Anda di halaman 1dari 17

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Jenderal Cipta Karya


Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah I

MODUL 2
PENGANTAR JARINGAN PIPA
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

i
1. JARINGAN PIPA TRANSMISI
Jaringan perpipaan transmisi berfungsi untuk mengalirkan air dari unit produksi
ke pelanggan. Jaringan transmisi menggunakan pipa dengan aliran yang
bertekanan, dimana disepanjang perpipaannya dihubungkan dengan
sambungan pelanggan. Jenis sambungan pelanggan dapat berupa Sambungan
Rumah (SR), sambungan Hidran Umum (HU) maupun sambungan untuk
pelanggan usaha komersial. Jalur pipa transmisi biasanya ditanam mengikuti jalur
jalan yang ada.
Untuk melakukan perencanaan perpipaan jaringan transmisi, maka beberapa data
yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut :
• Peta wilayah pelayanan yang berisikan informasi mengenai jalur jalan, jenis
pemanfaatan lahan seperti untuk perumahan, perkantoran, pasar mapun
untuk komersial, jarak antar lokasi dan kontour wilayah
• Kebutuhan air pada masing-masing wilayah pelayanan, baik untuk
domestik maupun non domestik.
• Jenis pipa yang akan digunakan
• Perhitungan kebutuhan kapasitas pelayanan

Pada dasarnya ada dua jenis sistim jaringan perpipaan transmisi yaitu :
- Sistem Cabang (branched)
- Sistem loop

Sistem Cabang (branched) :


Sistim branched atau cabang adalah sistim jaringan perpipaan transmisi yang
terbuka. Sistim ini biasanya digunakan pada wilayah perdesaan dimana besar
wilayah pelayanan tidak terlalu luas. Perhitungan hidrolis pada sistim branched ini
cukup sederhana yaitu setiap jalur pipa dihitung secara terpisah.

1
Sistem Loop :
Jaringan perpipaan transmisi sistim loop biasanya digunakan di wilayah perkotaan
dimana besar wilayah pelayannya sangat luas. Sistim loop juga disebut sistim
tertutup. Perhitungan hidrolis sistim loop ini lebih sulit dibandingkan dengan sistim
Branched karena perlu menghitung kesetimbangan aliran pada masing-masing
julur pipa di jaringan loopnya. Keunggulan dari jaringan perpipaan transmisi
dengan sistim loop adalah dapat memberikan pelayanan yang stabil baik dari segi
jumlah air yang disalurkan maupun besar tekanan ke seluruh wilayah pelayanan

2
1. Perhitungan Hidrolis Jaringan Perpipaan Transmisi
Perhitungan hidrolis ini ditujukan untuk perpipaan yang memiliki aliran air
yang bertekanan.
Rumus Aliran : Q = V x A Dimana :
Q = Kapasitas aliran air di dalam pipa
V = Kecepatan aliran air
A = Luas potongan melintang pipa

Rumus aliran kontinyu : v1 x A1 = v1 x A2


Dimana :
V = kecepatan aliran
A = Luas potongan melintang pipa
Ada beberapa macam rumus yang dikenal untuk menghitung hidrolis perpipaan
sebagai berikut :
 Rumus Bernouli
Hg1 +

3
Dimana :
Hg = Ketinggian elevasi
P = tekanan Air
γ = berat jenis air
α = Koefisien, tergantung dari besar kecepatan aliran, sekitar 1,2 untuk
aliran turbulen.
V = kecepatan aliran air
∆H = Kehilangan tekana air dari titik 1 ke titik 2, akibat adanya gesekan air
dengan dinding dalam pipa

Besarnya energi gradien adalah kehilangan tekanan dibagi dengan panjang pipa
yaitu :

I=

Kehilangan energi dari aliran air didalam pipa adalah :


∆H = λ

Dimana : λ adalah koefisien gerakan.


 Rumus Colebrook-White
∆H = f (R = Hydrualic radius)

 Rumus Manning :
v = M x R2/3 x I1/2
Dimana :
M = Koefisien Manning = 25,4 / k1/6
k = kekerasan absolut
R = Hydrualic radius = ¼ d
I = Hydrualic gradient
v = kecepatan aliran
 Hazen-William :
Rumus Hazen William adalah yang paling populer digunakan pada
perhitungan perpipaan :
Q = 0,278 x C x d2,63 x I0,54

4
Dimana :
Q = Kapasitas aliran, dalam m3/det
d = diameter pipa, dalam m
I = Hydrualic gradient, dalam m/m
C = keofisien pipa, tergantung dari kekasaran didinding dalam

Aliran air melalui pipa dari titik 1 ke titik 2 mengalami kehilangan sebesar
∆H.

Angka kekasaran dinding pipa Manning :

5
Koefisien Pipa Hazen William

2. Contoh perhitungan Hidrolis jaringan Pipa Transmisi Sistem Loop

Contoh perhitungan hidrolis jaringan pipa sistim loop akan menggunakan rumus
Hazen William

Loop terbentuk dari 4 node yaitu A, B, C dan D. Kapasitas supply dari unit
produksi ke jaringan pipa sistim loop sebesar Q = 160 l/d. Tapping untuk
pelayanan pada jaringan transmisi melalui 3 node masing-masing node B = 60
l/d, node C = 70 l/d, dan node D = 30 l/d. Data panjang masing-masing jalur pipa,
diameter pipa dan perkiraan masing-masing kapasitas aliran di masing-masing jalur
pipa dapat di lihat pada gambar yang tersedia. Akan dihitung besarnya kapasitas
sebenarnya aliran air yang akan terjadi pada masing-masing jalur pipa pada
sistim loop.

Perhitungan hidrolis sitem loop akan menggunakan metode literasi Hardy Cross
sebgaaimana tabel berikut :

6
7
Hasil Yang didapatkan :

8
2. JARINGAN PIPA DISTRIBUSI
Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan
untuk mentransportasikan air bersih dari tempat penampungan, dalam hal ini
adalah reservoir, menuju konsumen di daerah pelayanan. Dalam sistem
penyediaan air bersih terdapat beberapa tahap penyaluran yang harus
diperhatikan.
Sistem distribusi perpipaan air minum harus dapat melayani kebutuhan air bersih
konsumen yang telah sesuai dengan syarat-syarat dalam hal kuantitas, kualitas,
dan kontinuitas. Air yang didistribusikan ini harus sesuai jumlahnya dengan
kebutuhan air pada masing-masing jenis pelayanan pada setiap tahapan
perencanaan. Selain kriteria tersebut, air yang akan dialirkan tidak boleh
mengalami kontaminasi selama perjalanan serta dengan kebocoran teknis yang
dapat ditekan seminimal mungkin.
a. Pengembangan Jalur Pipa Distribusi
Pada saat merencanakan pengembangan dari suatu jalur perpipaan maka perlu
diusahakan agar diperoleh sistem pengaliran yang baik ke konsumen.
Penyampaian air secara baik dan optimum kepada konsumen memerlukan
perencanaan sistem jaringan perpipaan yang akurat dengan memperhitungkan
beberapa hal diantaranya:
 Jaringan direncanakan dengan biaya paling murah, yaitu dengan
perencanaan jalur yang terpendek dengan memiliki diameter terkecil.
 Pemakaian energi operasi seminimal mungkin, yaitu secara gravitasi dengan
memanfaatkan tinggi muka tanah.
 Terpenuhinya syarat-syarat hidrolis.
 Kontinuitas pelayanan yang semaksimal mungkin.
 Mudah dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya (secara
teknis, sistem mudah dikerjakan).

9
Untuk itu terdapat beberapa kriteria teknis yang perlu diperhatikan, yaitu:
 Memperhatikan keadaan profil muka tanah di daerah perencanaan.
Diusahakan untuk menghindari penempatan jalur pipa yang sulit sehingga
pemilihan lokasi penempatan jalur pipa tidak akan menyebabkan
penggunaan perlengkapan yang terlalu banyak.
 Lokasi jalur pipa dipilih dengan menghindari medan yang sulit, seperti
bahaya tanah longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang dapat
menyebabkan lepas atau pecahnya pipa.
 Jalur pipa sedapat mungkin mengikuti pola jalan seperti jalan yang berada di
atas tanah milik pemerintah, sepanjang jalan raya atau jalan umum,
sehingga memudahkan dalam pemasangan dan pemeliharaan pipa.
 Jalur pipa diusahakan sesedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, dan
lintasan kereta, jalan yang kurang stabil untuk menjadi dasar pipa, dan
daerah yang dapat menjadi sumber kontaminasi.
 Jalur pipa sedapat mungkin menghindari belokan tajam baik yang vertikal
maupun horizontal, serta menghindari efek syphon yaitu aliran air yang
berada diatas garis hidrolis.
 Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya kontaminasi
selama pengaliran.
 Diusahakan pengaliran dilakukan secara gravitasi untuk menghindari
penggunaan pompa.
 Untuk jalur pipa yang panjang sehingga membutuhkan pompa dalam
pengalirannya, katup atau tangki pengaman harus dapat mencegah
terjadinyawater hammer.
b. Pola Jaringan Distribusi
Pola jaringan yang sesuai untuk diterapkan pada suatu daerah perencanaan
ditentukan oleh beberapa aspek seperti:
 Jenis pengaliran sistem distribusi.
 Pola jaringan jalan.

10
 Letak dan kondisi topografi seluruh kota.
 Tingkat dan jenis pengembangan kota.
 Lokasi instalasi dan reservoirnya.
 Luas daerah pelayanan.
Terdapat beberapa pola jaringan distribusi yang dapat dipergunakan untuk
mendistribusikan air kepada konsumen. Diantaranya adalah:
1) Pola Cabang (Branch Pattern)
Pola ini merupakan pola yang menggunakan sistem dead end. Pada sistem ini
pipa distribusi utama akan dihubungkan dengan pipa distribusi sekunder dan
selanjutnya pipa distribusi sekunder akan dihubungkan dengan pipa pelayanan
ke konsumen. Aliran air yang terdapat dalam pipa merupakan aliran searah
dengan air hanya akan mengalir melalui satu pipa induk yang semakin mengecil
ke arah hilirnya. Pola ini banyak diterapkan pada daerah perkotaan yang
berkembang pesat dan pada daerah yang memiliki kondisi topografi berbukit.
Keuntungan dari pola pengaliran jenis ini adalah pola ini merupakan sistem
pengaliran dengan desain perpipaan yang sederhana khususnya dalam
perhitungan sistem, tekanan sistem juga dapat dibuat relatif sama, serta
dimensi pipa yang lebih ekonomis dan bergradasi secara beraturan dari pipa
induk hingga pipa pelayanan ke konsumen.
Namun selain itu juga terdapat beberapa kerugian bagi pola distribusi yang
seperti ini. Beberapa diantaranya adalah:
 Kemungkinan terjadinya “air mati” pada ujung pipa yang dapat
menyebabkan air menjadi memiliki rasa dan bau. Untuk mengatasi hal ini
maka perlu dilakukan pengurasan secara berkala.
 Jika terjadi kerusakan pada pipa, maka dapat dipastikan daerah pelayanan
yang dilayani oleh pipa tersebut hingga jaringan yang berada dibawahnya
tidak akan mendapatkan air.
 Bila terjadi pengembangan pada daerah pelayanan, maka penambahan
sambungan dapat menyebabkan pengurangan tekanan sehingga akan
mengganggu pengaliran air pula.

11
 Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hydrant lebih sedikit karena
alirannya hanya satu arah.
2) Pola Kisi (Grid Pattern)
Pola ini memiliki kondisi pipa yang satu dihubungkan dengan pipa yang lain
sehingga membentuk suatu lingkaran. Melalui pola jenis ini maka air dapat
mengalir ke konsumen dari beberapa arah sehingga tidak terdapat dead
end dengan ukuran atau dimensi pipa yang relatif sama. Kondisi daerah yang
sesuai dengan pola ini adalah daerah yang telah memiliki jaringan jalan yang
saling berhubungan, elevasi tanah yang relatif datar dan luas, dan pola
pengembangan kota yang menyebar ke semua arah.
Keuntungan dari penggunaan pola ini adalah:
 Air akan didistribusikan ke lebih dari satu arah dan tidak akan terjadi
stagnasi.
 Jika terjadi kerusakan ataupun perbaikan pada pipa sehingga pipa tidak
dapat dipergunakan dulu maka daerah yang dilayani oleh pipa tersebut akan
tetap memperoleh air.
 Pola ini dapat mengantisipasi tekanan yang diakibatkan bervariasinya
konsumsi air di daerah pelayanan maupun penambahan jumlah sambungan
pada jalur pipa yang telah ada.
 Gangguan lebih sedikit.
Namun sistem ini juga masih memiliki kelemahan, diantaranya adalah:
 Biaya investasi pembangunan lebih besar atau relatif mahal.
 Perhitungan sistem lebih rumit karena membutuhkan perhitungan khusus,
untuk mengontrol tekanan.
Pola kisi biasanya digunakan pada daerah pelayanan dengan karakteristik:
 Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah, maupun daerah
pelayanan yang sedang berkembang dengan pola pengembangan yang tidak
teratur.
 Jalur jalan yang ada berhubungan satu dengan yang lainnya.

12
 Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan yang cukup tinggi dan
menurun secara teratur ataupun bervariasi.
 Luas daerah pelayanan relatif kecil.
3) Pola Gabungan
Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola diatas yang biasanya diterapkan
pada daerah yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Daerah pelayanan sedang berkembang.
 Pola jalan pada daerah pelayanan tidak berhubungan satu sama lain dengan
pola pengembangan juga yang tidak teratur.
 Daerah pelayanan memiliki elevasi yang bervariasi.
3.1. Sistem Pengaliran
Sistem pengaliran yang dipergunakan untuk menyediakan kebutuhan air
bersih ke penduduk dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
a) Sistem Gravitasi
Sistem ini dimungkinkan jika posisi sumber air atau reservoir distribusi
mempunyai elevasi terhadap daerah pelayanan sehingga mempunyai
tekanan yang cukup untuk mengalirkan air hingga ke penduduk yang akan
dilayani.
b) Sistem Pompa
Pada sistem ini, pompa digunakan untuk mendorong air secara langsung ke
tiap daerah pelayanan. Sistem ini sangat tergantung pada kemampuan
pompa untuk mendistribusikan air sehingga bila kerusakan terjadi pada
pompa maka sistem pengaliran juga akan terganggu. Sistem ini biasa dipakai
pada daerah-daerah yang letak daerah pelayanannya lebih tinggi daripada
sumber airnya atau dari reservoir distribusinya, sehingga penyaluran secara
gravitasi tidak dapat dipergunakan. Keuntungan pengaliran dengan sistem
ini adalah daerah pelayanan yang lebih besar, pengaliran yang lebih jauh,
dan head yang tersedia dapat mencapai 50-60 m.

13
c) Sistem Pompa dan Reservoir
Sistem ini bekerja dengan menggabungkan kemampuan dari penyaluran
secara gravitasi dengan juga digunakannya pompa. Pompa digunakan selain
untuk mengalirkan air bersih ke daerah pelayanan juga mengisi reservoir
distribusi. Hal ini terjadi saat kebutuhan air sedang rendah, sehingga sisa air
yang tidak dialirkan ke daerah pelayanan akan dipompakan ke reservoir
distribusi. Dan bila kebutuhan air meningkat, maka air bersih yang terdapat
pada reservoir distribusi akan dialirkan untuk mendukung pengaliran air
bersih dari pompa.
3.2. Perencanaan Klasifikasi Jaringan Perpipaan
Pada sistem distribusi, terdapat klasifikasi dari jaringan perpipaan yang
terbagi menjadi dua bagian. Diantaranya adalah:
a) Sistem Makro
Sistem ini berfungsi sebagai penghantar jaringan perpipaan. Jaringan
penghantar ini tidak dapar langsung melayani konsumen karena dapat
berakibat pada penurunan energi yang cukup besar. Sistem ini juga disebut
sebagai sistem jaringan pipa hantar atau feeder, yang terdiri atas pipa induk
(primary feeder) dan pipa cabang (secondary feeder).
Pipa induk merupakan pipa yang memiliki diameter terbesar dan jangkauan
terluas, serta dapat melayani dan menghubungkan daerah-daerah (blok)
pelayanan dan di setiap blok memiliki satu atau dua penyadap yang
dihubungkan dengan pipa cabang. Pada setiap tempat bersambungnya pipa
sekunder atau cabang dari pipa induk maupun pada pipa pelayanan dengan
pipa sekunder atau cabang, selalu dilengkapi dengan penyadapan (tapping).
b) Sistem Mikro
Sedangkan sistem mikro adalah sistem yang berfungsi sebagai pipa
pelayanan yaitu pipa yang melayani sambungan air bersih ke konsumen
dengan memperoleh air dari pipa sekunder. Sistem mikro dapat membentuk
jaringan pelayanan yang terdiri atas pipa pelayanan utama (small
distribution mains) dan pipa pelayanan ke rumah-rumah (house connection).

14
Berdasarkan klasifikasi jaringan perpipaan distribusi, maka terdapat
beberapa jenis pipa diantaranya adalah pipa induk, pipa sekunder atau
cabang, dan kemudian pipa pelayanan. Dan untuk tiap jenis pipa ini
terdapat klasifikasi dan kriteria desain yang perlu disesuaikan. Klasifikasi dari
tiap jenis pipa beserta kriterianya akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Pipa Induk
Kriteria desain yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah:
 Diameter pipa minimum adalah 150 mm (6²).
 Kecepatan aliran minimum di dalam pipa adalah 0,3 m/detik sedangkan
kecepatan aliran maksimum berkisar 3-5 m/detik tergantung dari jenis
pipa yang digunakan.
 Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik kritis dengan sisa
tekanan tidak kurang dari 10 m.
 Tekanan statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m.
 Pipa tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.
 Pipa ini dapat mengalirkan air sampai akhir tahap perencanaan dengan
debit puncak.
2. Pipa Sekunder atau Cabang
Sedangkan kriteria desain yang dapat diperhatikan untuk pipa jenis ini
adalah:
 Kecepatan aliran minimum di dalam pipa adalah 0,3 m/detik sedangkan
kecepatan aliran maksimum adalah 3-5 m/detik tergantung dari jenis
pipa yang digunakan.
 Sisa tekanan tidak kurang dari 10 m.
 Diameter pipa dihitung dari banyaknya sambungan yang melayani
konsumen.
 Bahan pipa memiliki kualitas yang sama atau lebih rendah dari pipa
induk.

15
3. Pipa Pelayanan
Terakhir adalah kriteria desain untuk pipa pelayanan yang dapat dipakai
adalah:
 Diameter pipa tidak lebih dari 50 mm (2²).
 Kecepatan aliran minimum di dalam pipa adalah 0,3 m/detik sedangkan
kecepatan aliran maksimum adalah 3-5 m/detik tergantung dari jenis
pipa yang digunakan.
 Sisa tekanan tidak kurang dari 6 m.
 Penyadapan dilakukan dengan clamp saddle, dengan diameter 1² pada
posisi vertikal dan diameter 2² untuk horizontal.
Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah:
 Mengisolasi bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri
sehingga diharapkan mampu memberikan keuntungan seperti:
 Kemudahan pengoperasian sesuai debit yang mengalir.
 Mempermudah perbaikan bila terjadi kerusakan.
 Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan untuk setiap daerah
pelayanan.
 Mempermudah pengembangan jaringan distribusi sehingga jika
dilakukan perluasan tidak perlu mengganti jaringan yang sudah ada
dengan syarat masih memenuhi kriteria hidrolis.
Kapasitas aliran air yang melalui perpipaan distribusi menggunakan debit pada saat
jam puncak untuk setiap daerah pelayanan. Dan besarnya diameter pipa yang
digunakan pada pipa induk distribusi didasarkan atas kebutuhan air untuk masing-
masing daerah pelayanannya. Sedangkan besar diameter untuk pipa cabang
dihitung dari banyaknya sambungan yang melayani konsumen dengan diameter
pipa pelayanan tidak lebih dari 50 mm.

16

Anda mungkin juga menyukai