp 5.000 28,57 31,25

Akumulasi Depresiasi Rp(1.000) Rp(1.500) (7,14) (9,38)


Total Aktiva Tetap Rp 9.300 Rp11.200 66,43 70,00
Total Aktiva Rp14.000 Rp16.000 100% 100%
PASIVA (UTANG & MODAL)
Utang Lancar Rp 2.500 Rp 2.200 17,86 13,75
Utang Jangka Panjang Rp 4.500 Rp 6.000 32,14 37,50
Modal Rp 7.000 Rp 7.800 50,00 48,75
Total Utang & Modal Rp14.000 Rp16.000 100% 100%

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos di dalam neraca


dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini (total aktiva
dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-masing pos yang termasuk
pada masing-masing kategori dinyatakan dalam persentase atas dasar total aktiva atau pasiva
(kategori).

% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100% = (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92%
⇒Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.

Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas,
persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).

PT. BAGAS PERKASA JAYA


Laporan Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
LABA-RUGI Tahun Common-Size (%)
2009 2010 2009 2010
Penghasilan Rp 150.000 Rp 200.000 100% 100%
Harga Pokok Penjualan Rp (50.000) Rp (60.000) (33,33) (30,00)
Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 66,67 70,00
Biaya Pemasaran Rp (25.000) Rp (34.000) (16,67) (17,00)
Biaya Administrasi Rp (20.000) Rp (28.000) (13,33) (14,00)
Biaya Bunga Rp (10.000) Rp (14.000) (6,67) (7,00)
Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 30,00 32,00
Pajak (15%) Rp (6.750) Rp (9.600) (4,50) (4,80)
Laba Bersih Rp 38.250 Rp 54.400 25,50 27,20

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan laba-rugi


yang dinyatakan dalam persentase per-komponen atas dasar total penghasilan (total
penghasilan dinyatakan sebesar 100%).

% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga Pokok Penjualan/Total Penghasilan) x 100%


= Rp 60.000/Rp 200.000 x 100%
= 30%
⇒Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk biaya
lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN COMMON SIZE

Pengertian Persentase common size

1. Menurut Djarwanto (1999: 71), persentase per komponen adalah persentase dari
masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur pasiva
terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba-rugi terhadap jumlah
penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut common-size statement.
2. Menurut Jusuf (2000: 75), common size analysis adalah menganalisis laporan
keuangan untuk satu periode tertentu dengan cara membanding-bandingkan pos yang
satu dengan pos lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan
persentase di mana salah satu pos ditetapkan patokan 100%.

Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam
laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi)
atau dari total aktiva (untuk neraca).
Dalam laporan common size, seluruh akun dinyatakan dalam presentase dan tidak
ditunjukkan jumlah moneternya. Dalam laporan keuangan common size (laporan yang
berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam kelompok yang bersangkutan
adalah 100%.
Prosedur dalam analisis common size disebut sebagai analisis vertikal karena
melakukan evaluasi akun dari atas ke bawah (atau dari bawah ke atas).
Analisis laporan keuangan common size berguna dalam memahami pembentuk
internal laporan keuangan. Laporan laba rugi common size dapat memberikan perspektif
yang lebih baik untuk mengevaluasi upaya pemangkasan biaya. Pengecualian berlaku untuk
pajak penghasilan yang terkait dengan laba sebelum pajak, bukan penjualan. Laporan
keuangan common size juga berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena laporan
keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common size.

Rumus Analisis Common Size:


Neraca : (item-item dalam Neraca / Tot. Aktiva) x 100%
Rugi/Laba : (item -item dalam Lap. Rugi laba / Tot. Penjualan) x 100%
Cara Perhitungan Persentase Common Size
Metode mengubah jumlah-jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan keuangan
menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut (Djarwanto, 1999: 71) :

1. Nyatakan total aktiva, total pasiva (total utang plus modal sendiri), dan jumlah
penjualan netto dengan 100%.
2. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan totalnya, dengan
cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur laporan keuangan itu dengan
totalnya.

Contoh Soal :
Analisislah laporan keuangan dibawah ini dengan menggunakan analisis Common
Size?
Neraca PT. XYZ
Tgl 31 desember 2009 dan 2010
(dalam jutaan rupiah)
Aktiva Pasiva (Kewajiban)
Aktiva Kewajiban
2009 2010 2009 2010
lancar Lancar
Rp. 22 Rp. 25 Hutang Rp. 91 Rp. 89
Kas
Dagang
Surat 10 15 Hutang 40 20
Berharga Wesel
170 176 Hutang 30 32
Piutang
Pajak
Persediaan 117 112 Hutang Bank 120 120
Total Rp.319 Rp.328 Tot. Rp.281 Rp.261
Aktiva Kewajiban
Lancar Lancar
Aktiva Rp.700 Rp.700 Rp.200 Rp.100
Hutang
Tetap (
Jk.Panjang
bruto)
(100) (150) Modal
Akm.
Sendiri : 300 300
Penyusutan
ham
Aktiva Laba yang
Rp.600 Rp.550 138 217
Tetap ditahan

Total Rp.919 Rp.878 Tot. Pasiva Rp.919 Rp.878


Aktiva (Kewajiban)

Laporan Rugi Laba PT.XYZ


Th.2009 dan 2010
2009 2010
Rp. Rp.3.000
Penjualan
2.200
HPP 1.500 2.000
Rp. Rp.1.000
Laba Kotor
700
Biaya-biaya 400 550
Laba sebelum bunga Rp. Rp. 450
dan pajak ( EBIT) 300
Bunga 56 55
Laba sebelum pajak Rp. Rp. 395
(EBT) 244
Pajak 78 88
Laba setelah pajak Rp. Rp. 310
(EAT) 166

Penyelesaian :

Analisis Common Size Neraca PT. XYZ


Tgl 31 desember 2009 dan 2010
Aktiva Pasiva (Kewajiban)
Aktiva Kewajiban
2009 2010 2009 2010
lancar Lancar
Kas 2,1 % 2,8 % Hutang 9,9 % 10.1 %
Dagang
Surat 1,1 % 1,7 % Hutang 4,4 % 2,3 %
Berharga Wesel
Piutang 18,5 % 20 % Hutang Pajak 3,2 % 3,6 %
Persediaan 12,8 % 12,8 % Hutang Bank 13,1 % 13,7 %
Total 34,6 % 37,3 % Tot. 30,6 % 29,7 %
Aktiva Kewajiban
Lancar Lancar

Aktiva 76,2 % 79,7 % 21,8 % 11,4 %


Hutang
Tetap (
Jk.Panjang
bruto)
10,8 % 17 % Modal
Akm.
Sendiri : 32,6 % 34,2 %
Penyusutan
ham
Aktiva Laba yang
65,4 % 62,7 % 15 % 24,7 %
Tetap ditahan

Total 100 % 100 % Tot. Pasiva 100 % 100 %


Aktiva (Kewajiban)

Laporan Rugi Laba PT.XYZ


Th.2009 dan 2010
2009 2010
Penjualan 100 % 100 %
HPP 68,2 % 66,7 %
Laba Kotor 31,8 % 33,3 %
Biaya-biaya 18,2 % 18,3 %
Laba sebelum bunga dan 13,6 % 15 %
pajak ( EBIT)
Bunga 2,3 % 1,8 %
Laba sebelum pajak 11,1 % 13,2 %
(EBT)
Pajak 3,5 % 2,9 %
Laba setelah pajak (EAT) 7,6 % 10,3 %
Evaluasi Persentase per Komponen
Persentase per Komponen dari Neraca

 Persentase per komponen dari neraca menunjukkan persentase dari masing-masing


unsur aktiva dari total aktivanya dan persentase dari masing-masing unsur passiva
dari total passivanya (Djarwanto, 1999: 74).
 Hasil perbandingan dalam persentase tersebut menunjukkan (Jusuf, 2000:79): 1).
Peran dari masing-masing account terhadap total aktiva, 2). Peran dari masing-masing
pos pembiayaan (utang atau modal sendiri) dalam membiayai aktiva, 3). Analisis ini
juga memberikan indikasi mengenai karakteristik bisnis yang bersangkutan.

Persentase per Komponen dari laporan laba-rugi

1. Persentase per komponen dari laporan laba-rugi menunjukkan besarnya persentase


masing-masing unsur laba-rugi dari nilai penjualan nettonya (Djarwanto, 1999: 78).
2. Hasil perbandingan dalam persentase tersebut menurut (Djarwanto, 1999:78)
menunjukkan bagian dari penjualan netto yang telah terserap oleh unsur-unsur seperti
beban pokok penjualan, berbagai macam biaya usaha, biaya non operating, pajak
perseroan, dan pendapatan bersih sebagai sisanya.

Menghitung FDR/LDR
2011 2012
piutang Rp 19.366.318.545.470 Rp 26.957.190.411.078
pinjaman qardh Rp 6.487.865.313.730 Rp 6.133.646.853.577
pembiayaan Rp 9.702.953.278.657 Rp 10.210.577.759.450
Total Pembiayaan Rp 35.557.137.137.857 Rp 43.301.415.024.105
Dana pihak ketiga Rp 43.782.238.994.653 Rp 48.350.486.851.651
FDR 81,21% 89,56%

Dari hasil analisis FDR BSM menyatakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 81,21% dan pada
tahun 2012 sebesar 86,56% artinya pembiayaan bank sangat baik karena banyak pembiayaan yang
disalurkan pada masyarakat dan ketika pembiayaan besar maka keuntungan bank semakin banyak
dan bertambah pula pendapatan dari bank.

Menghitung BOPO
2011 2012
biaya operasional Rp 2.311.646.172.965 Rp 2.790.740.761.851
pendapatan sbg mudharib Rp 3.771.271.537.981 Rp 4.684.793.297.347
pendapatan usaha lain Rp 1.081.747.762.382 Rp 1.138.747.549.267
pendapatan operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614
BOPO 47,63% 47,92%
Dari hasil analisis BOPO BSM menytakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 47,63% dan pada
tahun 2012 sebesar 47,92% berarti bahwa kinerja cukup baik meskipun terjadi peningkatan BOPO
dikarenakan kenaikan pendapatan lebih besar dari pada kenaikan biaya.
RASIO AKTIVITAS DAN RASIO PASAR
A. RASIO AKTIVITAS
1 Rasio Perputaran Piutang Usaha = Pendapatan OperacionaS
TotaS Piutang

Akun 2012 2011


Pendapatan
operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614
Total piutang Rp 26.957.190.411.078 Rp 19.366.318.545.470
Rasio Perputaran
Piutang 0,18 0,30

Rasio Perputaran Piutang Usaha BSM tahun 2011 = 5.823.540.846.614


= 0,3 kali
19.366.318.545.470

Dari analisis rasio perputaran piutang usaha BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa
kinerja cukup baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali
membutuhkan waktu selama 3 tahun lebih.

Rasio Perputaran Piutang Usaha BSM tahun 2012 = 4.853.019.300.363


= 0, 18 kali
26.957.190.411.078

Dari analisis rasio perputaran piutang usaha BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa
pada kinerja tidak baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali
membutuhkan waktu selama 5 tahun lebih.
Kesimpulan dari analisis rasio perputaran piutang usaha BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan penambahan total
piutang. Rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga
memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena kredit dan penagihan bekerja tidak efektif
atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

2 Rata-rata Umur Piutang = TotaS Piutang


TotaS Pendapatan OperacionaS / 365

Akun 2012 2011


pendapatan
operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614
total piutang Rp 26.957.190.411.078 Rp 19.366.318.545.470
rata-rata
pendapatan Rp 13.295.943.289 Rp 15.954.906.429
rata-rata umur
piutang 2027 1214

Rata-rata umur piutang tahun 2011 = 19.366.318.545.470 = 1214 hari


15.954.906.429

Dari analisis rata-rata umur piutang BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa kinerja
kurang baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali membutuhkan
waktu selama 1214 hari atau 3 tahun lebih.
Rata-rata umur piutang BSM tahun 2012 = 26.957.190.411.078 = 2027 hari
13.295.943.289

Dari analisis rata-rata umur piutang BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa kinerja
kurang baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali membutuhkan
waktu selama 2027 hari atau 5 tahun lebih.
Kesimpulan dari analisis rata-rata umur piutang BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami penambahan hari. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan semakin lama piutang
yang tersalur maka mengurangi keefektifan kinerja bank.

3 Rasio Perputaran Modal Kerja= Pendapatan OperacionaS


Æktiva Lancar–Utang Lancar

Akun 2012 2011


Aktiva –Utang Rp 43.754.389.922.472 Rp 40.591.520.421.214
Pedapatan operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614
Rasio perputaran modal kerja 0,11 0,14

Rasio perputaran modal kerja tahun 2011 = 5.823.540.846.614


= 0,14 kali
40.591.520.421.214

Dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa
kinerja kurang baik karena kurang dari 0,2 kali

Rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2012 = 4.853.019.300.363


= 0,11 kali
43.754.389.922.472

Dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa
kinerja kurang baik karena kurang dari 0,2 kali.
Kesimpulan dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan semakin lama perputaran
modal kerja berarti semakin lama pula komponen dari modal kerja kembali menjadi kas.

4 Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Pendapatan OperacionaS


Æktiva Tetap

Akun 2012 2011


Pedapatan operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614
Aktiva tetap Rp 743.598.369.939 Rp 511.063.089.204
Rasio perputaran aktiva tetap 7 11

Kesimpulan dari analisis rasio perputaran aktiva tetap BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan, tetapi tidak berpengaruh pada kinerja bank.

5 Rasio Perputaran Total Aktiva = Pendapatan OperacionaS


TotaS Æktiva

Akun 2012 2011


Pedapatan operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614
Total aktiva Rp 116.870.597.820.341 Rp 104.916.614.868.509
Rasio perputaran aktiva
tetap 0,04 0,06

Rasio perputaran total aktiva BSM tahun 2011 = 5.823.540.846.614


= 0,06
104.916.614.868.509

Rasio perputaran total aktiva BSM tahun 2012 = 4.853.019.300.363


= 0,04
116.870.597.820.341

Kesimpulan dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan semakin lama perputaran
modal kerja berarti semakin lama pula komponen dari modal kerja kembali menjadi kas.
B. RASIO PASAR
1 EPS ( Earning Per Share) = Laba Bercih
JuNSah SahaN Beredar

akun 2012 2011


laba bersih Rp805.690.561.013 Rp551.070.247.617
jumlah saham beredar 291648712 231648713
EPS Rp2.763 Rp2.379

EPS ( Earning Per Share) BSM tahun 2011 = 551.077.247.671 = Rp. 2379
231.648.713

EPS ( Earning Per Share) BSM tahun 2012 = 805.690.561.013 = Rp. 2763
291.648.712

Kesimpulan dari analisis EPS ( Earning Per Share) BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami peningkatan, peninggkatan tersebut karena bertambahnya pendapatan perlembar
saham. Kinerja BSM baik dikarenakan mampu menambah pendapatan sehingga pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang
dimiliki semakin besar.
2 Karga Pacar Per LeNbar SahaN
PER ( Price Earning Ratio) =
KaciS EPS

akun 2012 2011


harga pasar perlembar saham Rp 8.100 Rp 6.750
hasil EPS Rp 2.763 Rp 2.379
PER 2,93 2,84

PER ( Price Earning Ratio) BSM tahun 2011 = 6.750 = 2,84


2.379

PER ( Price Earning Ratio) BSM tahun 2012 = 8.100 = 2,93


2.763

Kesimpulan dari analisis PER ( Price Earning Ratio) BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami peningkatan, peninggkatan tersebut karena semakin tinggi harga pasar saham
perlembar menyebabkan semakin tinggi PER ( Price Earning Ratio). Semakin tinggi PER (
Price Earning Ratio) maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami
kenaikan. Kinerja BSM baik dikarenakan mampu menambah harga pasar saham perlembar.
3 Karga Pacar SahaN Per LeNbar
Price to Book Value Ratio =
NiSai Buku Per LeNbar SahaN

akun 2012 2011


harga pasar saham perlembar Rp 8.100 Rp 6.750
nilai buku perlembar saham Rp 5.000 Rp 5.000
Price to Book Value Ratio Rp 2 Rp 1

Price to Book Value Ratio BSM tahun 2011 = 6.750 = Rp. 1


5.000

Price to Book Value Ratio BSM tahun 2012 = 8.100 = Rp. 2


5.000

Kesimpulan dari analisis Price to Book Value Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
bahwa kinerja BSM baik, karena nilai harga pasar sahamnya diatas nilai buku.

4 Deviden Field Ratio = EPS


X 100%
Karga Per LeNbar SahaN

akun 2012 2011


EPS Rp 2.763 Rp 2.379
harga per lembar saham Rp 8.100 Rp 6.750
Deviden Field Ratio 34% 35%

Deviden Field Ratio BSM tahun 2011 = 2.379 X 100% = 35%


6.750

Deviden Field Ratio BSM tahun 2012 = 2.763 X 100%= 34%


8.100

Kesimpulan dari analisis Deviden Field Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami penurunan. Penurunan DYR menandakan bahwa semakin rendah deviden yang
akan didapat oleh investor.

5 Deviden Pay Out Ratio = EPS–Laba ditahan


EPS

akun 2012 2011


EPS Rp 2.763 Rp 2.379
laba ditahan Rp 85 Rp -
EPS Rp 2.763 Rp 2.379
Deviden Pay Out Ratio 0,97 1

Deviden Pay Out Ratio BSM tahun 2011 = 2.379–0 = 1


2.379

Deviden Pay Out Ratio BSM tahun 2012 = 2.763 = 0,97


85
Kesimpulan dari analisis Deviden Pay Out Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami penurunan.
Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio = Æktiva Lancar
Utang Lancar

Aset lancar 2012 2011


Kas dan setara kas Rp 6.970.522.294.029 Rp 8.910.235.458.005
Investasi pada surat berharga Rp 1.751.645.746.095 Rp 2.116.817.978.491
Piutang Rp 26.957.190.411.078 Rp 19.366.318.545.470
Pinjaman Qardh Rp 6.133.646.853.577 Rp 6.487.865.313.730
Pembiayaan Rp 10.210.577.759.450 Rp 9.702.953.278.657
Aktiva Lancar Rp 52.023.583.064.229 Rp 46.584.190.574.353

LIABILITAS 2012 2011


Liabilitas segera Rp 746.363.676.559 Rp 637.797.132.837
Bagi hasil dana syirkah
temporer Rp 39.952.815.813 Rp 106.841.886.190
Simpanan wadiah Rp 7.332.436.237.235 Rp 5.095.862.210.038
Simpanan pada bank lain Rp 37.976.152.273 Rp 78.830.661.140
Utang pajak Rp 112.464.259.877 Rp 73.338.262.934
Utang Lancar Rp 8.269.193.141.757 Rp 5.992.670.153.139

Current Ratio BSM tahun 2011 = 46.584.190.574.353 = 7,8


5.992.670.153.139

Dari analisis current rasio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh Rp.7,8 aktiva lancar yang dimiliki.

Current Ratio BSM tahun 2012 = 52.023.583.064.229 = 6,3


8.269.193.141.757

Dari analisis current rasio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh 6,3 aktiva lancar yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis current rasio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 walaupun
mengalami penurunan nilai current rasio tetapi penurunan tersebut tidak akan mempengaruhi
likuiditas bank. Likuiditas BSM baik dan terjamin bisa memenuhi kewajibannya.
b. Kac dan cetara kac
Quick Ratio =
TotaS DPK

Akun 2012 2011


Rp 8.722.168.040.124 Rp 11.027.053.436.496
Kas dan setara kas

Rp Rp
Dana syirkah temporer 40.380.074.462.143 37.857.546.123.475

Quick Ratio BSM tahun 2011 = 11.027.053.436.496 = 0,29


37.857.546.123.475

Dari analisis quick rasio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.0,29 aset kas dan setara kas yang dimiliki.

Quick Ratio BSM tahun 2012 = 8.722.168.040.124 = 0, 22


40.380.074.462.143

Dari analisis quick rasio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.0,22 aset kas dan setara kas yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis quick rasio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 walaupun
mengalami penurunan nilai quick rasio tetapi penurunan tersebut tidak akan mempengaruhi
likuiditas bank. Likuiditas BSM baik dan terjamin bisa memenuhi kewajibannya.

c. Cash Ratio = Kac +Bank


utang Lancar

Akun 2012 2011


KAS + BANK Rp 6.970.522.294.029 Rp 8.910.235.458.005
Akun 2012 2011
Utang Lancar Rp 8.269.193.141.757 Rp 5.992.670.153.139

Cash Ratio BSM tahun 2011 = 6.970.522.294.029 = 1,49


8.269.193.141.757

Dari analisis cash rasio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh Rp.1,49 aset kas dan bank yang dimiliki.

Quick Ratio BSM tahun 2012 = 8.722.168.040.124 = 0,84


40.380.074.462.143

Dari analisis quick rasio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh Rp.0,84 aset kas dan bank yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis cash rasio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 walaupun
mengalami penurunan cash quick rasio tetapi penurunan tersebut tidak akan mempengaruhi
likuiditas bank. Likuiditas BSM baik dan terjamin bisa memenuhi kewajibannya.
d. Surat–curat ber◻arga ( cekuritac )
IPR ( Investing Policy Ratio ) =
DPK

AKUN 2012 2011


INVESTASI SSB Rp 1.751.645.746.095 Rp 2.116.817.978.491
DPK Rp 40.380.074.462.143 Rp 37.857.546.123.475

2.116.817.978.491
IPR BSM tahun 2011 = = 0,06
37.857.546.123.475

Dari analisis IPR BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 DPK
dijamin oleh Rp.0,06 investasi surat berharga yang dimiliki.
1.751.645.746.095
IPR BSM tahun 2012 = = 0,04
40.380.074.462.143

Dari analisis IPR BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 DPK
dijamin oleh Rp.0,04 investasi surat berharga yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis IPR BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi penurunan IPR.
Penurunan tersebut menunjukan semakin baiknya kinerja dari BSM karena dapat menjamin
akan melunasi kewajibannya pada deposan dengan cara menjamin surat-surat berharga.
e. JuNSa◻ peNbiayaan yang dicaSurkan
Banking Ratio =
DPK

Akun 2012 2011


PIUTANG Rp 26.957.190.411.078 Rp 19.366.318.545.470
PINJAMAN QARDH Rp 6.133.646.853.577 Rp 6.487.865.313.730
PEMBIAYAAN Rp 10.210.577.759.450 Rp 9.702.953.278.657
Jumlah yang disalurkan Rp 43.301.415.024.105 Rp 35.557.137.137.857
DPK Rp 40.380.074.462.143 Rp 37.857.546.123.475

Banking Ratio BSM tahun 2011 = 35.557.137.137.857 = 0,94


37.857.546.123.475

Dari analisis Banking Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.0,94 jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BSM.

Banking Ratio BSM tahun 2012 = 43.301.415.024.105 = 1,07


40.380.074.462.143

Dari analisis Banking Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.1,07 jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Banking Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi
kenaikan Banking Ratio. Kenaikan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah pembiayaan
yang disalurkan oleh BSM menunjukan kurang efektif kinerja dari BSM karena belum bisa
memanajemen jumlah pembiayaan yang disalurkan.
Kesimpulan : Dari hasil analisis rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri disimpulkan
bahwa likuiditas dari BSM kondisinya baik, dan dapat menjamin
semua kewajiban jangka pendeknya walaupun terjadi kenaikan jumlah
pembiayaan yang disalurkan tidak mengganggu likuiditas dari BSM.
2. Rasio Solvabilitas
a) Debt Ratio = TotaS Utang
TotaS Æktiva

Akun 2012 2011


Total Utang Rp 50.048.705.607.997 Rp 45.598.685.556.990
TOTAL AKTIVA Rp 54.229.395.784.522 Rp 48.671.950.025.861

Debt Ratio BSM tahun 2011 = 45.598.685.556.990 = 0,92


48.671.950.025.861

Dari analisis Debt Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
total utang dijamin oleh Rp.0,92 total aktiva yang dimiliki oleh BSM.

Debt Ratio BSM tahun 2012 = 50.048.705.607.997 = 0,84


54.229.395.784.522

Dari analisis Debt Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
total utang dijamin oleh Rp.0,84 total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Debt Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi
penurunan Debt Ratio. Penurunan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah total utang
BSM menunjukan kurang efektif kinerja dari BSM karena belum bisa memanajemen utang.

b) Debt to Equity Ratio = TotaS utang


TotaS ModaS

Akun 2012 2011


Total Utang Rp 50.048.705.607.997 Rp 45.598.685.556.990
Total Modal Rp 5.065.356.288.321 Rp 4.119.601.151.016

Debt to Equity Ratio BSM tahun 2011 = 45.598.685.556.990 = 11,1


4.119.601.151.016

Dari analisis Debt to Equity Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada
setiap Rp.1 total utang dijamin oleh Rp.11,1 total modal yang dimiliki oleh BSM.

Debt to Equity Ratio BSM tahun 2012 = 50.048.705.607.997 = 9,9


5.065.365.288.321

Dari analisis Debt to Equity Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada
setiap Rp.1 total utang dijamin oleh Rp.9,9 total modal yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Debt to Equity Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
terjadi penurunan Debt to Equity Ratio. Penurunan tersebut dikarenakan bertambahnya
jumlah total utang BSM tidak sebanding dengan total modal menunjukan kurang efektif
kinerja dari BSM karena belum bisa memanajemen utang.
c) Coverage Ratio= EBZIT
Kak Pihak Ketiga

AKUN 2012 2011


LABA SEBELUM ZAKAT Rp 1.125.264.249.060 Rp 767.112.045.165
HPK Rp 1.913.566.492.744 Rp 1.780.550.413.371

Coverage Ratio BSM tahun 2011 = 767.112.045.165 = 0,43


1.780.550.413.371

Dari analisis Coverage Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 laba kotor dijamin oleh Rp.0,43 hak pihak ketiga yang diperoleh BSM.

Coverage Ratio BSM tahun 2012 = 1.125.264.249.060 = 0,56


1.913.566.492.744

Dari analisis Coverage Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 laba kotor dijamin oleh Rp.0,56 hak pihak ketiga yang diperoleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Coverage Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi
Kenaikan. Penurunan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah total utang BSM tidak
sebanding dengan total modal menunjukan kurang efektif kinerja dari BSM karena belum
bisa memanajemen utang.
Kesimpulan dari hasil analisis rasio solvabilitas kinerja kerja BSM kurang baik,
dikarenakan bertambahnya total utang

d) Ratio Primer = ModaS cendiri X 100%


TotaS Æktiva

Akun 2012 2011


EKUITAS Rp 4.180.690.176.525 Rp 3.073.264.468.871
TOTAL AKTIVA Rp 54.229.395.784.522 Rp 48.671.950.025.861

Ratio Primer BSM tahun 2011 = 3.073.264.468.871


X 100% = 6%
48.671.950.025.861

Dari analisis ratio primer BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
modal sendiri dijamin oleh 6% total aktiva yang dimiliki oleh BSM.

Ratio Primer BSM tahun 2012 = 4.180.690.176.525


= 8%
54.229.395.784.522

Dari analisis Ratio Primer BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
modal sendiri dijamin oleh 8% total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Ratio Primer BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami
Kenaikan. Kenaikan total aktiva disertai dengan kenaikan modal. Artinya kinerja kerja BSM
itu cukup baik karena bisa menambah modal sendiri.
e) Risk Asset Ratio= ModaS cendiri
Æcet Non Kac dan Setara Kac

Akun 2012 2011


EKUITAS Rp 4.180.690.176.525 Rp 3.073.264.468.871
Aset Non Kas dan Setara Kas Rp 45.507.227.744.398 Rp 37.644.896.589.365

Risk Asset Ratio BSM tahun 2011 = 3.073.264.468.871


= 0,08
37.644.896.589.365

Dari analisis Risk Asset Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 modal sendiri dijamin oleh 0,08 aset non kas dan setara kas yang dimiliki oleh BSM.

Risk Asset Ratio BSM tahun 2012 = 4.180.690.176.525 = 0,09


45.507.227.744.398

Dari analisis Risk Asset Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 modal sendiri dijamin oleh 0,09 aset non kas dan setara kas yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Risk Asset Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami Kenaikan. Kenaikan Risk Asset Rasio mengakibatkan semakin besarnya resiko
penurunan nilai aset non kas dan setara kas.
Kesimpulan : Dari hasil analisis solvabilitas BSM tahun 2011 dan 2012 disimpulkan
bahwa kinerja BSM kurang baik dalam memanajemen seluruh kewajibannya dalam jangka
panjang.
3. Rasio Profitabilitas
a) GPM ( Gross Profit Margin ) = Laba Kotor
X 100%
Pendapatan OperacionaS

Akun 2012 2011


Laba kotor Rp 1.125.264.249.060 Rp 767.112.045.165
Pendapatan
operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614

GPM BSM tahun 2011 = 767.112.045.165 X 100% = 13%


5.823.540.846.614

Dari analisis GPM BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
kotor dijamin oleh 13 % pendapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.

GPM BSM tahun 2012 = 1.125.264.249.060 X 100%= 23%


4.853.019.300.363

Dari analisis GPM BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
kotor dijamin oleh 23% pendapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis GPM BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kenaikan tersebut karena terjadinya penambahan margin keuntungan kotor.
Kinerja BSM baik karena dapat menambah margin keuntungan kotor.
b) NPM ( Net Profit Margin ) = Laba Bercih
X 100%
Pendapatan OperacionaS

Akun 2012 2011


Laba bersih Rp 805.690.561.013 Rp 551.070.247.617
Pendapatan operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614

NPM BSM tahun 2011 = 551.070.247.617 X 100% = 9%


5.823.540.846.614

Dari analisis NPM BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 9 % pendapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.

NPM BSM tahun 2012 = 805.690.561.013 X 100% = 17%


4.853.019.300.363

Dari analisis NPM BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 17% perndapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis NPM BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kenaikan tersebut karena terjadinya penambahan margin keuntungan bersih.
Kinerja BSM baik karena dapat menambah margin keuntungan bersih dan menambah
pendapatan.

c) ROI ( Return On Investment ) = EBIT


X 100%
TotaS Æktiva

Akun 2012 2011


EBIT/ Laba kotor Rp 1.125.264.249.060 Rp 767.112.045.165
Total aktiva Rp 54.229.395.784.522 Rp 48.671.950.025.861

ROI BSM tahun 2011 = 767.112.045.165


X 100% = 1,6 %
48.671.950.025.861

Dari analisis ROI BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba kotor
dijamin oleh 1,6 % total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
1.125.264.249.060
ROI BSM tahun 2012 = X 100%= 2,1 %
54.229.395.784.522

Dari analisis ROI BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba kotor
dijamin oleh 2,1% total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis ROI BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kinerja BSM baik karena investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai yang diharapkan.

d) ROE ( Return On Equity ) = EÆT


X 100%
ModaS Sendiri

Akun 2012 2011


Laba bersih Rp 805.690.561.013 Rp 551.070.247.617
Ekuitas Rp 4.180.690.176.525 Rp 3.073.264.468.871
ROE BSM tahun 2011 = 551.070.247.617 X 100% = 18%
3.073.264.468.871

Dari analisis ROE BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 18 % modal sendiri yang dimiliki oleh BSM.

ROE BSM tahun 2012 = 805.690.561.013 X 100% = 19%


4.180.690.176.525

Dari analisis ROE BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 19 % modal sendiri yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis ROE BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kinerja BSM baik karena mampu mempergunakan sumber daya yang dimiliki
untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.
e) Pendapatan dari baciS bercih
NIM ( Net Interest Margin)=
Æktiva Lancar

Akun 2012 2011


Pendapatan basil bersih Rp 7.970.412.389.508 Rp 5.924.692.871.178
Aktiva lancar Rp 52.023.583.064.229 Rp 46.584.190.574.353

5.924.692.871.178
NIM BSM tahun 2011 = X 100% = 13%
46.584.190.574.353

Dari analisis NIM BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
pendapatan basil bersih dijamin oleh 13 % aktiva lancar yang dimiliki oleh BSM.
7.970.412.389.508
NIM BSM tahun 2012 = X 100% = 15 %
52.023.583.064.229

Dari analisis NIM BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
pendapatan basil bersih dijamin oleh 19 % aktiva lancar yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis NIM BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kinerja BSM baik karena pengelolaan aktiva lancarnya mampu menambah basil
bersih.
Kesimpulan : Dari hasil analisis rasio profitabilitas Bank Syariah Mandiri disimpulkan
kondisinya baik karena mengalami peningkatan dari sisi pendapatan yang diperoleh oleh
bank dan bertambahnya modal.

Anda mungkin juga menyukai