Anda di halaman 1dari 40

Irigasi dan Bangunan Air I

BAB III KEBUTUHAN AIR IRIGASI


III.1 KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN...................................................................................
III. 1.1 Kebutuhan air untuk mengimbangi penguapan.........................................................
III. 1.2 Kebutuhan air untuk jaringan.....................................................................................
III. 1.3 Kebutuhan air untuk pencucian..................................................................................
III. 1.4 Kebutuhan air untuk penggelontoran.........................................................................
III. 1.5 Kehilangan air karena perkolasi..................................................................................
III. 1.6 Kebutuhan air untuk penggenangan pada waktu pengolahan tanah..........................
III.2 SIKLUS HIDROLOGI DAN NERACA AIR................................................................................
III. 2.1 Siklus Hidrologi...........................................................................................................
III. 2.2 Water Balance ( Neraca Air ).......................................................................................
III.3 KOEFFISIEN TANAMAN.......................................................................................................
III. 3.1 Pengertian Koeffisien Tanaman..................................................................................
III. 3.2 Koeffisien Tanaman Untuk Padi...................................................................................
III. 3.3 Koeffisien Tanaman Tebu.............................................................................................
III. 3.4 Koeffisien Tanaman Untuk Tanaman Semusim............................................................
III. 3.5 Koeffisien Tanaman Untuk Kakao................................................................................
III. 3.6 Koeffisien Tanaman Untuk Tanaman Pisang................................................................
III. 3.7 Koeffisien Tanaman Untuk Kopi...................................................................................
III. 3.8 Koeffisien Tanaman Untuk Jeruk..................................................................................
III.4 CURAH HUJAN EFFEKTIF.....................................................................................................
III. 4.1 Pengertian curah hujan effektif dan air yang tersedia bagi tanaman..........................
III. 4.2 Curah hujan andalan...................................................................................................
III. 4.3 Curah Hujan effektif untuk lahan kering/ladang..........................................................
III. 4.4 Perhitungan curah hujan andalan/effektif untuk lahan sawah....................................
III.5 KEBUTUHAN AIR UNTUK PENYIAPAN LAHAN......................................................................
III. 5.1 Penyiapan lahan untuk padi di sawah.........................................................................
III. 5.2 Penyiapan lahan di sawah untuk tanaman ladang dan tebu.......................................
III.6 KEBUTUHAN AIR UNTUK PENGGANTIAN AIR DI SAWAH.....................................................
III.7 KEBUTUHAN AIR UNTUK PERKOLASI DAN PENCUCIAN.......................................................
III. 7.1 Besarnya perkolasi.....................................................................................................
III. 7.2 Besarnya kebutuhan air untuk pencucian ( leaching )................................................
III.8 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI DISAWAH................................................
III. 8.1 Prinsip perhitungan.....................................................................................................
III. 8.2 Tahap pertumbuhan tanaman.....................................................................................
III. 8.3 Contoh perhitungan kebutuhan air irigasi...................................................................
III. 8.4 Rotasi teknis atau sistim golongan.............................................................................

41
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I

BAB III
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
III.1 KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN.
Untuk mempermudah kita menghitung kebutuhan air untuk tanaman, kita uraikan
kebutuhan air untuk tanaman tersebut kedalam beberapa unsur kebutuhan/kehilangan air
seperti yang akan dibahas berikut ini. Namun tidak pada setiap kasus akan didapati unsur-
unsur yang sama, tergantung dengan kondisi air, kondisi tanah, kondisi tanaman serta
permasalahan yang dihadapi.

Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

III. 1.1 Kebutuhan air untuk mengimbangi penguapan.

Penguapan dapat terjadi pada setiap permukaan yang basah, baik itu permukaan air,
permukaan aliran sungai, waduk maupun dari permukaan tanaman. Penguapan dari
tanaman ini dapat berupa penguapan dari pemukaan daun yang basah karena hujan atau
embun dan dapat juga berupa penguapan air dari dalam jaringan tanaman itu sendiri.
Banyaknya air yang diuapkan juga berbeda antara keduanya.

Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi besarnya penguapan itu
:

a. Luas Permukaan yang diuapkan.


Semakin luas permukaan, semakin banyak air yang diuapkan.

b. Jenis tanaman.
Tiap jenis tanaman mempunyai jenis daun yang berbeda baik lebar maupun lebatnya.
Karena itu besarnnya penguapan juga berbeda.

c. Kelembaban.
Pada daerah dengan kelembaban tinggi, besarnya penguapan relatif lebih kecil
dibanding dengan daerah dengan kelembaban rendah.

d. Kecepatan angin.
Pada daerah yang berangin kencang, penguapan akan lebih besar dibanding dengan
daerah berangin lemah.

e. Suhu.

Penguapan yang terjadi pada suhu tinggi akan lebih besar dibanding dengan penguapan
pada suhu yang rendah.

III. 1.2 Kebutuhan air untuk jaringan.

Air yang dihisap tanaman melalui akarnya akan mengalir kedalam jaringan tanaman.
Air ini diperlukan untuk membentuk jaringannya, tapi sebagian air akan diuapkan kembali
melalui permukaan daun. Kalau jumlah air yang diambil akar tidak sebanding dengan yang
digunakan tanaman atau penguapan, maka tanaman akan menjadi layu.

42
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Dalam perhitungan, banyaknya air untuk transpirasi atau membentuk jaringan ini
sulit dipisahkan dengan banyaknya air untuk penguapan, baik penguapan dari tanaman
maupun penguapan dari tanah sekitar tanaman. Karena itu didalam analisa, banyaknya air
untuk evaporasi ( penguapan ) dan transpirasi ( membentuk jaringan ) ini digabung menjadi
kebutuhan air untuk evapotranspirasi.

Banyaknya air untuk evapotranspirasi ini sering disebut pemakaian air konsumtif
tanaman. Banyaknya air untuk evapotranspirasi ini pada dasarnya hanya dapat ditentukan
melalui pengamatan/penelitian. Namun karena data dari hasil pengamatan/penelitian tidak
selalu ada, maka sering digunakan rumus-rumus empiris untuk menghitungnya. Apalagi
hasil penelitian/ pengamatan disuatu tempat belum tentu sama dengan hasil penelitian/
pengamatan untuk tanaman yang sama di tempat yang lain. Dari beberapa hasil
perhitungan evapotranspirasi untuk padi sekitar 4 mm/hari.

III. 1.3 Kebutuhan air untuk pencucian.

Kebutuhan air untuk pencucian ini diperlukan kalau pada tanah terdapat
senyawa-senyawa yang merugikan tanaman seperti pada daerah rawa. Baik pada rawa
pantai maupun rawa pedalaman, kemampuan lahan terbatas karena drainase terhambat.
Terhambatnya drainase ini menyebabkan tanah mengandung senyawa-senyawa yang
merugikan tanaman yang umumnya bersifat masam. Walaupun kemampuan lahan dapat
ditingkatkan melalui drainase, namun kemampuan lahan ini akan cepat meningkat kalau
pada lahan tersebut dapat dialirkan air segar, sehingga senyawa-senyawa yang merugikan
tadi dapat dihanyutkan/dicuci. Banyaknya air untuk mencuci ini tergantung dari kondisi
tanah serta kondisi air segar yang digunakan untuk mencuci. Namun seringkali terjadi,
pemberian air untuk pencucian ini tidak dapat dilakukan walau diperlukan.

III. 1.4 Kebutuhan air untuk penggelontoran.

Kalau kwalitas air yang ada di saluran pada lahan sudah cukup jelek akibat tercemar,
maka satu-satunnya jalan adalah menggelontor keluar air yang ada di lahan dengan
memasukkan air yang baik kedalam lahan. Seperti misalnya untuk daerah pertanian
didaerah pantai yang terluapi air laut, mungkin sulit untuk mengalirkan air yang tercampur
air asin keluar lahan dengan cara drainase biasa. Dalam keadaan ini maka harus
dimasukkan air segar untuk mendorong air asin tadi keluar lahan.

III. 1.5 Kehilangan air karena perkolasi.

Kehilangan air karena perkolasi adalah kehilangan air karena air terus meresap
kedalam tanah, sehingga meninggalkan daerah perakaran dan dengan demikian tidak dapat
digunakan oleh tanaman.

Baik air irigasi maupun air hujan yang jatuh ke permukaan tanah, mula-mula akan
membasahi tanah pada daerah perakaran. Tapi kalau pemberian air tersebut berlangsung
terus, maka sebagian dari air tersebut akan terus masuk kedalam tanah sehingga
meninggalkan daerah perakaran.

Besarnya kehilangan air karena perkolasi ini sangat tergantung pada jenis tanah dan
besarnya pemberian air atau curah hujan yang jatuh. Tapi selain itu juga tergantung pada
kedudukan air tanah atau kondisi lahan. Pada daerah rawa dimana muka air tanah tinggi,
perkolasi ini akan kecil atau bahkan mungkin tidak terjadi. Sedangkan pada daerah
perbukitan atau sawah yang berteras-teras, perkolasi ini relatif lebih tinggi dibanding
dengan pada sawah di daerah datar.

Pada dasarnya perkolasi ini bisa berupa perkolasi vertikal, yaitu meresapnya air
secara vertikal kebawah dan meninggalkan perakaran. Kemudian perkolasi horisontal,
dimana resapan terjadi kesamping. Yang terakhir ini akan lebih besar terjadi pada daerah
perbukitan.

43
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
III. 1.6 Kebutuhan air untuk penggenangan pada waktu pengolahan tanah.

Umumnya pada waktu pengolahan tanah, sawah digenangi dulu agar mudah dibajak.
Tinggi genangan umumnya diambil 15 cm atau 150 mm. Dapat saja sawah diolah dalam
keadaan kering, namun sesuai dengan catatan Dr. Hadrian Siregar dalam bukunya Budi
Daya Tanaman Padi di Indonesia, tanah yang diolah kering untuk tanaman padi
produktifitasnya turun antara 54 sampai 77 % dibanding dengan kalau tanah diolah dengan
digenangi. Apalagi pengolahan tanah dalam kedaan basah akan lebih mudah dibanding
dengan dalam keadaan kering.

Menurut Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen PU,


besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dianjurkan diambil antara 50 - 100
mm. Sedangkann untuk tanaman tebu, dianjurkan antara 100 - 120 mm. Untuk sawah,
standar tadi menyajikan rumus kebutuhan air untuk penyiapan lahan yang akan dibahas
dalam bab IV. Selanjutnya standar tersebut menyampaikan bahwa banyaknya air untuk
penyiapan lahan pada tanah yang bertekstur berat tanpa retak-retak diambil 200 mm. Ini
termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan tranplatasi tidak
akan ada air tersisa di sawah. Setelah transplatasi selesai, lapisan air di sawah akan
ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi
250 mm untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan awal setelah transplatasi selesai.

III.2 SIKLUS HIDROLOGI DAN NERACA AIR.


III. 2.1 Siklus Hidrologi.

Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau peredaran yang dialami oleh air. Siklus ini
dapat ditinjau dari laut dan kembali ke laut. Persediaan air di bumi kita ini dapat dilaut,
disungai, didanau ataupun didalam tanah sebagai air tanah. Persediaan yang terbesar
adalah terdapat dilaut yaitu sekitar 97,5 %, kemudian 1,75 % dalam bentuk es, sedangkan
yang berada didaratan, baik di sungai, di danau maupun di dalam tanah hanya sekitar 0,73
%. Yang dalam bentuk uap air sangat sedikit yaitu sekitar 0,001 %. ( Ir. Suyono S. dan
Kensaku Takeda : Hidrologi untuk Pengairan ).

Sebagian dari air tersebut akan berubah menjadi uap dan proses penguapan ini
dapat terjadi dipermukaan tanah yang ditanami atau yang tidak ditanami, permukaan air di
danau, laut maupun sungai-sungai. Selain itu penguapan juga terjadi pada permukaan daun,
baik berupa penguapan air hujan atau embun yang menempel didaun ataupun penguapan
air dari dalam jaringan tanaman yang didapat dari tanah melalui akar-akarnya. Uap air
tersebut akan mengumpul diangkasa dalam bentuk awan. Apabila awan ini sudah jenuh dan
karena perubahan tekanan, maka awan tersebut akan berubah menjadi titik-titik air atau
berubah menjadi butiran es yang halus yang disebut salju atau dalam bentuk butiranes
yang agak besar. Semua itu akan turun kebumi dalam bentuk persipitasi : hujan, hujan es,
hujan salju atau embun.

1. Awan dan uap air.


2. Presipitasi.
3. Hujan.
4. Hujan es.
5. Salju.
6. Limpasan Permukaan.
7. Salju yang mencair.
8. Perkolasi.
9. Evaporasi.
10. Evapotranspirasi.
Air yang jatuh ketanah atau yang
berasal dari salju yang mencair pada
permukaan tanah akan mengalami dua
kejadian : sebagian dari air tersebut akan Gambar III.1. Siklus hidrologi.
mengalir melalui permukaan tanah dalam
bentuk aliran permukaan ( run off ), sebagian akan meresap kedalam tanah ( perkolasi ).

44
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Dan sebagian lagi tertahan dicekungan - cekungan daun, kadang - kadang diuapkan
kembali ( intersepsi ). Air yang mengalir di permukaan tanah akhirnya akan masuk kesungai
dan terus kelaut. Sedangkan yang meresap kedalam tanah akan mempunyai dua
kemungkinan : menambah air tanah atau mengalir didalam tanah/dibawah permukaan
tanah sebagai aliran dalam tanah ( interflow ). Aliran dalam tanah ini juga akhirnya akan
mencapai sungai sebagai aliran dasar ( base flow ) atau ke laut.

Dengan demikian terjadi suatu sirkulasi, dimana uap air yang berasal dari penguapan
air laut, setelah melalui beberapa tahap akhirnya kembali lagi kelaut. Sirkulasi ini yang
disebut sebagai siklus hidrologi.

III. 2.2 Water Balance ( Neraca Air ).

Water balance atau neraca air yang dimaksud disini adalah suatu analisa terhadap
keseimbangan air yang masuk dan yang keluar dari suatu lahan pertanian. Dari analisa ini
akan diketahui berapa banyaknya air irgasi yang diperlukan. Analisa ini pada prinsipnya
menganut prinsip siklus hidrologi untuk skala kecil yaitu lahan pertanian.

Gambar III. 2a Keseimbangan air pada lahan Gambar III. 2b Keseimbangan air pada lahan
sawah kering
Keseimbangan air yang akan terjadi seperti
ditunjukkan pada gambar diatas mengikuti
persamaan sebagai berikut :
Is + R + Ig = S + E + Gv + Gh + Os

dimana :
Is = Debit air yang masuk ke lahan.
R = Besarnya curah hujan effektif.
Ig = Air yang masuk dari rembesan samping.
S = Jumlah air yang tersedia pada permukaan tanah atau didalam
tanah
E = Evapotranspirasi ( Evaporasi + Transpirasi ).
Gv = Perkolasi kebawah ( vertikal ).
Gh = Perkolasi kesamping ( horisontal ).
Os = Air yang keluar melalui permukaan tanah.

Pada suatu petak sawah yang ditanami padi dan diairi dengan sistim genangan,
besarnya debit yang masuk ke lahan adalah pemberian air irigasi. Sedangkan jumlah air
yang tersedia pada permukaan adalah tinggi genangan. Kesimbangan air untuk lahan
kering/ladang, besarnya debit yang masuk ke lahan antara lain dari irigasi sprinkler,
sedangkan jumlah air yang tersedia adalah air yang tersedia didalam tanah.

Oleh karenanya perbedaan yang mendasar antara lahan kering dengan sawah adalah
:

a. Pada lahan sawah air yang berlebih masuk kelahan akan menaikkan tinggi
genangan.

45
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
b. Pada lahan kering, air yang berlebihan masuk ke lahan akan menjadi limpasan
( run-Off ).

Dari persamaan tersebut, belum dimasukkan dua kebutuhan air yang hanya terjadi
dalam keadaan khusus, yaitu untuk pencucian dan untuk penggelontoran. Kalau dalam
suatu kasus, salah satu atau kedua kebutuhann itu terjadi, maka kebutuhan tersebut harus
dimasukkan kedalam ruas kanan persamaan tersebut.

III.3 KOEFFISIEN TANAMAN.


III. 3.1 Pengertian Koeffisien Tanaman.

Koeffisien tanaman ( kc ) adalah perbandingan antara Evapotranspirasi suatu


tanaman ( Etc ) terhadap Evapotranspirasi Acuan ( ETo ) pada lahann yang luas dan kondisi
linngkungan yang optimum serta menghasilkan produksi yang maksimum. Yang dimaksud
dengan kondisi optimum ini adalah bebas dari serangan penyakit, ketersediaan air yang
optimum, pemupukan yang optimum ( FAO, Crop Water Requirements, 1984).

Dengan cara lain koeffisien tanaman dapat dinyatakan dalam rumus :

kc = ETc / ETo
Besarnya kc ini terutama dipengaruhi oleh :
- karakteristik tanaman,
- waktu penanaman atau penyemaian.
- panjangnya musim tanam,
- Kondisi iklim.
Setiap jenis tanaman akan mempunyai koeffisien tanaman yang berbeda. Menurut
FAO, tanaman yang mempunyai koeffisien tanaman diatas 1,0 atau ETc > ETo, adalah kapas,
tomat, bit gula dan appel yang ditanam denngan tanaman penutup. Sedangkan untuk
tanaman nanas, jeruk dan bit gula mempunyai koeffisien tanaman kurang dari 1,0 atau ETC
< ETo. Selain itu, besarnya koeffisien tanaman juga berbeda untuk tinggi tanaman yang
berbeda, tingkat pertumbuhan tanaman yang berbeda ( baru semai atau menjelang panen ).
Pengaruh iklim, seperti akibat kondisi penguapan yang tinggi, seperti angin yang
kuat atau kelembaban yang rendah, nilai ETo akan naik dari 12 menjadi 14 mm/hari dan nilai
ETc akan naik dari 15 menjadi 17 mm, terutama untuk daerah tandus yang sangat
dipengaruhi oleh iklim kering yang kuat.
Panjangnya musim tanam untuk tanaman semusim akan berpengaruh pada nilai ETc
total, kerena besarnya koeffisien tanaman untuk setiap tingkat pertumbuhan dalam suatu
musim tanam akan berbeda. Seperti untuk tanaman bilt gula, menurut FAO, yang ditanam
pada musim gugur akan mempunyai masa tanam yang lebih panjang dibanding dengan
kalau ditanam pada musim semi. Dan ini masih lebih panjang kalau dibanding dengan yang
ditanam pada musim panas. Selain panjangnya musim tanam, besarnya koeffisien tanaman
pada setiap tingkat pertumbuhan juga berbeda Daftar III.1. Harga koeffisien tanaman
untuk setiap permulaan tanam. untuk padi - Ditjen Pengairan.
Untuk tanaman padi, yang ditanam
pada musim hujan ( rendeng ) dengan yang
ditanam pada musim kemarau ( gadu ), akan Bulan Varietas biasa Varietas unggul
berbeda terutama pada saat padi mulai 0,5 1,10 1,10
dewasa. Padi yang ditanam di Asia akan 1 1,10 1,10
mempunyai kc yang berbeda dengan yang 1,5 1,10 1,05
ditanam di Eropa. 2 1,10 1,05
2,5 1,10 0,95
3 1,10 0
III. 3.2 Koeffisien Tanaman Untuk Padi. 3,5 0,95
4 0
Menurut Standar Perencanaan Irigasi,
Ditjen Pengairan, Koeffisien tanaman untuk
diterapkan pada rumus Evapotraspirasi yang diperkenalkan oleh FAO, untuk tanaman padi
adalah sebagai pada daftar III.1. berikut ini.

46
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Dilain pihak, FAO dalam bukunya" Crop Water Requirement", untuk daerah Asia yang
basah, besarnya koeffisien tanaman adalah sebagai pada daftar II.2. berikut ini. Menurut
FAO tersebut kalau dalam musim kering, kelembaban minimum lebih besar dari 70 %, maka
koeffisien tanaman yang digunakan adalah koeffisien tanaman musim hujan. Diasumsikan
bahwa tidak ada perbedaan nilai kc antara tanaman padi yang disebar/ditugal dengan yang
ditandur, walaupun persentase penutupan lahan pada awal musim tanam pada padi yang
ditandur akan sedikit lebih kecil dibanding yang disebar.
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Pengairan,
Menurut FAO itu pula masa tanam Dep.PU.
padi akan berbeda untuk setiap varitas,
untuk itu lamanya tengah musim perlu disesuaikan. Sedangkann untuk padi ladang,
koeffisien tanamannya dapat digunakan denngan saran agar dalam pelaksanaanya kadar air
pada permukaan tanah dapat dijaga mendekati jenuh, hanya pada awal musim tanah nilai
kc dapat dikurangi 15 sampai 20 persen.

Daftar III.2. Harga Koeffisien Tanaman untuk padi - FAO.


Uraian Masa Panen Bulan ke 1 dan Tengah musim 4 minggu
Tanam 2 terakhir
Musim hujan Juni - Juli
Nop-Des
- Angin lemah/sedang 1,10 1,05 0,95
-Angin kuat 1,15 1,10 1,00
Musim kering Des - Jan Tengah Mei
- Angin lemah/sedang 1,10 1,25 1,00
- Angin kuat 1,15 1,35 1,05
Sumber : Crop Water Requiremennt, FAO, 1984

III. 3.3 Koeffisien Tanaman Tebu.

Unntuk tanaman tebu Ditjen Pengairan juga menggunakan koeffisien tanaman yang
disarankann oleh FAO, seperti pada daftar III.3. berikut ini. Pengertian rimbun pada daftar
berikut ini adalah full canopy, maksudnya pada saat tanaman telah mencapai tahap berdaun
rimbun, sehingga bila dilihat dari atas tanah disela-selanya tidak nampak. Pemberian air
irigasi umumnya dihentikan 4 sampai 6 minggu menjelang panen.

Daftar III.3. Koeffisien Tanaman untuk Tebu.


Umur tanaman Tahap Rhmin < 70 % Rhmin < 20 %
12 24 bulan Pertumbuhan angin kecil angin angin kecil angin
bulan sampai sedang sedang sampai kencang
sedang
0-1 0 - 2,5 saat tanam sampai 0,25 0,55 0,60 0,40 0.45
rimbun
1-2 2,5 3,5 0,25 - 0,5 rimbun 0,80 0,85 0,75 0,80
2 - 2,5 3,5 4,5 0,5 - 0,75 rimbun 0,90 0,90 0,95 1,00
2,5 - 4 4,5 - 6 0,75 sampai rimbun 1,00 1,00 1,10 1,20
4 - 10 6 17 penggunaan air puncak 1,05 1,15 1,25 1,30
10 - 11 17 22 awal berbunga 0,80 0,85 0,95 1,05
11 - 12 22 24 menjadi masak 0,60 0,65 0,70 0,75
Sumber : Crop Wter Requirement, FAO, 1984

III. 3.4 Koeffisien Tanaman Untuk Tanaman Semusim.

Untuk tanaman semusim lainnnya, FAO meninjau pertumbuhan tanaman semusim ini
dalam 4 tahap. Besarnnnya kc untuk setiap tahap dipenngaruhi oleh besarnnya kelembaban
minimum dan kecepatan angin.

Keempat tahap pertumbuhan tersebut adalah :

1. Tahap pertumbuhan awal.

47
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Tahap pertumbuhan awal ini dimulai dari saat penanaman atau persemaian sampai
tanaman dapat menutupi lahan sekitar 10 %. Dengan demikian pada tahap ini, penguapan
yang terjadi pada tanah disekeliling tanaman menjadi lebih dominan dibanding dengan
evapotranspirasi tanaman itu sendiri. Oleh karenanya besarnya kc pada tahap ini tidak
tergantung pada jenis tanaman. Yang justru mempengaruhi besarnya kc pada tahap ini
adalah sering turunnya hujan atau pemberian air irigasi.

Semakin jarang hujan turun atau pemberian air irigasi, semakin kecil pula besarnya
kc. Selain itu besarnya kc ini tergantung pada besarnya ETo yang dihitung terdahulu. Untuk
nilai kc kecil, nilai kc justru lebih besar dibanding dengan kc pada nilai ETo yang besar.

2. Tahap pertumbuhan tanaman.

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pertumbuhann awal sampai tingkat
pertumbuhan dimana penutupan lahan oleh tanaman cukup effektif, yaitu telah mencapai
70 - 80 %. Karena penutupan disini belum mencapai puncaknya, maka tinggi tanamann juga
belum mencapai puncaknya juga. Tapi dengan tingkat pertumbuhan tannaman seperti itu,
besarnya kc sudah mendekati nilai kc pada pertumbuhan maksimum.

Pada tahap ini terjadi peralihan antara kondisi dimana penguapan tanah masih
dominan menjadi evapotranspirasi tanaman yang dominan. Jadi nilai kc juga beranngsur-
angsur naik dari nilai kc pada pertumbuhan awal menjadi kc pada pertumbuhan maksimum.
Atau dengan kata lain nilai kc pada tahap inni merupakan interpolasi antara nilai kc pada
tahap awal dengan nilai kc pada tahap pertengahan musim tanam.

3. Tahap pertengahan musim tanam.

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pertumbuhan tanaman. Tahap ini dimulai
dari akhir masa pertumbuhan tanaman, kemudian tanaman sudah menutupi seluruh
permukaan lahan. Selanjutnya sebagai akhir dari tahap ini adalah dimana tanaman telah
memberikan tanda-tanda masak. Pada tanaman kedelai misalnya ditandai dengan
menguningnya daun.

Sedangkan pada tanaman kapas ditandai dengan gugurnya daun. Pada tanaman bit
gula tanda masak ini sudah dekat dengan waktu panen, sedangkan pemberian air telah
dihentikan untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas atau keduanya. Dilihat dari segi
pertumbuhan tanaman, pada tahap inilah puncak pertumbuhan terjadi. Karenanya nilai kc
maksimum akan tercapai pada tahap ini.

4. Tahap akhir masa tanam.

Tahap ini dimulai dari adanya tanda masak sampai tanaman benar-benar masak dan
dipanen. Pada tahap ini terjadi penurunan evapotranspirasi, sehingga nilai kc juga menurun.
Seringkali pemberian air juga dihentikan menjelang panen.

Grafik besarnya kc pada tanaman semusim ini pada dasarnya berbentuk garis
lengkung, namun untuk mempermudah, garis lengkung tadi disederhanakan menjadi garis
lurus, sesuai dengan tahap pertumbuhan tanaman diatas.

Sebagai contoh, grafik tanaman


kedelai adalah seperti pada gambar III.3.
disamping ini.

Untuk mendapatkan nilai kc pada


setiap tahap pertumbuhan, maka kita
harus tahu dulu umur tanaman pada satu
musim tanam, serta umur tanaman pada
setiap tahap pertumbuhan.

48
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
FAO dalam bukunya Crop Water Requirement, menyajikan beberapa tanaman
semusim. Pada beberapa jenis tanaman, kalau ditanam pada lokasi dan kondisi iklim yang
berbeda, maka umur tanaman juga akan Gambar III.3. Contoh grafik kc pada tanaman
berbeda. Karenanya Ditjen Pengairan kedelai.
menggunakan besarnya koeffisien
tanaman yang diberikan oleh FAO (dengan data untuk negara yang mirip ). Asumsi yang
digunakan oleh Ditjen Pengairan adalah sebagai berikut :
a. Evapotranspirasi harian ( ETo ) 5 mm.
b. Kecepatan angin antara 0 sampai 5 m/dt.
c. Kelembaban relatif minimum 70 %.
d. Frekwensi irigasi/curah hujan ( F ) per 7 hari.

Berdasar besarnya ETo = 5 mm dan F = 7 hari, maka berdasar grafik FAO, didapat
bahwa nilai kc untuk tanaman semusim di Indonesia pada awal pertumbuhan adalah 0,5.
Sedanngkan hal itu semua maka besarnya koeffisien tanaman untuk setiap jenis tanaman
adalah seperti pada daftar III.4.berikut ini.

Daftar III.4. Besarnya koeffisien tanaman pada setiap tahap pertumbuhan tanaman.
No Jenis Umur Tahap pertum- Tahap pertum Tahap perte- Tahap akhir
tanaman. tanaman buhan awal buhan tanaman tengahan masa tanam
musim
hari Kc hari kc hari kc hari kc
1 Bawang 70 25 0.5 30 0,5-0,95 10 0.95 5 0.95
2 Buncis 75 15 0.5 25 0,5-0,95 25 0.95 10 0,95-
0.85
3 Sawi-sawian 80 20 0.5 30 0,5-0,95 20 0.95 10 0,95-
0.80
4 Jagung 80 20 0.5 20 0,5-1,05 30 1.05 10 1,05-
0.95
5 Kedelai 85 15 0.5 15 0,5-1,00 40 1.00 15 1,00-
0.45
6 Timun 105 20 0.5 30 0,5-0,90 40 0.90 15 0,90-
0.70
7 Wortel 120 25 0.5 35 0,5-1,00 40 1.00 20 1,00-
0.70
8 Seledri 125 25 0.5 40 0,5-1,00 45 1.00 15 1,00-
0.90
9 Terong 130 30 0.5 40 0,5-0,95 40 0.95 20 0,95-
0.80
10 Kentang 130 25 0.5 30 0,5-1,05 45 1.05 30 1,05-
0.70
11 Kacang 130 25 0.5 35 0,5-0,95 45 0.95 25 0,95-
Tanah 0.55
12 Tomat 145 30 0.5 40 0,5-1,05 45 1.05 30 1,05-
0.60
13 Semangka 160 30 0.5 45 0,5-0,95 65 0.95 20 0,95-
0.65
14 Kapas 195 30 0.5 50 0,5-1,05 60 1.05 55 1,05-
0.65
Sumber : Crop Water
Requirement, FAO,1984

Perlu diperhatikan bahwa


umur tanaman serta umur untuk
setiap tahap pertumbuhan diatas,
masih perlu dicek terhadap umur
dari varitas tanaman yang akan
ditanam serta umur setiap tahap

49
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
pertumbuhan tanaman. Karena pemberian air irigasi biasanya dihitung untuk setiap 15 hari,
maka besarnya kc tersebut diatas perlu dijabarkan menjadi nilai kc untuk setiap 15 hari.
Sebagai contoh kita akan susun nilai Kc untuk tanaman wortel, dengan grafik seperti grafik
II.2. berikut ini adalah besarnya kc untuk wortel.

Dari grafik tersebut kita lihat bahwa untuk minggu pertama, koeffisien tanaman
masih 0,5 karena masih Tahap Awal pertum-buhan. Sedangkan untuk minggu kedua, pada
awal 10 hari masih tahap awal, sehingga koeffisien tanaman masih 0,5. Lima hari berikutnya
sudah memasuki tahap pertumbuhan, dimana kc pada akhir periode ini adalah : 0,5 + 5/35
X ( 1,00 - 0,50 ) =0,57. Sehingga koeffisien tanaman harian untuk 15 harian kedua ini : { ( 5
x 0,5 ) + [ ( 0,5 + 0,57)/2 x 10 ] }/15 = 0,51. Demikian seterusnya sampai 15 harian ke 8.
Dengan cara tersebut, koeffisien tanaman pada daftar III.4 diatas kalau dijabarkan dalam
koeffisien tanaman 15 harian, adalah seperti pada daftar III.5 berikut ini.
Gambar II.10. Grafik kc 15 harian untuk tanaman wortel.
Daftar III.5. Koeffisien tanaman 15
harian untuk beberapa tanaman semusim.
No. Tanaman Kc untuk 15 harian ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Bawang 0,5 0,51 0,65 0,88 0,63
2 Buncis 0,5 0,64 0,89 0,95 0,92
3 Sawi-sawian 0,5 0,55 0,85 0,95 0,94 0,28
4 Jagung 0,5 0,59 0,96 1,05 1,04 0,33
5 Kedelai 0,5 0,75 1,00 1,00 0,97 0,42
6 Timun 0,5 0,54 0,73 0,89 0,9 0,9 0,8
7 Wortel 0,5 0,51 0,68 0,89 1,00 1,00 -.99 0,81
8 Seledri 0,5 0,51 0,66 0,84 0,99 1,00 1,00 0,98 0,31
9 Terong 0,5 0,5 0,58 0,75 0,91 0,95 0,95 0,93 0,56
10 Kentang 0,5 0,52 0,73 0,99 1,05 1,05 1,04 0,90 0,51
11 Kacang Tanah 0,5 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,83 0,42
12 Tomat 0,5 0,5 0,6 0,81 1,00 1,05 1,05 1,04 0,86 0,45
13 Semangka 0,5 0,5 0,58 0,73 0,88 0,95 0,95 0,95 0,95 0,90 0,48
14 Kapas 0,5 0,5 0,58 0,75 0,87 1,03 1,05 1,05 1,05 1,03
Pada beberapa tanaman, pada 15 harian terahkhir, sisa umur tanaman tidak sampai
15 hari. Misalnya pada bawang, pada 15 harian ke 5, umur tanaman hanya 10 hari. Namun
karena dalam perhitungan ETo dalam menghitung Etc nantinya akan tetap dihitung 15 hari,
maka kc dalam 10 hari tersebut dibagi 15 hari.

Perlu diperhatikan bahwa daftar tersebut berlaku sepanjang umur tanaman untuk
masing-masing tanaman adalah seperti yang dicantumkan dalam daftar III.4. diatas. Untuk
umur tanaman yang lain, perlu dihitung kembali besarnya koeffisien tanaman 15 harian ini.

III. 3.5 Koeffisien Tanaman Untuk Kakao.

Menurut FAO, tanaman kakao didapati pada daerah dengann kelembaban tinggi,
suhu tinggi dan curah hujan diatas 1500 mm/tahun. Karena kakao mempunyai daerah
perakaran yang dangkal, maka kakao cukup peka terhadap kekeringan.

Pertumbuhannya diamati berhenti kalau dua pertiga dari air yang tersedia didaerah
perakaran telah digunakan. Sedangkan produksi akan menurun kalau setengah dari air
yanng tersedia didalam tanah telah terpakai.

Untuk tanaman yang cukup rapat, tanpa tanaman penutup dan tanaman pelindung
besarnya kc berkisar antara 0,9 sampai 1,00. Sedangkan dengan tanaman pelindung nilai kc
tersebut adalah 1,10 sampai 1,15.

50
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
III. 3.6 Koeffisien Tanaman Untuk Tanaman Pisang.

Menurut FAO, besarnnya koeffisien tanaman untuk pisang yang ditanam pada daeah
tropis adalah sebagai pada daftar III.6. berikut ini.

Daftar III.6. Koeffisien Tanaman untuk Pisang.


Masa pertumbuhan Bulan ke kc
1 0,40
2 0,40
3 0,45
Bertunas 4 0,50
5 0,60
6 0,70
7 0,85
8 1,00
Berbunga 9 1,10
10 1,10
11 0,90
12 0,80
Panen 13 0,80
14 0,95
15 1,05
Sumber : Crop Water Requirement, FAO,1984

III. 3.7 Koeffisien Tanaman Untuk Kopi.

Ada dua jenis kopi yang menguasai produksi kopi, yaitu kopi arabica dan kopi
robusta. Hanya kopi arabica yang penanamannya menggunakan irigasi secara terbatas,
kebanyakan ditanam pada daerah ketinggian ( 1000 - 2000 m ).
Untuk tanaman kopi yang ditanam tanpa pohon pelindung dan dengan pengolahan
tanah yang bersih dan pemotongan rumput yang berat, FAO menyarankan nilai koeffisien
tanaman yang digunakan sebesar 0,9 untuk sepanjang tahun. Kalau pembersihan dilakukan
seadanya, koeffisien tanaman lebih tepat diambil 1,05 sampai 1,10.

III. 3.8 Koeffisien Tanaman Untuk Jeruk.

Besarnya koeffisien tanaman untuk jeruk dibedakan atas persentase tanah yang
tertutup tanaman. Untuk tanaman muda, diperkirakan hanya 20 % tanah yang tertutup.
Untuk tanaman yang mulai dewasa diperkirakan 50 % dari luas tanah yang tertutup
tanaman. Sedangkan pada tanaman yang telah cukup tua luas penutupan tanahnya akan
mencapai 70 %.

Selain tingkat penutupan tanahnya, besarnya kc dibedakan atas kondisi permukaan


tanahnya. Untuk tanah yang diolah bersih nilai kc yang diberikan FAO lebih kecil dibanding
kalau terhadap gulma yang tumbuh disekitar batangnya tidak dilakukan pengendalian.
Tanaman jeruk ini umumnya ditanam pada daerah yang kering dengan angin lemah sampai
sedang. Pada daftar II.29. berikut ini disampaikan beberapa nilai kc menurut FAO.

Daftar III.7. Koeffisien tanaman untuk jeruk.


Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Penutupan lahan 70 %
Diolah bersih 0,75 0,75 0,70 0,70 0,70 0,65 0,65 0,65 0,65 0,70 0,70 0,70
Tanpa pengendalian 0,90 0,90 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
gulma

51
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Penutupan lahan 70 %
Diolah bersih 0,65 0,65 0,60 0,60 0,60 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,60 0,60
Tanpa pengendalian 0,90 0,90 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
gulma
Penutupan lahan 70 %
Diolah bersih 0,55 0,55 0,50 0,50 0,50 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,50 0,50
Tanpa pengendalian 1,00 1,00 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95
gulma
Sumber : Crop Water Requirement, FAO, 1984.

III.4 CURAH HUJAN EFFEKTIF.


III. 4.1 Pengertian curah hujan effektif dan air yang tersedia bagi tanaman.

Yang dimaksud dengan curah hujan effektif adalah jumlah curah hujan yang dilihat
dari kemungkinan terjadinya maupun dari kemampuan tampung tanah, secara effektif
tersedia untuk kebutuhan air untuk tanaman.

Dalam perencanaan irigasi besarnya curah hujan yang mempunyai peluang terjadi
cukup memadai disebut curah hujan andalan, yaitu besarnya curah hujan yang mungkin
terjadi pada perioda yang ditinjau pada lokasi yang direncanakan. Tapi tidak seluruh curah
hujan tersebut akan effektif karena sebagian dari curah hujan meninggalkan lahan sebagai
limpasan ( run-off ), perkolasi dan evaporasi. Sedang yang effektif adalah curah hujan yang
dapat masuk kedalam tanah dan tersimpan didaerah perakaran. Hujan yang tidak lebat tapi
lama akan lebih effektif dibanding hujan lebat tapi sebentar.

III. 4.2 Curah hujan andalan.

Curah hujan andalan yaitu besarnya curah hujan yang mempunyai peluang terjadi
cukup memadai. Perhitungan curah hujan andalan ini dilakukan dalam rangka perencanaan,
dimana diperlukan data curah hujan yang mencerminkan besarnya curah hujan yang
mungkin terjadi pada perioda yang ditinjau pada lokasi yang direncanakan. Sedangkan pada
saat pemberian air irigasi besarnya curah hujan yang digunakan untuk menghitung curah
hujan effektif adalah data curah hujan yang terjadi pada saat itu.

Menurut Ditjen Pengairan, analisa untuk menghitung curah hujan andalan ini harus
dilakukan berdasar data curah hujan harian. Parameter curah hujan andalan ini didasarkan
pada jumlah curah hujan tengah bulanan. Harga-harga curah hujan andalan ditentukan
dengan kemungkinan tidak terpenuhi 20 % dengan menggunakan cara analisa frekwensi.
Distribusi frekwensi normal atau log normal dan harga-harga sekali setiap 20 % bisa dengan
mudah diketemukan dengan cara interpretasi grafik pada kertas pencatat kemungkinan
normal ataupun log - normal.

Penggunaan cara interpretasi grafik sebaiknya digunakan karena :


Cara ini sederhana dan tepat untuk data-data yang biasanya terbatas.
Hubungan antara kurva dengan titik-titik yang diplot bisa langsung dilihat
Frekwensi data historis dapat diperlihatkan dan dimasukkan.
Salah satu cara interpretasi grafik adalah
menggunakan kertas Probabilitas Gumbell seperti pada
gambar III.1. berikut ini. Sebagai sumbu X dengan
skala normal menunjukkan besarnya curah hujan.
Sedangkan sebagai sumbu y adalah :
y = - ln ( - ln i )
i = m / ( n+1 ).

dimana :
y = Reduced Variate
Gambar II.11. Pengukur dan
Pencatat Hujan otomatis
52
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
i = Posisi Penggambaran.
n = Jumlah data.
m = urutan data dari yang terbesar.
Dengan demikian setelah data curah hujan yang diketahui disusun dari yang terkecil
ke yang terbesar, maka data tersebut dapat diplot pada kertas Probabilitas Gumbell
sehingga nampak penyebarannya. Garis probabilitas dapat ditarik diantara titik-titik
tersebut, sedemikian rupa sehingga garis tersebut mewakili kedudukan sebaran titik-titik
data curah hujan.

Hubungan antara y ( reduced variate ) tersebut dengan probabilitas dapat


dinyatakan sebagai berikut :
y = - ln ( - ln ( 1 - P ))
Untuk padi, probabilitas 70 %, akan didapat nilai reduced variate :
y = - ln ( - ln ( 1 - 0,7 ) = - 0,18562
Dengan mengambil besarnya y = - 0,18562 pada garis probabilitas, akan didapat
besarnya curah hujan pada probabilitas 70 %.Sedangkan besarnya perioda ulang dapat
dihitung menurut rumus sebagai berikut :
1
T dimana : T = Periode Ulang.
1- P
P = Probabilitas.
Penggambaran garis probabilitas, dapat juga ditentukan berdasar persamaan
probabilitas sebagai berikut :

Sx
x - x 2
n-1
Sn ( yn ) 2 yn 2 yn 2 n1 ym2
y =a(x-u) a = Sn/Sx u = x - yn/a

Karena nilai yn dan Sn hanya tergantung pada besarnya n, maka pada daftar III.8.
berikut ini disampaiakan hasil perhitungan yn dan Sn menurut rumus diatas.
Daftar III.8. Besarnya yn dan Sn pada berbagai besarnya n.
n yn Sn n Yn Sn n yn Sn
5 0.4588 0.7928 31 0.5371 1.1159 55 0.5504 1.1682
6 0.4690 0.8388 32 0.5380 1.1193 56 0.5508 1.1695
7 0.4774 0.8749 33 0.5388 1.1225 57 0.5511 1.1709
8 0.4843 0.9043 34 0.5396 1.1256 58 0.5515 1.1722
9 0.4902 0.9288 35 0.5403 1.1285 59 0.5518 1.1734
10 0.4952 0.9496 36 0.5411 1.1313 60 0.5521 1.1747
11 0.4996 0.9676 37 0.5417 1.1339 61 0.5524 1.1759
12 0.5035 0.9833 38 0.5424 1.1365 62 0.5527 1.1770
13 0.5070 0.9971 39 0.5430 1.1390 63 0.5530 1.1782
14 0.5100 1.0095 40 0.5436 1.1413 64 0.5532 1.1793
15 0.5128 1.0206 41 0.5442 1.1436 65 0.5535 1.1803
16 0.5154 1.0306 42 0.5448 1.1458 66 0.5538 1.1814
17 0.5177 1.0397 43 0.5453 1.1479 67 0.5540 1.1824
18 0.5198 1.0481 43 0.5453 1.1479 68 0.5543 1.1834
19 0.5217 1.0557 44 0.5458 1.1499 69 0.5545 1.1844
20 0.5236 1.0628 45 0.5463 1.1518 70 0.5548 1.1854
21 0.5252 1.0694 46 0.5468 1.1537 71 0.5550 1.1863
22 0.5268 1.0755 47 0.5472 1.1555 72 0.5552 1.1872
23 0.5282 1.0812 48 0.5477 1.1573 73 0.5555 1.1881
24 0.5296 1.0865 49 0.5481 1.1590 74 0.5557 1.1890

53
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
25 0.5309 1.0914 50 0.5485 1.1607 75 0.5559 1.1898
26 0.5321 1.0961 51 0.5489 1.1623 76 0.5561 1.1907

54
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
27 0.5332 1.1005 52 0.5493 1.1638 77 0.5563 1.1915
28 0.5343 1.1047 53 0.5497 1.1653 78 0.5565 1.1923
29 0.5353 1.1086 54 0.5501 1.1668 79 0.5567 1.1931

55
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I

30 0.5362 1.1124 55 0.5504 1.1682 80 0.5569 1.1938

Gambar III.6 : Kertas Probabilitas Gumbell

56
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Sebagai contoh perhitungan, berikut ini adalah curah hujan andalan untuk daerah
Bojonglopang, Sukabumi Selatan. Berdasar data curah hujan pada Daftar III.9. berikut ini
didapat curah hujan andalan seperti pada daftar III.10.

Daftar III.9. Data Curah Hujan Stasiun Bojonglopang.

Septembe
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober Nopember Desember
r

1953 234 420 432 411 317 2 93 26 1 11 382 186

1954 456 361 265 234 - 156 179 253 103 216 326 343

1955 373 191 258 441 113 226 475 372 217 504 549 305

1956 210 168 233 476 236 339 283 208 187 410 272 184

1957 139 103 211 233 211 104 256 86 84 117 216 513

1958 500 499 516 312 273 127 379 434 161 351 442 848

1959 270 468 408 480 362 216 153 28 62 168 492 229

1960 670 289 373 437 160 109 96 76 309 274 918 -

1961 448 409 512 259 330 150 0 0 0 - 398 264

1962 314 81 467 374 101 146 336 114 - 137 218 -

1963 137 112 170 287 40 0 - 0 0 42 - 292

1964 333 445 282 454 277 - - - - 168 433 -

1965 461 563 137 209 92 - - - - - - 89

1966 335 97 347 187 130 135 - - - - - 692

1967 47 87 265 349 96 0 0 0 0 7 74 282

1968 87 64 607 496 328 282 340 613 303 283 622 380

1969 675 149 435 446 480 160 4 8 168 176 218 411

1970 546 108 458 361 440 373 206 2 140 197 518 440

1971 270 123 213 403 276 160 38 31 37 225 506 249

1972 321 361 107 242 336 29 0 38 0 68 287 283

1973 477 217 316 504 357 280 110 306 371 210 490 398

1974 222 208 346 356 471 17 252 333 310 241 299 13

1975 462 262 467 232 193 59 178 139 328 574 353 14

Untuk menghitung curah hujan andalan, data curah hujan pada daftar III.9 tersebut
diatas kita susun dari besar kekecil untuk setiap bulannya, seperti pada daftar III.10.

57
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Besarnya curah hujan andalan adalah curah hujan ke n', dimana n' = 0,7 n, dimana n disini
adalah jumlah tahun pengamatan. Dengan cara tersebut kita dapatkan besarnya curah
hujan andalan harian seperti pada daftar III.10. berikut ini.

Daftar III.10. Perhitungan Curah Hujan Andalan berdasar data curah hujan Stasiun Bojonglopang.

Orde Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septemb Oktober Nopembe Desembe
er r r
1 675 563 607 504 480 373 475 613 371 574 918 848

2 670 499 516 496 471 339 379 434 328 504 622 692

3 546 468 512 480 440 282 340 372 310 410 549 513

4 500 445 467 476 362 280 336 333 309 351 518 440

5 477 420 467 454 357 226 283 306 303 283 506 411

6 462 409 458 446 336 216 256 253 217 274 492 398

7 461 361 435 441 330 160 252 208 187 241 490 380

8 456 361 432 437 328 160 206 139 168 225 442 343

9 448 289 408 411 317 156 179 114 161 216 433 305

10 373 262 373 403 277 150 178 86 140 210 398 292

11 335 217 347 374 276 146 153 76 103 197 382 283

12 333 208 346 361 273 135 110 38 84 176 353 282

13 321 191 316 356 236 127 96 31 62 168 326 264

14 314 168 282 349 211 109 93 28 37 168 299 249

15 270 149 265 312 193 104 38 26 1 137 287 229

16 270 123 265 287 160 59 4 8 0 117 272 186

17 234 112 258 259 130 29 0 2 0 68 218 184

18 222 108 233 242 113 17 0 0 0 42 218 89

19 210 103 213 234 101 2 0 0 0 11 216 14

20 139 97 211 233 96 0 - 0 - 7 74 13

21 137 87 170 232 92 0 - - - - - -

22 87 81 137 209 40 - - - - - - -

23 47 64 107 187 - - - - - - - -

n= 23 23 23 23 22 21 19 20 19 20 20 20

n'= 0,7 x 16 16 16 16 15 15 13 14 13 14 14 14
n
Re = 270 123 265 287 193 104 96 28 62 168 299 249
(mm/bln)

Re = 8.71 4.39 8.55 9.57 6.23 3.47 3.10 0.90 2.07 5.42 9.97 8.03
(mm/hr)

58
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Untuk mendapatkan curah
hujan andalan dengan kertas Daftar III.11. Perhitungan curah hujan andalan dengan metoda Gumbell,
probabilitas Gumbell dilakukan untuk Stasiun Bojonglopang bulan Januari.
dengan bantuan daftar III.11.
berikut ini. Daftar tersebut Orde x - ln (- ( x - x )2
menghitung curah hujan andalan 1 47 0.04 ln)
-1.15626 90156.59
untuk bulan Januari. Pada daftar 9
2 87 0.08 -0.91023 67735.72
tersebut, kolom kedua adalah 5
data curah hujan bulanan yang 3 137 0.13 -0.73209 44209.63
disusun dari kecil ke besar. Kolom 9 3
4 139 0.17 -0.58319 43372.59
ketiga besarnya i = m / ( n + 8
5 210 0.21 -0.45019 18840.54
1 ), dimana m adalah nilai kolom 4 6
1 dan jumlah data, dalam hal ini n 6 222 0.25 -0.32663 15690.28
= 23. Sedangkan kolom keempat 4 5
7 234 0.29 -0.20875 12828.02
y = - ln ( - ln ( i )) dari nilai i 5 5
8 270 0.33 -0.09404 5969.242
pada kolom ketiga. Nilai yn 8
didapat dari daftar III.2, begitu 9 270 0.38 0.01935 5969.242
juga nilai Sn, untuk n = 23. 69
10 314 0.42 0.13299 1106.285
58 4
Besarnya Sx dihitung 11 321 0.46 0.24825 689.6332
berdasar rumus : 81 7
12 333 0.50 0.36651 203.3724
29
13 335 0.54 0.48921 150.3289
x - x
2
S 99 2
x n -1 14 373 0.58 0.61804 662.5028
dimana nilai rata-rata x 62 4
15 448 0.63 0.75501 10148.37
diambil dari rata-rata kolom 49 2
16 456 0.67 0.90272 11824.19
kedua dan hasilnya didapat Sx =
05 8
171 mm. Dan dengan demikian 17 461 0.71 1.06467 12936.59
nilai : 33
18 462 0.75 1.24589 13165.06
93 8
a = Sn/Sx = 1,0811/171 = 19 477 0.79 1.45408 16832.24
0,0063047 15 2
20 500 0.83 1.70198 23329.24
34 2
u = x - yn/a = 347 - 0,5282/ 21 546 0.88 2.01341 39497.24
87 2
0,0063047 = 263,4816 22 670 0.92 2.44171 104160.5
64 5
23 675 0.96 3.15684 107412.9
Probabilitas yang
95 4
digunakan adalah yang 70 %, rata-rata 347 646890.4
sehingga nilai y untuk 3
n= 23 yn = 0.5282
probabilitas ini adalah :
Sx = 171 Sn = 1.0811
y = - ln ( - ln ( 1 - 0,70 )) = - a= 0.00630 u= 263.481
0,18562 47 6
y30 = - x = 50 y= -1.345929
0.18562
Dengan nilai y = - 0,18562 x30 = 234.038 x= y= 2.752101
tersebut didapat besarnya x 83 700 2
dihitung dari persamaan :
y =a(x-u)
dan didapat : x = 234 mm.
Dibanding dengan perhitungan curah hujan andalan dari daftar III.10 yang didapat
sebesar 270 mm, besarnya curah hujan andalan dengan metoda Gumbell ini lebih kecil.
Sebagai kontrol, nilai yang didapat di plot pada kertas Gumbell berikut ini, dimana nilai x =
234 mm sesuai dengan nilai x30 pada grafik.

59
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I

Gambar III. 7 . Penempatan ( Plotting ) data curah hujan Bojong lopang untuk
mendapatkan curah hujan andalan dengan cara Gumbell.

III. 4.3 Curah Hujan effektif untuk lahan kering/ladang.

Menurut FAO dalam bukunya Crop water Requirement yang membahas kebutuhan air
untuk tanaman pada umumnya, perhitungan curah hujan effektif dilakukan melelui dua
tahap : menghitung curah hujan andalan ( dependable rainfall ) dan bagian dari curah hujan
andalan yang menjadi curah hujan effektif. Besarnya curah hujan andalan dihitung berdasar
probabilitas 75 % ( 3 dari 4 data ) atau 80 % ( 4 dari 5 data ). Besarnya probabilitas atau
tingkat keandalannya dipilih berdasar jenis dan kondisi tanamannya. Tanaman yang
berkecambah atau tanaman yang peka terhadap kekurangan air, menggunakan probabilitas
90 % ( 9 dari 10 data ).
Sedangkan bagian dari curah hujan andalan yang effektif didasarkan pertimbangan
bahwa tidak semua curah hujan menjadi curah hujan effektif, karena sebagian darinya

60
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
menjadi limpasan/run-off. Semakin besar curah hujan, semakin kecil bagian yang menjadi
run-off. Selain itu besarnya curah hujan effektif, tergantung juga dari besarnya
Evapotranspirasi tanaman. Semakin besar Etc, semakin besar juga bagian curah hujan yang
menjadi effektif, karena sebagian dari curah hujan effektif ini untuk menutupi kebutuhan air
untuk Evapotranspirasi.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Pengairan, mengutip data dari USDA
( SCS ), 1969, memberikan hubungan antara curah hujan effektif dengan Et tanaman dan
Curah Hujan bulanan, seperti pada daftar III.12 berikut ini.

Daftar III.12. Curah hujan effektif rata-rata bulanan dikaitkan dengan Et tanaman rata-rata bulanan dan curah hujan
rata-rata bulanan.

Curah hujan bulanan rata-rata dalam mm

12.5 25 37,5 50 62,5 75 87,5 100 112,5 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200

Etc 25 8 16 24 Curah hujan effektif rata-rata


bulanann/mm
50 8 17 25 32 39 46

75 9 18 27 34 41 48 56 62 69

100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100

125 10 20 30 37 46 54 62 70 76 85 92 98 107 116 120

150 10 21 31 39 49 57 66 74 81 89 97 104 112 119 127 133

175 11 23 32 42 52 61 69 78 86 95 103 111 118 126 134 141

200 11 24 33 44 54 64 73 82 91 100 109 117 125 134 142 150

225 12 25 35 47 57 68 78 87 96 106 115 124 132 141 150 159

250 13 25 38 50 61 72 84 92 102 112 121 132 140 150 158 167

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Penngairan, 1986

Daftar III.12. tersebut, berlaku untuk kedalaman bersih air yang dapat ditampung
dalam tanah sebesar 75 mm. Untuk nilai yang lebih besar atau lebih kecil, perlu dikalikan
dengan faktor koreksi seperti pada daftar III.13. berikut ini.

Daftar III.13. Faktor koreksi untuk kedalaman bersih air yang ditampung dalam tanah lebih besar atau lebih kecil
dari 75 mm.

Tampungan effektif 20 25 37,5 50 62,5 75 100 125 150 175 200

Faktor Tampungan 0,73 0,77 0,86 0,93 0,97 1,00 1,02 1,04 1,06 1,07 1,08

III. 4.4 Perhitungan curah hujan andalan/effektif untuk lahan sawah.

Perhitungan curah hujan effektif untuk tanaman padi yang ditanam di sawah, tidak
sama dengan cara perhitungan curah hujan effektif untuk ladang/lahan kering karena
adanya genangan yang ditampung pada petak sawah yang dibatasi pematang. Dengan
adanya pematang, maka seluruh curah hujan yang jatuh ke petak sawah akan tertampung ,
sehingga seluruh hujan andalan menjadi effektif. Semakin tinggi curah hujan, semakin tinggi
pula naiknya genangan disawah. Dengan demikian besarnya curah hujan effektif hanya
ditinjau terhadap kemungkinan terjadinya. Atau dengan perkataan lain bahwa curah hujan
effektif pada sawah adalah sebesar curah hujan andalannya.

61
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
III.5 KEBUTUHAN AIR UNTUK PENYIAPAN LAHAN.
III. 5.1 Penyiapan lahan untuk padi di sawah.

Perlunya pengolahan tanah.

Menurut Dr. Hadrian Siregar, penelitian menunjukkan bahwa hasil pertanaman padi
dimana tanahnya diolah dengan air yang cukup banyak senantiasa lebih tinggi daripada
pertanaman dimana tanahnya diolah secara kering ataupun dengan persediaan air yang
serba kurang. Padi dengan varietas Mas misalnya, hasil padi pada tanah yang diolah dengan
genangan air yang cukup akan menghasilkan padi sebanyak 2,69 ton/ha. Dan kalau ditanam
pada tanah yang diolah dengan persediaan air yang serba kurang hasilnya akan turun
menjadi 2,07 ton/ha atau turun 23 %. Pada varietas Genjah Raci penurunan terjadi sampai
46 %, dimana dengan genangan yang cukup menghasilkan 2,5 ton/ha dan kalau kurang air
sewaktu mengolah tanah hasilnya hanya 1,36 ton/ha.

Pengolahan tanah yang menggunakan air yang cukup, maka bongkah-bongkah tanah
akan dipecah-pecah dalam air sehingga berbentuk lumpur yang lunak serta halus sekali,
sehingga hampir berbentuk kolloida. Pada kolloida inilah terikat macam-macam hara yang
diperlukan tanaman padi. Makin sempurna pengolahan tanah, semakin halus tanah itu
jadinya dan semakin banyak pula kolloida yang terbentuk. Dalam keadaan ini semakin
banyak pula hara yang dapat diambil oleh tanaman melalui akar-akarnya.

Selain itu menurut Dr. Hadrian Siregar juga, koloid-koloid tersebut


menutup/menyumbat pori-pori tanah sehingga perkolasi akan berkurang secara berangsur-
angsur. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya dulangan keras ( hard pan ).

Masa pengolahan lahan.

Pengolahan lahan dilakukan pada awal musim tanam. Lamanya pengolahan lahan
sangat tergantung dari alat yang digunakan. Kalau menggunakan traktor, waktu yang
diperlukan akan lebih cepat dibanding dengan yang menggunakan bajak. Apalagi yang
menggunakan cangkul, waktu yang diperlukan akan lebih lama lagi.

Pengolahan lahan ini mula-mula dilakukan pada petak persemaian yang luasnya
sekitar 1/20 sampai 1/25 dari luas sawah yang akan ditanami. Sedangkan pengolahan lahan
diluar persemaian akan dilakukan setelah selesai pengolahan lahan persemaian. Pengolahan
lahan pada sawah diluar petak persemaian, harus selesai pada saat benih siap dipindahkan
dari persemaian ke sawah. Umumnya benih dipindahkan pada umur 25 hari dan kalau waktu
untuk pengolahan tanah persemaian memerlukan waktu 5 hari, maka pengolahan lahan ini
memerlukan waktu 1 bulan. Namun karena keterbatasan alat, maka sesuai dengan Standar
Perencanaan Irigasi dari Direktorat Irigasi, menetapkan bahwa sebagai pedoman diambil
jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan diseluruh petak tersier. Tapi
kalau pengolahan lahan ini menggunakan peralatan mekanis secara luas, maka jangka
waktu penyiapan lahan ini dapat diambil satu bulan.

Banyaknya air untuk pengolahan tanah.

Untuk perencanaan irigasi Direktorat Irigasi menyarankan besarnya kebutuhan air


untuk penyiapan lahan ( S ) sebesar 250 mm. Ini sudah termasuk banyaknya air untuk
penggenangan setelah pemindahan benih/transplantasi selesai dilakukan yang besarnya 50
mm serta kebutuhan air untuk persemaian. Untuk lahan yang suda lama bero, yaitu antara
panen sebelumnya sampai permulaan tanam sampai 2,5 bulan atau lebih disarankan
menggunakan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebesar 300 mm.

Lebih lanjut Direktorat Irigasi menyarankan agar untuk tanah-tanah ringan dengan
laju perkolasi yang tinggi, harga - harga kebutuhan air untuk pengolahan lahan ini bisa
diambil lebih tinggi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ini sebaiknya dipelajari dari
daerah-daerah didekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada
hasil-hasil penyiapan di lapangan.

62
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Kebutuhan air selama penyiapan lahan.

Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan, selain tergantung dari banyaknya air
untuk penyiapan lahan, akan dipengaruhi juga oleh banyaknya air untuk mengganti akibat
penguapan dari tanah maupun oleh besarnya perkolasi, yaitu kehilangan air akibat air
meninggalkan daerah perakaran.

Direktorat Irigasi dalam Standar Perencanaan Irigasi, menyajikan metoda yang


dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra ( 1968) untuk menghitung kebutuhan air untuk
penyiapan lahan. Metoda tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam liter/detik selama
periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut :

IR = M. ek/(ek - 1)
M = Eo + P
Eo = 1,1 ETo
k = M.T/S
dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan dalam mm/hari.
M = Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi pada sawah yang dijenuhkan, mm/hari.
Eo = Evaporasi air terbuka, mm/hari.
ETo = Evapotranspirasi acuan.
P = Perkolasi, mm/hari.
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari.
S = Banyaknya air untuk penyiapan lahan,
Besarnya Evapotranspirasi acuan ( ETo ) adalah evapotranspirasi yang
perhitungannya telah dibahas terdahulu. Sedangkan besarnya perkolasi besarnya
tergantung pada sifat-sifat tanah, yang umumnya diambil 1 3 mm/hari. Jangka waktu
penyiapan lahan, diambil 30 hari dan banyaknya air untuk penyiapan lahan umumnya
diambil 300 mm. Besarnya kebutuhan bersih air irigasi ( NFR ) pada masa penyiapan lahan
ini adalah : NFR = IR - Re.

III. 5.2 Penyiapan lahan di sawah untuk tanaman ladang dan tebu.

Pemberian air untuk penyiapan lahan disawah, kalau yang ditanam itu tanaman
ladang atau tebu, diperlukan untuk mempermudah pengolahan tanah dan membasahi lahan
agar persemaian dapat tumbuh dengan baik. Namun tidak semua tanaman memerlukan
pengolahan tanah sebelum semai, karena ada tanaman yang ditanam begitu selesai panen
padi. Misalnya kedelai yang dapat ditanam setelah padi panen tanpa pengolahan tanah dan
penanaman dengan ditugal. Menurut Direktorat Irigasi, jumlah air yang dianjurkan untuk
tanaman ladang/palawija adalah 50 sampai 100 mm dan untuk tebu 100 sampai 200 mm.

III.6 KEBUTUHAN AIR UNTUK PENGGANTIAN AIR DI SAWAH.


Penggantian air hanya perlu dilakukan terhadap padi, karena padi ditanam dengan
digenangi. Sedangkan tanaman ladang/palawija maupun tebu tidak memerlukan
penggenangan, sehingga tidak memerlukan air untuk penggantian air. Dr. Hadrian Siregar
dalam bukunya Budidaya Tanaman Padi di Indonesia, menguraikan bahwa pengeringan
lahan sawah yang ditanami padi perlu dilakukan 3 kali :

Pengeringan pertama.

Pengeringan pertama dilakukan pada waktu pertanaman telah berumur kurang lebih
satu bulan terhitung dari tanggal pemindahan bibit dari persemaian ( transplantasi ).
Pengeringan pertama ini bertepatan dengan waktunya penyiangan pertama dilakukan,
untuk kemudian diikuti dengan pemberian pupuk.

63
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pengeringan pertama ini dimaksudkan untuk mematikan rerumputan yang menjadi
saingan berat untuk tanaman padi. Juga untuk memberi kesempatan pada tanah untuk
mendapatkan udara segar dan memberi kesempatan racun-racun yang berupa gas dalam
tanah dapat menguap.

Pengeringan kedua.

Pengeringan kedua dilakukan pada waktu tanaman berumur kira-kira 2 bulan. Pada
pengeringan kedua ini dilakukan penyiangan yang kedua yang diikuti dengan pemupukan
kedua. Tujuan pengeringan kedua ini merupakan upaya agar tanaman padi dapat serentak
berbunga dan berarti pula serentaknya padi masak.

Pengeringan ketiga.

Pengeringan ketiga dilakukan sekitar 3 minggu setelah tanaman mulai berbunga.


Pengeringan ini bertujuan untuk menyempurnakan proses metabolisme yaitu proses
pembentukan karbohidrat dari cadangan dalam daun dan batang beralih ke dalam biji.
Namun pengeringan ketiga ini tidak boleh dilakukan lebih awal karena akan menurunkan
mutu gabah. Jadi pengeringan ketiga ini merupakan penghentian pemberian air irigasi,
karena sampai panen, pemberian air irigasi tidak lagi diberikan.

Sesudah pengeringan pertama dan kedua itulah perlunya dilakukan penggantian air
disawah. Banyaknya air yang perlu digantikan adalah setinggi 50 mm dan dilakukan selama
15 hari, sehingga kebutuhan air untuk penggantian ini adalah 3,3 mm/hari. Jadi pemberian
air irigasi untuk penggantian air ini dilakukan pada bulan pertama dan bulan kedua
sebanyak 3,3 mm/hari masing-masing selama 15 hari.

Namun karena kegiatan ini tidak dapat serempak pada seluruh lahan, maka dalam
perhitungan kebutuhan air irigasi, kegiatan penggantian air ini dapat dikelompokkan dalam
3 kelompok, maka besarnya kebutuhan air untuk penggantian air ini adalah seperti pada
daftar III.14 berikut ini.

Daftar III.14. Besarnya kebutuhan air untuk penggantian air.


Bulan ke 1 2 3 4
Pertengahan bulan 1 2 1 2 1 2 1 2
ke
WLR1 PL PL 3.30 3.30
WLR2 PL PL 3.30 3.30
WLR3 PL PL 3.30 3.30
WLR rata-rata 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10
Catatan : WLR rata-rata = ( WLR1 + WLR2 + Wlr3 )/3

Untuk Daerah Irigasi yang tidak terlalu luas dapat saja hanya dibagi menjadi 2
kelompok, sehingga pemberian air untuk penggantian air ini diambil sebesar 1,65 mm/hari
selama satu bulan penuh pada bulan pertama dan satu bulan penuh kedua setelah
pemindahan benih/transplantasi.

III.7 KEBUTUHAN AIR UNTUK PERKOLASI DAN PENCUCIAN.


III. 7.1 Besarnya perkolasi.

Besarnya perkolasi menurut Rice Irrigation in Japan OTCA 1973 ( Ir.Sadeli W : Hal-hal
yang perlu mendapat perhatian didalam menentukan banyaknya air untuk tanaman padi ),
adalah sebagai berikut :
a. Sandy Loam ( geluh pasiran ) : 3-6 mm/hari.
b. Loam ( geluh ) : 2-3 mm/hari.
c. Clay Loam ( geluh lempungan ) : 1-2 mm/hari.

64
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Sedangkan menurut Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan
Departemen PU, besarnya perkolasi pada tanah-tanah lempung berat dengan karakteristik
pengolahann ( puddling ) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 sampai 3 mm/hari.
Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.

III. 7.2 Besarnya kebutuhan air untuk pencucian ( leaching ).

Besarnya kebutuhan air untuk pencucian, dapat dihitung sebagai bagian dari
perkolasi karena proses pencucian ini pada dasarnya adalah mendorong kebawah air yang
mengandung kemasaman dan zat yang meracuni tanaman, keluar dari daerah perakaran.

Besarnya kebutuhan air untuk perkolasi/pencucian ini, IRRI merekomendasikan untuk


sawah sebesar 8 mm/hari. Untuk tanaman palawija dapat diambil 2 mm/hari.

III.8 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI DISAWAH.


III. 8.1 Prinsip perhitungan.

Perhitungan kebutuhan air irgasi disawah menurut Direktorat Irigasi, harus dihitung
setiap 15 hari. Dengan demikian maka data yang digunakan, sebaiknya juga data 15 harian.
Untuk data curah hujan misalnya, data curah hujan 15 harian ini dapat dihitung berdasar
data curah hujan harian. Namun tidak semua stasiun menyediakan data curah hujan harian,
yang umum disediakan adalah curah hujan bulanan. Karena itu dalam perhitungan
kebutuhan air irigasi ini sering diambil sebagai curah hujan 15 harian itu adalah separuh dari
curah hujan bulanan. Begitu juga data yang lainnya, sebaiknya digunakan data harian yang
kemudian dijadikan data setengah bulanan. Namun untuk koeffisien tanaman harus diambil
setengah bulanan, sehingga pemberian airnya juga dihitung setengah bulanan.

Mengingat pada kenyataannya tidak mungkin pengolahan tanah dapat dilakukan


serentak pada seluruh lahan sawah didalam petak tersier, maka akan terjadi rotasi/pergiliran
alami dan penyiapan lahan pada seluruh lahan pada petak tersier dapat dilakukan secara
berangsur-angsur. Untuk sawah yang diolah dengan alat mekanis, maka penyiapan lahan ini
akan diselesaikan selama 1 bulan. Sawah yang ada dibagi dalam dua kelompok/ golongan,
masing-masing kelompok mempunyai permulaan tanam yang berbeda 15 hari sehingga
koeffisien tanamannya juga berbeda setiap saat. dan yang dijadikan dasar untuk
menghitung Evapotranspirasi Tanaman adalah koeffisien tanaman rata-rata dari kedua
kelompok/golongan tersebut. Tapi untuk sawah yang dikerjakan bukan dengan alat mekanis,
penyiapan lahan diperkirakan akan diselesaikan selama 1,5 bulan. Untuk itu sawah dibagi
dalam 3 kelompok dengan permulaan tanam berbeda 15 hari. koeffisien tanaman juga
diambil rata-ratanya.

Perhitungan kebutuhan air irigasi dilakukan melalui dua tahap : Tahap Penyiapan
lahan dan tahap sesudah penyiapan lahan. Pada tahap penyiapan lahan besarya kebutuhan
air irigasi dihitung menurut rumus van de Goor dan Zijlstra seperti yang telah dibahas pada
3.1.4. diatas. Sedangkan pada tahap sesudah penyiapan lahan, besarnya kebutuhan bersih
air irigasi dihitung menurut rumus :

NFR = ETc + P - Re + WLR

Besarnya ETc = ETo x Kc, dimana besarnya Eto menurut metoda Penman telah
dibahas dalam II.3 dan Kc dibahas dalam II.4., besarnya perkolasi seperti dibahas dalam
pasal II.8.1, besarnya curah hujan effektif seperti dibahas dalam II.5. dan besarnya WLR
( kebutuhan air untuk penggantian air ) adalah seperti pada II.7. diatas.

65
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
III. 8.2 Tahap pertumbuhan tanaman.

Perhitungan kebutuhan air irigasi ini harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan
padi, sesuai dengan varietas yang ditanam. Tahap pertumbuhan padi yang berkaitan dengan
pemberian air irigasi adalah :

Pengolahan lahan.
Pengolahan lahan yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah pengolahan lahan
untuk persemaian. Karena luas lahan persemaian itu hanya 1/20 sampai 1/25 dari luas
sawah, maka pengolahan lahan persemaian ini diperkirakan dapat selesai dalam waktu satu
atau dua hari. Sedangkan pengolahan lahan sisanya diselesaikan sebelum transplantasi
( pemindahan benih ) dilakukan. Karena itu waktu yang tersedia untuk pengolahan lahan ini
sekitar 20 hari. Kebutuhan air pada saat ini dihitung sebagai kebutuhan air untuk penyiapan
lahan. Jadi kebutuhan air untuk penyiapan lahan ini diterapkan pada setengah bulanan
pertama dari masa tanam.

Persemaian.
Untuk padi dengan varietas unggul yang berumur pendek, padi ditanam di
persemaian sampai umur 20 hari. Untuk padi yang berumur panjang, lamanya padi
dipersemaian setelah berumur 25 - 40 hari. Karena luas persemaian ini relatif kecil, maka
perhitungan kebutuhan airnya masih dihitung sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
Kegiatan persemaian ini sebagian besar masuk ke setengah bulanan pertama dan sebagain
kecil masuk setengah bulanan kedua. Karena itu pada setengah bulanan kedua perhitungan
kebutuhan air irigasinya tidak lagi dihitung sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

Transplantasi/pemindahan benih.
Pemindahan benih padi ke sawah, dilakukan setelah cukup umur. Setelah ditanam
dan diberi pupuk, lahan lalu digenangi setinggi 50 mm. Banyaknya air untuk menggenangi
ini sudah termasuk kebutuhan air untuk penyiapan lahan yang termasuk kedalam setengah
bulanan pertama. Kebutuhan air selanjutnya yaitu setengah bulanan kedua dihitung sebagai
kebutuhan air irigasi dengan koeffisien tanaman = 1,10.

Pemupukan pertama.

Pemupukan pertama ini, dilakukan pada waktu jumlah anakan sudah maksimal.
Menjelang pemupukan ini, genangan air disawah dikurangi sampai sawah menjadi macak-
macak. Begitu penyiangan dan pemupukan selesai lahan digenangi kembali. Ini berarti
diperlukan penggantian air. Pemupukan pertama ini dilakukan sekitar satu bulan setelah
pemindahan benih atau antara 45 - 60 hari semenjak pengolahan tanah. Karenanya pada
setengah bulanan ketiga dan keempat ini diperlukan penggantian air sebanyak 50
mm/bulan atau 3,3 mm/hari selama 15 hari atau 1,7 mm/hari selama satu bulan. Sedangkan
koeffisein tanamannya untuk varietas unggul berturut-turut 1,10 dan 1,05.

66
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I

Gambar III.8. Skema pertumbuhan tanaman dan kebutuhan air.

Pemupukan kedua.
Seminggu setelah pemupukan biasanya padi sudah berbunga merata dan sepuluh
hari kemudian tanaman padi sudah mencapai masak susu. Jadi kondisi masak susu ini pada
umur padi sekitar 80 hari. Pada saat ini padi perlu dipupuk kembali. Seperti halnya pada
pemupukan pertama, menjelang pemupukan kedua ini genangan dikurangi dan setelah
pemupukan, sawah digenangi kembali. Jadi pada saat ini terjadi lagi penggantian air seperti
pada saat pemupukan pertama. Jadi penggantian air sebanyak 50 mm/bulan ini terjadi pada
bulan kedua setelah transplantasi atau menginjak tengah bulanan kelima atau keenam.
Koeffisien tanaman pada tengah bulanan kelima dan keenam ini 1,05 dan 0,95.

Penghentian air irigasi.

Penghentian pemberian air irigasi dilakukan sekitar satu minggu atau sepuluh hari
menjelang panen. Kalau umur padi 100 hari, maka pengehentian pemberian air irigasi itu
dihentikan pada umur 90 hari atau tengah bulanan ketujuh. Karena itu koeffisien tanaman
untuk tengah bulanan ketujuh ini = 0.

III. 8.3 Contoh perhitungan kebutuhan air irigasi.

Untuk jelasnya pada daftar III.15. sampai III.22 disajikan perhitungan kebutuhan air
irigasi dengan pola tanam padi-padi-kedelai, dengan permulaan tanam yang berbeda, yaitu
awal Oktober, pertengahan Oktober dan awal Nopember.

Jenis padi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jenis padi varietas unggul
dengan umur 100 hari. Sedangkan penanaman kedelai yang direncanakan, ditanam tanpa
pengolahan tanah.

1. Pada kolom pertama dari daftar tersebut adalah bulan pemberian air. Karena
perhitungan dilakukan secara tengah bulanan, maka setiap bulan menempati dua baris.

67
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
2. Kolom kedua menunjukkan ETo, yang didapat dari perhitungan evapotranspirasi acuan
menurut metoda Penman ( daftar II.22. ). Karena dalam perhitungan tersebut dilakukan
berdasar data bulanan, maka besarnya ETo untuk kedua tengah bulanan dari setiap
bulan diambil sama.

3. Kolom ketiga adalah perkolasi ( P ) yang besarnya diambil sama yaitu 2 mm/hari.

4. Dan kolom keempat adalah curah hujan effektif (Re), hasil perhitungan pada daftar
II.32.

5. Sedangkan kolom kelima adalah Curah hujan effektif yang dikoreksi ( Re*) untuk
tanaman kedelai. Koreksi ini dilakukan berdasar daftar II.34. dengan kedalam bersih air
yang ditampung dalam tanah diperkirakan adalah sedalam 75 cm, sehingga tidak perlu
dikoreksi terhadap daftar II.35. Koreksi ini dilakukan setelah pengisian kolom Etc yang
ada disebelah kanannya telah terisi.

6. Kolom keeenam adalah banyaknya air untuk penggantian ( WLR ) yang besarnya
diambil 50 mm setiap kali penggantian air yang dilakukan setiap bulan, sehingga
kebutuhan ini perhari diambil 2,2 mm/hr pada bulan pertama dan 1,1 mm/hr pada bulan
kedua.

7. Kolom ketujuh sampai ke sembilan adalah koeffisien tanaman setiap


kelompok/golongan, dimana seluruh lahan dibagi menjadi 3 kelompok/ golongan dengan
perbedaan permulaan tanam setengah bulan. Koeffisien tanaman masing-masing
kelompok adalah c1, c2 dan c3. Jumlah kelompok ini harus sesuai dengan pembagian
keompok pada perhitungan kebutuhan air untuk penggantian air.

8. Kolom kesepuluh adalah nilai rata-rata koeffisien tanaman dari koeffisien dari masing-
masing kelompok/golongan.

9. Kolom kesebelas adalah besarnya ETc, yang untuk masa penyiapan lahan ( PL )
besarnya dihitung berdasar rumus van de Moor dan Zijlstra :

IR = M. ek/(ek - 1) ,

seperti yang telah dibahas dalam III.15.1. terdahulu, dengan T = 30 hari dan S = 300
mm.

Sedangkan diluar masa penyiapan lahan dihitung menurut rumus :

ETc = ETo x c.

Nilai ETo dari kolom kedua dan c dari kolom kesepuluh.

10. Kolom keduabelas, adalah besarnya kebutuhan bersih air disawah, yang pada masa
penyiapan lahan dihitung berdasar rumus :

NFR = ETc - Re

Dan diluar masa penyiapan lahan dihitung menurut rumus :

NFR = ETc + P - Re + WLR

68
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Perlu diperhatikan bahwa nilai Re untuk masa penanaman kedelai yang digunakan
adalah nilai Re*.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada daftar-daftar berikut ini.

69
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I

Daftar III.15. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang.


Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Pertengahan Agustus

Bulan ETo P Re Re* WLR c1 c2 c3 c ETc NFR


mm/h mm/h mm/h mm/h mm/h mm/hr
r r r r r
Januari 2.13 2 8.71 PL 0.00 PL 11.81 3.10
2.13 2 8.71 PL PL PL 11.81 3.10
Pebruari 3.28 2 4.39 1.1 1.10 PL PL PL 15.24 10.85
3.28 2 4.39 1.1 1.10 1.10 PL PL 15.24 10.85
Maret 4.32 2 8.55 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 4.68 -1.87
4.32 2 8.55 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 4.61 -0.84
April 3.3 2 9.57 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 3.36 -3.12
3.3 2 9.57 0.00 0.95 1.05 0.67 2.20 -3.17
Mei 4.32 2 6.23 2.09 0.50 0.00 0.95 0.48 2.09 -1.04
4.32 2 6.23 3.30 0.75 0.50 0.00 0.42 1.80 -1.33
Juni 4.54 2 3.47 3.41 1.00 0.75 0.50 0.75 3.41 1.94
4.54 2 3.47 4.16 1.00 1.00 0.75 0.92 4.16 2.00
Juli 4.12 2 3.1 4.08 0.97 1.00 1.00 0.99 4.08 2.00
4.12 2 3.1 2.04 0.42 0.97 1.00 0.80 3.28 3.25
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 0.42 0.97 0.70 2.91 4.20
4.19 2 0.9 0.69 PL 0.42 PL 17.97 17.07
September 3.41 2 2.07 1.37 PL PL PL 15.63 13.56
3.41 2 2.07 1.1 1.10 PL PL PL 15.63 13.56
Oktober 2.89 2 5.42 1.1 1.10 1.1 PL PL 14.08 8.66
2.89 2 5.42 2.2 1.05 1.1 1.1 PL 14.08 8.66
Nopember 4.98 2 9.97 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 5.31 -1.56
4.98 2 9.97 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 5.06 -1.81
Desember 3.42 2 8.03 0.00 0.95 1.05 0.67 2.28 -1.55
3.42 2 8.03 0.00 0.95 0.48 1.62 -3.31

Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Mei Juni Juli Agustus September

R80 193 193 104 104 96 96 28 28 62 62

Etc mm/hr 2.09 1.80 3.41 4.16 4.08 3.28 2.91 17.97 15.63 15.63

Etc mm/bl 64.73 55.80 102.15 124.85 126.44 101.75 90.27 556.92 468.99 468.99

Re* mm/bl 64.73 102.15 102.15 124.85 126.44 63.14 22.11 21.34 41.23 40.41

Re* mm/hr 2.09 3.30 3.41 4.16 4.08 2.04 0.71 0.69 1.37 1.35

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar II.34, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Daftar III.16. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang

70
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Awal September
ETo P Re Re* ETc NFR
Bulan mm/ mm/ mm/ mm/ WLR c1 c2 c3 c
mm/hr mm/hr
hr hr hr hr
Januari 2.13 2 8.71 0.00 0.95 1.02 2.17 -3.44
2.13 2 8.71 PL 0.00 PL 11.81 3.10
Pebruari 3.28 2 4.39 PL PL PL 15.24 10.85
3.28 2 4.39 1.1 1.10 PL PL PL 15.24 10.85
Maret 4.32 2 8.55 1.1 1.10 1.10 PL PL 18.35 9.80
4.32 2 8.55 2.2 1.05 1.10 1.10 1.10 4.75 -0.70
April 3.3 2 9.57 1.1 1.05 1.05 1.10 1.10 3.63 -2.84
3.3 2 9.57 1.1 0.95 1.05 1.05 1.08 3.58 -1.80
Mei 4.32 2 6.23 4.61 0.00 0.95 1.05 1.07 4.61 1.48
4.32 2 6.23 2.93 0.50 0.00 0.95 1.02 4.39 1.26
Juni 4.54 2 3.47 3.03 0.75 0.50 0.00 0.67 3.03 1.56
4.54 2 3.47 2.19 1.00 0.75 0.50 0.48 2.19 2.00
Juli 4.12 2 3.1 1.72 1.00 1.00 0.75 0.42 1.72 2.00
4.12 2 3.1 2.04 0.97 1.00 1.00 0.75 3.09 3.05
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 0.42 0.97 1.00 0.92 3.84 5.13
4.19 2 0.9 0.69 0.42 0.97 0.99 4.15 5.46
Septemb
3.41 2 2.07 1.37 PL 0.42 PL 15.63 13.56
er
3.41 2 2.07 PL PL PL 15.63 I
Oktober 2.89 2 5.42 1.1 1.10 PL PL PL 14.08 8.66
2.89 2 5.42 1.1 1.10 1.1 PL PL 14.08 8.66
Nopembe
4.98 2 9.97 2.2 1.05 1.1 1.1 1.10 5.48 -1.39
r
4.98 2 9.97 1.1 1.05 1.05 1.1 1.10 5.48 -1.39
Desembe
3.42 2 8.03 1.1 0.95 1.05 1.05 1.08 3.71 -0.12
r
3.42 2 8.03 0.00 0.95 1.05 1.07 3.65 -1.28

Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Mei Juni Juli Agustus September

R80 193 193 104 104 96 96 28 28 62 62

Etc mm/hr 4.61 4.39 3.03 2.19 1.72 3.09 3.84 4.15 15.63 15.63
142.8 136.1 119.0 128.5 468.9 468.9
Etc mm/bl 90.80 65.83 53.22 95.79
5 5 7 9 9 9
142.8
Re* mm/bl 90.80 90.80 65.83 53.22 63.14 22.11 21.34 41.23 40.41
5
Re* mm/hr 4.61 2.93 3.03 2.19 1.72 2.04 0.71 0.69 1.37 1.35

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar II.34, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Daftar III.17. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang.

71
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Pertengahan September

ETo P Re Re* ETc NFR


Bulan WLR c1 c2 c3 c
mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr
Januari 2.13 2 8.71 0.00 0.95 1.05 1.02 2.17 -3.44
2.13 2 8.71 0.00 0.95 0.67 1.42 -5.29
Pebruari 3.28 2 4.39 PL 0.00 PL 15.24 10.85
3.28 2 4.39 PL PL PL 15.24 10.85
Maret 4.32 2 8.55 1.1 1.10 PL PL PL 18.35 9.80
4.32 2 8.55 1.1 1.10 1.10 PL PL 18.35 9.80
April 3.3 2 9.57 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 3.58 -2.90
3.3 2 9.57 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 3.52 -1.85
Mei 4.32 2 6.23 4.39 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 4.39 1.26
4.32 2 6.23 2.12 0.00 0.95 1.05 0.67 2.88 -0.25
Juni 4.54 2 3.47 2.19 0.50 0.00 0.95 0.48 2.19 0.72
4.54 2 3.47 1.89 0.75 0.50 0.00 0.42 1.89 2.00
Juli 4.12 2 3.1 3.09 1.00 0.75 0.50 0.75 3.09 2.00
4.12 2 3.1 2.04 1.00 1.00 0.75 0.92 3.78 3.74
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 0.97 1.00 1.00 0.99 4.15 5.44
4.19 2 0.9 0.69 0.42 0.97 1.00 0.80 3.34 4.65
Septembe
3.41 2 2.07 1.37 0.42 0.97 0.70 2.37 3.00
r
3.41 2 2.07 PL 0.42 PL 15.63 13.56
Oktober 2.89 2 5.42 PL PL PL 14.08 8.66
2.89 2 5.42 1.1 1.10 PL PL PL 14.08 8.66
Nopember 4.98 2 9.97 1.1 1.10 1.1 PL PL 20.33 10.36
4.98 2 9.97 2.2 1.05 1.1 1.1 1.08 5.40 -1.48
Desember 3.42 2 8.03 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 3.65 -0.18
3.42 2 8.03 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 3.48 -1.45
Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Juli Agustus September

R80 193 193 104 104 96 96

Etc mm/hr 4.39 2.88 2.19 1.89 3.09 3.78

Etc mm/bl 136.15 89.28 65.83 56.75 95.79 117.08

Re* mm/bl 136.15 65.83 65.83 56.75 95.79 63.14

Re* mm/hr 4.39 2.12 2.19 1.89 3.09 2.04

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar II.34, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Daftar III.18. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang.

72
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Awal Oktober
Bulan ETo P Re Re* WLR c1 c2 c3 c ETc NFR
mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr

Januari 2.13 2 8.71 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 2.17 -3.44
2.13 2 8.71 0.00 0.95 1.05 0.67 1.42 -5.29
Pebruari 3.28 2 4.39 0.00 0.95 0.48 1.56 -0.83
3.28 2 4.39 PL 0.00 PL 15.24 10.85
Maret 4.32 2 8.55 PL PL PL 18.35 9.80
4.32 2 8.55 1.1 1.10 PL PL PL 18.35 9.80
April 3.3 2 9.57 1.1 1.10 1.10 PL PL 15.30 5.73
3.3 2 9.57 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 3.58 -1.80
Mei 4.32 2 6.23 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 4.61 1.48
4.32 2 6.23 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 4.39 1.26
Juni 4.54 2 3.47 0.00 0.95 1.05 0.67 3.03 1.56
4.54 2 3.47 2.19 0.50 0.00 0.95 0.48 2.19 2.00
Juli 4.12 2 3.1 1.72 0.75 0.50 0.00 0.42 1.72 2.00
4.12 2 3.1 2.04 1.00 0.75 0.50 0.75 3.09 3.05
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 1.00 1.00 0.75 0.92 3.84 5.13
4.19 2 0.9 0.69 0.97 1.00 1.00 0.99 4.15 5.46
Septembe
3.41 2 2.07 1.37 0.42 0.97 1.00 0.80 2.72 3.34
r
3.41 2 2.07 1.35 0.42 0.97 0.70 2.37 3.02
Oktober 2.89 2 5.42 2.89 PL 0.42 PL 14.08 8.66
2.89 2 5.42 PL PL PL 14.08 8.66
Nopember 4.98 2 9.97 1.1 1.10 PL PL PL 20.33 10.36
4.98 2 9.97 1.1 1.10 1.1 PL PL 20.33 10.36
Desember 3.42 2 8.03 2.2 1.05 1.1 1.1 1.08 3.71 -0.12
3.42 2 8.03 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 3.65 -1.28
Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Juni Juli Agustus September Oktober

R80 104 104 96 96 28 28 62 62 168 168

Etc mm/hr 3.03 2.19 1.72 3.09 3.84 4.15 2.72 2.37 2.89 2.89

Etc mm/bl 90.80 65.83 53.22 95.79 119.07 128.59 81.50 71.10 89.59 89.59

Re* mm/bl 66.77 65.83 53.22 63.14 22.11 21.34 41.23 40.41 89.59 89.59

Re* mm/hr 2.23 2.19 1.72 2.04 0.71 0.69 1.37 1.35 2.89 2.89

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar III.4, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Daftar III.19. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang.

73
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Pertengahan Oktober
Bulan ETo P Re Re* WLR c1 c2 c3 c ETc NFR
mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr

Januari 2.13 2 8.71 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 2.27 -3.34
2.13 2 8.71 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 2.17 -2.41
Pebruari 3.28 2 4.39 0.00 0.95 1.05 0.67 2.19 -0.20
3.28 2 4.39 0.00 0.95 0.48 1.56 -2.83
Maret 4.32 2 8.55 PL 0.00 PL 18.35 9.80
4.32 2 8.55 PL PL PL 18.35 9.80
April 3.3 2 9.57 1.1 1.10 PL PL PL 15.30 5.73
3.3 2 9.57 1.1 1.10 1.10 PL PL 15.30 5.73
Mei 4.32 2 6.23 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 4.68 1.55
4.32 2 6.23 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 4.61 1.48
Juni 4.54 2 3.47 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 4.62 7.69
4.54 2 3.47 0.00 0.95 1.05 0.67 3.03 5.03
Juli 4.12 2 3.1 1.99 0.50 0.00 0.95 0.48 1.99 2.00
4.12 2 3.1 2.04 0.75 0.50 0.00 0.42 1.72 1.68
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 1.00 0.75 0.50 0.75 3.14 4.43
4.19 2 0.9 0.69 1.00 1.00 0.75 0.92 3.84 5.15
Septembe 3.41 2 2.07 1.37 0.97 1.00 1.00 0.99 3.38 4.00
r
3.41 2 2.07 1.35 0.42 0.97 1.00 0.80 2.72 3.37
Oktober 2.89 2 5.42 2.89 0.42 0.97 0.70 2.01 -3.41
2.89 2 5.42 PL 0.42 PL 14.08 8.66
Nopember 4.98 2 9.97 PL PL PL 20.33 10.36
4.98 2 9.97 1.1 1.10 PL PL PL 20.33 10.36
Desember 3.42 2 8.03 1.1 1.10 1.10 PL PL 15.66 7.63
3.42 2 8.03 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 3.71 -1.23

Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Juni Juli Agustus September Oktober

R80 104 104 96 96 28 28 62 62 168 168

Etc mm/hr 4.62 3.03 1.99 1.72 3.14 3.84 3.38 2.72 2.89 2.89

Etc mm/bl 138.47 90.80 61.73 53.22 97.42 119.07 101.28 81.50 89.59 89.59

Re* mm/bl 66.77 90.80 61.73 63.14 22.11 21.34 41.23 40.41 89.59 89.59

Re* mm/hr 2.23 3.03 1.99 2.04 0.71 0.69 1.37 1.35 2.89 2.89

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar III.4, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Daftar III.20. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang.

74
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Awal Nopember
Bulan ETo P Re Re* WLR c1 c2 c3 c ETc NFR
mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr

Januari 2.13 2 8.71 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 2.31 -3.30
2.13 2 8.71 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 2.27 -2.31
Pebruari 3.28 2 4.39 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 3.33 0.94
3.28 2 4.39 0.00 0.95 1.05 0.67 2.19 -2.20
Maret 4.32 2 8.55 0.00 0.95 0.48 2.05 -6.50
4.32 2 8.55 PL 0.00 PL 18.35 9.80
April 3.3 2 9.57 PL PL PL 15.30 5.73
3.3 2 9.57 1.1 1.10 PL PL PL 15.30 5.73
Mei 4.32 2 6.23 1.1 1.10 1.10 PL PL 18.35 12.12
4.32 2 6.23 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 4.68 1.55
Juni 4.54 2 3.47 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 4.84 7.91
4.54 2 3.47 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 4.62 6.62
Juli 4.12 2 3.1 0.00 0.95 1.05 0.67 2.75 4.75
4.12 2 3.1 2.04 0.50 0.00 0.95 0.48 1.99 1.95
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 0.75 0.50 0.00 0.42 1.75 3.03
4.19 2 0.9 0.69 1.00 0.75 0.50 0.75 3.14 4.45
Septembe 3.41 2 2.07 1.37 1.00 1.00 0.75 0.92 3.13 3.75
r
3.41 2 2.07 1.35 0.97 1.00 1.00 0.99 3.38 4.03
Oktober 2.89 2 5.42 2.89 0.42 0.97 1.00 0.80 2.30 -3.12
2.89 2 5.42 0 0.42 0.97 0.42 1.21 -4.21
Nopember 4.98 2 9.97 PL 0.42 PL 20.33 10.36
4.98 2 9.97 PL PL PL 20.33 10.36
Desember 3.42 2 8.03 1.1 1.10 PL PL PL 15.66 7.63
3.42 2 8.03 1.1 1.10 1.10 PL PL 15.66 7.63

Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Juli Agustus September Oktober Nopember

R80 96 96 28 28 62 62 168 168 299 299

Etc mm/hr 2.75 1.99 1.75 3.14 3.13 3.38 2.89 2.89 5.42 5.42

Etc mm/bl 85.15 61.73 54.12 97.42 93.78 101.28 89.59 89.59 168.02 168.02

Re* mm/bl 54.12 63.14 22.11 21.34 41.23 40.41 89.59 89.59 168.02 168.02

Re* mm/hr 1.75 2.04 0.71 0.69 1.37 1.35 2.89 2.89 5.42 5.42

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar III.4, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Daftar III.21. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang.

75
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Pertengahan Nopember
Bulan ETo P Re Re* WLR c1 c2 c3 c ETc NFR
mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr

Januari 2.13 2 8.71 1.1 1.10 1.10 PL PL 11.81 3.10


2.13 2 8.71 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 2.31 -2.27
Pebruari 3.28 2 4.39 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 3.50 1.11
3.28 2 4.39 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 3.33 -1.06
Maret 4.32 2 8.55 0.00 0.95 1.05 0.67 2.88 -5.67
4.32 2 8.55 0.00 0.95 0.48 2.05 -6.50
April 3.3 2 9.57 PL 0.00 PL 15.30 5.73
3.3 2 9.57 PL PL PL 15.30 5.73
Mei 4.32 2 6.23 1.1 1.10 PL PL PL 18.35 12.12
4.32 2 6.23 1.1 1.10 1.10 PL PL 18.35 12.12
Juni 4.54 2 3.47 2.2 1.05 1.10 1.10 1.08 4.92 7.99
4.54 2 3.47 1.1 1.05 1.05 1.10 1.07 4.84 6.84
Juli 4.12 2 3.1 1.1 0.95 1.05 1.05 1.02 4.19 6.19
4.12 2 3.1 2.04 0.00 0.95 1.05 0.67 2.75 2.71
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 0.50 0.00 0.95 0.48 2.03 3.31
4.19 2 0.9 0.69 0.75 0.50 0.00 0.42 1.75 3.06
Septembe 3.41 2 2.07 1.37 1.00 0.75 0.50 0.75 2.56 3.18
r
3.41 2 2.07 1.35 1.00 1.00 0.75 0.92 3.13 3.78
Oktober 2.89 2 5.42 2.89 0.97 1.00 1.00 0.99 2.86 1.97
2.89 2 5.42 2.89 0.42 0.97 1.00 0.80 2.30 1.41
Nopember 4.98 2 9.97 5.42 0.42 0.97 0.70 3.46 0.04
4.98 2 9.97 PL 0.42 PL 20.33 10.36
Desember 3.42 2 8.03 PL PL PL 15.66 7.63
3.42 2 8.03 1.1 1.10 PL PL PL 15.66 7.63

Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Juli Agustus September Oktober Nopember

R80 96 96 28 28 62 62 168 168 299 299

Etc mm/hr 4.19 2.75 2.03 1.75 2.56 3.13 2.89 2.89 5.42 5.42

Etc mm/bl 129.85 85.15 62.78 54.12 76.73 93.78 89.59 89.59 168.02 168.02

Re* mm/bl 62.78 63.14 22.11 21.34 41.23 40.41 89.59 89.59 168.02 168.02

Re* mm/hr 2.03 2.04 0.71 0.69 1.37 1.35 2.89 2.89 5.42 5.42

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar III.4, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Daftar III.22. Perhitungan kebutuhan air irigasi Stasiun Bojong lopang.

76
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Pola tanam : Padi-padi-kedelai
Permulaan tanam : Awal Oktober
Bulan ETo P Re Re* WLR c1 c2 c3 c ETc NFR
mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr mm/hr

Januari 2.13 2 8.71 1.1 1.10 PL PL PL 11.81 3.10


2.13 2 8.71 1.1 1.10 1.10 PL PL 11.81 3.10
Pebruari 3.28 2 4.39 2.2 1.05 1.10 1.10 1.07 3.50 1.11
3.28 2 4.39 1.1 1.05 1.05 1.10 1.02 3.33 -1.06
Maret 4.32 2 8.55 1.1 0.95 1.05 1.05 0.67 2.88 -5.67
4.32 2 8.55 0.00 0.95 1.05 0.48 2.05 -6.50
April 3.3 2 9.57 0.00 0.95 0.00 0.00 3.10
3.3 2 9.57 PL 0.00 PL 15.30 5.73
Mei 4.32 2 6.23 PL PL PL 18.35 12.12
4.32 2 6.23 1.1 1.10 PL PL PL 18.35 12.12
Juni 4.54 2 3.47 1.1 1.10 1.10 PL PL 19.01 15.54
4.54 2 3.47 2.2 1.05 1.10 1.10 1.07 4.84 6.84
Juli 4.12 2 3.1 1.1 1.05 1.05 1.10 1.02 4.19 6.19
4.12 2 3.1 2.04 1.1 0.95 1.05 1.05 0.67 2.75 2.71
Agustus 4.19 2 0.9 0.71 0.00 0.95 1.05 0.48 2.03 3.31
4.19 2 0.9 0.69 0.50 0.00 0.95 0.42 1.75 3.06
Septembe 3.41 2 2.07 1.37 0.75 0.50 0.00 0.75 2.56 3.18
r
3.41 2 2.07 1.35 1.00 0.75 0.50 0.92 3.13 3.78
Oktober 2.89 2 5.42 2.89 1.00 1.00 0.75 0.99 2.86 1.97
2.89 2 5.42 2.89 0.97 1.00 1.00 0.80 2.30 1.41
Nopember 4.98 2 9.97 5.42 0.42 0.97 1.00 0.70 3.46 0.04
4.98 2 9.97 5.42 0.42 0.97 0.42 2.09 -1.33
Desember 3.42 2 8.03 PL 0.42 PL 15.66 7.63
3.42 2 8.03 PL PL PL 15.66 7.63

Koreksi curah hujan effektif untuk kedelai.

Juli Agustus September Oktober Nopember

R80 96 96 28 28 62 62 168 168 299 299

Etc mm/hr 2.75 1.99 1.75 3.14 3.13 3.38 2.89 2.89 5.42 5.42

Etc mm/bl 85.15 61.73 54.12 97.42 93.78 101.28 89.59 89.59 168.02 168.02

Re* mm/bl 54.12 63.14 22.11 21.34 41.23 40.41 89.59 89.59 168.02 168.02

Re* mm/hr 1.75 2.04 0.71 0.69 1.37 1.35 2.89 2.89 5.42 5.42

Catatan : Re* adalah curah hujan effektif untuk kedelai dan untuk data diluar daftar III.4, besarnya Re* diambil sama dengan Etc.

Dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan daftar II.37 s/d II.39 diatas,
besarnya kebutuhan bersih air disawah untuk setiap permulaan tanam, berdasar NFR
maksimumnya adalah sebagai berikut :

77
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Permulaan tanam :

17.0
Pertengahan Agustus 7
13.5
Awal September 6
Pertengahan 10.8
September 5
10.8
Awal Oktober 5
10.3
Pertengahan Oktober 6
12.1
Awal Nopember 2
Pertengahan 12.1
Nopember 2
15.5
Awal Desember 4

Dengan demikian maka nilai NFR yang optimal dengan pola tanam padi-padi-kedelai
adalah dengan permulaan tanam pertengahan Oktober adalah 10,36 mm/hari.
Besarnya kebutuhan air di pengambilan/bendung, akan lebih besar karena adanya
kehilangan air disaluran. Dalam perencanaan biasanya diambil effisiensi 65 % atau hanya 65
% air dari pengambilan/bendung yang sampai ke petak sawah.

Dengan demikian kebutuhan air di pengambilan ( DR ) adalah :


DR = NFR/eff.
Sehingga dalam perhitungan kita diatas kebutuhan air di pengambilan/ bendung
adalah :
DR = 10,36/0,65 = 15,93 mm/hari
atau dalam satuan liter/detik/ha menjadi :
DR = 15,93 x 10000 / ( 24 x 60 x 60 ) = 1,84 liter/detik/ha.

III. 8.4 Rotasi teknis atau sistim golongan.

Yang dimaksud dengan rotasi teknis yaitu penggiliran pemberian air kepetak-petak
irigasi, dan dengan penggiliran ini dapat dilakukan penghematan air pada musim kemarau.
Untuk itu petak sawah yang dilayani oleh suatu bendung dikelompokkan kedalam 2 atau 3
kelompok yang jumlah luasnya sebaiknya sama yang sering disebut golongan. Setiap
kelompok/golongan tidak harus menempati suatu hamparan yang sama, tapi dapat saja
dibagi rata untuk setiap saluran induk. Setiap kelompok diatur permulaan tanamnya
berbeda 2 minggu, sehingga kebutuhan air puncaknya juga bergeser 2 minggu. Dengan
pergeseran ini maka kebutuhan rata-rata dari kesemua kelompok/golongan akan berkurang.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada daftar III.18 berikut ini, dimana :

Kolom 1 adalah besarnya NFR kalau permulaan tanam serentak pada awal Oktober
( lihat daftar II.37. terdahulu).
Kolom2 adalah besarnya NFR kalau permulaan tanam serentak pada pertengahan
Oktober ( lihat daftar II.38 terdahulu ).
Kolom 3 adalah besarnya NFR kalau permulaan tanam serentak pada awal Nopember
( lihat daftar II.39 terdahulu ).

78
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Kolom 4 adalah besarnya NFR kalau dilakukan dua golongan, yang satu permulaan
tanamnya awal Oktober dan yang satu permulaan tanamnya pertengahan Oktober.
Kolom 5 adalah besarnya NFR kalau dilakukan dua golongan, yang satu permulaan
tanamnya pertengahan Oktober dan yang satu permulaan tanamnya awal Nopember.
Kolom 6 adalah besarnya NFR kalau dilakukan dua golongan, yang satu permulaan
tanamnya awal Oktober dan yang satu permulaan tanamnya awal Nopember.
Kolom 7 adalah besarnya NFR kalau dilakukan tiga golongan, yang satu permulaan
tanamnya awal Oktober, yang satu permulaan tanamnya pertengahan Oktober dan yang
satu permulaan tanamnya awal Nopember.

Daftar III.18. Besarnya NFR dengan sitim golongan atau rotasi teknis.
Awal Pertengah Awal Dua Dua Dua Tiga
Oktober an Nopember Golongan Golongan Golongan Golongan
A Oktober C A+B A+C B+C A+B+C
1 B 3 4 5 6 7
2
Bulan NFR NFR NFR NFR NFR NFR NFR
mm/hr Mm/hr mm/hr mm/hr Mm/hr mm/hr Mm/hr
Januari -3.44 -3.34 -3.30 -3.39 -3.37 -3.32 -3.36
-5.29 -2.41 -2.31 -3.85 -3.80 -2.36 -3.34
Pebruari -0.83 -0.20 0.94 -0.52 0.06 0.37 -0.03
10.85 -2.83 -2.20 4.01 4.33 -2.52 1.94
Maret 9.80 9.80 -6.50 9.80 1.65 1.65 4.37
9.80 9.80 9.80 9.80 9.80 9.80 9.80
April 5.73 5.73 5.73 5.73 5.73 5.73 5.73
-1.80 5.73 5.73 1.97 1.97 5.73 3.22
Mei 1.48 1.55 12.12 1.51 6.80 6.84 5.05
1.26 1.48 1.55 1.37 1.41 1.51 1.43
Juni 1.56 7.69 7.91 4.62 4.73 7.80 5.72
2.00 5.03 6.62 3.51 4.31 5.82 4.55
Juli 2.00 2.00 4.75 2.00 3.37 3.37 2.92
3.05 1.68 1.95 2.37 2.50 1.82 2.23
Agustus 5.13 4.43 3.03 4.78 4.08 3.73 4.20
5.46 5.15 4.45 5.31 4.96 4.80 5.02
September 3.34 4.00 3.75 3.67 3.55 3.88 3.70
3.02 3.37 4.03 3.20 3.53 3.70 3.47
Oktober 8.66 -3.41 -3.12 2.62 2.77 -3.26 0.71
8.66 8.66 -4.21 8.66 2.23 2.23 4.37
Nopember 10.36 10.36 10.36 10.36 10.36 10.36 10.36
10.36 10.36 10.36 10.36 10.36 10.36 10.36
Desember -0.12 7.63 7.63 3.75 3.75 7.63 5.05
-1.28 -1.23 7.63 -1.25 3.18 3.20 1.71

Dari daftar tersebut kita lihat bahwa :

1. Tanpa rotasi teknis, besarnya NFR yang optimal adalah dengan permulaan tanam
pertengahan Oktober yaitu 10,36 mm/hari.
2. Dua golongan, kalau permulaan tanamnya awal Oktober dan awal Nopember ( kolom 5
: A + C ) didapat NFR 10,36 mm/hari. Ini berarti besarnya koeffisien rotasi = 7,74/9,50 x
100 % = 81,47 %. Namun ini berarti perbedaan permulaan tanam bergeser 1 bulan.
3. Untuk tiga golongan didapat besarnya NFR = 7,56 mm/hari. Ini berarti besarnya
koeffisien rotasi teknis = 7,56/9,50x100 % = 79,57 %. Ini berarti lebih effisen walaupun
perbedaan perbedaan permulaan tanam juga bergeser 1 bulan.

79
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Hal-hal yang tidak menguntungkan dalam penerapan rotasi teknis ini adalah :
1. Perbedaan waktu panen yang dapat menimbulkan komplikasi sosial, karena mereka yang
panen terlebih dahulu akan mendapat harga jual yang lebih baik.
2. Eksploitasi irigasi menjadi lebih rumit karena pemberian air yang tidak serempak.
3. Kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi.
4. Jangka waktu irigasi untuk irigasi menjadi lebih lama.

80
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..

Anda mungkin juga menyukai