Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DENGAN

SISTEM TERPUSAT

3. PERENCANAAN SISTEM PERPIPAAN


3.1 Umum

Sistem jaringan perpipaan diperlukan untuk mengumpulkan air limbah dari tiap rumah dan
bangunan di daerah pelayanan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terpusat.
Perencanaan yang komprehensif ini akan sangat penting mengingat kaitannya dengan masalah
kebijakan tata guna lahan, pembangunan, pembiayaan, opaerasional dan pemeliharaan,
keberlanjutan penggunaan fasilitas dan secara umum akan berpengaruh juga pada perencanaan
infrastruktur daerah layanan. Perencanaan system perpipaan ini akan menyangkut dua hal
penting yakni perencananaan jaringan perpipaan dan perencanaan perpipaannya sendiri.

3.2 Pengaliran Limbah Cair Melalui Perpipaan

Sistem perpipaan pada pengaliran air limbah berfungsi untuk membawa air limbah dari satu
tempat ketempat lain agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan sekitarnya. Prinsip
pengaliran air limbah pada umumnya adalah gravitasi tanpa tekanan, sehingga pola aliran
adalah seperti pola aliran pada saluran terbuka. Dengan demikian ada bagian dari penampang
pipa yang kosong.

3.3 Jaringan pipa air buangan

Jaringan pipa air buangan terdiri dari:

ƒ Pipa kolektor (lateral) sebagai pipa penerima air bungan dari rumah-rumah dialirkan ke
pipa utama.
ƒ Pipa utama (main pipe) sebagai pipa penerima aliran dari pipa kolektor untuk
disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau ke trunk sewer
ƒ Trunk sewer digunakan pada jaringan pelayanan air limbah yang luas (> 1.000 ha)
untuk menerima aliran dari pipa utama dan untuk dialirkan ke IPAL.

Jaringan pipa retikulasi dan pipa induk air limbah dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5
berikut ini.
Gambar 4. Perpipaan Retikulasi

1|Page
Gambar 5. Pipa Induk Air Limbah

3.5 Bahan Perpipaan

Pemilihan bahan pipa harus betul-betul dipertimbangkan mengingat air limbah banyak
mengandung bahan dapat yang mengganggu atau menurunkan kekutan pipa. Demikian pula
selama pengangkutan dan pemasangannya, diperlukan kemudahan serta kekuatan fisik yang
memadai. Sehingga berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pipa secara
menyeluruh adalah :
a. Umur ekonomis
b. Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
c. Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik)
d. Koefisiensi kekasaran (hidrolik)
e. Kemudahan transpor dan handling
f. Kekuatan struktur
g. Biaya suplai, transpor dan pemasangan
h. Ketersediaan di lapangan
i. Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
j. Kekedapan dinding
k. Kemudahan pemasangan sambungan

Pipa yang bisa dipakai untuk penyaluran air limbah adalah Vitrified Clay (VC), Asbestos
Cement (AC), Reinforced Concrete (RC), Steel, Cast Iron, High Density Poly Ethylene (HDPE),
Unplasticised Polyvinylchloride (uPVC) dan Glass Reinforced Plastic (GRP).

3.5.5 Pipa Plastik


a. Bahan
1) PVC (polyvinyl chloride)
2) PE (polyethylene)

b. Aplikasi
1) PVC: untuk sambungan rumah dan pipa cabang
2) PE: untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air

c. Klasifikasi
1) Standar JIS K 6741-1984
2
(a). Klas D/VU dengan tekanan 5 kg/cm
2
(b). Klas AW/VP dengan tekanan 10 kg/cm
2) Standar SNI 0084-89-A/SII-0344-82
2
(a) Seri S-8 dengan tekanan 12,5 kg/cm
2
(b) Seri S-10 dengan tekanan 10 kg/cm
2
(c) Seri S-12,5 dengan tekanan 8 kg/cm
2
(d) Seri S-16 dengan tekanan 6,25 kg/cm
Pemilihan klas di atas tergantung pada beban pipa dan tipe bedding dan dalam
kondisi pengaliran secara grafitasi atau dengan adanya pompa (tekanan)

d. Diameter dan panjang lapangan


1) Diameter sampai dengan 300 mm
2) Panjang standar 6 m

e. Sambungan
1) Solvent (lem): untuk diameter kecil
2) Cincin karet: untuk diameter lebih besar
f. Keuntungan
1) Ringan
2) Sambungan kedap
3) Peletakan pipa panjang
4) Beberapa jenis pipa tahan korosi

g. Kerugian
1) Kekuatannya mudah terpengaruh sinar matahari dan temperatur rendah
2) Ukuran tersedia terbatas
3) Perlu lateral support

3.7. Kedalaman Pipa


1) Kedalaman perletakan pipa minimal diperlukan untuk perlindungan pipa dari beban
di atasnya dan gangguan lain;
2) Kedalaman galian pipa :
- Persil > 0,4 m (bila beban ringan) dan > 0,8 m (bila beban berat)
- Pipa service 0,75 m
- Pipa lateral (1-1,2) m
3) Kedalaman maksimal pipa induk untuk saluran terbuka (open trench) 7m atau dipilih
kedalaman ekonomis dengan pertimbangan biaya dan kemudahan/resiko
pelaksanaan galian dan pemasangan pipa

3.12 Bangunan Pelengkap

Beberapa bangunan pelengkap yang dipergunakan dalam sistem perpipaan air limbah
diantaranya di bawah ini dan dapat dilihat pada Gambar 6:

- Manhole
- Drop Manhole
- Tikungan (Bend)
- Syphon

a. Manhole b. Drop Manhole c. Terminal Clean out

3|Page
d. Manhole Belokan e. Tipe Junction pada manhole

Gambar 6. Beberapa bangunan pelengkap pada perpipaan air limbah


(sumber: Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, PU, 2003)

3.12.1 Manhole

A. Lokasi MH

a. Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter saluran, seperti pada
Tabel 4, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang peralatan pembersih yang akan
dipakai.
b. Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan perubahan arah aliran,
baik vertikal maupun horizontal.
c. Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan (intersection) dengan pipa
atau bangunan lain.

Tabel 4. Jarak Antar MH Pada Jalur Lurus

Diameter Jarak antar MH Referensi


(mm) (m)
(20 - 50) 50 - 75 Materi Training + Hammer
(50 - 75) 75 - 125 Materi Training + Hammer
(100 - 150) 125 - 150 Materi Training + Hammer
(150 - 200) 150 - 200 Materi Training + Hammer
1000 100 -150 Bandung (Jl. Soekarno - Hatta)

B. Klasifikasi manhole

a. Manhole dangkal : kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover


kedap b. Manhole normal : kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
c. Manhole dalam : kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat

Khusus ’MH dalam’ dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan kedalaman, ketebalan
dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.

C. Manhole khusus
a. Junction chamber
b. Drop manhole
c. Flushing manhole
d. Pumping manhole

E. Bentuk MH

Pada umumnya bentuk manhole empat persegi panjang, kubus atau bulat.

G. Dimensi MH
a. Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan pembersihan dengan
masuk ke dalam saluran. Dimensi vertikal bergantung pada kedalamannya.
b. Lubang masuk (access shaft), minimal 50 cm x 50 cm atau diameter 60 cm
c. Dimensi minimal di sebelah bawah lubang masuk dengan kriteria sebagai berikut:
i. Untuk kedalaman MH sampai 0,8 m, dimensi yang digunakan 75cm x 75cm
ii. Untuk kedalaman MH (0,8-2,1) m, dimensi yang digunakan 120cm x 90cm atau
diameter 1,2 m
iii. Untuk kedalaman MH > 2,1 m, dimensi yang digunkan 120cm x 90cm atau diameter
140 cm

5|Page
J. Notasi
MH
a. MH yang 9
ada, dengan
no. urut 9,
contoh :
MHR
9

b. MH
rencana,
dengan no.
urut 9, contoh
:
3.12.2 Bangunan Penggelontor
A. Aplikasi
Di setiap garis pipa di mana kecepatan pembersihan (self-cleansing) tidak tercapai akibat
kemiringan tanah/pipa yang terlalu landai atau kurangnya kapasitas aliran. Hal ini bisa dilihat
pada tabel kalkulasi dimensi pipa.

B. Cara Penggelontoran

Dengan periode Waktu Tetap

1) Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum tiap harinya, di mana pada saat itu
kedalaman renang air limbah tidak cukup untuk membersihkan tinja/endapan-endapan.

2) Air untuk penggelontoran dapat menggunakan air sungai yang terdekat dengan
persyaratan air yang cukup bersih. Kebutuhan air untuk penggelontoran dimasukkan
kedalam perhitungan dimensi pipa.

Periode Waktu Insidentil


1) Metode ini dipilih jika ujung atas (awal) pipa lateral tidak dilengkapi dengan bangunan
penggelontor, biasanya air dapat diambil dari kran kebakaran terdekat dengan
menggunakan selang karet. Air dimasukkan ke dalam bangunan perlengkapan pipa
terminal cleanout, dengan debit 15 liter/detik, selama (5 -15) menit. Bila tidak ada kran
kebakaran, dapat menggunakan tangki air bersih.

3.12.3 Syphon
A. Aplikasi

Sebagai bangunan perlintasan, seperti pada sungai/kali, jalan kereta, api, atau depressed
highway.

3.7.6 Sambungan Rumah


1. Pipa dari kloset (black water)
a. Diameter pipa minimal 75 mm
b. Bahan dari PVC, asbes semen,
c. Kemiringan pipa (1-3)%
2. Pipa untuk pengaliran air limbah non tinja (grey water)
a. Diameter pipa minimal 50 mm
b. Bahan dari PVC atau asbes
semen c. Kemiringsn (0,5-1) %
d. Khusus air limbah dari dapur harus dilengkapi dengan unit perangkap lemak
(grease trap)
3. Pipa persil ke HI
a. Dimensi dibuat sama atau lebih besar daripada dimensi pipa plambing utama.
Biasanya sebesar (100-150) mm yang menuju ke IC.
b. Kemiringan dipasang selurus mungkin, dengan kemiringan minimal 2 %.
4. Perangkap Pasir/Lemak

a. Unit ini dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan akibat masuknya lemak


dan pasir ke dalam pipa persil dan lateral dalam jumlah besar
b. Disarankan dipasang pada dapur, tempat cuci, atau pada daerah dengan
pemakaian air rendah
c. Lokasinya sedekat mungkin dengan sumbernya

7|Page
5. Private boxes (bak kontrol pekarangan)
a. Luas permukaan minimal 40x40 cm (bagian dalam), dan diberi tutup plat
beton yang mudah dibuka-tutup.
b. Kedalaman bak, minimal 30 cm, disesuaikan dengan kebutuhan
kemiringan pipa-pipa yang masuk/keluar bak.
c. Dinding bagian atas dipasang 10cm lebih tinggi daripada muka tanah agar
dapat dicegah masuknya limpasan air hujan.
d. Bahan dinding dan dasar dari batu bata kedap atau beton. Tutup dari beton
bertulang atau plat baja yang bisa dibuka tutup.

6. Pipa persil ke HI
a. Dimensi dibuat sama atau lebih besar daripada dimensi pipa plambing utama.
Biasanya sebesar (100-150) mm yang menuju ke IC.
b. Kemiringan dipasang selurus mungkin, dengan kemiringan minimal 2%

7. House inlet (bak kontrol terakhir SR)


a. Luas permukaan minimal 50x50 cm (bagian dalam), dan diberi tutup plat
beton yang mudah dibuka-tutup.
b. Kedalaman bak, (40-60) cm, disesuaikan dengan kebutuhan kemiringan pipa
persil yang masuk.
c. Dinding bagian atas dipasang 10cm lebih tinggi daripada muka tanah agar
dapat dicegah masuknya limpasan air hujan.
d. Bahan dinding dan dasar dari batu bata kedap atau beton. Tutup dari beton
bertulang atau plat baja yang bisa dibuka tutup.
8. Survey SR
a. Buat sketsa tata letak bangunan dan titik-titik lokasi sumber air limbah
b. Catat (rencana) elevasi invert pipa lateral dan/atau invert IC
c. Plot rencana titik-titik lokasi private box dan HI
d. Buat sketsa panjang, kemiringan dan diameter private persil
e. Kebutuhan minimal beda elevasi antara elevasi dasar titik-titik sumber air
limbah terhadap elevasi dasar IC dengan kemiringan minimal 2 %:
a) Jarak 10 m = 20 cm
b) Jarak 20 m = 40 cm
c) Jarak 30 m = 60 cm
f. Periksa kembali berturut-turut elevasi dasar PB, HI dan IC harus menurun
dan masih berada di atas elevasi dasar pipa lateral
g. Buat lay-out SR dan total kebutuhan pengadaan/pemasangan mencakup
a) Pipa-pipa dari sumber air limbah ke PB
b) Pipa-pipa dari PB ke HI

3.8 Penyajian Gambar Kerja (Shop Drawing)


Shop drawing secara keseluruhan terdiri dari :
1. Peta kunci (key map) seluruh sistem sewerage (jaringan pipa, termasuk titik lokasi
pompa dan IPAL) yang dibagi dalam beberapa indek peta. Peta ini sebaiknya dibuat
secara digital dari hasil pemotretan udaradengan skala 1 : (30.000-50.000).
2. Peta sistem jaringan (lay-out) dalam SATU INDEKS PETA (terdiri dari satu atau
beberapa seksi pipa), sebagai hasil desain, skala 1 : 1000, yang mencakup :
a. Lay-out seksi pipa (dua atau beberapa MH yang ada dalam satu indeks peta)
b. Nama jalan dan tata-letak persil konsumen
c. Utilitas kota di sekitar (jalur) jaringan
d. Panjang dan diameter pipa
e. Titik lokasi dan no. MH
f. Elevasi muka tanah dan/atau ditunjukkan dengan kontur interval 300 mm.
3. Gambar detail/tipikal yang terdiri dari detail MH, bedding, SR, bangunan
pengumpul, rumah pompa dan lain-lain.

3.9 Tahapan Desain Secara Manual


1. Prinsip perhitungan
a) Indikator perhitungan yang dicari: diameter pipa
b) Diketahui: kemiringan minimal (dicari terlebih dahulu) dan debit
c) Kriteria: tinggi renang dan kecepatan saat aliran setengah penuh dan aliran
penuh
d) Lalu masukkan ke dalam tabel. Sedangkan elevasinya, dihitung berikutnya
2. Buat lay-out. Pertimbangkan paket-paket fungsional disesuaikan dengan
ketersediaan dana. Misal kawasan A, B atau C, dimulai dari hilir.
3. Cek beban. Cek lagi tiap seksi jalur saluran, atas dasar jarak antara 2 MH
yang berdekatan, yang akan menerima satu atau beberapa blok pelayanan.
4. Buat pola pembebanan. Perhitungan debit rata-rata mulai dari pipa cabang hingga
transmisi, pembebanannya didasarkan pada debit rata-rata komulatif pipa-pipa
sebelumnya sesuai dengan cakupan blok pelayanan. Sedangkan debit maksimum
atau minimum bukan merupakan debit maksimum atau minimum kumulatif dari
kontribusi pipa-pipa sebelumnya. Tetapi debit akan bervariasi bergantung pada
jumlah penduduk yang dilayani. Debit maksimum tersebut semakin mendekati
debit rata-rata. Sebagai contoh, debit maksimum pada pipa utama lebih kecil
daripada total debit maksimum pipa pipa cabang yang mengkontribusinya.
5. Buat working profile. Dengan working profile tetapkan elevasi gradien
hidraulik; sebagai langkah awal dimulai dari ujung hilir pada saluran pipa utama
(main trnk sewer) dengan mempertimbangkan elevasi badan air penerima.
6. Pilih kemiringan minimal. Kemiringan minimal, atau lebih curam sesuai dengan
miring muka tanah bila memberikan kecepatan sama atau lebih besar daripada
kecepatan minimal.
7. Hitung diameter. Gunakan formula Manning berdasarkan pada debit pengaliran
penuh.
8. Tetapkan elevasi gradien hidraulik tentatif; Pada ujung hulu jaringan pipa untuk
jalur saluran pertama. Demikian pula untuk jalur saluran kedua dan seterusnya
9. Catat pada lembar perhitungan
10. Plot pada working profile final

4. PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI IPAL


Materi pada bagian ini bersumber dari Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air
Limbah, PPLP Pekerjaan Umum 2006.

4.1 Pengolahan Fisik


Maksud pengolahan fisik adalah memisahkan zat yang tidak diperlukan dari dalam air tanpa
menggunakan reaksi kimia dan reaksi biokimia hanya menggunakan proses secara fisik sebagai
variabel pertimbangan untuk rekayasa pemisahan dari air dengan polutan atau zat-zat pencemar
yang ada di dalam air limbah tersebut.

Beberapa cara pemisahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:


a. Pemisahan sampah dari aliran dengan saringan sampah (screen),
b. Pemisahan grit (pasir) dengan pengendapan melalui grit chamber, kecepatan aliran dalam
grit chamber tersebut diatur sedemikian rupa sehingga yang diendapkan hanya pasir yang
relatif mempunyai spesifik grafiti yang lebih berat dari partikel lain.
c. Pemisahan partikel discrete (sendiri tidak mengelompok) dari suspensi melalui
pengendapan bebas (unhindered settling),
9|Page
d. Pemisahan pengendapan material flocculant (hasil proses flokkulasi atau proses sintesa
oleh bakteri) yaitu parikel yang mengelompok oleh gaya saling tarik menarik (van der
waals forces) menjadi menggumpal lebih besar dan kemudian menjadi lebih berat dan
mudah mengendap.
e. Pemisahan partikel melalui metoda sludge blanked yang disebut juga hindered
sedimentation.
f. Pemisahan dengan metoda konsolidasi pengendapan yaitu diendapkan pada lapisan-
lapisan cairan yang dangkal sehingga mempercepat (compress) pengendapan. Sistem ini
disebut lamella separator. Penerapannya seperti tube settler dan plat settler.

4.1.1 Saringan sampah (Screen)


Meskipun air limbah lewat kamar mandi, WC dan wastafel dapur (kitchen sink), namun tetap
saja ada sampah-sampah yang masuk pada aliran air limbah. Bila material ini masuk, dapat
mengganggu proses kerja impeller pompa atau bila masuk dalam proses di instalasi pengolah air
limbah (IPAL) akan mengganggu proses purifikasi. Kriteria desain saringan sampah pada aliran
air limbah dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Saringan Material Lepas


Menggunakan bar screen (saringan batang) untuk mencegah objek yang kasar karena dapat
merusak pompa dan proses air limbah selanjutnya. Ditempatkan sebelum pompa dan
sebelum grit chamber.

Tabel 7. Persyaratan Teknis Saringan


Faktor Disain Pembersihan Cara Pembersihan Dengan
Manual Alat Mekanik
Kecepatan aliran lewat celah (m/dt) 0,3 – 0,6 0,6 – 1
Ukuran penampang batang
Lebar (mm) 4–8 8 – 10
Tebal (mm) 25 – 50 50 – 75
Jarak bersih dua batang (mm) 25 – 75 10 – 50
Kemiringan terhadap horizontal (derajat) 45 – 60 75 – 85
Kehilangan tekanan lewat celah (mm) 150 150
Kehilangan tekanan Max.(saat tersumbat) (mm) 800 800
Sumber: Syed R, Qosim, Waste water teatment plants

Anda mungkin juga menyukai