VI.1 Umum
VI.2 Intake
Intake dibangun pada sumber air baku dengan tujuan untuk mengambil air
baku dari sumbernya yang kemudian akan dialirkan menuju instalasi
pengolahan. Kapasitas intake harus dapat memenuhi jumlah kebutuhan air
maksimum harian sepanjang periode perencanaan. Ada beberapa jenis
intake sungai, yaitu intake weir, intake tower, intake gate, dan intake crib
(JICA, 1990).
Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum ini akan digunakan jenis
intake gate. Intake gate cocok digunakan pada instalasi pengolahan air
minum dengan debit intake skala kecil atau medium (<100.000 m3/hari),
pemeliharaan dan kontrol yang sederhana, serta biaya konstruksi yang tidak
murah.
Konstruksi intake gate ini, pada umumnya, terdiri dari inlet beton bertulang
berbentuk persegi panjang atau tapal kuda, gerbang atau flash-boards untuk
mengontrol aliran pada intake, dan di depannya terdapat penyaring (screen)
untuk mencegah masuknya potongan kayu dan benda-benda terapung
lainnya. Apabila diperlukan dapat dilengkapi dengan bak pengumpul
sebelum air baku dialirkan menuju instalasi pengolahan air minum, hal ini
VI-1
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
berfungsi untuk mengatasi debit sumber air baku yang berfluktuasi dari
waktu ke waktu.
Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum ini, intake gate yang
digunakan akan dilengkapi dengan :
1. Bar Screen
2. Saluran Intake
3. Pintu Air
4. Bak Pengumpul
5. Sistem Transmisi
4/3
w
HL E u u hv u sin T
b
VI-2
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
x Tinggi PXNDDLUVHWHODKPHODOXLEDWDQJ<
Y' Y HL
Saluran intake merupakan saluran yang mengalirkan air baku dari sumber
air menuju bak pengumpul. Dalam merencanakan jenis intake ini maka
VI-3
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Pintu air berfungsi untuk mengatur aliran dalam intake, menjaga agar
aliran tetap stabil saat aliran pada sumber air berfluktuasi, dan berfungsi
untuk menutup aliran saat akan dilakukan pembersihan pada intake.
Umumnya pintu air dibuat dari bahan baja atau besi cor dan menggunakan
tenaga listrik dalam pengoperasiannya. Akan tetapi, dalam situasi tertentu,
pintu air pun harus dapat dioperasikan secara manual. Lebar pintu air
biasanya sekitar 3 meter, dengan pertimbangan kemudahan dalam operasi
dan perawatan. Kecapatan melalui pintu air ditetapkan kurang dari 1 m/s
untuk mencegah sebisa mungkin masuknya pasir dan kerikil.
VI-4
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Bak pengumpul ini memiliki fungsi untuk mengumpulkan air baku yang
masuk melalui pintu air sebelum dialirkan menuju instalasi pengolahan air
minum. Pada unit inilah sistem pemompaan akan diterapkan untuk
menyediakan head yang cukup agar air baku dapat dialirkan menuju lokasi
instalasi pengolahan.
Menurut Al-Layla (1980), kriteria desain untuk bak pengumpul ini adalah
:
x Untuk mempermudah pemeliharaan jumlah bak minimum adalah 2
buah.
x Waktu tinggal di dalam bak pengumpul maksimal 20 menit.
x Dasar bak pengumpul minimum 1 meter di bawah dasar sungai
atau 1,52 meter di bawah tinggi muka air minimum.
x Dinding saluran dibuat kedap air dan konstruksinya terbuat dari
beton bertulang dengan ketebalan minimum 20 cm.
VI-5
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Pipa Transmisi
Pipa transmisi merupakan sistem perpipaan yang akan mengalirkan air
baku dari intake menuju instalasi pengolahan. Terdapat beberapa jenis
pipa yang dapat digunakan sebagai pipa transmisi ini, yaitu :
1. Pipa besi (ductile iron pipe)
2. Pipa baja
3. Pipa PVC (hard PVC pipe)
Pipa yang akan digunakan dalam perencanaan ini adalah pipa baja dengan
pertimbangan kekuatan dan ketahanan baja terhadap tekanan.
Pompa Transmisi
Terdapat berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemompaan
yaitu, volume air, head pemompaan, variasi aliran, dan ketersediaan tenaga
listrik. Pompa tranmisi ini digunakan untuk menyediakan head yang cukup
agar pengaliran air dari lokasi intake menuju instalasi pengolahan air
minum dapat dilakukan. Klasifikasi pompa berdasarkan prinsip mekanis
dalam pengoperasiaanya yaitu (Al Layla, 1980):
x Reciprocating Pump
x Fland Pump
x Centrifugal Pump
x Air Lift Pump
VI-6
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
JENIS
KEUNTUNGAN KERUGIAN
PIPA
1 Durabilitas dan kekuatan yang tinggi 1 Relatif Berat
Memerlukan perlindungan
2 Ketahanan terhadap dampak 2 tergantung dari jenis sambungan
yang digunakan
Pipa
Besi Memiliki sambungan yang fleksibel
3 dan expandable, dapat
menyesuaikan variasi tanah Mudah terkorosi jika terdapat
3 kerusakan pada lapisan dalam
4 Mudah dalam pekerjaan pemasangan
maupun luar
Memiliki tipe sambungan yang
5
sangat banyak
Sambungan yang dilas membutuhkan
1 Durabilitas dan kekuatan yang tinggi 1 pekerja terampil dan peralatan
khusus
Korosi secara elektrolitik harus
2 Ketahanan terhadap dampak 2
diperhitungkan
Pipa Dapat disambungkan dengan
Baja menggunakan pengelasan
3 sambungan, dan bisa mengikuti Mudah terkorosi jika terdapat
variasi muka tanah dalam alur yang 3 kerusakan pada lapisan dalam
sangat panjang maupun luar
4 Baik dalam proses pembuatan
5 Memiliki banyak jenis pelapisan
Ketahanan terhadap dampak
1 Sangat tahan terhadap korosi 1
berkurang pada suhu rendah
Cukup ringan dan mudah dalam Sensitif terhadap pelarut organik
2 2
perkerjaan pemasangan tertentu, panas, dan sinar ultraviolet
Kekuatan jangka panjang harus
3 Baik dalam proses pembuatan 3
Pipa diperhitungkan
PVC Kekuatan berkurang apabila
4
permukaan mengalami kerusakan
Tidak mengalami perubahan
5 Perlindungan spesial diperlukan
4 kekasaran pada permukaan bagian
dalam pipa Pada sambungan yang dilem
6 kekuatan dan kekedapan terhadap air
harus diperhitungkan
Sumber : JICA, 1990
Jumlah pompa yang digunakan tergantung pada besarnya debit aliran dan
kapasitas pompa ditentukan oleh head yang diperlukan. Kriteria dalam
menentukan jumlah pompa diberikan oleh Tabel 6.2
VI-7
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Kriteria desain untuk pipa hisap pada sistem pemompaan, menurut Al-
Layla (1980), adalah sebagai berikut :
x Kecepatan dalam pipa hisap 1 1,5 m/s
x Beda ketinggian antara tinggi air minimum (LWL) dan pusat
pompa tidak lebih dari 3,7 m.
x Jika pompa diletakkan lebih tinggi dari LWL, jarak penyedotan
harus kurang dari 4 m.
x Lebih diutamakan peletakan pompa di bawah LWL, apabila
memang lebih ekonomis.
VI-8
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Pada umumnya bak penenang ini dilengkapi oleh alat ukut debit sebagai
kontrol aliran. Alat ukur yang dipakai dapat berupa V-notch. Debit melalui
V-notch dengan sudut 90 dapat diukut menggunakan rumus :
Q 2.54H 2.5
dimana : Q = Debit aliran yang masuk (ft3/s)
H = Tinggi muka air di atas V-notch (ft)
Klor digunakan dalam proses ini sebagai agen pengoksidasi. Klor selain
memiliki kemampuan sebagai disinfektan juga merupakan zat
pengoksidasi kuat. Ketika klor ditambahkan ke dalam air, klor akan
bereaksi dengan senyawa pereduksi, ammonia, dan amina organik. Reaksi
ini akan menghasilkan sisa klor dalam air yang apabila diplotkan dalam
grafik terhadap dosis klor yang dibubuhkan, akan dihasilkan kurva seperti
yang terlihat pada Gambar 6.1 (Rich, 1963):
VI-9
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Sisa Klor
D
A B
Dosis klor
VI-10
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI.5 Koagulasi
Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting dalam proses ini yaitu
pembubuhan bahan kimia (koagulan) dan pengadukan. Pada proses
koagulasi, koagulan dibubuhkan ke dalam air baku kemudian dilakukan
pengadukan selama beberapa saat dalam suatu koagulator. Dari
pencampuran ini akan terjadi destabilisasi koloid dan partikel tersuspensi
oleh koagulan. Secara umum proses koagulasi berfungsi untuk :
x Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik
maupun organik di dalam air.
x Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam
air.
x Mengurangi bakteri-bakteri patogen dalam partikel koloid, algae,
dan organisme plankton lain.
x Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid
dalam air.
Jenis Koagulan
Pemilihan koagulan sangat penting untuk menetapkan kriteria desain dari
sistem pengadukan, serta sistem flokulasi yang efektif. Jenis koagulan
yang biasanya digunakan adalah koagulan garam logam dan koagulan
polimer kationik. Contoh koagulan garam logam diantaranya adalah:
x Alumunium sulfat atau tawas (Al3(SO4)2.14H2O)
x Feri klorida (FeCl3)
VI-11
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-12
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Apabila air baku tidak mengandung alkalinitas yang memadai, maka harus
dilakukan penambahan alkalinitas. Umumnya alkalinitas dalam bentuk ion
hidroksida diperoleh dengan cara menambahkan kalsium hikdrosida,
sehingga persamaan reaksi koagulasinya menjadi sebagai berikut :
VI-13
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Sebagian besar air baku memiliki alkalinitas yang memadai sehingga tidak
diperlukan penambahan bahan kimia lain selain alumunium sulfat.
Rentang pH optimum untuk alum adalah 4.5 sampai dengan 8.0, karena
alumunium hidroksida relatif tidak larut pada rentang tersebut. Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain :
1. Intensitas pengadukan
2. Gradien kecepatan
3. Karakteristik koagulan, dosis, dan konsentrasi
4. Karakteristik air baku, kekeruhan, alkalinitas, pH, dan suhu
Dosis Koagulan
Dosis koagulan berbeda-beda tergantung dari jenis koagulan yang
dibubuhkan, temperatur air, serta kualitas air yang diolah. Penentuan dosis
koagulan dapat dilakukan melalui penelitian laboratorium dengan metode
jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya merupakan proses pengolahan
air skala kecil.
Dosis optimum dari hasil percobaan ini digunakan sebagai acuan dalam
pembubuhan koagulan dalam pengolahan air. Umumnya dosis optimal
yang diperoleh dari hasil jar test menggambarkan dosis yang perlu
diterapkan dalam operasional instalasi pengolahan air minum. Namun,
untuk skala operasional akan terjadi penyimpangan, karena umumnya
dosis yang perlu dimasukkan lebih banyak dari dosis hasil jar test.
VI-14
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Pengadukan
Tujuan dari pengadukan adalah untuk menciptakan tumbukan antar
partikel yang ada dalam air baku. Tipe alat yang biasanya digunakan untuk
memperoleh intensitas pengadukan dan gradien kecepatan yang tepat bisa
diklasifikasikan sebagai berkut :
1. Pengaduk Mekanis
Pengadukan secara mekanis adalah metode yang paling umum
digunakan karena metode ini dapat diandalkan, sangat efektif, dan
fleksibel pada pengoperasiannya. Biasanya pengadukan cepat
menggunakan turbine impeller, paddle impeller, atau propeller
untuk menghasilkan turbulensi (Reynolds, 1982). Pengadukan tipe
ini pun tidak terpengaruh oleh variasi debit dan memiliki headloss
yang sangat kecil. Apabila terdapat beberapa bahan kimia yang
akan dibubuhkan, aplikasi secara berurutan lebih dianjurkan,
sehingga akan membutuhkan kompartemen ganda. Untuk
menghasilkan pencampuran yang homogen, koagulan harus
dimasukkan ke tengah-tengah impeller atau pipa inlet.
2. Pengaduk Pneumatis
Pengadukan tipe ini mempergunakan tangki dan peralatan aerasi
yang kira-kira mirip dengan peralatan yang digunakan pada proses
lumpur aktif. Rentang waktu detensi dan gradien kecepatan yang
digunakan sama dengan pengadukan secara mekanis. Variasi
gradien kecepatan bisa diperoleh dengan memvariasiakan debit
aliran udara. Pengadukan tipe ini tidak terpengaruh oleh variasi
debit memiliki headloss yang relatif kecil.
3. Pengaduk Hidrolis
Pengadukan secara hidrolis dapat dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain dengan menggunakan baffle basins, weir,
flume, dan loncatan hidrolis. Hal ini dapat dilakukan karena
VI-15
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-16
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
UghL
G
PT
dimana : G = Gradien kecepatan (dtk-1)
= Massa jenis air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
hL = Headloss karena friksi, turbulensi, dll (m)
= Viskositas absolut air (kg/m-dtk)
T = Waktu detensi (dtk)
Berikut ini adalah skema unit loncatan hidrolis yang akan digunakan sebagai
pengaduk cepat pada proses koagulasi :
H
Y2
Y1
Ld L Lb
x Lmin L L d Lb
VI-17
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Tabel 6.3 Waktu detensi dan Gradien Kecepatan untuk Bak Pengaduk
Cepat
Waktu detensi Gradien Kecepatan
td (detik) G (detik-1)
20 1000
30 900
40 790
700
Sumber : Reynolds, 1982
x Headloss, hL P(Kawamura, 1991)
x .HWLQJJLDQSHQFDPSXUDQ+SP(Schulz&Okun, 1984)
x Bilangan Froud, Fr1 (Schulz&Okun, 1984)
x Rasio Kedalaman, Y2/Y1 > 2.83 (Schulz&Okun, 1984)
VI-18
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI.6 Flokulasi
Secara garis besar pembentukan flok terbagi dalam empat tahap yaitu :
1. Tahap destabilisasi partikel koloid
2. Tahap pembentukan mikroflok
3. Tahap penggabungan mikroflok
4. Tahap pembentukan makroflok
Tahap 1 dan 2 terjadi pada proses koagulasi sedangkan tahap 3 dan 4
terjadi pada proses flokulasi.
VI-19
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Dimana :
a. Hb adalah kehilangan tekanan pada belokan yang disebabkan
oleh belokan sebesar 180. Persamaan untuk menghitung
besarnya kehilangan tekan ini adalah sebagai berikut :
2
Vb
Hb k
2g
dimana : Hb = Kehilangan tekan di belokan (m)
k = Koefisien gesek, diperoleh secara empiris
Vb = Kecepatan aliran pada belokan (m/s)
VI-20
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI.7 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel solid tersuspensi melalui
gaya gravitasi sehingga partikel tersebut terendapkan. Keberadaan partikel
di dalam air dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat
kekeruhan air (dalam satuan mg/l SiO2 atau NTU) atau dengan mengukur
langsung berat zat padat yang terlarut (dalam satuan mg/l).
VI-21
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-22
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-23
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-24
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
H
Vo ... (6.7.2)
tT
dimana : Vo = Overflow rate dengan waktu pengendapan
tertentu (m3/jam-m2)
H = Kedalaman kolom sedimentasi (m)
tT = Waktu pengendapan (jam)
VI-25
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-26
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Menurut Kawamura (1991), berbagai metode baffling pada zona inlet telah
diuji untuk distribusi air menuju bak pengendap, tetapi metode yang paling
sederhana dan efektif adalah perforated baffle. Kriteria desain dari
perforated baffle ini adalah sebagai berikut :
x Bukaan harus didistribusikan secara merata pada dinding baffle,
sehingga meliputi keseluruhan penampang memanjang bak.
x Jumlah bukaan maksimum harus disediakan sehingga pancaran
dapat diminimalisir dan zona mati diantara bukaan dapat dikurangi.
VI-27
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Zona Pengendapan
Kriteria desain dari zona pengendapan pada bak sedimentasi berbentuk
persegi panjang yang dilengkapi dengan plate settler adalah sebagai
berikut (Kawamura, 1991):
x Jumlah bak minimum Jb = 2
x Kedalaman air h = 35m
x Rasio panjang dan lebar bak p:l = (4-6) : 1
x Rasio lebar bak dan kedalaman air l:h = (3-6) : 1
x Freeboard : fb = 0.6 m
x Kecepatan aliran rata-rata : Vh = 0.15 0.2
m/min
x Waktu detensi : td = 5 20 menit
x Beban pelimpah : Wl < 12.5 m3/m-jam
x Kemiringan plate settler : = 45 - 60
x Jarak antar plate settler : w = 25 50 mm
x Bilangan Reynolds : NRe < 2000
x Bilangan Froud : NFr > 10-5
x Perfomance bak : n = 1/8 (sangat baik)
VI-28
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
C
&
B
Vo
D
H
So
w D
A
VI-29
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
x Waktu detensi, td :
z
td ... (6.7.8)
Vs
VI-30
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
2
Vo
N Fr )
guR
dimana : g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Zona Outlet
Zona outlet harus dirancang sedemikian rupa agar air yang keluar dari dari
bak pengendap dapat ditampung secara merata sehingga tidak
mengganggu aliaran dalam zona pengendapan. Beberapa bentuk zona
outlet antara lain (Darmasetiawan, 2004):
x Saluran datar memanjang
x Saluran berbentuk V
x Pipa berlubang yang menjulur pad bak pengendap
Zona outlet ini terdiri dari pelimpah, saluran pelimpah, saluran pengumpul
dan saluran outlet. Pada zona outlet ini digunakan pelimpah berupa mercu
tajam sehingga menghasilkan terjunan.
Zona Lumpur
Penampungan lumpur merupakan bagian penting lainnya dalam unit
sedimentasi. Produk dari proses sedimentasi selain air dengan kualitas
yang lebih baik juga lumpur yang merupakan buangan hasil penyisihan.
Zona lumpur berfungsi sebagai tempat akumulasi lumpur atau buangan
hasil pengendapan.
VI.8 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses penyisihan partikel tersuspensi atau partikel
halus (sisa-sisa flok) yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi
dengan cara melewatkan air pada suatu media tertentu. Proses filtrasi yang
paling umum digunakan adalah dengan menggunakan media butir dengan
ukuran dan kadalaman tertentu.
VI-31
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
1. Single-medium filters
Tipe ini terdiri dari satu jenis media, biasanya pasir atau batu bara
antrasit yang dihancurkan.
2. Dual-media filters
Tipe ini terdiri dari dua jenis media, biasanya sntrasit yang
dihancurkan dan pasir.
3. Multimedia filters
Tipe ini terdiri dari tiga jenis media, biasanya antrasit yang
dihancurkan, pasir, dan garnet.
VI-32
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-33
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum ini, saringan pasir cepat
yang digunakan adalah saringan pasir cepat dengan media ganda karena
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan filter dengan media tunggal,
yaitu waktu filtrasi yang lebih panjang, laju filtrasi yang lebih besar, dan
kemampuan untuk memfilter air dengan turbiditas dan partikel tersuspensi
yang tinggi.
VI-34
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
ukuran pasir pada media penyaring dan tipe sistem underdrain yang
digunakan.
Sistem Underdrain
Sistem underdrain berfungsi untuk mengumpulkan air yang telah difiltrasi
oleh media penyaring pada saat saringan pasir cepat beroperasi, sedangkan
ketika backwash sistem ini berfungsi untuk mendistribusikan air
pencucian. Laju backwash menentukan desain hirolik dari filter karena
laju backwash beberapa kali lebih besar daripada laju filtrasi.
Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem underdrain, yaitu :
1. Sistem manifold dengan pipa lateral
2. Sistem false bottom.
Pasir
Kedalaman cm 15,24-20,32 15,24
Ukuran Efektif mm 0,45-0,55 0,5
Koefisien Keseragaman 1,5-1,7 1,6
VI-35
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Selain kriteria desain di atas dapat kita lihat pula kriteria desain untuk
saringan cepat menurut Fair, Geyer, dan Okun (1968) :
Dimensi Bak dan Media Filtrasi
x Kecepatan Filtrasi : 5 7.5 m/jam
x Kecepatan backwash : 15 100 m/jam
x Luas permukaan filter : 10 20 m2
x Ukuran media :
- Ukuran efektif : 0.5 0.6 mm
- Koefisien keseragaman : 1.5
- Tebal media penyaring : 0.45 2 m
- Tebal media penunjang : 0.15 0.65 m
Sistem Underdrain
x Luas orifice : Luas media : (1.5 5) x 10-3 : 1
x Luas lateral : Luas orifice : 24:1
x Luas manifold : Luas lateral : (1.5 3) : 1
x Diameter orifice : 0.25 0.75 inchi
x Jarak antar orifice terdekat : 3 12 inchi
x Jarak antar pusat lateral terdekat : 3 12 inchi
Pengaturan Aliran
x Kecepatan aliran dalam saluran inlet, Vin : 0.6 1.8 m/s
x Kecepatan aliran dalam saluran outlet, Vout : 0.9 1.8 m/s
x Kecepatan dalam saluran pencuci, Vp : 1.5 3.7 m/s
x Kecepatan dalam saluran pembuangan, Vb : 1.2 2.5 m/s
VI-36
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
x Luas permukaan, As :
As Qn / V f
4 A
d
S
dimana : d = Diameter pipa inlet dan outlet (m)
VI-37
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
1 / 0.54
Q L0.54
hmayor
2.63
0.2785 C d
Sistem Filtrasi
1. Persamaan pada saat Filtrasi berlangsung (Blake-Kozeny)
x Headloss pada media yang bersih :
2
k 1 H 2 6 L X i
hL
g
V f X
H3
)
d 2
i
VI-38
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
x 3RURVLWDVWHUHNVSDQVLe :
2
H e3 ke Uw 6
Vbw X
1 He g Um Uw ) di
dimana : e = Porositas terekspansi
ke = Koefisien Kozeny pada saat pencucian, ke = 4
g = Percepatan gravitasi (m/dtk2)
Vbw = Laju pencucian (m/dtk)
= Viskositas kinematis (m2/dtk)
w = Berat jenis spesifik air (kg/m3)
m = Berat jenis spesifik media (kg/m3)
= faktor bentuk
d = Diameter efektif media (m)
x Tebal media terekspansi, Le :
Xi
Le L (1 H )
1 He
VI-39
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Sistem Underdrain
1. Orifice
x Luas orifice total = (Luas orifice : Luas media filter) x As
x Luas per orifice G2 (d = diameter orifice)
x Jumlah orifice = Luas orifice total / Luas per orifice
x Kehilangan tekan pada orifice, hor :
2
qor
hor k 2
Aor 2 g
dimana : hor = Kehilangan tekan pada orifice (m)
k = Konstanta (Kawamura, 1991 : k = 2.4)
qor = Debit yang melalui orifice (m3/dtk)
Aor = Luas orifice (m2)
g = Percepatan gravitasi (m/dtk2)
2. Lateral
x Luas lateral total = (Luas lateral : Luas orifice) x Luas orifice
total
x Jumlah pipa lateral, nl = n / r
dimana : n = Panjang manifold (m)
r = Jarak antar pipa lateral (m)
x Diameter lateral, dl = (Luas lateral total/nl1/2
x Jumlah orifice/lateral = Jumlah orifice / Jumlah lateral
x Jarak antar orifice = pl / Jumlah orifice per lateral
dimana : pl = Panjang lateral (m)
x Kehilangan tekan pada lateral, Hl :
2
1 Ll Vl
Hl f
3 Dl 2 g
dimana : Hl = Kehilangan tekan pada lateral (m)
f = Konstanta
Ll = Panjang lateral (m)
Vl = Kecepatan aliran pada lateral (m/dtk)
Dl = Diameter lateral (m)
VI-40
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI.9 Desinfeksi
Unit desinfeksi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen.
Mikroorganisme tersisih dari air secara bertahap selama proses
sedimentasi, penambahan senyawa kimia, dan filtrasi. Akan tetapi agar air
aman dikonsumsi manusia, perlu didisinfeksi. Disinfeksi air dapat
mambunuh bakteri, protozoa, dan virus. Kuantitas disinfektan yang
dibutuhkan untuk proses ini sedikit dan tidak berbahaya bagi manusia.
VI-41
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Reaksi kimia yang terjadi pada saat pembubuhan desinfektan ke dalam air
baku adalah sebagai berikut :
Ca (OCl ) 2 H 2O o Ca (OH ) 2 2 HOCl
2 HOCl o 2 H 2OCl
2 H 2 HCO3 o 2 H 2CO3
Ca(OCl) 2 2H 2 O 2HCO3 o Ca(OH ) 2 2OCl 2H 2 CO3
VI-42
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
NH 3 HOCl o NH 2 Cl H 2 O
NH 3 2 HOCl o NHCl2 2 H 2 O
NH 3 3HOCl o NCl 3 3H 2 O
Oleh sebab itu, dosis klor yang harus diaplikasikan ke dalam air baku
harus disesuaikan dengan break point chlorination yang dapat dilihat pada
Gambar 6.5 (Rich, 1963).
Pada Gambar 6.5 dapat dilihat bahwa pada kurva bagian A-B, klor beraksi
dengan agen-agen pereduksi yang terdapat di dalam air. Kemudian pada
kurva bagian B-C adalah ketika klor bereaksi membentuk kloramin. Pada
kurva bagian C-D, terdapat sejumlah klor bebas sehingga terjadi oksidasi
dari kloramin yang sebelumnya terbentuk, sehingga jumlah sisa klor di
dalam air terus berkurang, hal ini disebabkan oleh reduksi atom klor
sampai dengan angka oksidasinya yang paling rendah.
C
Sisa Klor
A B
Dosis klor
VI-43
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Perlengkapan yang diperlukan pada unit desinfeksi ini antara lain, wadah
penampung klor yang telah dilarutkan, sistem penyuplai desinfektan baik
secara gravitasi maupun dengan pemompaan, dan suplai air untuk
melarutkan klor.
100
x Volume Larutan Kaporit = u Vol .Kaporit
Konsentrasi Laru tan
VI-44
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI.10 Netralisasi
Pembubuhan kapur berfungsi untuk menghasilkan air yang tidak agresif.
Dalam melakukan pembubuhan kapur hal yang terpenting adalah dosis
kapur dan kondisi jenuh kapur. Larutan kapur berada pada kondisi jenuh
bila memiliki konsentrasi sebesar 1100 mg/L. Untuk melakukan
pembubuhan kapur diperlukan beberapa unit yaitu pelarut kapur dan
penjenuh kapur (lime saturator).
1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan
memperhatikan fluktuasi pemakaian dalam satu hari di satu kota yang
akan dilayani.
VI-45
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
VI-46
Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Minum
Flotation
Dewatering Vacuum Filtration
Centrifuging
Multiple hearth-dewatered
Incineration
Fluid solid-heat-dried
VI-47