masing-masing dari stang bor ialah 3 meter, dan total kedalaman yang dapat dibor
oleh alat tersebut ialah 9 meter.
Tahap perancangan geometri peledakan adalah tahap dimana peledakan
tersebut diharapkan menghasilkan hasil ledakan atau fragmentasi dari batuan hasil
peledakan yang sesuai dengan rancangan geometri yang telah direncanakan agar
tercapainya tujuan dari peledakan itu sendiri. Geometri peledakan pada lokasi
TSBC dirancang dengan memperhatikan karakteristik batuan dan jenis bahan
peledak yang digunakan. Geometri tersebut dibuat berdasarkan pengalaman
dan uji coba (trial and error) yang telah diterapkan sesuai dengan jumlah batuan
yang ingin dibongkar serta ukuran fragmentasi yang diinginkan. Adapun
parameter yang diperhitungkan dalam geometri peledakan diantaranya ialah
diameter lubang ledak, burden, spacing, stemming, kedalaman lubang, tinggi
kolom isian dan jumlah lubang. Geometri peledakan yang digunakan pada lokasi
TSBC selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Geometri peledakan aktual
Parameter Satuan 14/3 17/3 20/3 25/3 30/3
Diameter Inci 3 3 3 3 3 3
Burden m 3 3 3 3 3 3
Spacing m 4 4 4 4 4 4
Stemming m 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Kedalaman m 6 6 6 6 9 9
PC m 3.5 3.5 3.5 3.5 6.5 6.5
Jumlah Lubang 28 35 40 19 16 35
Sumber: Satuan Kerja Pemboran dan Peledakan PT. Bukit Asam, 2018
dengan memperbesar jarak antar burden dan spasi akan mengurangi penggunaan
bahan peledak yang berlebihan, sebaliknya juga jika kita memperkecil jarak antar
burden dan spasi, maka hasil dari fragmentasi batuan akan semakin kecil, tetapi
memerlukan jumlah bahan peledak yang banyak pula. Begitu juga dengan
stemming, yang nantinya jika stemming terlalu pendek, maka akan menyebabkan
terjadinya flyrock karena kurangnya penahan/beban yang diletakkan pada bagian
atas dari lubang ledak, sehingga energi yang dialirkan tidak merata dan juga dapat
membuat fragmentasi batuan banyak yang berukuran bongkahan (boulder).
Sebaliknya jika stemming terlalu panjang akan menyebabkan terjadinya
overbreak.
4.2.1. Pola Peledakan dan Waktu Tunda
Pola rangkaian peledakan yang diterapkan di lokasi TSBC ialah pola
boxcut dan v-cut, dengan sistem penyalaan hole by hole menggunakan surface
delay detonator 42 ms, 67 ms dan inhole detonator 3000 ms. Sistem rangkaian
yang dipakai ialah non elektrik (nonel) dengan pemicu awal peledakan berupa
elektrik detonator yang disambungkan ke blasting machine menggunakan lead
wire.
Penentuan pemakaian pola peledakan berdasarkan permintaan bagian
penambangan untuk menentukan titik penggalian material hasil peledakan setelah
kegiatan peledakan dilaksanakan. Sistem rangkaian yang dipakai ialah non
elektrik (nonel) dengan pemicu awal peledakan berupa elektrik detonator yang
disambungkan ke blasting machine menggunakan lead wire. Penentuan
perangkaian ini didasarkan pada arah gelombang hasil peledakan.
4.2.2 Pemakaian Bahan Peledak
Bahan peledak yang digunakan PT Bukit Asam Tbk, yaitu ANFO
(Ammonium Nitrate & Fuel Oil) dan cartridge emulsion (power gel).
a. ANFO (Ammonium Nitrate & Fuel Oil)
Terdapat duajenis ammonium nitrate yang tersedia digudang handak PT
Bukit Asam Tbk, berdasarkan beda beratnya yaitu: 1000 kg dan 25 kg.
Pencampuran ammonium nitrate dan fuel oil dilakukan secara manual di lapangan
dengan komposisi ammonium nitrate 94,5 % dan fuel oil 5,5%.
47
Sumber: Satuan Kerja Pemboran dan Peledakan PT. Bukit Asam, 2018
Tinggi kolom isian sangat mempengaruhi jumlah pemakaian bahan peledak
dan hasil fragmentasi. Pemakaian jumlah bahan peledak yang sedikit (tidak sesuai
target) akan menghasilkan fragmentasi yang tidak sesuai dengan ukuran optimal
yang diinginkan dimana kemungkinan timbulnya boulder menjadi lebih besar.
Sedangkan pemakaian bahan peledak yang terlalu berlebihan dapat
menghabiskan biaya yang lebih besar serta menimbulkan resiko seperti
terjadinya fly rock. Tinggi bahan peledak diperoleh dari jumlah ammonium nitrate
(AN) yang digunakan per lubang dibagi loading density (Ld).
4.2.3 Powder Factor
Untuk mendapatkan powder factor, maka banyaknya bahan peledak yang
digunakan dibandingkan dengan jumlah batuan yang akan diledakkan. Powder
factor sangat mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan. Semakin besar powder
factor maka akan semakin kecil ukuran fragmentasi batuan. Selama kegiatan
peledakan, powder factor yang tertinggi digunakan adalah 0,25 kg/m3 dan
48
terendah 0,22 kg/m3. Nilai powder factor rata-rata yang didapat selama 5 kali
peledakan ialah sebesar 0,13 kg/m3 dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
dimasukkan kedalam plastik liner tersebut. Bagian ujung atas plastik diikat
apabila plastik sudah terisi bahan peledak dengan jumlah yang telah ditentukan.
Selanjutnya plastik ditekan dengan stick agar plastik isian tersebut bisa mencapai
dasar lubang ledak.
4.3.3 Pengisian Stemming
Pengisian stemming dilakukan setelah bahan peledak dimasukkan ke
dalam lubang ledak. Tujuan dari penggunaan stemming ialah untuk
menahan energi dari bahan peledak agar tidak keluar ke permukaan lubang ledak
dan tetap berada pada sekitar lubang sehingga pemberaian batuan di sekitar
lubang ledak sempurna. Apabila pemadatan stemming tidak dilakukan dengan
tepat maka akan terjadi stemming injection yaitu kondisi dimana energi
peledakan tidak terkurung di dalam lubang ledak dan terlepas ke permukaan.
Material stemming yang di gunakan di lokasi penelitian yaitu berupa cutting
material hasil pemboran. Stemming dimasukkan ke dalam lubang ledak dengan
menggunakan cangkul. Panjangnya pengisian stemming di dapatkan dari
pengurangan antara kedalaman lubang ledak dengan panjang kolom isian lubang
ledak.
4.3.4 Perangkaian Surface Delay
Proses perangkaian surface delay dilakukan setelah setiap lubang
ledak diisi dengan bahan peledak dan ditimbun dengan material stemming.
Perangkaian surface delay mengikuti pola peledakan. Pola rangkaian yang
digunakan yaitu Box Cut dan v-cut. Pola disesuaikan dengan bidang bebas
dan arah lemparan batuan. Pada saat perangkaian surface delay akan ditentukan
IP (initiation point) dan lubang mana yang akan diledakkan secara beruntun
dengan mengatur waktu tunda yang terdapat pada surface delay. Nantinya
rangkaian surface delay akan disambungkan ke lead wire untuk ditarik sepanjang
500 m sebagai zona aman untuk manusia ketika hendak dilakukannya peledakan.
Surface delay sendiri nantinya akan disambungkan dengan Blasting machine.
4.3.5. Target Fragmentasi
Fragmentasi yang baik dapat ditentukan dari dimensi mangkok alat gali
muat yang bekerja agar dapat mendukung dan mengoptimalkan produktivitas alat
50
gali muat. PT Bukit Asam Tbk, menggunakan alat gali muat hydraulic loading
excavator komatsu PC 200 dengan kapasitas bucket 1m3 untuk memuat material
hasil peledakan ke dalam dump truck. Selain dapat dimuat dengan mudah oleh
excavator (sedikit boulder), parameter selanjutnya ialah untuk menargetkan
ukuran dari fragmentasi hasil peledakan berukuran maksimal 60 cm, agar dapat
memenuhi permintaan unit crusher yang mana hopper dari crusher tersebut
mempunyai kapasitas maksimum untuk ukuran batuan yang akan diremukkan
yaitu 60 cm.
Maka dari itu diperlukan kajian mengenai geometri peledakan agar
fragmentasi yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Perencanaan pembuatan geometri peledakan harus dipersiapkan sedemikian rupa
agar menghindari proses selanjutnya, yang tentunya akan menambah biaya,
seperti : penggunaan alat breaker untuk memperkecil ukuran dari fragmentasi
batuan yang telah diledakkan. Bagaimanapun juga hal seperti ini sangat dihindari
oleh perusahaan karena selain tidak efisiennya suatu kegiatan tersebut dan juga
akan menambah cost production. Dengan adanya usulan geometri peledakan yang
baru diharapkan dapat memecahkan masalah yang terjadi di lapangan, sehingga
kegiatan peledakan tersebut dapat dikatakan berhasil/memenuhi target.
4.3.6. Prediksi Fragmentasi dengan Model Kuz-Ram
Perhitungan fragmentasi berdasarkan model Kuz-ram dilakukan untuk
memprediksikan ukuran fragmentasi yang lolos dan tertahan dari material yang
diledakkan dengan memperhitungkan data geometri peledakan, jumlah
bahan peledak yang dipakai serta faktor batuan yang dipakai pada lokasi
penelitian agar memenuhi target fragmentasi bucket excavator. Penentuan
faktor batuan ditentukan dari nilai kemampuledakkan batuan yang ada
dilokasi penelitian dengan berdasarkan pada hasil konsultasi dengan pihak
perusahaan. Penentuan ini menggunakan klasifikasi yang diberikan oleh Lilly
(1986).
a. Deskripsi massa batuan (RMD)
Deskripsi massa batuan yang ada di lokasi penelitian termasuk dalam
kategori blocky.
51
Apabila mengacu pada sistem pembobotan massa batuan dari Lilly (Tabel
2.7) diketahui bobot nilai untuk parameter RMD adalah 50.
Tabel 4.4 Prediksi fragmentasi batuan hasil peledakan dengan model Kuz-Ram
Size Persen Lolos Rata-
cm 14/3 17/3 20/3 25/3 30/3 rata
10 13,45 13,34 13,35 13,80 9,36 9,36 12,11
20 26,97 26,77 26,78 27,62 22,68 22,69 25,58
30 39,06 38,80 38,82 39,92 36,35 36,36 38,21
40 49,54 49,24 49,26 50,52 49,02 49,03 49,43
50 58,47 58,15 58,17 59,50 60,09 60,11 59,08
60 65,98 65,66 65,68 67,01 69,38 69,39 67,18
70 72,25 71,94 71,95 73,25 76,92 76,93 73,87
80 77,44 77,15 77,16 78,38 82,88 82,89 79,31
90 81,72 81,45 81,47 82,59 87,49 87,50 83,70
100 85,23 84,99 85,00 86,02 90,99 91,00 87,20
perlu diadakan kajian ulang dan evaluasi terhadap design geometri peledakan agar
hasil fragmentasi yang didapatkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Rancangan
desain geometri peledakan baru yang disarankan adalah dengan menggunakan
metode R.L.Ash dan C.J.Konya dengan memasukkan beberapa data untuk
mencari nilai dari parameter-parameter geometri yang akan di usulkan.
4.4.1. Geometri Peledakan Usulan Menurut R.L.Ash
1. Geometri Peledakan
Setelah dilakukan perhitungan geometri peledakan dengan menggunakan
metode R.L.Ash maka didapatkan nilai dari geometri peledakan usulan yaitu :
Tabel 4.5 Geometri peledakan usulan menurut R.L.Ash
Geometri Peledakan Nilai Satuan
Burden 1,83 m
Spacing 2,38 m
Stemming 1,28 m
Tinggi jenjang 6,954 m
Column charge 6,04 m
Hole diameter 3 inch
Subdrilling 0,366 m
Jumlah bahan ledak 23,19 kg
/lubang
Hole depth 7,32 m
Volume batuan yang 30,28 BCM
diledakkan/lubang
Burden 2 m
Spacing 2,8 m
Stemming 2 m
Tinggi jenjang 9 m
Subdrilling 0,6 m
1 10 83.54 16.46
2 20 52.13 47.87
3 30 25.08 74.92
4 40 9.45 90.55
5 50 2.81 97.19
6 60 0.67 99.33
7 70 0.13 99.87
8 80 0.02 99.98
9 90 0.00 100.00
10 100 0.00 100.00
Burden 1,9 m
Spacing 2,5 m
Stemming 1,9 m
Subdrilling 0,6 m