Anda di halaman 1dari 6

Intensitas Curah Hujan

Untuk menentukan Debit Banjir Rencana (Design Flood), perlu


didapatkan harga suatu intensitas curah hujan terutama bila digunakan metode
rasional. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada
suatu kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah
hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau
(Loebis, 1987). Untuk menghitung intensitas curah hujan, dapat digunakan
rumus empiris dari Dr. Mononobe (Soemarto, 1999) sebagai berikut :

2/3
R24 ⎡ 24 ⎤
I = * ....................................................................... (2.24)
24 ⎢⎣ t ⎥⎦

di mana :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)


t = Lamanya curah hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Debit Banjir Rencana


Untuk mencari debit banjir rencana dapat digunakan beberapa metode
diantaranya hubungan empiris antara curah hujan dengan limpasan. Metode ini
paling banyak dikembangkan sehingga didapat beberapa rumus diantaranya
sebagai berikut (Sosrodarsono & Takeda, 1984) yaitu :

1. Metode Rasional
Rumus yang dipakai yaitu :

C⋅I ⋅A
Qt = = 0.278.C.I.A
3.6
2/3
R24 ⎛ 24 ⎞
R = *⎜ ⎟
24 ⎝ Tc ⎠
Tc = L/W
0.6
⎛H⎞
W = 72 * ⎜ ⎟
⎝L⎠
di mana :

Qt = Debit banjir maksimum (m3/dtk)


C = Koefisien pengaliran
R = Intensitas hujan selama t jam (mm/jam)
A = Luas DAS sampai 100 km2 (km2)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang sungai (km)
H = Beda tinggi (km)
W = Kecepatan perambatan banjir (km/jam)

Koefisien pengaliran / run off (C) tergantung dari faktor-faktor


daerah pengalirannya, seperti jenis tanah, kemiringan, vegetasi, luas,
bentuk daerah pengaliran sungai. Untuk menentukan koefisien pengaliran
dapat dilihat pada Tabel.

Tabel Koefisien Pengaliran atau C

Type Daerah Aliran Harga C


Tanah pasir, datar, 2% 0,05-0,10
Tanah pasir, rata-rata 2-7% 0,10-0,15
Tanah pasir, curam 7% 0,15-0,20
Perumputan
Tanah gemuk, datar 2% 0,13-0,17
Tanah gemuk rata-rata 2-7% 0,18-0,22
Tanah gemuk, curam 7% 0,25-0,35
Daerah kota lama 0,75-0,95
Business
Daerah pinggiran 0,50-0,70
Daerah “singgle family 0,30-0,50
“multi unit”terpisah-pisah 0,40-0,60
Perumahan “multi unit”tertutup 0,60-0,75
“sub urban” 0,25-0,40
daerah rumah-rumah apartemen 0,50-0,70
Daerah ringan 0,50-0,80
Industri
Daerah berat 0,60-0,90
Pertamanan 0,10-0,25
Tempat bermain 0,20-0,35
Halaman kereta api 0,20-0,40

2. Metode Der Weduwen


Perhitungan debit banjir dengan Metode Der Weduwen untuk luas
DAS ≤ 100 km2 dan t = 1/6 sampai 12 jam digunakan rumus (Loebis, 1987) :
Qt = α .β .qn . A ................................................................................... (2.29)

t = 0,25.L.Qt −0,125 .I −0, 25 ..................................................................... (2.30)

120 + ((t + 1)(t + 9)) A


β = .................................................................... (2.31)
120 + A

Rn 67,65
qn = ................................................................................. (2.32)
240 t + 1,45

4,1
α = 1− ...................................................................................... (2.33)
βq n + 7
di mana :

Qt = Debit banjir rencana (m3/dtk)


Rn = Curah hujan maksimum (mm/hari)
α = Koefisien pengaliran
β = Koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan DAS
qn = Debit persatuan luas (m3/dtk.km2)
t = Waktu konsentrasi (jam)
A = Luas DAS sampai 100 km2 (km2)
L = Panjang sungai (km)
I = Gradien sungai atau medan

3. Metode Haspers
Untuk menghitung besarnya debit banjir dengan Metode Haspers digunakan
persamaan sebagai berikut (Loebis, 1987) :

Qt = α . β .q n A ..................................................................................... (2.34)

Koefisien Runoff (α )
1 + 0,012. A 0.7
α= ............................................................................... (2.35)
1 + 0,075. A 0.7
Koefisien Reduksi ( β )
1 t + 3.7 x10 −0.4t A 3 / 4
= 1+ × ............................................................ (2.36)
β t 2 + 15 12
Waktu konsentrasi ( t )
t = 0.1 L0.8 I-0.3................................................................................... (2.37)
Intensitas Hujan
• Untuk t < 2 jam
tR 24
Rt = ......................................... (2.38)
t + 1 − 0.0008 * (260 − R 24)(2 − t ) 2

• Untuk 2 jam ≤ t <≤19 jam


tR 24
Rt = ......................................................................................... (2.39)
t +1
• Untuk 19 jam ≤ t ≤ 30 jam
Rt = 0.707 R 24 t + 1 ........................................................................ (2.40)
di mana t dalam jam dan Rt,R24 (mm)
di mana :
Qt = Debit banjir rencana dengan periode T tahun (m3/dtk)
α = Koefisien pengaliran (tergantung daerah lokasi
β = Koefisien reduksi
qn = Debit per satuan luas (m3/dtk/km2)
A = Luas DAS (km2)
Rt = Curah hujan maksimum untuk periode ulang T tahun (mm)
T = Waktu konsentrasi (jam)
I = Kemiringan sungai
H = Perbedaan tinggi titik terjauh DAS terhadap titik yang ditinjau (km)

Debit per satuan luas ( qn )


Rn
qn = ................................................................................... (2.41)
3,6 * t
t dalam jam
di mana :
Rn = Curah hujan maksimum (mm/hari)
qn = Debit persatuan luas (m3/dtk.km2)
2
Periode Ulang Luas DAS (Km )

(tahun) < 100 300 600 900 1200 >1500

5 1.28 1.27 1.24 1.22 1.19 1.17

10 1.56 1.54 1.48 1.44 1.41 1.37

20 1.88 1.88 1.75 1.70 1.64 1.59

50 2.55 2.30 2.18 2.10 2.03 1.95

100 2.78 2.72 2.57 2.47 2.37 2.27

200 3.27 3.20 3.01 2.89 2.78 2.66

500 4.01 3.92 3.70 3.56 3.41 3.27

1000 4.68 4.58 4.32 4.16 4.01 3.85

Perkiraan debit puncak banjir tahunan rata-rata, berdasarkan ketersediaan data


dari suatu DAS, dengan ketentuan :

1. Apabila tersedia data debit, minimal 10 tahun data runtut waktu maka, MAF
dihitung berdasarkan data serial debit puncak banjir tahunan.

2. Apabila tersedia data debit kurang dari 10 tahun data runtut waktu, maka
MAF dihitung berdasarkan metode puncak banjir di atas ambang (Peak over a
threshold = POT).

3. Apabila dari DAS tersebut, belum tersedia data debit, maka MAF ditentukan
dengan persamaan regresi, berdasarkan data luas DAS (AREA), rata-rata
tahunan dari curah hujan terbesar dalam satu hari (APBAR), kemiringan
sungai (SIMS), dan indeks dari luas genangan seperti luas danau, genangan
air, waduk (LAKE).

6. Metode Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I


Cara ini dipakai sebagai upaya memperoleh hidrograf satuan suatu DAS
yang belum pernah diukur. Dengan pengertian lain tidak tersedia data pengukuran
debit maupun data AWLR (Automatic Water Level Recorder) pada suatu tempat

29

Anda mungkin juga menyukai