Anda di halaman 1dari 22

UJIAN AKHIR SEMESTER

Analisis Rasio Perbandingan dan Analisis Rasio Keuangan


PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK.

Mata Kuliah : Analisis Laporan Keuangan


Dosen Pengampu : Bapak Moch. Irsad, SE, M.M
Nama : Heni Pramudita
NIM : 20.05.51.0149

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS STIKUBANK
S E MARAN G
2023
MODAL KERJA

Uraian 12/31/2020 12/31/2021 Naik/Turun Naik/Turun


(Rp) (%)
AKTIVA LANCAR
Kas dan setara kas 3,877,560 3,269,642 -607,918 -16%
Piutang usaha 1,749,286 1,760,636 11,350 0.65%
Piutang lainnya 148,016 266,024 118,008 80%
Persedian lancar 7,783,674 8,915,601 1,131,927 15%
Total Aktiva Lancar 13,558,536 14,211,903 653,367 5%
AKTIVA TIDAK LANCAR
Investasi pada entitas asosiasi 320,869 352,455 31,586 9.84%
Uang muka tidak lancar 77,377 125,158 47,781 62%
Aset keuangan tidak lancar lainnya 5,292,750 5,591,527 298,777 5.65%
Aset pajak tangguhan 161,075 263,463 102,388 64%
Aset tetap 6,091,336 6,462,667 371,331 6.10%
Beban tangguhan 468,800 486,575 17,775 4%
Total Aktiva Tidak Lancar 12,412,207 13,281,845 869,638 7%
Total Aktiva Lancar Dan Tidak 25,970,743 27,493,748 1,523,005 5.86%
Lancar
LIABILTAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas jangka pendek
Pinjaman jangka pendek 809,000 779,000 -30,000 -4%
Utang usaha 8,860,504 9,753,901 893,397 10%
Utang liannya 3,479,025 4,452,076 973,051 28%
Total liabilitas jangka pendek 13,148,529 14,984,977 1,836,448 14%
Liabilitas jangka panjang
Utang bank 516,449 464,834 -51,615 -10%
Utang sewa 579,992 836,034 256,042 44%
Utang obligasi 999,629 0 -999,629 -100%

Total liabilitas jangka panjang 2,096,070 1,300,868 -795,202 -38%


Total liabilitas 15,244,599 16,285,845 1,041,246 7%
Ekuitas
Saham biasa 415,245 415,245 0 0%
Komponen lainnya 394,248 503,858 109,610 28%

SALDO LABA
Saldo yang telah di tentukan 13,000 12,000 -1,000 -8%
Saldo yang belum ditentukan 4,423,085 5,986,898 1,563,813 35%
TOTAL EKUITAS 5,245,578 6,918,001 1,672,423 32%
TOTAL LIABILITAS DAN 20,490,177 23,203,846 2,713,669 13%
EKUITAS

PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA, TBK.


PENGGUNAAN SUMBER & PENGGUNAAN MODALKERJA
TAHUN MODAL KERJA
KETERANGAN
12/31/2020 12/31/2021 NAIK TURUN
KAS DAN SETARA Rp Rp
Rp 3,269,642.00
KAS 3,877,560.00 (607,918.00)
Rp
PIUTANG USAHA Rp 1,760,636.00 Rp 11,350.00
1,749,286.00
Rp
PIUTANG LAINNYA Rp 266,024.00 Rp 118,008.00
148,016.00
Rp
PERSEDIAAN Rp 8,915,601.00 Rp 1,131,927.00
7,783,674.00
PAJAK DIBAYAR Rp Rp
Rp 3,412.00
DIMUKA 29,118.00 (25,706.00)
Rp Rp
UTANG BANK Rp 464,834.00
516,449.00 (51,615.00)
Rp
UTANG SEWA Rp 836,034.00 Rp 256,042.00
579,992.00
Rp Rp Rp
UTANG OBLIGASI
999,629.00 - (999,629.00)

Rp 1,517,327.00 Rp (1,684,868.00)

KENAIKAN MODAL
Rp 167,541.00
KERJA

Rp 1,684,868.00 Rp 1,684,868.00
SUMBER MODAL KERJA

HASIL OPERASI Rp 9,470,490.00

PENERIMAAN PINJAMAN BANK Rp 11,326,200.00

KOMPONEN EKUITAS Rp 109,610.00

Rp 20,906,300.00

PENGGUNAAN MODAL KERJA

PEMBAYARAN PEMASOK Rp 7,958,572.00

PEMBAYARAN GAJI DAN TUNJANGAN Rp 728,278.00

PEMBAYARAN KAS UNTUK BEBAN OPERASI Rp 263,703.00

PEMBAYARAN UTANG OBLIGASI Rp 400,000.00

PEMBAYARAN PINJAMAN BANK Rp 10,986,033.00

Rp 20,336,586.00

Analisis Neraca
1. Aktiva Lancar PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 653.367 atau 5% dibandingkan aktiva lancar pada tahun 2020
Hal ini disebabkan oleh
• Kenaikan pada piutang usaha sebesar Rp. 11.350 (0.65%)
• Kenaikan pada piutang lainnya sebesar Rp. 118.008 (0.65%)
• Kenaikan pada persediaan lancar sebesar Rp. 1.131.927 (15%)
2. Aktiva tidak lancar PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 869.638 atau 7% dibandingkan aktiva tidak lancar pada tahun 2020
Hal ini disebabkan
• Kenaikan pada investasi pada entitas asosiasi sebesar Rp. 31.586 (9,84%)
• Kenaikan pada uang muka tidak lancar sebesar Rp. 47.781 (62%)
• Kenaikan pada aset keuangan tidak lancar lainnya sebesar Rp. 298.777 (5.65%)
• Kenaikan pada aset pajak tangguhan sebesar Rp. 102.388 (64%)
• Kenaikan pada aset tetap sebesar Rp. 371.331 (6.10%)
• Kenaikan pada beban tangguhan sebesar Rp. 17.775 (4%)
3. Aktiva PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 1.523.005 atau 5,86% dibandingkan aktiva tidak lancar pada tahun 2020
Hal ini disebabkan
• Kenaikan pada aktiva lancar Rp. 653.367 (5%)
• Kenaikan pada aktiva tidak lancar Rp. 869.638 (7%)
4. Liabilitas jangka pendek PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021
mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.836.448 atau 14% dibandingkan liabilitas jangka pendek
tahun 2020
Hal ini disebabkan
• Kenaikan pada utang usaha sebesar Rp. 893.397 (10%)
• Kenaikan pada utang lainnya sebesarRp. 973.051 (28%)
5. Liabilitas jangka panjang PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021
mengalami penurunan sebesar Rp. -795.202 atau -38% dibandingkan liabilitas jangka
panjang tahun 2020
Hal ini disebabkan
• Penurunan pada utang bank sebesar Rp -51.615 (-10%)
• Penurunan pada utang obligasi sebesar Rp -999.629 (-100%)
6. Ekuitas PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan
sebesar
Rp. 1,672,423 atau 32% dibandingkan ekuitas tahun 2020
Hal ini disebabkan
• Kenaikan pada komponen lainnya sebesar Rp. 109.610 (28%)
• Kenaikan Pada saldo yang belum di tentutukan Rp. 1.563.813 (35%)

7. Liabilitas & Ekuitas PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021 mengalami
kenaikan sebesar
Rp. 2.713.669 atau 13% dibandingkan liabilitas & ekuitas tahun 2020
Hal ini disebabkan
• Kenaikan pada Liabilitas jangka pendek sebesar Rp. 1.836.448 (14%)

8. Laba PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan
sebesar
Rp. 1.170.789 atau 76% dibandingkan laba panjang tahun 2020
Hal ini disebabkan
• Kenaikan pada pendapatan neto sebesar Rp. 9.041.421 (12%)
• Kenaikan pada beban pokok pendapatan sebesar Rp. 6.808.850 (11%)
• Kenaikan pada Laba Bruto Rp. 2.268.571 (15%)
• Kenaikan pada Laba Usaha sebesar Rp. 1.122.736 (66%)
ANALISIS RASIO
PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK.

RASIO LIKUIDITAS :
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
a) Current ratio (Rasio Lancar) = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100 %
13.558.536
Tahun 2020 = 15.244.599 × 100% = 0,8893993210316% atau 88,93%

14.211.903
Tahun 2021 = 16.285.845 × 100% = 0,8726537063320% atau 87,26%

(𝐾𝑎𝑠+𝐸𝑓𝑒𝑘)
b) Cash Ratio (Rasio Kas) = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100%

3.877.560
Tahun 2020 = 15.244.599 × 100% = 0,25435631334% atau 25,43%

3.269.642
Tahun 2021 = 16.285.845 × 100% = 0,20076587982% atau 20,07%

(𝐾𝑎𝑠+𝐸𝑓𝑒𝑘+𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔)
c) Acid Test Ratio (Rasio Cair) = × 100%
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

3.877.560
Tahun 2020 = 15.244.559 × 100% = 0,25435631334% atau 25,43%

3,269.642
Tahun 2021 = 16.285.845 × 100% = 0,20076587982 atau 20,07%

(𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟)


d) Working Capital to Assets Ratio = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

(13.558.536−15.244.599)
Tahun 2020 = × 100% = 0,0649216312% atau 0,65%
25.970.743

(14.211.903−1.300.868)
Tahun 2021 = × 100% × = 0,0754332221% atau 0,75%
27.493.248

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN :


❖ Penyebab perubahan current ratio pada tahun 2020 – 2021 (88,93% ke 87,26%)
mengalami kenaikan hutang lancar pada tahun 2021 sebesar Rp 16.285.845,-
❖ Penyebab perubahan cash ratio pada tahun 2020-2021 (25,43% ke 20,07%) mengalami
penurunan kas+efek pada tahun 2021 sebesar Rp 3.269.642,-
❖ Penyebab perubahan acid test ratio pada tahun 2020-2021 (25,43% ke 20,07%) mengalami
penurunan kas+efek+piutang pada tahun 2021 sebesar Rp 3.269.642,-
❖ Penyebab perubahan working capital to assets ratio pada tahun 2020-2021 (0,65% ke
0,75%) mengalami kenaikan jumlah aktiva sebesar Rp 27.493.248,-
KESIMPULAN :
Dapat disumpulkan bahwa hasil perhitungan analisis rasio likuiditas tahun 2020-2021 baik,
dikarenakan perusahaan memiliki rasio yang cukup tinggi, sehingga suatu perusahaan tidak
mengalami likuiditas atau terkendala dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam jangka
pendek. Tingkat likuiditas tersebut disebabkan adanya penurunan pinjaman jangka pendek.

RASIO SOLVABILITAS :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
a) Total Debt to Equity Ratio = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

15.244.599
Tahun 2020 = = 2,90618097758 atau 2,91%
5.245.578

16.285.845
Tahun 2021 = = 2,35412585225 atau 2,56%
6.918.001

(𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟+𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔)


b) Total Debt to Total Assets (TDTA) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

(15.244.599+2.096.070)
Tahun 2020 = = 0,84629181095 atau 84,62%
20.490.177

(16.285.845+1.300.868)
Tahun 2021 = = 0,75792232891 atau 75,79%
23.203.846

𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


c) Long Term Debt to Equity Ratio = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

2.096.070
Tahun 2020 = 5.245.578 = 0,39958799583 atau 39,95%

1.300.868
Tahun 2021 = 6.918.001 = 0,1880410251458 atau 18,80%

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
d) Tangible Assets Debt Coverage =
𝐿𝑎𝑜𝑔𝑡𝑒𝑟𝑚 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

6.091.336
Tahun 2020 = = 2,9060747017 atau 2,91%
2.096070

6.462.667
Tahun 2021 = 1.300.868 = 4,9679652355196 atau 4,97%

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎


e) Times Interest Earnet Ratio = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
× 100%
15.412.434
Tahun 2020 = × 100% = 244,929504497 atau 245%
62.926

17.681.005
Tahun 2021 = × 100% = 273,120549299 atau 273%
64.737

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN :


❖ Penyebab perubahan total debt to equity ratio pada tahun 2020-2021 (2,91% ke 2,56%)
terjadi penurunan pada equitas pada tahun 2021 sebesar Rp 6.918.001,-
❖ Penyebab perubahana total debt to total asset pada tahun 2020-2021 (84,62% ke 75,79%)
terjadi penurunan pada aktiva pada tahun 2021 sebesar Rp 23.203.846,-
❖ Penyebab perubahan total long term debt to equity ratio pada tahun 2020-2021 (39,95% ke
18,80%) terjadi penurunan modal pada tahun 2021 sebesar Rp 6.918.001,-
❖ Penyebab perubahan tangible assets debt coverage pada tahun 2020-2021 (2,91% ke
4,97%) terjadi kenaikan asset tetap pada tahun 2021 sebesar Rp 6.462.667,-
❖ Penyebab perubahan times interest earned ratio pada tahun 2020-2021 (245% ke 273%)
terjadi kenaikan beban bunga pada tahun 2021 sebesar Rp 64.787,-
KESIMPULAN :
Berdasarkan hasil analisis rasio solvabilitas pada tahun 2020-2021 terjadi peningkatan dan
penurunannya kondisi keuanga yang menggambarkan posisi total aktiva dan total modal lebih
besardari pada total kewajiban. Sehingga suatu perusahaan mampu membayar kewajiban utang-
utangnya dalam waktu jangka pendek.

RASIO AKTIVITAS :
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
a) Total Asset Turnover = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

75.862..880
Tahun 2020 = = 2,92 X
25.970.743

84.904.301
Tahun 2021 = 27.493.748 = 3,09 X

𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔
b) Receivable Turnover = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
365

1.749.286
Tahun 2020 = 75.862.880 = 6,32 X
365

1.760.636
Tahun 2021 = 84.904.301 = 5,68 X
365

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛


c) Average Collection Period = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 × 365
13.148.529
Tahun 2020 = × 365 = 63,26 hari
75.862.880

14.984.977
Tahun 2021 = 84.904.301 × 365 = 64,42 hari

𝐻𝑃𝑃
d) Inventory Turnover = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

60.414.446
Tahun 2020 = = 7,76 X
7.783.674

67.223.296
Tahun 2021 = = 7,54 X
8.915.601

𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
e) Average Day’s Inventory = × 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐻𝑃𝑃

7.783.674
Tahun 2020 = 60.414.446 × 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 47,08 hari

8.915.601
Tahun 2021 = 67.223.296 × 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 48,41 hari

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


f) Working Capital Turnover = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

75.862.880
Tahun 2020 = = 14,46 X
5.245.578

84.904.301
Tahun 2021 = = 12,27 X
6.918.001

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN :


❖ Penyebab perubahan total asset turnover pada tahun 2020-2021 (2,92X ke 3,09X)
mengalami kenaikan penjualan pada tahun 2021 sebesar Rp 84.904.301,-
❖ Penyebab perubahan receivable turnover pada tahun 2020-2021 (6,32X ke 5,68X)
mengalami kenaikan piutang dagang pada tahun 2021 sebesar Rp 1.760.636,-
❖ Penyebab perubahan average collection period pada tahun 2020-2021 (63,26 hari ke 64,42
hari) mengalami kenaikan jumlah piutang dalam satu tahun pada tahun 2021 sebesar Rp
14.984.977,-
❖ Penyebab perubahan inventory turnover pada tahun 2020-2021 (7,76X ke 7,54X)
mengalami kenaikan harga pokok penjualan tahun 2021 sebesar Rp 67.223.296,-
❖ Penyebab perubahan average day’s inventory pada tahun 2020-2021 (47,08 hari ke 48,41
hari) mengalami kenaikan rata-rata persediaan pada tahun 2021 sebesar Rp 8.915.601,-
❖ Penyebab perubahan working capital turnover pada tahun 2020-2021 (14,46X ke 12,27X)
mengalami kenaikan modal kerja pada tahun 2021 sebesar Rp 6.918.001,-
KESIMPULAN :
Berdasarkan hasil analisis aktivitas pada tahun 2020-2021, menunjukkan bahwa nilai rasio
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak penjualan
denga tingkat aset aktiva.

RASIO PROFITABILITAS :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
a) Gross Margin Ratio = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

15.412.434
Tahun 2020 = 75.862.880 = 0,20316173074

17.681.005
Tahun 2021 = 84.904.301 = 0,20824628189

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
b) Operating Income Ratio = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎

75.862.880
Tahun 2020 = 20.490.177 = 3,7024023755382

84.904.301
Tahun 2021 = 23.203.846 = 3,65906156247

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
c) Operating Margin Ratio = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

1.688.417
Tahun 2020 = 75.862.880 = 0,0222561679704 atau 2,22%

2.811.153
Tahun 2021 = 84.904.301 = 0,0331096654337 atau 3,31%

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ−𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
d) Net Margin Ratio = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

1.533.662−1.570.163
Tahun 2020 = = -0,000481144401
75.862.880

2.704.451−2.750.065
Tahun 2021 = = 2,70445096761
84.904.301
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘+𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
e) Operating Ratio = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

60.414.466+2.013.307
Tahun 2020 = = 0,8229027556032
75.862.880

67.223.296+2.809.924
Tahun 2021 = = 0,8248489084198455
84.904.301
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
f) Rate Of ROI = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎

1.533.662
Tahun 2020 = 20.490.177 = 0,0748486457681

2.704.451
Tahun 2021 = 23.203.846 = 0,11655184231

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
g) Return On Equity = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

1.5333.662
Tahun 2020 = = 1,0000632513131
1.533.665

2.704.451
Tahun 2021 = 1.864.430 = 1,45055110677

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN :


❖ Penyebab perubahan gross margin ratio pada tahun 2020-2021 (20,3% ke ke 20,8%)
terjadi kenaikan penjualan pada tahun 2021 sebesar Rp 17.681.005,-
❖ Penyebab perubahan operating income ratio adalah pada tahun 2020-2021 (3,70% ke
3,65%) terjadi penurunan aktiva usaha pada tahun 2021 sebesar Rp 84.904.305,-
❖ Penyebab perubahan operating margin ratio pada tahun 2020-2021 (2,22% ke 3,31%)
terjadi kenaikan penjualan pada tahun 2021 sebesar Rp 2.811.153,-
❖ Penyebab perubahan net margin ratio pada tahun 2020-2021 (-0,04% ke 2,70%) terjadinya
penurunan laba pada tahun 2021 sebesar Rp 1.179.902,-
❖ Penyebab perubahan operating ratio pada tahun pada tahun 2021 (82,29% ke 82,48%)
terjadi kenaikan harga pokok ditambah biaya operasi pada tahun 2021 sebesar Rp
70.033.220,-
❖ Penyebab perubahan rate of ROI pada tahun 2020-2021 (7,48% ke 11,65%) terjadi
kenaikan laba bersih pada tahun 2021 sebesar Rp 2.704.451,-
❖ Penyebab perubahan return on equity pada tahun 2020-2021 (10,663% ke 14,50%) terjadi
kenaikan laba bersih pada tahun 2021 sebesar Rp 2.704.451,-
KESIMPULAN :
Berdasarkan hasil perhitungan analisis rasio profitabilitas tahun 2020-2021 menguntungkan. Hal
ini disebabkan oleh meningkatnya nilai profit pada tahun 2021, perusahaan akan meningkatkan
pendapatan dari modal yang diinvestasikan dari seluruh aktiva untuk memperoleh laba.
KESIMPULAN UMUM
Berdasarkan keempat analisis rasio keuangan, rasio likuiditas dan rasio solvabilitas mengalami
kondisi keuangan serta penjualan yang tidak stabil, hal ini dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan yang menurun. Sedangkan rasio aktivitas dan profitabilitas mengalami kenaikan,
sehingga dapat membuat perusahaan menjalankan tugasnya secara efektif dalam mengelola
sumber dana yang dimiliki.

ANALISA LAPORAN LABA KOTOR

PT. ALFARIA TRIJAYA, TBK.

Keterangan 2020 2021 Kenaikan


Penjualan Netto Rp 75.826.800,- Rp 84.904.300,- Rp 9.077.500,-
Harga Pokok Penjualan Rp 60.414.000,- Rp 67.223.000,- Rp 6.809.000,-
Laba Kotor Rp 15.412.505,- Rp 17.681.005,- Rp 2.268.500,-
Kuantitas yang dijual 1200 1300 100
Harga Jual Per Satuan Rp 63.189,- Rp 65.311,- Rp 2.122,-
Harga Pokok Per Satuan Rp 50.345,- Rp 51.710,- Rp 1.365,-

Menurut data tersebut tahun 2021 dibandingkan tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020
menunjukkan adanya kenaikan dalam penjualan sebesar Rp 9.077.500,- dan kenaikan harga pokok
penjualan sebesar Rp 6.809.000,- sehingga laba kotor tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 mengalami
kenaikan sebesar Rp 2.268.500,-

Sebab-Sebab Perubahan Tersebut :

Langkah I :

a) Penjualan 2021 Rp 84. 904.300,-


Unit Penjualan 2021 x Harga Jual 2020 Rp 82.145.700,-
Kenaikan Laba Kotor karena perubahan
Harga jual Rp 2.758.600,- (Laba)
Atau dapat dihitung dengan rumus, yaitu :
(Hj2-Hj1)K2 = (65.311-63.189) 1.300 = 2.758.600

b) Kwantitas Penjualan 2021 x Harga jual 2020 Rp 82.145.700,-


Penjualan 2020 Rp 75.826.800,-
Kenaikan laba kotor karena perubahan
Kwantitas Penjualan Rp 6.318.900 (Laba)
Atau dapat dihitung dengan rumus :
(K2-K1)Hj1 = (1.300-1.200) 63.189= 6.318.900
Langkah II :

a) Harga Pokok Penjualan 2021 Rp 67.223.000,-


Kwantitas Penjualan 2020 x Harga pokok Rp 65.448.500,-
Kenaikan Laba kotor karena perubahan
Harga pokok Rp 1.774.500,- (Rugi)
Atau dapat dihitung dengan rumus :
(HPP2-HPP1) K2 = (51.710-50.345) 1.300 = 1.744.500

b) Kwantitas Penjualan 2021 x harga pokok 2020 Rp 65.448.500,-


Harga Pokok Penjualan 2020 Rp 60.414.000,-
Kenaikan laba kotor karena perubahan
Kwantitas Harga pokok penjualan Rp 5.034.500,- (Rugi)
Atau dapat dihitung dengan rumus :
(K2-K1)HPP1 = (1300-1200) 50.345 = 5.034.500

PT ALFARIA TRIJAYA, TBK.


Laporan Perubahan Laba Kotor
Akhir Tahun 2020 dengan 2021
Kenaikan penjualan yang disebabkan :
Kenaikan harga jual Rp 2.758.600,-
Kenaikan Kwantitas Penjualan Rp 6.318.900,-
Rp 9.077.500,-
Kenaikan harga pokok penjualan
Disebabkan :
Kenaikan harga pokok
Per satuan produk Rp 1.774.500,-
Kenaikan kwantitas harga
Pokok penjualan Rp 5.034.500,-
Rp 6.809.000,-
Kenaikan laba kotor…………………………………………………………………….Rp 2.268.500,-

➢ Kenaikan sektor penjualan sebesar Rp 9.077.500,- dan kenaikan harga pokok penjualan Rp
6.809.00,- dapat pula dianalisa Faktor-faktor penyebab perubahan tersebut dengan cara sebagai
berikut :
a) Factor Kwantitas Penjualan
Kenaikan penjualan karena naiknya volume, jika tidak ada kenaikan harga jual
Harga per unit 2020 Rp 63.189,-
Kenaikan Kwantitas 100
Kenaikan laba kotor karena
Kwantitas penjualan (Rp 63.189 x 100) Rp 6.318.900,-

b) Factor Harga Jual


Kenaikan penjualan karena kenaikan harga jual, jika tidak ada kenaikan kwantitas penjualan :
Kenaikan harga jual Rp 2.112,-
Volume (kwantitas) penjualan 1200
Kenaikan laba kotor karena harga jual
(Rp 2.112 x 1200) Rp 2.546.400,-

c) Faktor Kwantitas Penjualan dari Harga Jual


Kenaikan harga jual per satuan
Dikalikan kenaikan kwantitas
Penjualan (Rp 2.112 x 100) Rp 212.200,-
Total kenaikan laba bruto karena
Penjualan Rp 9.077.500,-

➢ Kenaikan harga pokok penjualan Rp 6.809.00,- dapat ditentukan factor-faktor penyebabnya


sebagai berikut :
a. Faktor Kwantitas
Kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan volume,jika tidak ada kenaikan harga
pokok :
Harga pokok 2020 Rp 50.345,-
Kenaikan kwantitas atau volume Rp 100,-
Kenaikan karena factor kwantitas
(Rp 50.345 x 100) Rp 5.034.500

b. Faktor Harga Pokok


Kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan harga pokok per unit, jika tidak ada
kenaikan dalam volume :
Kenaikan harga pokok per satuan Rp 1.365
Volume Rp 1.200
Kenaikan karena factor harga pokok
(Rp 1.365 x 1200) Rp 1.638.000

c. Faktor Kwantitas dan Harga Pokok


Kenaikan harga pokok per unit dikalikan kenaikan
volume (Rp 1.365 x 100) Rp 136.500
Total kenaikan harga pokok penjualan Rp 6.809.000

PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA, TBK.


Laporan Perubahan dalam Penjualan, Harga Pokok Penjualan dan Laba Kotor
Akhir Tahun 2020 dengan 2021
Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor
Jumlah tahun 2020 Rp 75.826.800,- Rp 60.414.000,- Rp 15.412.505,-
Jumlah tahun 2021 Rp 84.904.300,- Rp 67.223.000,- Rp 17.681.005,-
Kenaikan Rp. 9.077.500,- Rp 6.809.000,- Rp 2. 268.500,-
Kenaikan – Penurunan disebabkan oleh :
Faktor Kwantitas Rp 6.318.900,- Rp 5.034.500,- Rp 1.284.400,-
Faktor Harga Jual Rp 2.546.400,- - Rp 2.546.400,-
Faktor Harga Pokok - Rp 1.638.000,- Rp 1.638.000,-
Faktor Kwantitas &
Rp 212.200,- - Rp 212.200,-
harga jual
Faktor Kwantitas &
- Rp 136.500,- Rp 136.500,-
harga pokok
Jumlah Rp 9.077.500,- Rp 6.809.000,- Rp 2.268.500,-

Dari laporan laba rugi tahun 2021 laba kotor mengalami kenaikan yang menguntungkan sebesar Rp
2.268.500,- dibandingkan dengan tahun 2020. Adapun yang menyebabkan perubahan kenaikan laba kotor
disebabkan oleh perubahan penjualan yang menguntungkan sebesar Rp. 9.077.500 dan harga pokok
penjualan yang menguntungkan sebesar Rp.6.809.000. perubahan laba kotor yang disebabkan oleh
penjualan disebabkan adanya perubahan harga yang tidak menguntungkan sebesar Rp. 2.758.600 dan
perubahan volume penjualan yang menguntungkan sebesar Rp. 6.318.900. Perubahan laba kotor yang
disebabkan perubahan harga ppokok penjualan disebabkan oleh perubahan harga pokok per satuan yang
menguntungkan sebesar Rp. 1.774.500 dan perubahan volume produksi yang tidak menguntungkan
sebesar Rp. 5.034.500

Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan harga jual tidak bisa digunakan untuk menilai
performa bagian penjualan (faktor ekstern) sedangkan yang disebabkan oleh perubahan volume penjualan
yang menguntungkan menunjukkan kinerja bagian penjualan bekerja secara efektif (promosi berhasil).

Perubahan laba kotor yang disebabkan perubahan harga pokok penjualan per satuan tidak bisa digunakan
untuk menilai bagian produksi (faktor ekstern) sedangkan perubahan volume produksi yang disebabkan
kenaikan volume penjualan adalah merupakan hal yang wajar secara totalitas perubahan sebesar Rp.
6.809.000 yang menguntungkan menunjukkan bagian produksi bekerja secara efisien.
ANALISIS BEP PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK
A. PENGERTIAN ANALISIS BEP
Break-Even Point dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan,
perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya). Analisa
BEP tidak hanya untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, tetapi analisa
BEP mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat
volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
Analisis BEP melibatkan :
1. Harga Jual
2. Variable Cost per unit
3. Total Biaya Tetap
4. Volume Penjualan
5. Laba

B. TUJUAN ANALISIS BEP


1. Menentukan Kapasitas Produksi yang Tersisa
2. Menetapkan Efisiensi Kerja
3. Membantu dalam Mengetahui Perubahan Pada Nilai Laba Saat Terjadi Perubahan Pada
Harga Produk
4. Membantu Perusahaan dalam Melihat Potensi Keuntungan atau Laba

C. MANFAAT ANALISIS BEP


1. Nilai BEP dapat menjadi pedoman bagi perusahaan dalam memberikan nilai investasi yang
tepat agar dapat mengimbangi biaya produksi di awal.
2. Selain menjadi pedoman, nilai BEP dapat dijadikan bahan analisis perusahaan untuk
mengetahui proyeksi keuangan, nilai jual beli saham, hingga perencanaan anggaran yang
akan dilakukan.
3. Nilai BEP juga dapat menjadi patokan margin bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat
memperoleh keuntungan bukan kerugian.

D. RUMUS ANALISIS BEP


1. Satuan Rumus BEP
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
BEP (Dalam Satuan) = (𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 −𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡)
2. Rumus BEP Rupiah
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP (Dalam Rupiah) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1−
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
E. PERHITUNGAN ANALISIS BEP
TAHUN 2020
ANALISIS BEP UNIT

PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk


Budget Rugi-Laba
Tahun 2020

Budget Penjualan (63.189 satuan @1200) Rp 75. 826.800,-

Budget Biaya Tetap Variabel

Bahan Langsung - Rp. 15.000.000

Tenaga Langsung - Rp. 25.100.400

Overhead Pabrik - Rp. 11.100.000

Biaya Administrasi Rp 1.510.878,- Rp. 4.004.046

Biaya Distribusi Rp 13.137.747,- Rp. 5.210.000

Rp 14.648.625,- Rp 60.414.446 Rp 75.063.071,-

Laba Yang Rp 763.729,-


dibudgetkan

Dengan menggunakan data pada perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk tersebut,maka
jumlah barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break even adalah :

𝑅𝑝 14.648.625
= 60.035 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
1200 − 956

Budget rugi-laba dari perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk tersebut dapat diringkas
sebagai berikut :
Penjualan (Rp 63.189 @ Rp 1200) = Rp 75.826.800 = 100%
Jumlah biaya variable = Rp 60.414.446 = 79%
Marginal income = Rp 15.412.354 = 20%
Jumlah biaya tetap = Rp 14.648.625 = 19%
Laba Rp 763.729 = 1%

Dari data budget tersebut dapat diketahui bahwa :


1. Setiap penjualan sebesar Rp 100,- maka Rp 79,- merupakan biaya vaiabel (hasil penjualan
yang diserap oleh biaya variabel), jika perusahaan tidak berproduksi (berhenti), maka biaya
variable ini tidak akan timbul. 79% adalah ratio antara biaya variable dengan hasil penjualan
yang disebut juga variable cost ratio.
2. Setiap penjualan sebesar Rp 100,- maka yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
sebesar Rp 20,- atau 20%. Biaya tetap ini akan selalu timbul dalam jumlah yang tetap baik
perusahaan berproduksi maupun tidak. 20% merupakan ratio antara margin dengan hasil
penjualan.

ANALISIS BEP RUPIAH

Dengan demikian untuk menentukan penjualan pada tingkat break even (dalam rupiah hasil
penjualan) dapat ditentukan dengan rumus
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP (Dalam Rupiah) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1−
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

𝑅𝑝 14.648.625
BEP (Dalam Rupiah) = 𝑅𝑝 60.414.446 = Rp 69.755.357
1−𝑅𝑝 75.825.800
Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break
even dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat break even dengan
harga jual persatuan barang tersebut.

𝑅𝑝 69.755.357
( = 60.035 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 )
1200

Titik break even untuk perusahaan “PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk” dalam tahun 2020 sebesar
Rp. 69.755.357,- atau 60.035 satuan barang. Ini berarti bahwa kalau perusahaan tersebut hanya
mampu menjual barangsebanyak 60.035 satuan dengan harga jual persatuan Rp.1.200,-
perusahaan tidak akan memperoleh laba, tetapi juga akan menderita kerugian, hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut:

Penjualan Rp. 69.755.357

Biaya tetap Rp. 14.648.625

Biaya variabel

79% x Rp. 69.755.357 Rp. 55.106.732

Rp. 69.755.357

Laba Rp 0

Dengan demikian kalau perusahaan merencanakan untuk memperoleh keuntungan/laba


tertent,maka perusahaan harus mampu menjual barangnya sebanyak lebih dari 60.035 satuan
dengan harga Rp. 1200/satuan (Rp. 69.755.357). misalnya dalam tahun 2020 direncanakan laba
sebesar Rp. 16.113.488,- Maka penjualan yang harus dilakukan untuk mencapai laba tersebut
adalah :
Rp.14.648.625+Rp.14.648.625
= Rp. 146.486.250 = 122.071 satuan
0,20

Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

Penjualan …………………………………………………………Rp. 146.486.250


Biaya tetap……………………………………………Rp. 14.648.625
Biaya variabel
79% x Rp. 146.486.250 = Rp. 115.724.137

Rp. 130.372.762

Laba……………………………………………………………………Rp 16.113.488

TAHUN 2021
ANALISIS BEP UNIT
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Budget Rugi-Laba
Tahun 2021

Budget Penjualan (65.311 satuan @1300) Rp 84.904.300

Budget Biaya Tetap Variabel

Bahan Langsung - Rp 23.000.000

Tenaga Langsung - Rp 19.200.000

Overhead Pabrik - Rp 15.231.000

Biaya Administrasi Rp 1.543.494 Rp 5.400.000

Biaya Distribusi Rp 14.288.200 Rp 4.392.296

Rp 15.831.694 Rp 67. 223. 296 Rp 83.054.990

Rp 1.849.310

Dengan menggunakan data pada perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk tersebut, maka
jumlah barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break even adalah :

𝑅𝑝 15.831.694
= 58.419 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
1300 − 1029
Budget rugi-laba dari perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk tersebut dapat diringkas
sebagai berikut :
Penjualan (Rp 65.311 @ Rp 1300) = Rp 84.904.300 = 100%
Jumlah biaya variable = Rp 67.223.296 = 79%
Marginal income = Rp 17.681.004 = 20%
Jumlah biaya tetap = Rp 15.831.694 = 18%
Laba Rp 1.849.310 = 2%

Dari data budget tersebut dapat diketahui bahwa :


1. Setiap penjualan sebesar Rp 100,- maka Rp 79,- merupakan biaya vaiabel (hasil penjualan
yang diserap oleh biaya variabel), jika perusahaan tidak berproduksi (berhenti), maka biaya
variable ini tidak akan timbul. 79% adalah ratio antara biaya variable dengan hasil penjualan
yang disebut juga variable cost ratio.
2. Setiap penjualan sebesar Rp 100,- maka yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
sebesar Rp 20,- atau 20%. Biaya tetap ini akan selalu timbul dalam jumlah yang tetap baik
perusahaan berproduksi maupun tidak. 20% merupakan ratio antara margin dengan hasil
penjualan.
ANALISIS BEP RUPIAH
Dengan demikian untuk menentukan penjualan pada tingkat break even (dalam rupiah hasil
penjualan) dapat ditentukan dengan rumus
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP (Dalam Rupiah) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1−
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

𝑅𝑝 15.831.694
BEP (Dalam Rupiah) = 𝑅𝑝 67.223.296 = Rp 75.389.019
1−𝑅𝑝 84.904.300

Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break
even dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat break even dengan
harga jual persatuan barang tersebut.

𝑅𝑝 75.389.019
( = 58. 419 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 )
1300

Titik break even untuk perusahaan “PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk” dalam tahun 2021 sebesar
Rp. 75.389.019 atau 58.419 satuan barang. Ini berarti bahwa kalau perusahaan tersebut hanya
mampu menjual barang sebanyak 58.419 satuan dengan harga jual persatuan Rp 1.300
perusahaan tidak akan memperoleh laba, tetapi juga akan menderita kerugian, hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut:

Penjualan Rp. 75.389.019

Biaya tetap Rp. 15.831.694


Biaya variabel

79% x Rp. 75.389.019 Rp. 59.557.325

Rp. 75.389.019

Laba Rp 0

Dengan demikian kalau perusahaan merencanakan untuk memperoleh keuntungan/laba


tertentu,maka perusahaan harus mampu menjual barangnya sebanyak lebih dari 58. 419 satuan
dengan harga Rp. 1300/satuan (Rp 75.389.019). misalnya dalam tahun 2021 direncanakan laba
sebesar Rp. 17.414.864,- Maka penjualan yang harus dilakukan untuk mencapai laba tersebut
adalah :

Rp. 15.831.694 +15.831.694


= Rp. 158.316.940 = 121.782 satuan
0,20

Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

Panjualan …………………………………………………................Rp. 158.316.940


Biaya tetap…………………………………...............Rp. 15.831.694
Biaya variabel
79% x Rp. 158.316.940= Rp. 125.070.382

Rp. 140.902.076

Laba…………………………………………………………………....Rp 17.414.864

Anda mungkin juga menyukai