Prinsip penyediaan air bersih di kota adalah PDAM namun jika tidak terjangkau makan distribusinya
secara privat menggunakan pembuatan sumur terbuka atau sumur bor.
Halaman 2 – 3
Tabel Menteri Kesehatan
Halaman 4
Tabel problema air bersih dan solusinya
Halaman 5
Gambar dan keterangan Filter
Halaman 6 – 9
- Pompa Sumur Dangkal
Merupakan pompa domestik, secarar teori dapat mengangkat air hingga 10 m namun secara praktis
terbatas sampai tinggi 7.5 m
- Pompa Jet
Digunakan untuk sumur dalam yang muka airnya lebih dari 10 m dibawah muka tanah.
- Pompa Submersible
Pompa jenis ini ditujukan untuk sumur sangat dalam ditenggelamkan di bawah muka air sumur
dalam pipa besi ⌀ 10 cm.
- Pompa Sentrifugal
Memiliki daya dorong yang besar sehingga digunakan untuk memindahkan air dari tangki bawah
ke tangki atas yang terletak jauh di atasnya (lebih dari 10 m). Bila impeler satu (single stage) dan
impeler lebih dari satu (multi stage). Pompa multi stage berguna untuk pompa sirkulasi pendorong
pada bangunan sangat tinggi atau digunakan pada tangki tekan dan instalasi mesin AC
PERANCANGAN SISTEM AIR BERSIH
Halaman 10
Sitem penyediaan air bersih - menyesuaikan laju aliran suplai sumber air dengan laju aliran
kebutuhan
Sistem penyediaan
• Sistem sambungan lansung tanpa tangki (dari pipa dinas PDAM) – tidak diperbolehkan di
Indonesia
• Sistem tangki penampungan
• Sitem tangki tekan
Halaman 11
Sistem sambungan lansung
Halaman 12 - 13
Sistem tangki atap (menara air)
Keunggulan
• Tekanan air dalam pipa distribusi serta alat plambing hanya dipengaruhi oleh perubahan
tinggi muka air dalam tangki
• Sederhana dan otomatis
• Perawatan tangki lebih sederhana dibandingkan tangki tekan
Halaman 13 - 14
Sistem tangki tekan
Halaman 18 - 19
Pemasangan tangki di luar bangunan
Pemasangan memperhatikan batas gedung, pagar, tangki septik, saluran pembuangan lainnya yaitu
dengan jarak a > 5 m
Halaman 20 - 22
Pemasangan tangki di dalam bangunan
Halaman 23 – 26
Konstruksi tangki air
Halaman 29 -30
Sistem distribusi
• Up-Feed
Sistem pengaliran ke atas (tangki bawah ke atas)
• Down-Feed
Sistem pengaliran ke bawah (tangki atas ke bawah)
Halaman 31 – 34
Pengamanan sistem
• Larangan hubungan pintas (larangan kontak fisik antar dua pipa dengan kualitas air yang
berbeda)
• Mencegah terjadinya aliran balik
• Celah udara
• Alat pencegah aliran balik
Halaman 35 – 37
Pencegahan pukulan air
Terjadi karena ada gelombang tekanan yang merambat dalam pipa
Penyebab
Pencegahan
• Menghindari tekanan kerja atau aliran air dengan kecepatan terlalu tinggi
• Memasang alat peredam
Alat peredam pukulan air
• Peredam tekanan dengan komponen elastis karet atau pegas, tidak diperlukan
pengisian udara secara berkala tetapi sistem mekanis dalamnya dapat rusak
• Peredam dengan rongga udara berupa pipa ekstensi berisi udara, dapat dibua sendiri
dan ekonomis tetapi dalam jangka waktu lama, udara di dalam pipa dapat hilang.
Halaman 38 – 39
Standar minimum tekanan kebutuhan alat plambing
Halaman 40 - 41 Perhitungan
kasar menetapkan tinggi tangki penampungan atas
(1 m kolom air = 0.1 kg/cm2) , (1 m kolom air = 1 m tinggi)
Halaman 42 – 45
Kerugian gesek dalam pipa (head-loss)
Halaman 46
Kecepatan aliran air
Kecepatan standar = 0.9 – 1.2 m/detik dan batas maksimu antara 1.5 – 2.0 m/detik
Halaman 47 – 51
Tabel 4 (pemakaian air rata-rata per orang per hari)
Tabel 5 (fasilitas minimal peralatan plambing)
Tabel 6 (pemakaian air setiap alat plambing)
Tabel 7 (tabel beban unit untuk alat plambing)
Diagram 4 (hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran)
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KAPASITAS ALAT
Halaman 52
Penaksiran kebutuhan air
Perhitungan dengan setiap cara penaksiran akan menghasilkan nilai yang berbeda sehingga dianjurkan
untuk melakukan perhitungan dengan dua cara penaksiran terhadap 1 obyek
Halaman 53
Penaksiran berdasarkan jumlah penghuni
1. Asumsikan jumlah orang
2. Cari pemakaian air rata-rata (Tabel 4 hlm. 47)
3. Qd = pemakaian air x jumlah orang = … l/hari = … m3 /hari
4. Qh = Qd / T (lama pemakaian) = … m3 /jam
5. Qh-max = c1 x Qh = … m3 /jam
6. Qm-max = c2 x (Qh / 60) = … m3 /menit
Keterangan
Halaman 54
Penaksiran berdasarkan luas dan kepadatan
Luas kepadatan hunian (5 m2 sampai 10 m2 per orang)
1. Cari luas efektif (Tabel 4 hlm. 47) x luas bangunan = L m2
2. L / jumlah pemakai bangunan = jumlah orang
3. Qd = pemakaian air x jumlah orang = … l/hari = … m3 /hari
4. Qh = Qd / T (lama pemakaian) = … m3 /jam
5. Qh-max = c1 x Qh = … m3 /jam
6. Qm-max = c2 x (Qh / 60) = … m3 /menit
Keterangan
Halaman 56
Penaksiran berdasarkan fasilitas minimal peralatan plambing
1. Penaksiran menggunakan tabel 5 (hlm. 48) – dapat jumlah unit plambing
2. Hitung jumlah total alat plambing kemudian dikalikan sesuai dengan tabel = jumlah beban
3. Jumlah unit beban total – menggunakan diagram 4 b-kurva (hlm. 51) memperoleh Qh-max
4. Qh-max = c1 x Qh = … m3 /jam
5. Qh = Qd / T (lama pemakaian) = … m3 /jam – (T dilihat dari tabel 4 hlm.47)
6. Qm-max = c2 x (Qh / 60) = … m3 /menit
Halaman 57
Perhitungan kapasitas alat
o Ve = kapasitas efektif tangki atas (liter)
o Qp = laju aliran penyediaan pada kebutuhan puncah (liter/menit)
o Qmax = laju aliran pemakaian pada jam puncak (liter/menit)
o Qpu = kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
o Tp = jangka waktu pemakaian puncak (menit)
o Tpu = jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
Halaman 58 – 59
Contoh 5 Perhitungan tangki atas
Contoh 6 Mencari ukuran pipa
Kapasitas tangki bawah
VR = Qd – (Qs x Ts)
Contoh 7 Penentuan kapasitas tangki bawah
Air Panas
Halaman 1
Kualitas air panas
Halaman 2
Tabel 1 (Standar temperatur air panas)
Halaman 3
Kebutuhan dan laju aliran air panas
Kebutuhan berdasarkan jumlah pemakai (dengan contoh)
o Qd =jumlah air panas per hari (l/hari)
o Qh max = laju aliran air panas maksimum (l/jam)
o v = volume tangki penyimpanan (liter)
o H = kapasitas pemanas (kcal/jam)
o N = jumlah orang pemakai air panas
o th = temperatur air panas
o tc = temperatur air dingin
▪ Qd = (N)(qd)
▪ Qn = (Qd)(qd)
▪ V = (Qd)(v)
▪ H = (Qd)(y)( th - tc)
Halaman 4
Tabel 2 (Pemakaian air panas menurut jenis penggunaan gedung (air panas pada temperatur
60C)
Halaman 5
Kebutuhan berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing (dengan contoh)
Halaman 7
Perbandingan perhitungan contoh 1 dengan 2
Kebutuhan berdasarkan beban unit alat plambing
1. Cari nilai Qh (kebutuhan rata-rata per jam)
2. Qh max = Qh x c1 (nilai c1 = 1.5 sampai 2)
3. Konversi alat plambing ke satuan unit beban (tabel 4 hlm 8)
4. Berdasarkan jumlah alat plambing – perkirakan laju aliran dengan diagram 1 (hlm. 9 kurva
pengaliran serentak)
5. Hasil yang didapat agalah Qh max
Halaman 8
Tabel 4 (Unit beban alat plambing air panas menurut jenis alat plambing dan guna bangunan)
Halaman 9
Diagram 1 (Pengaliran serentak, berdasar unit beban alat plambing air panas)
Halaman 13
Gambar 3 (Sistem pengaliran ke atas, tangki bawah dan pipa ganda, sirkulasi pompa)
Halaman 14
Gambar 4 (Sistem aliran ke atas, tangki atas)
Halaman 15
Gambar 5 (Sistem kombinasi aliran atas dan bawah, tangki bawah, pipa tunggal, sirkulasi
pompa)
Halaman 16
Gambar 6 (Sistem aliran kebawah, tangki bawah, pipa ganda, sirkulasi pompa)
Halaman 17
Gambar 7 (Sistem aliran ke bawah, tangki atas, pipa ganda, sirkulasi pompa)
Gambar 8 (Sistem reverse return, tangki bawah, pipa ganda, sirkulasi pompa)
Halaman 18
Gambar 9 (Sistem reverse return, tangki bawah, pipa ganda, sirkulasi gravitasi)
Gambar 10 (Sistem reverse return, tangki bawah, pipa tunggal, sirkulasi gravitasi)
Halaman 19
Beberapa hal yang penting dalam sistem
• Kemiringan pipa
Dalam sistem aliran ke atas, Pipa mendatar dimiringkan ke atas sedangkan aliran ke bawah,
pipa mendatar dimiringkan ke bawah. Kemiringan dibuat securam mungkin (1:200 sampai
1:300) dan pada titik tertinggi pipa diberi katup pelepas udara.
• Perbandingan pipa sirkulasi tunggal dan ganda
Pada sistem pipa tunggal, pipa hanya menghantar air panas dari tangki pemanas tanpa pipa
balik. Serupa dengan sistem lansung dan hanya cocok untuk gedung dimana pipa distribusi air
panas cukup pendek atau pemakaiannya sering. Pada sistem ganda selalu terjadi sirkulasi air
panas karena adanya pipa hantar dan pipa balik. Karena bersifat ganda harganya lebih mahal.
• Perbedaan sirkulasi gravitasi dengan sirkulasi pompa
Aliran dalam pipa terjadi karena perbedaan tekanan. Karena bersifat alamiah hanya cocok
untuk gedung berukuran kecil saja. Dalam sirkulasi pompa laju aliran air dipercepat secara
paksa dengan memasang pompa pada pipa aliran balik.
• Reverse return untuk keseragaman temperatur
Dalam gedung besar, agar temperatur tetap seragam maka dibuat pipa reverse return yaitu
pipa balik yang dibalik arahnya
• Pipa dan tangki ekspansi
Karena volume air berubah sesuai dengan temperatur air maka diperlukan peralatan yang
menampung perubahan volume.
Halaman 21
Gambar 11 (Sistem lengkap air panas, dingin, kebakaran)
Halaman 22
Gambar 13 (Contoh konstruksi tangki pemanas sentral tipe horizontal)
Halaman 23
Gambar 14 (Contoh tangki pemanas tipe vertikal)
Air Kotor
Halaman 1
Klasifikasi sistem pembuangan
• Sistem gravitasi
Mengalirkan dari tempat yang lebih tinggi ke rendah secara gravitasi ke saluran umum yang
letaknya rendah
• Sistem bertekanan
Sistem yang menggunakan pompa karena saluran umum letaknya lebih tinggi sehingga air
buangan dikumpulkan pada suatu bak penampungan kemudian dipompakan keluar ke riol
umum.
Halaman 2
Gambar 1 (Skema umum sistem pembuangan gravitasi)
Halaman 3
Gambar 2 (Skema umum sistem pembuangan bertekanan)
Halaman 4
Gambar 3 (Fungsi dari perangkap dan fungsi ven)
Efek sifon dan peranan pipa ven pada sistem pembuangan
• Perangkap air pada setiap alat plambing berfungsi sebagai penyekat agar gas dan bau tidak
masuk ruangan
• Penanggulangan efek sifon menggunakan pipa ven untuk memasukkan udara antara
perangkap dan air pada pipa tegak
Halaman 5
Gambar 4 (Sirkuit pipa ven)
• Gas akibat pembusukkan terjadi dalam pipa pembuangan tegak maupun horizontal
• Tekanan gas dalam pipa terjadi karena tekanan air mengakibatkan adanya efek tiup
• Pipa ven berfungsi sebagai pelepas gas dan bau yang terjadi karena efek sifon dan tiup
Halaman 6
Bagian-bagian sistem pembuangan
• Alat-alat plambing
• Pipa pembuangan
• Pipa ven
• Perangkap dan penangkap
• Bak penampung dan tangki septik
• Pompa pembuangan
Pipa-pipa pembuangan
Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa pembuangan
lainnya
Halaman 7
Gambar 5 (Bagan lengkap komponen sistem pembuangan dan pipa ven)
Halaman 8
Kemiringan pipa pembuangan dan kecepatan aliran
• Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang mengandung
bagian padat
• Pipa pembuangan horizontal tidak penuh berisi air buangan melainkan hanya 2/3 dari
penampang pipa sisanya kosong berisi udara
• Tabel 1 (Kemiringan pipa horizontal)
o Diameter 75 mm atau kurang = 1/50 (2%)
o Diameter 100 mm atau kurang = 1/100 (1%)
• Kecepatan terbaik dalam pipa horizontal adalah 0.6 sampai 1.2 m/detik, kemiringan lebih
curam akan menimbulkan efek sifon
• Pipa berdiameter kecil mudah tersumbat endapan atau kerak karena itu untuk jalur panjang,
ukuran diameter pipa tidak boleh kurang dari 50 mm
Halaman 9
Syarat umum pipa pembuangan
• Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran ≥ sama dengan diameter terbesar dari
perangkap alat plambing yang dilayaninya
• Pipa tegak harus mempunyai ukuran ≥ sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang
disambungkan
• Pipa tegak maupun cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah aliran
buangan
• Pipa pembuangan yang tertanam di tanah harus mempunyai ukuran ≥ 50 mm
• Jarak interval cabang minimum 2.5 m (jarak pada pipa tegak antara dua titik dimana cabang
mendatar disambungkan pada pipa tegak)
• Pipa ofset adalah pipa tegak yang berubah arah dan harus memenuhi persyaratan khusus
Halaman 10 - 11
Tabel 2 (Diameter minimum perangkap dan pipa buang alat plambing)
Catatan tabel 2
Halaman 12
Gambar 6 (Interval cabang)
Halaman 13
Gambar 7 (Pipa offset dan syaratnya)
• Pipa ofset bersudut 45 ° atau kurang terhadap garis tegak ditentukan ukurannya seperti pipa
pembuangan tegak
• Pipa ofset yang bersudit kurang dari 45 ° ditentukan ukurannya seperti pipa pembuangan
gedung
Halaman 14
Ukuran pipa pembuangan
Halaman 17
Tabel 4 (Maksimum beban unit alat plambing yang diijinkan untuk cabang horizontal dan pipa
tegak)
Tabel 5 (Maksimum beban unit alat plambing yang diijinkan untuk pipa pembuangan gedung)
Halaman 18
Contoh 1 (Mencari ukuran pipa pembuangan dari sekelompok peralatan plambing)
Halaman 19
Contoh 2 (Mencari diameter pipa pembuangan gedung)
Halaman 20 - 22
Perangkap
Perangkap berbentuk “U” berisi air berfungsi sebagai penyekat untuk mencegah adanya
pembusukkan, timbul gas atau masuk seranggga
Syarat perangkap
• Kedalaman air penyekat berkisar 50 sampai 100 mm
• Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa dan sederhana
• Tidak ada bagian bergerak atau bersudut
Jenis perangkap
Halaman 22 – 25
Penangkap
Bertujuan untuk mencegah kandungan air kotor berupa bahan berbahaya, menyumbat atau dapat
mempengaruhi kemampuan sistem pembuangan
Persyaratan penangkap
• Penangkap harus dipasang sedekat mungkin dengan alat plambing yang dilayaninya
• Konstruksi harus mudah dibersihkan dilengkapi dengan tutup yang mudah dibuka
• Konstruksi penangkap harus efektif memisahkan minyak, lemak dan sebagainya dari air
buangan
• Bila sudah dipasang penangkap dilarang memasang perangkap
Jenis penangkap
• Penangkap lemak
Dibuat dari beton dan baja untuk mesin cuci piring, bak cuci, saluran pembersih dapur dan
sebagainya
• Penangkap bahan bakar dan minyak pada bengkel
Tutupnya harus rapat dan disediakan pipa ven khusus
• Penangkap pasir
Digunakan pada tempat cuci kaki kolam renang. Dipasang pada saluran terbuka air hujan di
luar gedung dengan prinsip kerja mengendapkan tanah atau pasir
• Perangkap plastik, rambut dll
Halaman 26 - 28
Sistem ven
Untuk menghilangkan efek sifon dan efek tiup
Halaman 28 – 30
Persyaratan pipa ven
Halaman 31
Ukuran pipa ven dalam “Pedoman plambing Indonesia 1979”
Halaman 32
Tabel 6 (Ukuran pipa cabang horizontal ven dengan lup)
Tabel 7 (Ukurang dan panjang pipa ven)
Halaman 33 - 34
Contoh perhitungan pipa ven
Halaman 35-36
Lubang pembersih
Lubang pembersih diperlukan untuk mengatasi kotoran dan kerak yang mengendap pada dinding pipa
dan benda-benda kecil yang masuk ke dalam pipa pembuangan
Syarat lubang pembersih
• Harus dipasang di tempat yang mudah dijangkau dan mempunyai ruang sekelilingnya
• Lubang pembersih harus dipasang pada
o Awal pipa cabang horizontal atau pipa pembuangan gedung
o Pipa mendatar yang panjang
o Belokkan pipa baik vertikal maupun horizontal
o Ujung bawah pipa tegak dan di sepanjang pipa tegak pada setiap jarak 2 atau 3 lantai
o Sambungan pipa baik bertikal maupun horizontal
o Di setiap jarak tertentung di sepanjang pipa yang tertanam
• Jarak antar lubang pembersih di sepanjang pipa pembuangan untuk pipa berdiameter sampai
100 mm tidak boleh lebih 15 m dan untuk pipa yang lebih besar tidak boleh lebih 30 m
• Pipa berdiameter sampai 100 mm, ukuran lubang pembersih harus sama dengan ukuran pipa
sedangkan untuk ukuran pipa yang lebih dari 100 mm, lubang pembersih harus dibuat dengan
ukuran 100 mm
• Pipa yang tertanam di tanah diperlukan bak kontrol yang lebih besar dari lubang pembersih.
Penutup bak kontrol harus rapat. Untuk pipa yang tertanam dengan ukuran kurang dari 200
mm diperkenankan untuk memakai lubang pembersih
Pemasangan
• Setiap lubang pembersih harus dipasang berlawanan arah dari arah aliran
• Tutup lubang pembersih harus mudah dibuka dan dibuat rata dengan dinding
• Lubang pembersih pada bagian bawah pipa tegak dapat dipasang pada lantai atau dinding
terdekat
• Contoh gambar dapat dilihat pada hlm. 37
Halaman 37
Gambar 8 (Contoh pemasangan clean out pada gedung)
Halaman 38 - 39
Bak penampungan dan pompa air kotor
Untuk keadaan dimana riol umum terletak di atas pipa pembuangan utama gedung, maka diperlukan
bak penampungan untuk air kotor. Bak penampungan sebaiknya dibuat terpisah sesuai dengan
kualitas air kotornya sendiri.
• Bak penampung harus kedap air dan dilengkapi pipa ven, pompa, sekral otomatik pengatur
operasi pompa dan alarm yang menyatakan muka air tertinggi dan terendah
• Dinding bak penampung tidak boleh menyatu dengan bak penampung air bersih
• Harus dilengkapi lubah pemeriksa (man-hole)
• Dasar bak penampungan harus dibuat miring (1.15 sampai 1.10) dan bagian paling rendah
dibuat lekukan isapan pompa dengan syarat
Halaman 39 – 42
Pompa Pembuangan
Halaman 41
Gambar 12 (Pompa bak basah)
Halaman 42
Gambar 13 (Pemasangan pompa bada bak kering)
Gambar 14 (Pompa bak kering)
Halaman 43
Tangki septik dan rembesan
Prinsip kerja tangki septik adalah mengolah dan memisahkan antara air dengan kotoran dengan cara
pengendapan. Sistem pembuangan tangki septik terdiri dari tangki septik, sumur resapan berisi
bidang-bidang resapan
Halaman 44
Gambar 16 (Komponen sistem pembuangan)
Tabel 8 (Jarak komponen menurut NPC)
Halaman 45
Gambar 17 (Syarat jarak komponen sistem tangki septik)
• Tangki septik harus mempunyai ruang udara di atas permukaan air kotor minimum 30 cm
• Ukuran ruang penampung tangki septik minimum adalah, lebar = 0.9 m, panjang = 1.5 m,
kedalaman = 1.2 m
• Untuk bangunan hunian, volume air kotor yang ditampung dapat diperhitungkan berdasarkan
volume 0.14 – 0.17 m3 air kotor per orang
• Untuk bangunan umum, volume air kotor = 0.057 – 0.086 m3 air kotor/orang
• NPC menganjurkan ruang tangki septik dibagi menjadi 2 bagian, 2/3 untuk ruang air kotor
baku dan 1/3 bagian untuk ruang lumpur
Halaman 46
Tabel 9 (Rekomendasi ukuran tangki septik untuk rumah tinggal)
Contoh 1
Halaman 47
Resapan
Resapan tergantung kepada permeabilitas tanah, tinggi permukaan air tanah serta luas dan
kemiringan tanah
• Sumur resapan
Sistem sumur resapan merupakan sistem kompak yang membutuhkan lahan lebih kecil. Muka air
paling sedikit harus 60 cm di bawah dasar sumur resapan. Air kotor yang keluar dari sumur resapan
ditampung oleh lubang galian sumur resapannya sendiri.
Halaman 48
Tabel 10 (Bidang absorbsi untuk sumur resapan)
Contoh 2
Halaman 49
Gambar 19 (Tangki septik dan sumur resapan berdasarkan soal 2)
• Bidang Resapan
Pada daerah yang mempunyai muka air tanah tinggi, maka dapat digunakan bidang resapan.
Merupakan penggunaan pipa-pipa resapan yang diletakkan dalam suatu parit dengan lebar dasar parit
tertentu. Pipa yang terbaik adalah ppa tanah liat berlubang-lubang diameter 10 cm yang di letakkan di
atas lapisan kerikil. Di atas pipa diletakkan kertas aspal atau plastik lembaran agar tidak terjadi
rembesan air kotor ke atas.
Halaman 50
Gambar 20 (Konstruksi pipa resapan)
Tabel 11 (Syarat konstruksi pipa dan bidang resapan)
Tabel 12 (Bidang absorbsi untuk pipa resapan, hasil test perkolasi)
Halaman 51 - 52
Catatan tentang test pada tabel 12
Tabel 13 (Ukuran bidang resapan dan jarak dari pipa)
Contoh 3
Air Hujan
Halaman 1
Masalah utama dari air hujan
Halaman 2 - 4
Gambar 3 (Komponen untuk meresapkan dan menjauhkan aliran air hujan dari bangunan)
Pembuangan air hujan dari atap
Halaman 4
Ukuran pipa air hujan tergantung pada jumlah kecepatan air yang dialirkan dari atap
Halaman 5
Tabel 1 (Konversi Q ke diameter talang tepi (gutter)
Tabel 2 (Konversi Q ke diameter talang tegak (leader)
Halaman 6
Tabel 4 (Ukuran pipa pembuangan horizontal utama)
Tabel 5 (Ukuran talang tepi horizontal semi sirkular)
Halaman 7 - 8
Contoh perhitungan ukuran pipa
Halaman 9 - 10
Drainase tapak
Setiap pembangunan di tapak biasanya mengubah pola drainase yang ada dan menambah jumlah
aliran air hujan akibat tertutupnya tanah yang poreus oleh bangunan atau perkerasan
Drainase permukaan
Meliputi sheet flow, pembuatan salura-saluran terbuka untuk jalan dan tempat parkir, pembuatan
alur/lekuk tanah dan bukit kecil yang merupakan bagian rancangan lanskap tapak
Halaman 11
Bentuk corong (funnel) merupakan penggabungan dari bentuk sebelumnya dimana diperlukan corong
pengumpul serta jaringan pipa bawah tanah untuk mengalirkan air hujan keluar tapak
• Area drain
Berfungsi seperti corong, menangkap air dari suatu daerah berukuran tertentu dan sekedar
mengarahkan air dari permukaan lansung ke dalam pipa
• Bak pengumpul
Fungsinya serupa dengan area drain, tetapi memiliki fungsi tambahan yaitu penangkap tanah
dan kotoran
• Pipa pengumpul
Berbentuk linier dan memiliki elevasi yang fleksibel sehingga mudah mengikuti ketinggian
tanah, jalan atau tempat parkir
Halaman 12
Gambar 7 (Alat pengumpul air hujan)
Halaman 13
Bak pengumpul air hujan berukuran besar diperlukan pada lanskap yang memakai perkerasan dalam
ukuran yang luas. Sebab permukaan perkerasan yang luas di samping memerlukan pengeringan yang
cepat, juga mempunyai koefiesien aliran air yang tinggi.
Halaman 15
Alah perlengkapan penting selain alat pengumpul air hujan adalah bak pemeriksa atau bak kontrol.
Bak kontrol air hujan perlu diletakkan :
Halaman 16
Tabel 6 (Kemiringan elemen luar bangunan)
Halaman 17
Menghitung jumlah aliran air hujan
Q=CxIxA
Q = jumlah aliran air hujan pada suatu daerah (cu.ft/detik)
C = koefisien aliran air hujan
I = intesitas curah hujan untuk suatu wilayah
A = luas daerah (acre)
Halaman 19
Contoh perhitungan dengan formula Manning
Halaman 20
Drainase bawah tanah
• Mengumpulkan dan membuang air hujan yang jatuh di atap, jalan, ruang terbuka ke dalam
pipa bawah tanah yang berfungsi sebagai drainase utama lingkungan
• Melindungi tanah di kaki bangunan dengan pengadaan footing drain
• Pembuangan aliran air permukaan yang dengan sengaja tidak dialirkan di permukaan dengan
pipa resapan
Drainase lingkungan
Untuk suatu lingkungan bangunan yang luas, bila tidak tersedia saluran umum, maka saluran utama
pembuangan lingkungan dibuang ke sungai terdekat atau kolam buatan di dalam atau di luar tapak
Halaman 21
Footing drain
Mencegah tekanan hidrostatik tanah pada dinding basement dan untuk menurunkan tinggi permukaan
air tanah di sekeliling pondasi atau basement. Pembuatan konstruksi khusus yang disebut head wall,
yang mempunyai dinding dan landasan kerikil untuk pencegah erosi.
Halaman 22
Gambar 14 (Aksonometri dari footing drain)
Gambar 15 (Drainase untuk dinding penahan tanah)
Halaman 23
Drainase untuk bidang khusus
Pada situasi khusus dimana metoda sheet flow tidak dapat diterapkan, maka dapat menggunakan
drainase di bawah tanah dengan pipa resep di bawah tanah yang dapat dicapai dengan membuat
saluran horizontal di dalam lapisan tanah, menggunakan pipa tanah liat berlubang-lubang setengah di
bagian atas atau pipa sambungan terbuka.
• Alamiah
Digunakan bila kapasitas air hujan yang akan dialirkan hanya sedikit dan di tempat tertentu
saja
• Duri ikan
Digunakan untuk lahan berbentuk cekung dengan lereng di kedua sisinya atau pada bidang
datar dengan pengaturan kemiringan pipa di dalam tanahnya
• Paralel
Dimana aliran air masuk pada pipa-pipa cabang yang paralel kemudian diteruskan pada pipa
induk yang berpotongan pada sudut kurang dari 90°
Halaman 25
Gambar 17 (Drainase bawah tanah)
Gambar 18 (Drainase bawah tanah, dengan kolam tampung)
Halaman 26
Gambar 19 (Drainase kombinasi permukaan dan bawah tanah)
Gambar 20 (Perspektif drainase kombinasi)