Anda di halaman 1dari 94

Sistem Transmisi

dan Distribusi
Air Bersih

▪ Sistem transmisi dan


distribusi air bersih
▪ Perencanaan jaringan
distribusi air bersih
1
▪ Perhitungan Hidrolis
PENDAHULUAN
Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau
pembagian air melalui sistem perpipaan dari bangunan
pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen). Dalam perencanaan sistem distribusi air
bersih, beberapa faktor yang harus diperhatikan antara
lain adalah:
 Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan
dilayani
 Daerah layanan ini meliputi wilayah IKK (Ibukota
Kecamatan) atau wilayah kabupaten/ Kotamadya.
 Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung
pada kebutuhan, kemauan (minat), dan
kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat.
Sehingga dalam suatu daerah belum tentu semua
penduduk terlayani
DISTRIBUSI AIR BERSIH
Sistem distribusi adalah sistem yang
berkaitan dengan fasilitas menyeluruh
untuk mensuplai air dari sumber/reservoir ke
konsumen. Sistem distribusi didasarkan
pada beberapa hal yaitu :
 Menurut Kondisi Wilayah
 Menurut Waktu Pelayanan
 Menurut Luas Pelayanan
DISTRIBUSI MENURUT KONDISI
WILAYAH
Menurut Kondisi Wilayah
Sistem distribusi yang digunakan didasarkan pada kondisi
wilayah yang akan dilayani, antara lain dibedakan sebagai
berikut :
 Secara Gravitasi
Sistem distribusi secara gravitasi ini banyak diterapkan jika
kondisi sumber air bersih berada lebih tinggi (di
pegunungan) dari wilayah konsumen yang akan dilayani,
sehingga lebih ekonomis .
 Secara Pemompaan
System distribusi ini banyak diterapkan pada wilayah yang
relative datar, dimana sumber air mengambil air tanah
yang dipompakan pada reservoir, sehingga diperlukan
biaya operasional dan perawatan pompa.
 Kombinasi
Kombinasi dari system secara gravitasi dan pompa
DISTRIBUSI MENURUT WAKTU
PELAYANAN
Berdasarkan ketersediaan air dan kebutuhan
air yang dibutuhkan konsumen, system distribusi
dibedakan berdasarkan waktu pelayanan,
yaitu :
 Pelayanan Continuos, pelayanan yang
dilakukan secara terus menerus kerena
ketersediaan air sumber sangat mencukupi
untuk konsumen yang dilayani
 Pelayanan Intermitten, pelayanan secara
berkala terjadwal karena ketersediaan air
sumber tidak sebanding dengan konsumen
yang akan dilayani
DISTRIBUSI MENURUT LUAS
WILAYAH PELAYANAN
Distribusi menurut luas wilayah terdapat
beberapa pilihan yaitu :
 Sistem Cabang (Dead End System)
 Sistem Grid (Grid Iron System)
 Sistem Melingkar ( Ring System)
 Sistem Radial (Radial System)
Distribusi Sistem Cabang
(Dead End System)
Dalam sistem ini air mengalir dalam satu
arah saja ke dalam sub induk dan cabang,
diameter pipa menurun semakin kecil pada
setiap cabang.
 Kekurangan : Sering buntu, aliran dalam
pipa tidak lancar
 Kelebihan : cocok untuk segala debit dan
tekanan air baik karena jumlah
sambungan / valve sedikit
Distribusi Grid Iron System
Aliran air memasuki cabang di semua
persimpangan di kedua arah dan sub induk
memiliki diameter yang sama. Pada setiap
titik dalam tekanan garis seimbang dari
semua arah karena interkoneksi jaringan ke
semua pipa.
Distribusi Ring System
Pasokan air disalurkan ke pipa induk
menuju sekitar batas area. Ini memiliki
keuntungan yang sama dengan system
grid iron, diameter pipa dapat
menggunakan ukuran yang kecil dan lebih
mudah.
Distribusi Radial System
Menggunakan system zona, pipa-pipa
pasokan air diletakkan secara radial
berakhir menuju masing-masing zona. Air
dipompa ke reservoir kemudian
distribusikan ke masing-masing zone
 Kelebihan : Mudah dalam perhitungan
ukuran pipa dan memberikan layanan
cepat.
17

KRITERIA PIPA TRANSMISI


(PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM AIR
MINUM)

Perencanaan jalur pipa harus memenuhi


ketentuan:
 Jalur pipa sependek mungkin
 Menghindari jalur yang mengakibatkan
konstruksi sulit dan mahal
 Tinggi hidrolis pipa minimum 10 m di atas
pipa, sehingga cukup menjamin operasi air
valve
 Menghindari perbedaan elevasi yang terlalu
besar sehingga tidak ada perbedaan kelas
pipa
18

Dimensi pipa harus memenuhi ketentuan


teknis berikut ini:
 Pipa harus direncanakan untuk
mengalirkan debit maksimum harian
 Kehilangan tekanan dalam pipa tidak
lebih air 30% dari total tekanan statis
(head statis) pada sistem transmisi
dengan pemompaan. Untuk sistem
gravitasi, kehilangan tekanan maksimum
5 m/1000 m atau sesuai dengan
spesifikasi teknis pipa
19

Bahan pipa:
• Pemilihan bahan pipa harus memenuhi
syarat teknis dalam SNI, antara lain:
✓ Spesifikasi pipa PVC mengikuti standar
SNI 03-6419-2000 tentang Spesifikasi
Pipa PVC bertekanan berdiameter 110-
315 mm untuk Air Bersih dan SK SNI S-20-
1990-2003 tentang Spesifikasi Pipa PVC
untuk Air Minum
✓ SNI 06-4829-2005 tentang Pipa
Polietilena Untuk Air Minum
✓ Standar BS 1387-67 untuk pipa baja
kelas medium
20

✓ Fabrikasi pipa baja harus sesuai


dengan AWWA C 200 atau SNI-07-
0822-1989 atau SII 2527-90 atau JIS G
3452 dan JIS G 3457
✓ Standar untuk pipa ductile
menggunakan standar dari ISO 2531
dan BS 4772
Persyaratan bahan pipa lainnya dapat
menggunakan standar nasional maupun
internasional lainnya yang berlaku
21

URAIAN NOTASI KRITERIA

Debit Perencanaan Q max Kebutuhan air hari


maksimum
Q max = Fmax × Q rata-rata
Faktor hari maksimum Fmax 1,10 – 1,50

Jenis saluran Pipa atau saluran terbuka*

Kecepatan aliran air dalam


pipa
a) Kecepatan minimum V min 0,3-0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum
- Pipa PVC V.max 3,0-4,5 m/det
- Pipa baja atau DCIP V.Max 6,0 m/det

* Saluran terbuka hanya digunakan untuk transmisi air baku


22

URAIAN NOTASI KRITERIA

Tekanan air dalam pipa


a) Tekanan minimum H min 1 atm
b) Tekanan maksimum*
- Pipa PVC H maks 6-8 atm
- Pipa DCIP 10 atm
- Pipa PE 100 12.4 MPa
- Pipa PE 80 9.0 Mpa
Kecepatan saluran terbuka
a) Kecepatan minimum V.min 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum V.maks 1,5 m/det
Kemiringan saluran terbuka (0,5 – 1 ) (0,5 – 1 ) 0/00
0/00

Tinggi bebas saluran terbuka Hw 15 cm ( minimum)

Kemiringan tebing terhadap 45 ° ( untuk bentuk


dasar saluran trapesium)
23

Contoh
Spesifikasi
Pipa
24

KRITERIA PIPA DISTRIBUSI


(PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM AIR
MINUM)

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi


dalam perancangan denah sistem distribusi
adalah:
 Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan
berdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air
 Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan
keadaan topografi wilayah pelayanan (loop,
bercabang atau kombinasi)
25

 Jika keadaan topografi tidak memungkinkan


untuk sistem gravitasi seluruhnya, diusulkan
kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika
semua wilayah pelayanan relatif datar,
dapat digunakan sistem perpompaan
langsung, kombinasi dengan menara air,
atau penambahan pompa penguat (booster
pump)
 Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah
pelayanan terlalu besar (lebih dari 40 m),
wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa
zone sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan tekanan. Untuk mengatasi
tekanan yang berlebihan dapat digunakan
katup pelepas tekan (pressure reducing
valve) atau Bak Pelepas Tekan (BPT). Untuk
mengatasi kekurangan tekanan dapat
digunakan pompa penguat
26

KRITERIA PERENCANAAN
DISTRIBUSI AIR BERSIH
1. Kriteria Desain
Perencanaan jalur pipa harus memenuhi
ketentuan teknis sebagai berikut:
Jalur pipa sependek mungkin
Menghindari jalur yang mengakibatkan
konstruksi sulit dan mahal
Tinggi hidrolis pipa minimum 10 m di atas pipa,
sehingga cukup menjamin operasi katup udara
(air valve)
Menghindari perbedaan elevasi yang terlalu
besar, sehingga tidak ada perbedaan kelas
pipa.
27

KRITERIA DIMENSI PIPA


Penentuan dimensi pipa harus memenuhi
ketentuan teknis sebagai berikut:
 Pipa harus direncanakan untuk
mengalirkan debit jam maksimum
 Untuk sistem gravitasi, kehilangan tekanan
maksimum 5 m/1000 m atau sesuai
dengan spesifikasi teknis pipa
 Pemilihan bahan pipa harus memenuhi
persyaratan teknis
28

URAIAN NOTASI KRITERIA

Debit perencanaan Qpuncak Kebutuhan air jam puncak


Qpeak = Fpeak × Qrata-rata
Faktor jam puncak Fpuncak 1,5 - 2

Kecepatan aliran air dalam


pipa
a. Kecepatan minimum Vmin 0,3 – 0,6 m/dt
b. Kecepatan maksimum
o PVC Vmax 3 – 4,5 m/dt
o Pipa baja 6 m/dt
Tekanan air dalam pipa
a. Tekanan minimum hmin (0,5-1) atm, pada titik
jangkauan pelayanan terjauh
29

URAIAN NOTASI KRITERIA

Tekanan air dalam pipa


b. Tekanan maksimum* hmax
o PVC 6 – 8 atm
o Pipa baja 10 atm
o Pipa PE 100 12,4 MPa
o Pipa PE 80 9 MPa
30

PERENCANAAN
SISTEM GRAVITASI
Sistem Gravitasi
 Ada 3 (tiga) sistem gravitasi yang dapat
dibedakan seperti pada Gambar berikut,
dengan penentuan kemiringan hidrolis
menggunakan tabel setelah gambar.
31

Keadaan lapangan 1
Beda tinggi lebih kecil dari 5 m dan dapat
dipandang sebagai daerah datar
32

Keadaan lapangan 2
Beda tinggi lebih dari 5 m dan menurun
dari arah sumber
33

Keadaan lapangan 3
Beda tinggi lebih dari 5 m dan
menanjak dari arah sumber
34
35

TAHAPAN PERENCANAAN
SISTEM GRAVITASI
1. Tentukan perbedaan tinggi antara sumber air dan titik terendah pada sistem
 Jika perbedaan tinggi ini lebih kecil dari 100 meter, tidak diperlukan
bak pelepas tekan (BPT)
 Jika perbedaan tinggi ini lebih besar dari 100 meter, diperlukan BPT, dipasang
pada daerah yang sesuai, pada ketinggian 100 meter di atas titik terendah
Jika tidak dibutuhkan BPT:
a. Tentukan gradien, I

dengan pengertian:
I = Gradien hidrolis
H 1 = Elevasi sumber air, m
H 4 = Elevasi titik akhir pipa ditambah 20 m
L = Panjang jalur pipa
36

b. Jika terdapat titik tertinggi di antara sumber dan titik tertinggi

dengan pengertian:
I = Gradien hidrolis
H 1 = Elevasi sumber air, m
H titik tertinggi = Elevasi tertinggi di jaringan distribusi
L titik tertinggi = Jarak antara sumber ke titik tertinggi di jaringan
distribusi

c. Ambil I yang terendah diantara keduanya, pilihlah pipa dari


Tabel 3.50 atau Tabel 3.51 tergantung dari jenis bahan. Gunakan I
yang lebih kecil.
d. Jika tidak ada diameter yang bisa dipilih dalam tabel, karena
harga I lebih kecil dari 0,001 gunakan sistem pemompaan.
37
38
39

PERENCANAAN BAK PELEPAS


TEKANAN (BPT)
40

TAHAPAN PERENCANAAN
SISTEM POMPA
1. Tentukan diameter pipa transmisi utama antara sumber air
dan unit produksi serta antara unit produksi dan daerah
pelayanan, atau antara sumber dan daerah pelayanan
2. Periksa apakah diperlukan booster pump atau tidak
3. Hitung tekanan total (total head – TH)
Jika daerah distribusi rata dan menurun:

TH = H2 – H1 + 20 + I . L
Jika daerah distribusi mendaki:

TH = H3 – H1 + 20 + I . L
dengan
H1 = tinggi permukaan minimal sumber air, m
H2 = ketinggian tanah pada awal distribusi, m
H3 = ketinggian tanah pada akhir distribusi, m
L = panjang pipa transmisi

4. Periksa apakah TH lebih besar dari 80 m.


Jika TH lebih besar dari 80 m, maka perlu dipasang booster
pump. Untuk keadaan ini, detail
perhitungan mengikuti prosedur desain untuk daerah yang
berbukit.
41

PERENCANAAN DAERAH
BERBUKIT
Tahapan Disain untuk Daerah Berbukit
A. Sumber di atas daerah pelayanan
Jika sumber berada di atas daerah pelayanan, lakukan pengecekan
sebagai berikut:
1) Hitung perbedaan tinggi antara sumber air dan titik tertinggi pada
pipa transmisi utama dan sistem distribusi (H sumber – H tertinggi )
2) Hitung jarak antara sumber dan titik tertinggi (L)
3) Jika Hsumber – Htertinggi kurang dari 0,001 gunakan pompa
4) Jika Hsumber – Hmaks lebih besar dari 0,001 gunakan gravitasi
5) Hitung juga perbedaan tinggi antara sumber air dan titik
terendah dalam pipa transmisi utama dan pipa distribusi, sebut
(Hsumber – Hmin)
6) Jika (Hsumber – Hmin) lebih besar dari 100 m perlu dipasang BPT (
7) Bila terjadi kasus jaringan mempunyai tekanan lebih besar dari 100
m dan sebagian lagi kurang dari 100 m, untuk ini perlu didesain
khusus.
42
43

B.Sumber pada (di bawah) daerah pelayanan


Jika sumber pada (di bawah) daerah pelayanan, ikuti pemeriksaan
awal berikut:
1) Hitung perbedaan tinggi antara titik tertinggi dalam jalur pipa
transmisi utama atau jaringan distribusi (Hmaks) dan sumber
(Hmaks – Hmin)
2) Hmin adalah ketinggian sumber air dengan permukaan tanah
3) Hitung jarak antara sumber air dan titik tertinggi
4) Perkirakan total head maksimum
TH = H max – H min + 0,005 . L + 10
5) Jika TH lebih besar dari 80 m, diperlukan satu atau lebih booster
pump
6) Periksa apakah dapat dialirkan secara gravitasi ke jaringan
distribusi
7) Jika terjadi jalur pipa transmisi mempunyai titik tertinggi di antara
sumber air dan jaringan distribusi, maka perlu dipasang reservoir
kecil.
8) Jika BPT atau booster pump berada di jalur distribusi, maka sistem
perlu dibagi menjadi dua bagian, yaitu satu sub sistem rendah
dan sub sistem tinggi. Kedua sub sistem tersebut hanya
berhubungan dengan BPT atau booster pump.
44
45

CONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN


Perhitungan hidrolis dilakukan dengan menggunakan formulir

seperti dapat dilihat pada Tabel 3.53, sesuai prosedur berikut:

a. Kolom 1 : Tentukan nomor node awal dan nomor node akhir

sesuai Gambar 3.50. Masukkan nomor node dimulai dari

sumber air, BPT, booster pump, atau reservoir.

b. Kolom 2 : Tentukan kapasitas aliran pipa sesuai Gambar 3.151.

c. Kolom 3 :Buat seleksi awal dari diameter pipa sesuai dengan

tabel berikut dan catat hasil seleksi pada kolom 3. Catatan:

diameter pipa yang tertera pada tabel merupakan

pendekatan. Kesesuaian diameter luar untuk pipa PVC dapat

dilihat pada Tabel 3.53.


46

CONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN


d. Kolom 4 : Menunjukkan panjang pipa sesuai Gambar 3.139.

e. Kolom 5 Menunjukkan kehilangan tekanan (head loss) per meter

panjang pipa (I) yang diperoleh dari Tabel 3.53. Dalam

menggunakan tabel, selalu pakai kapasitas aliran yang lebih

besar atau sama dengan kapasitas aliran yang sebenarnya.

f. Kolom 6 : Menunjukkan kehilangan tekanan per bagian pipa

yang dihitung dengan mengalikan L (kolom 4) dengan I

(kolom 5).
47

CONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN


g. Kolom 7 : Menunjukkan pertambahan kehilangan tekanan

dalam aliran node dimana pertambahan ini dihitung dari kolom

6. Dimulai dari titik pelayanan sampai akhir dari percabangan.

h. Kolom 8 : Menunjukkan tinggi titik node akhir setiap bagian pipa

diambil dari peta kota.


48

CONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN


i. Kolom 9 : Perhitungan tinggi tekan pada titik node akhir setiap

bagian pipa yang dihitung sebagai berikut:

Dengan awal bagian pipa, tinggi tekan dimulai sama

dengan ketinggian muka sumber air (bila gravitasi) atau BPT,

tinggi tekanan pompa distribusi (bila perpompaan) sebagainya.

Dalam contoh ini berupa aliran gravitasi. Untuk node akhir dari

bagian pipa dihitung dengan cara mengurangkan tinggi tekan

(head) node awal bagian pipa tersebut dengan kehilangan

tekanan sepanjang pipa itu (kolom 6).


49

j. Kolom 10

Hitung sisa tekan (residual head) dengan mengurangkan

kolom 9 oleh kolom 8. Setelah lengkap perhitungan pada

putaran pertama, ikuti prosedur berikut:

Ilustrasi Perhitungan Sisa Tekan pada Jaringan Perpipaan

i. Sistem gravitasi

 Jika satu atau lebih pada kolom 10 mempunyai nilai kurang

dari 10 m, perbesar diameter dengan satu atau lebih

bagian pipa, ulangi perhitungan pada lembar baru,

dimulai dari kolom 5.


50

 Bila semua node mempunyai tinggi tekanan (head) lebih besar

dari 10 m, perkecil salah satu diameter atau lebih. Ulangi

prosedur perhitungan pada lembar baru, dimulai dari kolom 5,

sampai diperoleh sisa tekan terendah mendekati 10 m (tetapi

tidak lebih kecil dari 10 m).

ii. Sistem pompa

 Pilih node yang mempunyai sisa tekan terkecil (nilai dari kolom
ƒ

10)

 Kurangi atau tambahkan TH sehingga sisa tekan pada node itu


ƒ

sama dengan 10 m

 Hitung kembali nilai kolom 10 keseluruhan sesuai dengan


ƒ

TH yang sesuai langkah sebelumnya


51

 Periksa sisa tekan pada node terakhir, dan perkecil diameter


ƒ

dari satu atau lebih bagian pipa sehingga sisa tekan sedapat

mungkin mendekati 10 m tetapi tidak lebih kecil.

 Pemeriksaan terakhir dianjurkan dengan menyiapkan gambar


ƒ

profil dan hidrolis sepanjang jalur transmisi dan poros utama

dari jaringan distribusi (lihat sketsa di bawah ini).

 Periksa apakah sisa tekan sama dengan atau lebih 10 m


ƒ

pada setiap node. Jika gradien hidrolis memperlihatkan

perubahan yang tiba-tiba, ganti diameter pipa dan ulangi

perhitungan hidrolis sampai mendapatkan gradien yang lebih

halus (smooth).
52
53

LOKASI BPT DAN


BOOSTER PUMP
Lokasi BPT dan booster pump
a. Bak Pelepas Tekan (BPT)
1) Tempatkan BPT setepat mungkin sehingga dapat
mengurangi tekanan dalam jaringan distribusi, tetapi tidak
kurang dari tekanan yang diperlukan.
2) BPT ditempatkan pada lokasi sedemikian sehingga
tekanan pipa tidak lebih besar dari 100 m pada setiap
node.
3) Tempatkan BPT sebelum tempat yang curam sehingga
dapat menjamin operasi hidrolis yang baik (smooth).
b. Booster Pump
Penempatan booster pump harus sedemikian rupa sehingga
tinggi tekanan pada node paling rendah atau sama dengan
10 m.
54

PERHITUNGAN HIDROLIS
(JIKA ADA BPT, BOOSTER PUMP, RESERVOIR)
a. Kolom 1: Tentukan nomor node awal dan nomor node akhir
sesuai gambar. Masukkan nomor node dimulai dari sumber
air, BPT, booster pump, atau reservoir
b. Kolom 2: Tentukan kapasitas aliran pipa
c. Kolom 3: Buat seleksi awal dari diameter pipa sesuai dengan
tabel berikut dan catat hasil seleksi pada kolom 3.
Catatan: diameter pipa yang tertera pada tabel merupakan
pendekatan. Kesesuaian diameter luar untuk pipa PVC dapat
dilihat pada Tabel 3.53.

Aliran Pipa Diameter Aliran Pipa Diameter


(lt/dt) (mm) (lt/dt) (mm)
0,009 – 0,025 13 0,15 – 0,5 40
0,025 – 0,075 20 0,5 – 0,8 50
0,075 – 0,15 25 0,8 – 2,5 75
55

d. Kolom 4: Menunjukkan panjang pipa sesuai Gambar


e. Kolom 5: Menunjukkan kehilangan tekanan (head loss) per meter
panjang pipa (I) yang diperoleh dari Tabel 3.53. Dalam
menggunakan tabel, selalu pakai kapasitas aliran yang lebih
besar atau sama dengan kapasitas aliran yang sebenarnya
f. Kolom 6: Menunjukkan kehilangan tekanan per bagian pipa yang
dihitung dengan mengalikan L (kolom 4) dengan I (kolom 5)
g. Kolom 7: Menunjukkan pertambahan kehilangan tekanan dalam
aliran node dimana pertambahan ini dihitung dari kolom 6.
Dimulai dari titik pelayanan sampai akhir dari percabangan
h. Kolom 8: Menunjukkan tinggi titik node akhir setiap bagian pipa
diambil dari peta kota
i. Kolom 9: Perhitungan tinggi tekan pada titik node akhir setiap
bagian pipa yang dihitung sebagai berikut:
 Dengan awal bagian pipa, tinggi tekan dimulai sama dengan
ketinggian muka sumber air (bila gravitasi) atau BPT, tinggi
tekanan pompa distribusi (bila perpompaan) sebagainya. Dalam
contoh ini berupa aliran gravitasi. Untuk node akhir dari bagian
pipa dihitung dengan cara mengurangkan tinggi tekan (head)
node awal bagian pipa tersebut dengan kehilangan tekanan
sepanjang pipa itu (kolom 6).
56

10. Kolom 10: Hitung sisa tekan (residual head) dengan


mengurangkan kolom 9 oleh kolom 8. Setelah lengkap
perhitungan pada putaran pertama, ikuti prosedur berikut:
1. Sistem gravitasi
 Jika satu atau lebih pada kolom 10 mempunyai nilai kurang
dari 10 m, perbesar diameter dengan satu atau lebih
bagian pipa, ulangi perhitungan pada lembar baru, dimulai
dari kolom 5.
 Bila semua node mempunyai tinggi tekanan (head) lebih
besar dari 10 m, perkecil salah satu diameter atau lebih.
Ulangi prosedur perhitungan pada lembar baru, dimulai dari
kolom 5, sampai diperoleh sisa tekan terendah mendekati
10 m (tetapi tidak lebih kecil dari 10 m).
57

2. Sistem pompa
 Pilih node yang mempunyai sisa tekan terkecil (nilai dari
kolom 10)
 Kurangi atau tambahkan TH sehingga sisa tekan pada
node itu sama dengan 10 m
 Hitung kembali nilai kolom 10 keseluruhan sesuai dengan TH
yang sesuai langkah sebelumnya
 Periksa sisa tekan pada node terakhir, dan perkecil
diameter dari satu atau lebih bagian pipa sehingga sisa
tekan sedapat mungkin mendekati 10 m tetapi tidak lebih
kecil.
 Pemeriksaan terakhir dianjurkan dengan menyiapkan
gambar profil dan hidrolis sepanjang jalur transmisi dan
poros utama dari jaringan distribusi
 Periksa apakah sisa tekan sama dengan atau lebih 10 m
pada setiap node. Jika gradien hidrolis memperlihatkan
perubahan yang tiba-tiba, ganti diameter pipa dan ulangi
perhitungan hidrolis sampai mendapatkan gradien yang
lebih halus (smooth).
58
59
60
61

PROFIL DAN GARIS HIDROLIS


JARINGAN PERPIPAAN

PENGELOLAAN AIR BERSIH-KOTOR D3 TEKNIK


SIPIL - POLINEMA (Agus Suhardono)
62

SPESIFIKASI TEKNIS
Spesifikasi Teknis
Dalam rangka menjamin kualitas pelaksanaan
pembangunan prasarana air bersih supaya
diperoleh tepat mutu dan dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan, maka pengadaan pipa mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
 ƒ
Untuk pipa PVC, sesuai standar SNI 03-6419-2000/SII-
0344-1982, klas pipa S-12,5 dengan tekanan kerja
minimal 8 bar
 ƒ
Untuk pipa HDPE, sesuai standar SNI 06-4829-1998-
A/ISO 4427.96, klas pipa SDR-17 (S-8) dengan
tekanan kerja minimal 8 bar
 Untuk pipa galvanis menggunakan kelas medium
dengan tekanan kerja minimal 8 bar
63

PERPOMPAAN
64

KRITERIA PERENCANAAN
POMPA
 ƒ ecepatan aliran air dalam pipa hisap ≤ 1
K
m/dt
 ƒ
Kecepatan aliran air dalam pipa tekan ≤ 2
m/dt
 Kecepatan aliran air dalam pipa header ≤ 3
ƒ
m/dt
 Kehilangan tekanan pada pipa ≤ 5 m/km
 Memiliki sarana pengaman untuk
menghindari kerusakan
 Memiliki alat pengatur kapasitas aliran air
 Memiliki prasarana untuk perawatan &
perbaikan
65

KRITERIA PEMILIHAN POMPA


 Jƒumlah pompa sesuai dengan kapasitas
instalasi dan memperhatikan faktor
kontinuitas operasi
 Jenis sudu pompa sesuai dengan kualitas air
 Tipe pompa sesuai dengan penggunaannya
 Diameter pipa hisap dan tekan sesuai
dengan pompa yang dibutuhkan
 Mampu beroperasi pada kapasitas dan
tekanan (head) yang ada untuk jangka
waktu yang direncanakan
 Tersedia di pasaran
 Mudah dioperasikan dan perawatannya
66

PEMILIHAN JENIS POMPA UNTUK


SUMBER AIR PERMUKAAN
Tipe Pompa Bentuk Impeler Material Padat
(Terbawa)
Air Non-clogging Vortex − Abrasif
Permukaan submersible − Viskositas tinggi
karena fluktuasi
Shrouded channel − Serat panjang
muka air
tinggi
Open impeller − Serat panjang
− Viskositas tinggi
− Sampah
Axial − Viskositas tinggi

Air Tanah Submersible deep Sentrifugal impeller − Bebas benda


Dalam welll − padat
pump − Viskositas rendah
Deep well turbine Aliran campur − Bebas benda
pump (mixed flow padat
(kedalaman < 40 m) impeller) − Viskositas rendah
67

PEMILIHAN JENIS POMPA


DISTRIBUSI atau BOOSTER
Instalasi Fluida Kapasitas Pompa Jenis Pompa

Distribusi/Booster Air Bersih Kurang dari 200 Centrifugal Single


lt/det Suction
Lebih dari 200 Centrifugal
lt/det Double Suction
68

PERANCANGAN INSTALASI
POMPA
Tahapan perancangan pompa meliputi:
 Penentuan jumlah pompa
 Penentuan diameter pipa
 Penentuan komponen perpipaan
69

PEMILIHAN DIAMETER PIPA DISCHARGE, REDUCER DAN


HEADER INSTALASI PERPOMPAAN AIR BAKU (SUMBER:
AIR PERMUKAAN)
70

PEMILIHAN DIAMETER PIPA DISCHARGE DAN HEADER


INSTALASI PERPOMPAAN AIR SUMUR DALAM – DEEP WELL
SUBMERSIBLE PUMP
71

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


menentukan kebutuhan pompa air baku:
 Jumlah pompa adalah pompa operasi
(tidak termasuk pompa cadangan)
 Difuser pada prinsipnya sama dengan
reducer
 Diameter pada pipa discharge sesuai
dengan aplikasi pompa
 Diameter difuser dirancang atas dasar
kecepatan air ≤ 3 m/dt
 Diameter header dirancang atas dasar
kecepatan air dalam pipa ≤ 2,5 m/dt
72

PEMILIHAN DIAMETER PIPA DISCHARGE,REDUCER DAN


HEADER INSTALASI PERPOMPAAN DISTRIBUSI
CENTRIFUGAL SINGLE SUCTION
73

PEMILIHAN DIAMETER PIPA DISCHARGE, REDUCER DAN


HEADER INSTALASI PERPOMPAAN DISTRIBUSI
CENTRIFUGAL DOUBLE SUCTION
74

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


menentukan kebutuhan pompa sentrifugal:
 Jumlah pompa adalah pompa operasi
(tidak termasuk pompa cadangan)
 Diameter pada pipa discharge sesuai
dengan spesifikasi pompa pada kondisi
operasi optimum
 Diameter reducer dirancang atas dasar
kecepatan air ≤ 3 m/dt
 Diameter header dirancang atas dasar
kecepatan air dalam pipa ≤ 2,5 m/dt
atau tekanan kerugian pipa ≤ 5 m/km
75

PERHITUNGAN TEKANAN
Kehilangan tekanan

HI =  (hlp + hlt )
Dimana:
HI : kehilangan tekanan (m)
hlp : kehilangan tekanan komponen perpipaan
pada instalasi perpompaan yang sedang
dihitung (m)
hlt : kehilangan tekanan pipa transmisi/distribusi
(m)
76

Kehilangan Tekanan pada Pipa


L V2
Hf = f
D 2g
Dimana:
Hf : kehilangan tekanan (m)
f : faktor kerugian
L : panjang pipa (m)
D : diameter pipa (m)
V : kecepatan aliran (m/dt)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
77
78

NILAI e UNTUK GRAFIK MOODY


JENIS PIPA (BARU) NILAI e (mm)
Kaca 0,0015
Besi dilapisi aspal 0,06 – 0,24
Besi tuang 0,18 – 0,90
Plester semen 0,27 – 1,20
Beton 0,30 – 3,00
Baja 0,03 – 0,09
Baja dikeling 0,90 – 9,00
Pasangan batu 6,00
79

KEHILANGAN MAYOR (HAZEN


WILLIAM C = 100)
 Jika diketahui debit Q =
50 lt/dtk, diameter pipa
10 inchi
 Dengan
menghubungkan garis
lurus diagram Q dan
diameter maka akan
diketahui faktor head
loss h = 6 ft/ 1000 ft,
sehingga jika panjang
pipa 500 ft maka nilai
kehilangan energi, h =
6 x 500/1000 = 3 ft
80

KEHILANGAN MAYOR (HAZEN


WILLIAM/ hf)
V = 0,354 CH I0,54 D0,63

Dimana:
V : kecepatan aliran (m/dt)
 CH : koefisien Hazen-William
I : kemiringan garis energi (hf/L)
 D : diameter pipa (m)
81

KOEFISIEN CH

Jenis Pipa Koefisien CH


Pipa sangat halus 140
Pipa halus, semen, besi tuang 130
Pipa baja dilas (baru) 120
Pipa baja dikeling (baru) 110
Pipa besi tuang (tua) 100
Pipa baja dikeling (tua) 95
Pipa tua 60-80
82

Kehilangan Tekanan pada Perlengkapan Pipa


V2
Hm = k
2g
Dimana:
Hm : kehilangan tekanan (m)
k : faktor kerugian
V : kecepatan aliran (m/dt)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
83

Kehilangan Tekanan pada Perlengkapan Pipa


84

k UNTUK BENTUK INLET


85

k UNTUK PERUBAHAN
PENAMPANG
86

k UNTUK PELEBARAN
BERANGSUR-ANGSUR
87

k UNTUK PENYEMPITAN
BERANGSUR-ANGSUR
88

k UNTUK BELOKAN
89

k UNTUK BELOKAN

 20° 40° 60° 80° 90°


Kb 0,05 0,14 0,36 0,74 0,98
90

k UNTUK KATUB
91

Tekanan yang Diperlukan


 Q1 2
 
H req = H s + H I 2
Q 

Dimana:
Hreq : tekanan yang diperlukan (m)
Hs : tekanan statis, perbedaan tinggi muka air
(m)
HI : tekanan kerugian sistem perpipaan pada
akhir tahun rencana(m)
Q1 : kapasitas pada akhir tahun
rencana(m3/dt)
Q2 : kapasitas aliran (m3/dt)

Tekanan Pompa > Tekanan yang Diperlukan


92

Perhitungan Daya Pompa


  g Q  H
P=
n  SF
Dimana:
P : daya pompa (watt)
ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
Q : kapasitas pompa (m3/dt)
H : tekanan yang diperlukan maksimum (m)
n : efisiensi total pompa (m/dt)
SF : faktor keamanan
93

Daya Pompa Intake (kW) untuk Berbagai Kapasitas & Tekanan Pompa

Efisiensi diambil pada kondisi operasi optimal


SF = 1,30; g = 9,81 m/dt2, ρ = 1000 kg/m3
94

Daya Pompa Intake (kW) untuk Berbagai Kapasitas & Tekanan Pompa

Efisiensi diambil pada kondisi operasi optimal


SF = 1,30; g = 9,81 m/dt2, ρ = 1000 kg/m3

Anda mungkin juga menyukai