SISTEM TERPUSAT
Sistem jaringan perpipaan diperlukan untuk mengumpulkan air limbah dari tiap rumah dan
bangunan di daerah pelayanan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terpusat.
Perencanaan yang komprehensif ini akan sangat penting mengingat kaitannya dengan masalah
kebijakan tata guna lahan, pembangunan, pembiayaan, opaerasional dan pemeliharaan,
keberlanjutan penggunaan fasilitas dan secara umum akan berpengaruh juga pada perencanaan
infrastruktur daerah layanan. Perencanaan system perpipaan ini akan menyangkut dua hal
penting yakni perencananaan jaringan perpipaan dan perencanaan perpipaannya sendiri.
Sistem perpipaan pada pengaliran air limbah berfungsi untuk membawa air limbah dari satu
tempat ketempat lain agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan sekitarnya. Prinsip
pengaliran air limbah pada umumnya adalah gravitasi tanpa tekanan, sehingga pola aliran
adalah seperti pola aliran pada saluran terbuka. Dengan demikian ada bagian dari penampang
pipa yang kosong.
ƒ Pipa kolektor (lateral) sebagai pipa penerima air bungan dari rumah-rumah dialirkan ke
pipa utama.
ƒ Pipa utama (main pipe) sebagai pipa penerima aliran dari pipa kolektor untuk
disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau ke trunk sewer
ƒ Trunk sewer digunakan pada jaringan pelayanan air limbah yang luas (> 1.000 ha)
untuk menerima aliran dari pipa utama dan untuk dialirkan ke IPAL.
Jaringan pipa retikulasi dan pipa induk air limbah dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5
berikut ini.
Gambar 4. Perpipaan Retikulasi
1|Page
Gambar 5. Pipa Induk Air Limbah
Pemilihan bahan pipa harus betul-betul dipertimbangkan mengingat air limbah banyak
mengandung bahan dapat yang mengganggu atau menurunkan kekutan pipa. Demikian pula
selama pengangkutan dan pemasangannya, diperlukan kemudahan serta kekuatan fisik yang
memadai. Sehingga berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pipa secara
menyeluruh adalah :
a. Umur ekonomis
b. Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
c. Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik)
d. Koefisiensi kekasaran (hidrolik)
e. Kemudahan transpor dan handling
f. Kekuatan struktur
g. Biaya suplai, transpor dan pemasangan
h. Ketersediaan di lapangan
i. Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
j. Kekedapan dinding
k. Kemudahan pemasangan sambungan
Pipa yang bisa dipakai untuk penyaluran air limbah adalah Vitrified Clay (VC), Asbestos
Cement (AC), Reinforced Concrete (RC), Steel, Cast Iron, High Density Poly Ethylene (HDPE),
Unplasticised Polyvinylchloride (uPVC) dan Glass Reinforced Plastic (GRP).
b. Aplikasi
1) PVC: untuk sambungan rumah dan pipa cabang
2) PE: untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air
c. Klasifikasi
1) Standar JIS K 6741-1984
2
(a). Klas D/VU dengan tekanan 5 kg/cm
2
(b). Klas AW/VP dengan tekanan 10 kg/cm
2) Standar SNI 0084-89-A/SII-0344-82
2
(a) Seri S-8 dengan tekanan 12,5 kg/cm
2
(b) Seri S-10 dengan tekanan 10 kg/cm
2
(c) Seri S-12,5 dengan tekanan 8 kg/cm
2
(d) Seri S-16 dengan tekanan 6,25 kg/cm
Pemilihan klas di atas tergantung pada beban pipa dan tipe bedding dan dalam
kondisi pengaliran secara grafitasi atau dengan adanya pompa (tekanan)
e. Sambungan
1) Solvent (lem): untuk diameter kecil
2) Cincin karet: untuk diameter lebih besar
f. Keuntungan
1) Ringan
2) Sambungan kedap
3) Peletakan pipa panjang
4) Beberapa jenis pipa tahan korosi
g. Kerugian
1) Kekuatannya mudah terpengaruh sinar matahari dan temperatur rendah
2) Ukuran tersedia terbatas
3) Perlu lateral support
Beberapa bangunan pelengkap yang dipergunakan dalam sistem perpipaan air limbah
diantaranya di bawah ini dan dapat dilihat pada Gambar 6:
- Manhole
- Drop Manhole
- Tikungan (Bend)
- Syphon
3|Page
d. Manhole Belokan e. Tipe Junction pada manhole
3.12.1 Manhole
A. Lokasi MH
a. Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter saluran, seperti pada
Tabel 4, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang peralatan pembersih yang akan
dipakai.
b. Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan perubahan arah aliran,
baik vertikal maupun horizontal.
c. Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan (intersection) dengan pipa
atau bangunan lain.
B. Klasifikasi manhole
Khusus ’MH dalam’ dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan kedalaman, ketebalan
dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
C. Manhole khusus
a. Junction chamber
b. Drop manhole
c. Flushing manhole
d. Pumping manhole
E. Bentuk MH
Pada umumnya bentuk manhole empat persegi panjang, kubus atau bulat.
G. Dimensi MH
a. Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan pembersihan dengan
masuk ke dalam saluran. Dimensi vertikal bergantung pada kedalamannya.
b. Lubang masuk (access shaft), minimal 50 cm x 50 cm atau diameter 60 cm
c. Dimensi minimal di sebelah bawah lubang masuk dengan kriteria sebagai berikut:
i. Untuk kedalaman MH sampai 0,8 m, dimensi yang digunakan 75cm x 75cm
ii. Untuk kedalaman MH (0,8-2,1) m, dimensi yang digunakan 120cm x 90cm atau
diameter 1,2 m
iii. Untuk kedalaman MH > 2,1 m, dimensi yang digunkan 120cm x 90cm atau diameter
140 cm
5|Page
J. Notasi
MH
a. MH yang 9
ada, dengan
no. urut 9,
contoh :
MHR
9
b. MH
rencana,
dengan no.
urut 9, contoh
:
3.12.2 Bangunan Penggelontor
A. Aplikasi
Di setiap garis pipa di mana kecepatan pembersihan (self-cleansing) tidak tercapai akibat
kemiringan tanah/pipa yang terlalu landai atau kurangnya kapasitas aliran. Hal ini bisa dilihat
pada tabel kalkulasi dimensi pipa.
B. Cara Penggelontoran
1) Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum tiap harinya, di mana pada saat itu
kedalaman renang air limbah tidak cukup untuk membersihkan tinja/endapan-endapan.
2) Air untuk penggelontoran dapat menggunakan air sungai yang terdekat dengan
persyaratan air yang cukup bersih. Kebutuhan air untuk penggelontoran dimasukkan
kedalam perhitungan dimensi pipa.
3.12.3 Syphon
A. Aplikasi
Sebagai bangunan perlintasan, seperti pada sungai/kali, jalan kereta, api, atau depressed
highway.
7|Page
5. Private boxes (bak kontrol pekarangan)
a. Luas permukaan minimal 40x40 cm (bagian dalam), dan diberi tutup plat
beton yang mudah dibuka-tutup.
b. Kedalaman bak, minimal 30 cm, disesuaikan dengan kebutuhan
kemiringan pipa-pipa yang masuk/keluar bak.
c. Dinding bagian atas dipasang 10cm lebih tinggi daripada muka tanah agar
dapat dicegah masuknya limpasan air hujan.
d. Bahan dinding dan dasar dari batu bata kedap atau beton. Tutup dari beton
bertulang atau plat baja yang bisa dibuka tutup.
6. Pipa persil ke HI
a. Dimensi dibuat sama atau lebih besar daripada dimensi pipa plambing utama.
Biasanya sebesar (100-150) mm yang menuju ke IC.
b. Kemiringan dipasang selurus mungkin, dengan kemiringan minimal 2%