Rp. 5.065.356.288.321
CAR BSM tahun 2012 = X100%= 10,48%
Rp. 48.350.486.851.651
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 9, 41% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 10,48% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.
2. Rasio modal terhadap DPK
Rumus CAR = ModaS IntiX100%
DPK
Rp. 3.073.264.468.871
CAR BSM tahun 2011 = X 100% = 7,02%
Rp. 43.782.238.994.653
Rp. 4.180.690.176.525
CAR BSM tahun 2012 = X100% = 8,65%
Rp. 48.350.286.851.651
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 7,02% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 8,65% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.
3. Rasio modal terhadap aktiva beresiko
Rumus CAR = ModaS cendiri X 100%
TotaS aktiva–kac+cekuritac
Rp. 3.073.264.468.871
CAR BSM tahun 2011 = X 100% = 6,36%
Rp. 48.318.955.229.022
Rp. 4.180.690.176.525
CAR BSM tahun 2012 = X100% = 7,8%
Rp. 53.621.113.138.207
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 6,36% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 7,8% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.
4. Rasio modal terhadap total aktiva
Rumus CAR = ModaS cendiriX100%
TotaS aktiva
Rp. 3.073.264.468.871
CAR BSM tahun 2011 = X 100% = 6,31%
Rp. 48.671.950.025.861
Rp. 4.180.690.176.525
CAR BSM tahun 2012 = X100% = 7, 71%
Rp. 54.229.395.784.522
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 6,31% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 7,71% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa
meningkatkan nilai CAR dan menjaga agar bank sehat.
Rp. 5.065.356.288.321
CAR BSM tahun 2011 = X 100% =10,77 %
Rp. 47.050.561.848.516
Pada tahun 2011 CAR BSM sebesar 11,06% dinyatakan Bank sehat dan pada tahun
2012 CAR BSM sebesar 10,77% dinyatakan Bank sehat, artinya BSM bisa menjaga
agar bank sehat.
Kesimpulannya: Bank Syari’ah Mandiri pada tahun 2012 tetap bisa menjaga agar
bank sehat walaupun terjadi penurunan nilai CAR. Penurunan nilai CAR berarti
terjadinya penurunan modal.
Agar tidak terjadi penurunan CAR BSM harus mampu mempertahankan
kecukupan modal dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat
mempengaruhi besarnya modal.
Menghitung FDR/LDR
Akun 2011 2012
Rp Rp
Piutang 19.366.318.545.470 26.957.190.411.078
Rp Rp
pinjaman qardh 6.487.865.313.730 6.133.646.853.577
Rp Rp
pembiayaan 9.702.953.278.657 10.210.577.759.450
Total Rp Rp
Pembiayaan 35.557.137.137.857 43.301.415.024.105
Dana pihak Rp Rp
ketiga 43.782.238.994.653 48.350.486.851.651
FDR 81,21% 89,56%
Dari hasil analisis FDR BSM menyatakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 81,21%
dan pada tahun 2012 sebesar 86,56% artinya pembiayaan bank sangat baik karena banyak
pembiayaan yang disalurkan pada masyarakat dan ketika pembiayaan besar maka keuntungan
bank semakin banyak dan bertambah pula pendapatan dari bank.
Analisis BOPO Bank Syari’ah Mandiri
Menghitung BOPO
Akun 2011 2012
Rp Rp
biaya operasional 2.311.646.172.965 2.790.740.761.851
Rp Rp
pendapatan sbg mudharib 3.771.271.537.981 4.684.793.297.347
Rp Rp
pendapatan usaha lain 1.081.747.762.382 1.138.747.549.267
Rp Rp
pendapatan operasional 4.853.019.300.363 5.823.540.846.614
BOPO 47,63% 47,92%
Dari hasil analisis BOPO BSM menyatakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 47,63%
dan pada tahun 2012 sebesar 47,92% berarti bahwa kinerja cukup baik meskipun terjadi
peningkatan BOPO dikarenakan kenaikan pendapatan lebih besar dari pada kenaikan biaya.
Kesimpulan
Dari hasil analisis CAR, analisis FDR, dan analisis BOPO Bank Syari’ah
Mandiri pada tahun 2011 dan 2012 kinerja BSM dinyatakan baik karena terjadi
kenaikan BOPO walaupun terjadi penurunan nilai CAR yang disebabkan oleh
kenaikan FDR. Kenaikan FDR menunjukan kurang efektifnya bank dalam
menyalurkan kreditnya. Ketika banyak kredit yang kurang efektif maka
mengakibatkan terhambatnya pendanaan di bank.
Agar efektif dalam menyalurkan kredit bank harusnya lebih selektif dalam
penyaluran kredit agar tidak terjadi kesulitan pendanaan di masa mendatang.
% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100% = (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92%
⇒Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas,
persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).
1. Menurut Djarwanto (1999: 71), persentase per komponen adalah persentase dari
masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur pasiva
terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba-rugi terhadap jumlah
penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut common-size statement.
2. Menurut Jusuf (2000: 75), common size analysis adalah menganalisis laporan
keuangan untuk satu periode tertentu dengan cara membanding-bandingkan pos yang
satu dengan pos lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan
persentase di mana salah satu pos ditetapkan patokan 100%.
Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam
laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi)
atau dari total aktiva (untuk neraca).
Dalam laporan common size, seluruh akun dinyatakan dalam presentase dan tidak
ditunjukkan jumlah moneternya. Dalam laporan keuangan common size (laporan yang
berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam kelompok yang bersangkutan
adalah 100%.
Prosedur dalam analisis common size disebut sebagai analisis vertikal karena
melakukan evaluasi akun dari atas ke bawah (atau dari bawah ke atas).
Analisis laporan keuangan common size berguna dalam memahami pembentuk
internal laporan keuangan. Laporan laba rugi common size dapat memberikan perspektif
yang lebih baik untuk mengevaluasi upaya pemangkasan biaya. Pengecualian berlaku untuk
pajak penghasilan yang terkait dengan laba sebelum pajak, bukan penjualan. Laporan
keuangan common size juga berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena laporan
keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common size.
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva (total utang plus modal sendiri), dan jumlah
penjualan netto dengan 100%.
2. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan totalnya, dengan
cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur laporan keuangan itu dengan
totalnya.
Contoh Soal :
Analisislah laporan keuangan dibawah ini dengan menggunakan analisis Common
Size?
Neraca PT. XYZ
Tgl 31 desember 2009 dan 2010
(dalam jutaan rupiah)
Aktiva Pasiva (Kewajiban)
Aktiva Kewajiban
2009 2010 2009 2010
lancar Lancar
Rp. 22 Rp. 25 Hutang Rp. 91 Rp. 89
Kas
Dagang
Surat 10 15 Hutang 40 20
Berharga Wesel
170 176 Hutang 30 32
Piutang
Pajak
Persediaan 117 112 Hutang Bank 120 120
Total Rp.319 Rp.328 Tot. Rp.281 Rp.261
Aktiva Kewajiban
Lancar Lancar
Aktiva Rp.700 Rp.700 Rp.200 Rp.100
Hutang
Tetap (
Jk.Panjang
bruto)
(100) (150) Modal
Akm.
Sendiri : 300 300
Penyusutan
ham
Aktiva Laba yang
Rp.600 Rp.550 138 217
Tetap ditahan
Penyelesaian :
Menghitung FDR/LDR
2011 2012
piutang Rp 19.366.318.545.470 Rp 26.957.190.411.078
pinjaman qardh Rp 6.487.865.313.730 Rp 6.133.646.853.577
pembiayaan Rp 9.702.953.278.657 Rp 10.210.577.759.450
Total Pembiayaan Rp 35.557.137.137.857 Rp 43.301.415.024.105
Dana pihak ketiga Rp 43.782.238.994.653 Rp 48.350.486.851.651
FDR 81,21% 89,56%
Dari hasil analisis FDR BSM menyatakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 81,21% dan pada
tahun 2012 sebesar 86,56% artinya pembiayaan bank sangat baik karena banyak pembiayaan yang
disalurkan pada masyarakat dan ketika pembiayaan besar maka keuntungan bank semakin banyak
dan bertambah pula pendapatan dari bank.
Menghitung BOPO
2011 2012
biaya operasional Rp 2.311.646.172.965 Rp 2.790.740.761.851
pendapatan sbg mudharib Rp 3.771.271.537.981 Rp 4.684.793.297.347
pendapatan usaha lain Rp 1.081.747.762.382 Rp 1.138.747.549.267
pendapatan operasional Rp 4.853.019.300.363 Rp 5.823.540.846.614
BOPO 47,63% 47,92%
Dari hasil analisis BOPO BSM menytakan bahwa pada tahun 2011 sebesar 47,63% dan pada
tahun 2012 sebesar 47,92% berarti bahwa kinerja cukup baik meskipun terjadi peningkatan BOPO
dikarenakan kenaikan pendapatan lebih besar dari pada kenaikan biaya.
RASIO AKTIVITAS DAN RASIO PASAR
A. RASIO AKTIVITAS
1 Rasio Perputaran Piutang Usaha = Pendapatan OperacionaS
TotaS Piutang
Dari analisis rasio perputaran piutang usaha BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa
kinerja cukup baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali
membutuhkan waktu selama 3 tahun lebih.
Dari analisis rasio perputaran piutang usaha BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa
pada kinerja tidak baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali
membutuhkan waktu selama 5 tahun lebih.
Kesimpulan dari analisis rasio perputaran piutang usaha BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan penambahan total
piutang. Rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga
memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena kredit dan penagihan bekerja tidak efektif
atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Dari analisis rata-rata umur piutang BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa kinerja
kurang baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali membutuhkan
waktu selama 1214 hari atau 3 tahun lebih.
Rata-rata umur piutang BSM tahun 2012 = 26.957.190.411.078 = 2027 hari
13.295.943.289
Dari analisis rata-rata umur piutang BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa kinerja
kurang baik karena untuk mengembalikan piutang yang tersalur kembali membutuhkan
waktu selama 2027 hari atau 5 tahun lebih.
Kesimpulan dari analisis rata-rata umur piutang BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami penambahan hari. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan semakin lama piutang
yang tersalur maka mengurangi keefektifan kinerja bank.
Dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa
kinerja kurang baik karena kurang dari 0,2 kali
Dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa
kinerja kurang baik karena kurang dari 0,2 kali.
Kesimpulan dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan semakin lama perputaran
modal kerja berarti semakin lama pula komponen dari modal kerja kembali menjadi kas.
Kesimpulan dari analisis rasio perputaran aktiva tetap BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan, tetapi tidak berpengaruh pada kinerja bank.
Kesimpulan dari analisis rasio perputaran modal kerja BSM tahun 2011 dan tahun
2012 mengalami penurunan. Kinerja BSM kurang baik dikarenakan semakin lama perputaran
modal kerja berarti semakin lama pula komponen dari modal kerja kembali menjadi kas.
B. RASIO PASAR
1 EPS ( Earning Per Share) = Laba Bercih
JuNSah SahaN Beredar
EPS ( Earning Per Share) BSM tahun 2011 = 551.077.247.671 = Rp. 2379
231.648.713
EPS ( Earning Per Share) BSM tahun 2012 = 805.690.561.013 = Rp. 2763
291.648.712
Kesimpulan dari analisis EPS ( Earning Per Share) BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami peningkatan, peninggkatan tersebut karena bertambahnya pendapatan perlembar
saham. Kinerja BSM baik dikarenakan mampu menambah pendapatan sehingga pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang
dimiliki semakin besar.
2 Karga Pacar Per LeNbar SahaN
PER ( Price Earning Ratio) =
KaciS EPS
Kesimpulan dari analisis PER ( Price Earning Ratio) BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami peningkatan, peninggkatan tersebut karena semakin tinggi harga pasar saham
perlembar menyebabkan semakin tinggi PER ( Price Earning Ratio). Semakin tinggi PER (
Price Earning Ratio) maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami
kenaikan. Kinerja BSM baik dikarenakan mampu menambah harga pasar saham perlembar.
3 Karga Pacar SahaN Per LeNbar
Price to Book Value Ratio =
NiSai Buku Per LeNbar SahaN
Kesimpulan dari analisis Price to Book Value Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
bahwa kinerja BSM baik, karena nilai harga pasar sahamnya diatas nilai buku.
Kesimpulan dari analisis Deviden Field Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami penurunan. Penurunan DYR menandakan bahwa semakin rendah deviden yang
akan didapat oleh investor.
Dari analisis current rasio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh Rp.7,8 aktiva lancar yang dimiliki.
Dari analisis current rasio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh 6,3 aktiva lancar yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis current rasio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 walaupun
mengalami penurunan nilai current rasio tetapi penurunan tersebut tidak akan mempengaruhi
likuiditas bank. Likuiditas BSM baik dan terjamin bisa memenuhi kewajibannya.
b. Kac dan cetara kac
Quick Ratio =
TotaS DPK
Rp Rp
Dana syirkah temporer 40.380.074.462.143 37.857.546.123.475
Dari analisis quick rasio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.0,29 aset kas dan setara kas yang dimiliki.
Dari analisis quick rasio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.0,22 aset kas dan setara kas yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis quick rasio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 walaupun
mengalami penurunan nilai quick rasio tetapi penurunan tersebut tidak akan mempengaruhi
likuiditas bank. Likuiditas BSM baik dan terjamin bisa memenuhi kewajibannya.
Dari analisis cash rasio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh Rp.1,49 aset kas dan bank yang dimiliki.
Dari analisis quick rasio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
utang lancar dijamin oleh Rp.0,84 aset kas dan bank yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis cash rasio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 walaupun
mengalami penurunan cash quick rasio tetapi penurunan tersebut tidak akan mempengaruhi
likuiditas bank. Likuiditas BSM baik dan terjamin bisa memenuhi kewajibannya.
d. Surat–curat ber◻arga ( cekuritac )
IPR ( Investing Policy Ratio ) =
DPK
2.116.817.978.491
IPR BSM tahun 2011 = = 0,06
37.857.546.123.475
Dari analisis IPR BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 DPK
dijamin oleh Rp.0,06 investasi surat berharga yang dimiliki.
1.751.645.746.095
IPR BSM tahun 2012 = = 0,04
40.380.074.462.143
Dari analisis IPR BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 DPK
dijamin oleh Rp.0,04 investasi surat berharga yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis IPR BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi penurunan IPR.
Penurunan tersebut menunjukan semakin baiknya kinerja dari BSM karena dapat menjamin
akan melunasi kewajibannya pada deposan dengan cara menjamin surat-surat berharga.
e. JuNSa◻ peNbiayaan yang dicaSurkan
Banking Ratio =
DPK
Dari analisis Banking Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.0,94 jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BSM.
Dari analisis Banking Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
DPK dijamin oleh Rp.1,07 jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Banking Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi
kenaikan Banking Ratio. Kenaikan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah pembiayaan
yang disalurkan oleh BSM menunjukan kurang efektif kinerja dari BSM karena belum bisa
memanajemen jumlah pembiayaan yang disalurkan.
Kesimpulan : Dari hasil analisis rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri disimpulkan
bahwa likuiditas dari BSM kondisinya baik, dan dapat menjamin
semua kewajiban jangka pendeknya walaupun terjadi kenaikan jumlah
pembiayaan yang disalurkan tidak mengganggu likuiditas dari BSM.
2. Rasio Solvabilitas
a) Debt Ratio = TotaS Utang
TotaS Æktiva
Dari analisis Debt Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
total utang dijamin oleh Rp.0,92 total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Dari analisis Debt Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
total utang dijamin oleh Rp.0,84 total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Debt Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi
penurunan Debt Ratio. Penurunan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah total utang
BSM menunjukan kurang efektif kinerja dari BSM karena belum bisa memanajemen utang.
Dari analisis Debt to Equity Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada
setiap Rp.1 total utang dijamin oleh Rp.11,1 total modal yang dimiliki oleh BSM.
Dari analisis Debt to Equity Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada
setiap Rp.1 total utang dijamin oleh Rp.9,9 total modal yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Debt to Equity Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
terjadi penurunan Debt to Equity Ratio. Penurunan tersebut dikarenakan bertambahnya
jumlah total utang BSM tidak sebanding dengan total modal menunjukan kurang efektif
kinerja dari BSM karena belum bisa memanajemen utang.
c) Coverage Ratio= EBZIT
Kak Pihak Ketiga
Dari analisis Coverage Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 laba kotor dijamin oleh Rp.0,43 hak pihak ketiga yang diperoleh BSM.
Dari analisis Coverage Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 laba kotor dijamin oleh Rp.0,56 hak pihak ketiga yang diperoleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Coverage Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012 terjadi
Kenaikan. Penurunan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah total utang BSM tidak
sebanding dengan total modal menunjukan kurang efektif kinerja dari BSM karena belum
bisa memanajemen utang.
Kesimpulan dari hasil analisis rasio solvabilitas kinerja kerja BSM kurang baik,
dikarenakan bertambahnya total utang
Dari analisis ratio primer BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
modal sendiri dijamin oleh 6% total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Dari analisis Ratio Primer BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
modal sendiri dijamin oleh 8% total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Ratio Primer BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami
Kenaikan. Kenaikan total aktiva disertai dengan kenaikan modal. Artinya kinerja kerja BSM
itu cukup baik karena bisa menambah modal sendiri.
e) Risk Asset Ratio= ModaS cendiri
Æcet Non Kac dan Setara Kac
Dari analisis Risk Asset Ratio BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 modal sendiri dijamin oleh 0,08 aset non kas dan setara kas yang dimiliki oleh BSM.
Dari analisis Risk Asset Ratio BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap
Rp.1 modal sendiri dijamin oleh 0,09 aset non kas dan setara kas yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis Risk Asset Ratio BSM tahun 2011 dan tahun 2012
mengalami Kenaikan. Kenaikan Risk Asset Rasio mengakibatkan semakin besarnya resiko
penurunan nilai aset non kas dan setara kas.
Kesimpulan : Dari hasil analisis solvabilitas BSM tahun 2011 dan 2012 disimpulkan
bahwa kinerja BSM kurang baik dalam memanajemen seluruh kewajibannya dalam jangka
panjang.
3. Rasio Profitabilitas
a) GPM ( Gross Profit Margin ) = Laba Kotor
X 100%
Pendapatan OperacionaS
Dari analisis GPM BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
kotor dijamin oleh 13 % pendapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.
Dari analisis GPM BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
kotor dijamin oleh 23% pendapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis GPM BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kenaikan tersebut karena terjadinya penambahan margin keuntungan kotor.
Kinerja BSM baik karena dapat menambah margin keuntungan kotor.
b) NPM ( Net Profit Margin ) = Laba Bercih
X 100%
Pendapatan OperacionaS
Dari analisis NPM BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 9 % pendapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.
Dari analisis NPM BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 17% perndapatan operasional yang diperoleh oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis NPM BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kenaikan tersebut karena terjadinya penambahan margin keuntungan bersih.
Kinerja BSM baik karena dapat menambah margin keuntungan bersih dan menambah
pendapatan.
Dari analisis ROI BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba kotor
dijamin oleh 1,6 % total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
1.125.264.249.060
ROI BSM tahun 2012 = X 100%= 2,1 %
54.229.395.784.522
Dari analisis ROI BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba kotor
dijamin oleh 2,1% total aktiva yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis ROI BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kinerja BSM baik karena investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai yang diharapkan.
Dari analisis ROE BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 18 % modal sendiri yang dimiliki oleh BSM.
Dari analisis ROE BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1 laba
bersih dijamin oleh 19 % modal sendiri yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis ROE BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kinerja BSM baik karena mampu mempergunakan sumber daya yang dimiliki
untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.
e) Pendapatan dari baciS bercih
NIM ( Net Interest Margin)=
Æktiva Lancar
5.924.692.871.178
NIM BSM tahun 2011 = X 100% = 13%
46.584.190.574.353
Dari analisis NIM BSM tahun 2011 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
pendapatan basil bersih dijamin oleh 13 % aktiva lancar yang dimiliki oleh BSM.
7.970.412.389.508
NIM BSM tahun 2012 = X 100% = 15 %
52.023.583.064.229
Dari analisis NIM BSM tahun 2012 dapat diartikan bahwa pada setiap Rp.1
pendapatan basil bersih dijamin oleh 19 % aktiva lancar yang dimiliki oleh BSM.
Kesimpulan dari analisis NIM BSM tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami kenaikan
signifikan. Kinerja BSM baik karena pengelolaan aktiva lancarnya mampu menambah basil
bersih.
Kesimpulan : Dari hasil analisis rasio profitabilitas Bank Syariah Mandiri disimpulkan
kondisinya baik karena mengalami peningkatan dari sisi pendapatan yang diperoleh oleh
bank dan bertambahnya modal.