Gaplek adalah suatu produk bahan makanan yang berasal dari singkong. Produk
ini biasanya diolah menjadi thiwul. Untuk menjadi thiwul terlebih dahulu gaplek
dijadikan tepung. Masyarakat NTT, mengubah gaplek menjadi tepung
menggunakan alu dan lesung yang dalam pengerjaannya cukup menguras tenaga
dan waktu. Pada daerah lain diluar NTT juga dikembangkan teknologi pengolah
gaplek. Salah satu teknologi yang dimanfaatkan masyarakat adalah mesin
penepung tipe hammer mill. Kekurangan dari alat ini adalah tidak mampu untuk
menghasilkan gilingan yang seragam.Selain itu kapasitas produksi juga relatif
sedikit, oleh karena itu penulis mendapatkan ide untuk membuat mesin penepung
gaplek yang bekerja lebih maksimal dengan kapasitas yang optimal. Tujuan dari
penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah sirip tatak,
ukuran lubang landasan tatak dan putaran poros tatak terhadap kapasitas produksi
tepung. Sedangkan metode yang digunakan adalah observasi lapangan,
wawancara, kaji pustaka dan metode tindakan. Teknologi penepung gaplek tipe
tatak memiliki spesifikasi panjang 600 mm, lebar 450 mm dan tinggi 1380 mm.
Selain itu teknologi penepung gaplek tipe tatak mempunyai dua poros berdiameter
30 mm yang digerakan menggunakan motor bensin dengan daya 5 hp dan putaran
motor sebesar 4000 rpm. Kinerja dari teknologi penepung gaplek tipe tatak yakni
mampu menghasilkan produksi penepung 0,93 kg/menit pada jumlah sirip tatak 4,
ukuran lubang landasan tatak 30 mm dan putaran poros tatak 1023 rpm
Kata kunci : Gaplek, Tipe tatak, Alat tradisional, Hammer mill, Sirip Tatak.
Title : The Effect of Tatak Fin Number, Tatak Platform Hole Size and
Tatak Shaft Rotation on Production Capacity in Tatak Type
Gaplek Penepung Technology
Nama : Saverius Miku
Nim : 1723724190
Pembimbing : 1. Yohanes B. Yokasing, ST., MT
2. Drs. Rafael Mado, ST., MT
Gaplek is a food ingredient product derived from cassava. This product is usually
processed into thiwul. To make thiwul, cassava is first made into flour. The people
of NTT turn cassava into flour using a pestle and mortar, which takes a lot of
energy and time to do. In other areas outside NTT, cassava processing technology
has also been developed. One of the technologies used by the community is the
hammer mill type penepung machine. The drawback of this tool is that it is unable
to produce uniform grinding. In addition, the production capacity is also
relatively small, therefore the author got the idea to make a cassava flour
machine that works more optimally with optimal capacity. The purpose of writing
this final project is to determine the effect of the number of tatak fins, the size of
the tatak anvil holes and the rotation of the tatak axis on flour production
capacity. While the methods used are field observations, interviews, literature
review and action methods. The tatak type gaplek penepung technology has a
specification of 600 mm in length, 450 mm in width and 1380 mm in height. In
addition, the technology for penepung cassava type tatak has two shafts with a
diameter of 30 mm which are driven by a gasoline motor with a power of 5 hp and
a motor rotation of 4000 rpm. The performance of the tatak-type cassava flour
technology is capable of producing 0.93 kg/minute of flour production with 4
tatak fins, 30 mm base hole size and 1023 rpm tatak shaft rotation.
Keywords : Gaplek, Tatak type, Traditional tool, Hammer mill, Tatak fin
Kupang,…………..2023
Saverius Miku
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii
ABSTRAK .......................................................................................................iii
ABSTRACT ......................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................v
DAFTAR ISI ...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................2
1.5 Manfaat Penulisan ..............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................4
2.1 Gaplek .................................................................................................4
a. Pengertian .....................................................................................4
b. Tepung Gaplek...............................................................................5
2.2 Pembuatan Tepung Gaplek Tradisional .............................................6
2.3 Mesin Atau Alat Sebelumnya .............................................................6
a. Alat Tradisional.............................................................................6
b. Mesin Hammer Mill ......................................................................7
2.4 Mesin Penepung Gaplek Tipe Tatak ..................................................7
a. Pengertian .....................................................................................7
b. Mekanisme Kerja Mesin Penepung Gaplek Tipe Tatak................8
c. Variabel Yang Dikaji.....................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................12
3.1 Observasi Lapangan ...........................................................................12
3.2 Wawancara .........................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaplek
a. Pengertian
Gaplek adalah bahan makanan yang diolah dari singkong. Cara
membuat gaplek adalah terlebih dahulu umbinya dikupas dan dibelah
membujur menjadi dua atau empat belahan kemudian dijemur hingga
kering. Gaplek yang telah kering kemudian bisa di tumbuk menjadi tepung
gaplek yang bisa dibuat berbagai macam makanan. Berdasarkan
bentuknya, gaplek dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu gaplek
gelondongan, gaplek rajangan (chips), gaplek irisan (slice) dan gaplek
kubus (cubes) (Mesin, 2020).
Gaplek (E uphorbiaceae) dalam penelitian ini mengambil jenis
gaplek irisan (slice). Gaplek irisan adalah singkong kupasan diiris tipis-
tipis dengan pisau atau alat pengiris. Hasil irisan dijemur dengan
menggunakan nampan yang terbuat dari anyaman bambu sampai kadar air
14%, untuk mempercepat pengeringan dapat digunakan nampan diarahkan
tegak lurus dengan datangnya sinar matahari.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kaji tindak.
Lamanya waktu penelitian 1-2 bulan, dan lokasi kegiatan pada beberapa tempat
sehubungan kebutuhan kegiatan tersebut. Adapun tahapan-tahapan kegiatan
sebagai berikut.
3.1 Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk keperluan pengamatan pembuatan
tepung gaplek akan dilakukan pada tiga lokasi, sebagai tempat pembuatan
tepung gaplek. Adapun tujuan pengamatan yakni mengamati teknologi dan
proses pembuatan. Kegiatan observasi juga dilakukan pada pasar-pasar
tradisional di kota kupang untuk mengamati mesin penepung gaplek tipe
hammer mill dan prinsip kerjanya. Data yang diperoleh dari pengamatan ini
akan dilakukan analisa lebih lanjut guna keperluan pengembangan konsep
teknologi yang dibangun. Adapun data-data yang diambil yaitu dimensi
gaplek, berat gaplek, dan proses penepungan gaplek secara manual maupun
dengan menggunakan mesin penepung hammer mill.
2
3
4
5
Unit 1
nc
6
18
7
19
8
9
10
9
11
12 np
13
Unit 2
14
15
16
17
Gambar 3.3 Mekanisme gaya-gaya yang bekerja pada Mesin Penepung Gaplek
Tipe Tatak
Di Do
L
Gambar 3.5 Poros
Keterangan :
L = Panjang
Keterangan :
τ ạ = Tegangan geser ijin (kg/ mm2)
σ b = Kekuatan tarik bahan (kg/mm2
sf 1= Faktor keamanan akibat pengaruh massauntuk bahan S-C
(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standar ASME
sf 2= Faktor pengaruh diberi alur pasak atau dibuat bertangga serta
pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan
(antara 1,3 sampai 3)
Tabel 3.3 Faktor-Faktor koreksi jenis-jenis pembebanan
No Jenis Pembebanan Cb Kt
1 Poros tetap
a. Beban Perlahan 1,0 1,0
b. Beban tiba-tiba 1,5-2,0 1,5-2,0
2 Poros yang berputar
a. Beban perlahan ataupun tetap 1,5 1,0
b.Beban tiba-tiba kejutan ringan 1,5- 2,0 1,5-2,0
c. Beban tiba-tiba kejutan berat 2,0-3,0 1,5-3,0
(Sumber : Sularso,1991)
3) Landasan Tatak
Landasan tatak adalah komponen mesin yang berfungsi untuk
menumpuk gaplek untuk ditatak. Komponen ini dirancang dengan
bagian-bagian yang mendukung fungsi dan kekuatan konstruksi. Untuk
mendukung fungsinya, komponen ini dilengkapi bagian-bagian tersebut
tampak gambar dibawah ini. Bagian-bagian ini diantarnya ruang gerak
pisau tatak dan kapasitas penampung gaplek yang akan ditatak.
Kekuatan konstruksi untuk landasan direncanakan dengan syarat
tegangan yang diijinkan (σ ) lebih besar dari tegangan yang terjadi (σ t)
agar saat proses menatak landasan tidak terjadi bengkok/rusak.
Landasan dengan pendekatan gaya yang berkerja. Gaya yang berkerja
pada landasan yakni gaya tatak yang diberikan berulang-ulang.
Poros
Disk
TEKNIK MESIN PRODUKSI & PERAWATAN xxxiiiPenepung
Gambar 3.8 Disk Penepung
6) Ruang Penepung
Ruang penepung adalah tempat dimana tatakan gaplek akan
digiling menjadi tepung. Diruang penepung ini terdapat rotor dan stator.
Rotor adalah bagian yang berputar yang terhubung dengan poros
penepung dan stator adalah bagian yang diam pada ruang penepung.
7) Saringan
Saringan adalah komponen mesin yang berfungsi untuk
memisahkan butiran gaplek yang masih kasar dengan tepung gaplek
yang halus. Penyaringan terjadi karena adanya getaran dari proses
penepungan.
Gupta,2005)
Keterangan :
L = Panjang rantai (mm)
K = Jumlah sambungan rantai (buah)
Z1 = Jumlah gigi pada sprocket pengerak (buah)
Z2 = Jumlah gigi pada sprocket digerakkan (buah)
p = Pitch rantai (mm)
C = Jarak sumbu roda gigi (mm)
3) Rumus diameter rata – rata sprocket dapat dihitung sebagai berikut :
Untuk sprocket penggerak
P
Dp = 180
sin( )
z1
Keterangan :
Dp = Diameter rata – rata sprocket (mm)
p = Pitch (mm)
z1 = Jumlah gigi sprocket penggerak (buah)
Untuk sprocket yang digerakan
P
Dp = 180
sin( )
z2
Keterangan :
Dp = Diameter rata – rata sprocket (mm)
p = Pitch (mm)
z2 = Jumlah gigi sprocket yang digerakan (buah)
e. Perencanaan Bantalan
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu
sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang
berlebihan.
Keterangan :
Lh = Umur bantalan
C = Kapasitas produksi (kg)
Pd = Beban ekivalen dinamis (kg)
n = Putaran kerja mesin (rpm)
f h = Faktor umur (putaran)
f n = Faktor kecepatan (rpm)
f. Perencanaan rangka
Rangka berfungsi sebagai tempat pemasangan komponen dan sebagai
penopang. Agar rangka mesin aman dan kuat maka syarat yang
diperluhkan adalah tegangan maksimum yang diterima oleh rangka mesin
(σ A ¿ lebih kecil atau sama dengan tegangan ijin material (σ ¿¿ t)¿ atau (
σ A ≤ σ t ). Material rangka adalah profil L ST37 ukuran 40x40 mm. Untuk
memenuhi persyaratan perancangan rangka maka perluh dilakukan
perhitungan beban yang ada pada rangka tersebut berupa gaya berat
sebagai berikut :
1) Gaya yang diterima rangka
Fr = m x g………..(Shigley, 1983)
b. Bahan
Tabel 3.6 : Bahan yang digunakan
No Nama bahan Jumlah
1 Besi profil L 3 Staft
2 Plat besi 1 lembar
3 Kawat las 1 kg
4 Baut dan mur 25 buah
5 Gear transmisi 4 buah
6 Rantai transmisi 2 buah
7 Bearing 7 buah
8 Motor 1 unit
9 Besi st37 1 batang
a) Sambungan Pengelasan
Dibawah ini macam-macam proses sambungan pengelasan :
Keterangan :
f t = Kekuatan las
t = Tebal rangka (mm)
F = t.L.σ
F
τ = ≤σ
t . l ........................(Gupta Khurmi, 1982)
Keterangan :
F = Gaya (N)
t = Tebal pengelasan (mm)
l = Panjang pengelasan (mm)
τ = Tegangan tekan (N/mm2)
σ = Tegangan izin (N/mm2)
Karena beban yang terjadi pada rangka merupakan
pembebanan setimbang maka beban yang terjadi pada setiap
kampuh las di rangka terbagi secara merata.
Pada tabel dibawah ini akan ditunjukan besar arus dan
diameter elektroda yang digunakan.
Tabel 3.8. Besar arus dan diameter elektroda yang digunakan
b) Kecepatan Makan ( vf )
vf = f.n……………….(Taufiq Rochim,1993)
Keterangan :
Vf = Kecepatan makan (m/s)
f = Gerakan makan (mm/r)
n = Putaran spindel poros utama (rpm)
c) Waktu pemotongan
L
Tc = …………………(Taufiq Rochim,1993)
vf
Keterangan :
Tc = Waktu pemotongan yang dibutuhkan (menit)
L = Panjang benda kerja yang dibubut (mm)
v f = Kecepatan makan (mm/s)
Tabel 3.10. Tingkat gerak makan dan putaran spindel mesin perkakas
Mulai
Analisa Data
Awal
Konsep Teknologi
Pembuatan
Tidak
Kajian
Ya
Analisa Data
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Observasi Lapangan
1) Teknologi Tadisional
Pada pembuatan tepung gaplek tradisional masyarakat desa
Atakare, Lamalera dan Leworaja, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten
Lembata, menggunakan peralatan tradisional yakni Lesung dan Alu.
Kedua alat ini memiliki dimensi dan konstruksi sebagai berikut.
a) Sketsa Alu
L
Gambar 4.1 Sketsa penampang alu
Keterangan :
1 4 Tumbukan
1 Yohanes 50 Tahun 2 4 Tumbukan
3 6 Tumnukan
1 3 Tumbukan
2 Yosep 30 Tahun 3 3 Tumbukan
3 4 Tumbukan
1 4 Tumbukan
3 Randy 20 Tahun 2 3 Tumbukan
3 3 Tumbukan
(Sumber : Data Observasi lapangan 2022)
2) Pembuatan tepung gaplek dengan mesin Hammer mill
Diketauhi: fc = 1,5
P = 5 hp (5 x 0,7457 = 3,7285 kW), dipergunakan
untuk poros tatak dan poros penepung, maka:
P motor
P= ………….. (Diasumsikan)
2
3,7285
=
2
= 1,86425 kW
Ditanya: Pd =………..
Pd = 1,5 x 1,86425 kW
Pd = 2,7963 kW
Keterangan :
Pd = Daya Rencana (kW)
Fc = Faktor Koreksi
Keterangan :
τ ạ = Tegangan geser ijin (kg/ mm2)
σ b= Kekuatan tarik bahan (kg/mm2) diperoleh dari nilai
kekuatan baja st37
sf 1 = Faktor keamanan
sf 2 = Faktor pengaruh
Diketahui: σ b= 37 kg/mm2
sf 1= 6,0
sf 2= 2,0
Ditanya: τ ạ= … kg/mm2
σb
Jawab: τ ạ =
sf 1 x sf 2
37
=
6,0 x 2,0
= 3,08 kg /mm2
Diameter poros
[ ]
1
5,1
ds = K t .C b .T 3 ………………..(Sularso, 2004)
τạ
[ ]
1
d s = 5,1 x 1,5 x 2,0 x 17,410 3
3,08
d s = 28 mm
Sedangkan diameter poros yang digunakan adalah 30 mm
Keterangan :
d s = Diameter poros (mm)
τ ạ = Tegangan geser diizinkan (kg /mm2)
K t = Faktor untuk beban tumbukan (1,5)
D1 D2 D3
Diketahui: R = 100 mm
r = 60 mm
h = 85 mm
π = 3,14
Ditanya: V = ………
Keterangan :
V = volume silinder tatak (m3)
V D 1= volume kerucut terpancung dimensi 1 (m3)
V D 2= volume tabung dimensi 2 (m3)
15mm
15mm
K=
2 p [
Z 1+ Z 2 2 .C Z 2−Z 1 p
+ +
2π
.
C ]
K=
2
+
[
38+45 2 x 350 45−38 12,70
+ .
12,70 2 x 3,14 350 ]
K = 41,5 + 55,1 + 0,039
K = 96 jumlah sambungan rantai
L = K.p
L = 96 x 12,70
L = 1219,2 mm
c) Rumus diameter rata–rata sprocket dapat dihitung sebagai
berikut :
Untuk sprocket pada motor penggerak
P
Dp = 180
sin( )
z1
Keterangan :
Pd = Beban ekivalen dinamis (kg)
Fr = Beban radial (kg)
Fa = Beban aksial (kg)
c) Umur bantalan dihitung dengan rumus:
Umur bantalan tatak
Lh=¿ 500∙ f 3h ………………(Sularso,1997)
f h=¿f c ¿
n∙
pd
f 0,93
h=¿0,0325 ¿
12,75
Diketahui: Pd = 22,4 kg
C = 0,93 Kg
n = 1023 rpm
Ditanya: f n = …….rpm ?
33,3
Jawab: f n=
n
33,3
f n=
1023
f n=¿ 0,0325 rpm
Kemudian mencari faktor umur ( f h):
f h=¿f c ¿
n∙
pd
f 0,93
h=¿0,0325 ¿
22,4
sebagai berikut
∑M = 0
B
L
Fr . – RA . L = 0
2
L
Fr . = RA . L
2
L
F.
RA = 2
L
Keterangan :
RA = Gaya yang bekerja di titik A (N)
RB = Gaya yang bekerja di titik B (N)
F = Beban yang diterima rangka (80,4 N dibagi jumlah
tiang penyangga (4) = 20,1 N
L = Jarak 600 mm
600
20,1×
RA = 2
600
= 10,05 N
600
20,1×
RB = 2
600
= 10,05 N
c) Tegangan Maksimum
Tegangan maksimum yang diterima rangka dapat dihitung
dengan rumus:
F
σmax = ..............................(G.Nieman, 1999)
A
Keterangan:
σ max = Tegangan (N/mm2)
digunakan rumus :
L
Fr . – RB . L = 0
2
L
Fr . = RB . L
2
L
F.
2
RB =
L
∑M = 0
B
L
Fr . – RA . L = 0
2
L
Fr . = RA . L
2
digunakan rumus :
L
Fr . – RB . L = 0
2
L
Fr . = RB . L
2
L
F.
2
RB =
L
∑M = 0
B
L
Fr . – RA . L = 0
2
L
Fr . = RA . L
2
L
F.
RA = 2
L
Keterangan :
RA = Gaya yang bekerja di titik A (N)
RB = Gaya yang bekerja di titik B (N)
F = Beban yang diterima rangka (196,2 N dibagi jumlah
tiang penyangga (4) = 49,05 N
49,05 ×600 /2
RA =
600
= 24,52 N
49,05 ×600 /2
RB =
600
= 24,52 N
c) Tegangan Maksimum
Tegangan maksimum yang diterima rangka dapat dihitung
dengan rumus:
c) Pembubutan Komponen
Adapun langlah-langkah pembubutan untuk pembuatan komponen,
yaitu :
1. Pembubutan poros
2. Pembubutan bushing
A= 2
3,14 . 6
A=
3,14 . 36
A = 113,04 mm2
e. Proses Permesinan
1) Pembubutan
a) Kecepatan putaran
π .d .n
Vc = ...................................( Taufiq Rochim, 1993)
1000
Vc .1000
n =
π .d
21 .1000
n =
3,14 . 27,5
210 00
n =
86,35
n = 243,19 rpm
n = 340 rpm (digunakan pada proses pembubutan poros)
Keterangan :
Vc = Kecepatan Potong (m/menit)
n = Kecepatan Putaran (rpm)
Vf = f. n .....................................(Taufiq Rochim,1993)
Vf = 0,5 x 340
Vf = 17 mm/s
Keterangan :
4.3 Pembahasan
Dari tabel data hasil pengujian menggunakan mesin penepung gaplek
tipe tatak dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
a. Jumlah sirip tatak terhadap ukuran lubang landasan 20 mm
Hasil data pengujian dengan menggunakan jumlah sirip tatak terhadap
ukuran lubang landasan tatak 20 mm dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.37 diatas, pada jumlah sirip tatak 3 dan ukuran lubang
landasan tatak 20 mm kapasitas produksi terendah yakni 0,3 kg/menit
terjadi pada putaran poros tatak 881 rpm, kapasitas produksi tertinggi
yakni 0,5 kg/menit terjadi pada putaran poros tatak 1023 rpm. Sedangkan
pada jumlah sirip tatak 4 dan ukuran lubang landasan tatak 20 mm
kapasitas produksi terendah yakni 0,37 kg/menit terjadi pada putaran poros
tatak 881 rpm, kapasitas produksi tertinggi yakni 0,7 kg/menit terjadi pada
putaran poros tatak 1023 rpm.
b. Jumlah sirip tatak terhadap ukuran lubang landasan 30 mm
Hasil data pengujian dengan menggunakan jumlah sirip tatak terhadap
ukuran lubang landasan tatak 30 mm dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.38 diatas, pada jumlah sirip tatak 3 dan ukuran lubang
landasan tatak 30 mm kapasitas produksi terendah yakni 0,43 kg/menit
terjadi pada putaran poros tatak 881 rpm, kapasitas produksi tertinggi
yakni 0,85 kg/menit terjadi pada putaran poros tatak 1023 rpm. Sedangkan
pada jumlah sirip tatak 4 dan ukuran lubang landasan tatak 30 mm
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
DAFTAR PUSTAKA
Andoko dan Parjimo, 2007, Budidaya Singkong Dan Ubi Jalar. Jakarta:
Agromedi pustaka.
Agus Haryanto,M.P,2019, Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.8,No2.