Anda di halaman 1dari 26

Halaman 1 - 2

Prinsip penyediaan air bersih di kota adalah PDAM namun jika tidak terjangkau makan distribusinya
secara privat menggunakan pembuatan sumur terbuka atau sumur bor.

Kualitas air - Syarat fisik


- Syarat kimia
- Syarat bakteriologis

Halaman 2 – 3
Tabel Menteri Kesehatan

Halaman 4
Tabel problema air bersih dan solusinya

Halaman 5
Gambar dan keterangan Filter

Halaman 6 – 9
- Pompa Sumur Dangkal
Merupakan pompa domestik, secarar teori dapat mengangkat air hingga 10 m namun secara praktis
terbatas sampai tinggi 7.5 m

- Pompa Jet
Digunakan untuk sumur dalam yang muka airnya lebih dari 10 m dibawah muka tanah.

- Pompa Submersible
Pompa jenis ini ditujukan untuk sumur sangat dalam ditenggelamkan di bawah muka air sumur
dalam pipa besi ⌀ 10 cm.

- Pompa Sentrifugal
Memiliki daya dorong yang besar sehingga digunakan untuk memindahkan air dari tangki bawah
ke tangki atas yang terletak jauh di atasnya (lebih dari 10 m). Bila impeler satu (single stage) dan
impeler lebih dari satu (multi stage). Pompa multi stage berguna untuk pompa sirkulasi pendorong
pada bangunan sangat tinggi atau digunakan pada tangki tekan dan instalasi mesin AC
PERANCANGAN SISTEM AIR BERSIH
Halaman 10
Sitem penyediaan air bersih - menyesuaikan laju aliran suplai sumber air dengan laju aliran
kebutuhan

• Menghitung kebutuhan air yang diperlukan


• Survey sumber air (PDAM, sumur dsb) beserta kapasitas pemenuhan kebutuhan

Sistem penyediaan

• Sistem sambungan lansung tanpa tangki (dari pipa dinas PDAM) – tidak diperbolehkan di
Indonesia
• Sistem tangki penampungan
• Sitem tangki tekan

Halaman 11
Sistem sambungan lansung

Halaman 12 - 13
Sistem tangki atap (menara air)

• Dapat mengakomodasi bangunan bertingkat


• Air dari PDAM ditampung pada tangki bawah kemudian dipompakan ke tangki atas (menara
air atau di atap) kemudian didistribusikan ke seluruh bangunan

Keunggulan

• Tekanan air dalam pipa distribusi serta alat plambing hanya dipengaruhi oleh perubahan
tinggi muka air dalam tangki
• Sederhana dan otomatis
• Perawatan tangki lebih sederhana dibandingkan tangki tekan

Halaman 13 - 14
Sistem tangki tekan

• Dibuat jika tidak memungkinkan adanya tangki atap


• Membutuhkan ruang besar
• Menaikkan air dari tangki penampung bawah lansung ke peralatan plambing di atasnya
digunakan tekanan buatan (melalui tangki tekan dan kompresor)
PEMASANGAN TANGKI AIR
Halaman 15 - 17
Syarat-syarat tangki air bersih

• Tangki tidak boleh ditanam lansung ke tanah


• Badan tangki tidak boleh menyatu dengan struktur bangunan
• Terdapat ruang bebas sekeliling tangki
• Tidak diperkenankan memasang peralatan pompa, boiler, mesin refigerasi di tutup tangki
• Tangki harus mempunyai manhole
• Pipa penghisap dari pompa dilengkapi katup dan lubang penghisap terletak 20 cm dari dasar
tangki agar kotoran tidak ikut terhisap
• Dasar tangki dibuat berlekuk dengan miring 1% ke arah lubang pengurasan
• Dibuat dapat dibersihkan tanpa memutuskan penyediaan air ke dalam pipa distribusi
• Setiap tangki dilengkapi pipa peluap (overflow), tidak boleh disambungkan lansung ke pipa
pembuangan
• Setiap tangki dipasang pipa ven yang diberi saringan anti serangga

Halaman 18 - 19
Pemasangan tangki di luar bangunan
Pemasangan memperhatikan batas gedung, pagar, tangki septik, saluran pembuangan lainnya yaitu
dengan jarak a > 5 m

Halaman 20 - 22
Pemasangan tangki di dalam bangunan

Halaman 23 – 26
Konstruksi tangki air

• Tangki pelat baja


Bentuknya dapat disesuaikan dengan kondisi tempat maupun estetika, sesecara struktural
terjadi masalah korosi

• Tangki baja tahan karat (stainless steel)


Lebih baik dari pelat baja biasa namun tetap memerluka beberapa perawatan

• Tangki FRP (fiber reinforced plastic)


Dipakai di perumahan karena mudah didapat dalam beragam spesifikasi, tetapi rentan
terhadap tumbukan, tidak tahan sinar ultra violet, permukaannya tidak halus sehingga
memudahkan penumbuhan lumut dan kurang tahan terhadap alkali
Halaman 27 – 28
Hubungan tangki bawah dengan tangki atas

Halaman 29 -30
Sistem distribusi

• Up-Feed
Sistem pengaliran ke atas (tangki bawah ke atas)
• Down-Feed
Sistem pengaliran ke bawah (tangki atas ke bawah)

Halaman 31 – 34
Pengamanan sistem

• Larangan hubungan pintas (larangan kontak fisik antar dua pipa dengan kualitas air yang
berbeda)
• Mencegah terjadinya aliran balik

Solusi mencegah aliran balik

• Celah udara
• Alat pencegah aliran balik

Halaman 35 – 37
Pencegahan pukulan air
Terjadi karena ada gelombang tekanan yang merambat dalam pipa

Penyebab

• Penutupan katup sehingga penghentian aliran air secara tiba-tiba


• Adanya aliran air dalam pipa dengan kecepatan dan tekanan tinggi
• Banyak pipa vertikal (aliran air ke atas atau bawah)
• Banyak belokan/perubahan arah aliran air
• Temperatur air tinggi

Pencegahan

• Menghindari tekanan kerja atau aliran air dengan kecepatan terlalu tinggi
• Memasang alat peredam
Alat peredam pukulan air

• Peredam tekanan dengan komponen elastis karet atau pegas, tidak diperlukan
pengisian udara secara berkala tetapi sistem mekanis dalamnya dapat rusak
• Peredam dengan rongga udara berupa pipa ekstensi berisi udara, dapat dibua sendiri
dan ekonomis tetapi dalam jangka waktu lama, udara di dalam pipa dapat hilang.

Halaman 38 – 39
Standar minimum tekanan kebutuhan alat plambing

Halaman 40 - 41 Perhitungan
kasar menetapkan tinggi tangki penampungan atas
(1 m kolom air = 0.1 kg/cm2) , (1 m kolom air = 1 m tinggi)

Halaman 42 – 45
Kerugian gesek dalam pipa (head-loss)

Tabel ekivalensi pipa terhadap kerugian gesek berbagai jenis fitting

Halaman 46
Kecepatan aliran air
Kecepatan standar = 0.9 – 1.2 m/detik dan batas maksimu antara 1.5 – 2.0 m/detik

Laju aliran air (flow-rate)


Istilah lainnya adalah debit air yang dapat dihitung berdasarkan :

• Jumlah pemakai dengan memakai standar (tabel 4, 5)


• Unit beban alat plambing (tabel 7)

Halaman 47 – 51
Tabel 4 (pemakaian air rata-rata per orang per hari)
Tabel 5 (fasilitas minimal peralatan plambing)
Tabel 6 (pemakaian air setiap alat plambing)
Tabel 7 (tabel beban unit untuk alat plambing)
Diagram 4 (hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran)
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KAPASITAS ALAT
Halaman 52
Penaksiran kebutuhan air
Perhitungan dengan setiap cara penaksiran akan menghasilkan nilai yang berbeda sehingga dianjurkan
untuk melakukan perhitungan dengan dua cara penaksiran terhadap 1 obyek

Halaman 53
Penaksiran berdasarkan jumlah penghuni
1. Asumsikan jumlah orang
2. Cari pemakaian air rata-rata (Tabel 4 hlm. 47)
3. Qd = pemakaian air x jumlah orang = … l/hari = … m3 /hari
4. Qh = Qd / T (lama pemakaian) = … m3 /jam
5. Qh-max = c1 x Qh = … m3 /jam
6. Qm-max = c2 x (Qh / 60) = … m3 /menit

Keterangan

• c1 = konstanta antara 1.5 – 2.0, apartemen mewah (2.0), rusun (1.5)


• c2 = konstanta antarar 3.0 – 4.0
• T dapat dilihat dari tabel 4 hlm. 47
• Jika ada penggunaan bathtub maka pemekaian orang/hari ditambah 100 l/hari
• Qd selalu diubah menjadi satuan (m3 /hari) untuk mencari Qh-max , Qm-max

Halaman 54
Penaksiran berdasarkan luas dan kepadatan
Luas kepadatan hunian (5 m2 sampai 10 m2 per orang)
1. Cari luas efektif (Tabel 4 hlm. 47) x luas bangunan = L m2
2. L / jumlah pemakai bangunan = jumlah orang
3. Qd = pemakaian air x jumlah orang = … l/hari = … m3 /hari
4. Qh = Qd / T (lama pemakaian) = … m3 /jam
5. Qh-max = c1 x Qh = … m3 /jam
6. Qm-max = c2 x (Qh / 60) = … m3 /menit

Keterangan

• Jika diberi tambahan x % untuk mengatasi kebocoran makan ditambahkan kepada


kebutuhan air l/hari
Halaman 55
Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing
Dapat dilakukan bila jumlah peralatan plambing telah diketahui jumlahnya atau telah dilakukan
perhitungan peralatan plambing minimal (Tabel 5 hlm. 48)
1. Hitung jumlah total alat plambing kemudian dikalikan sesuai dengan tabel = jumlah beban
2. Jumlah unit beban total – menggunakan diagram 4 b-kurva (hlm. 51) memperoleh Qh-max
3. Qh-max = c1 x Qh = … m3 /jam
4. Qh = Qd / T (lama pemakaian) = … m3 /jam – (T dilihat dari tabel 4 hlm.47)
5. Qm-max = c2 x (Qh / 60) = … m3 /menit

Halaman 56
Penaksiran berdasarkan fasilitas minimal peralatan plambing
1. Penaksiran menggunakan tabel 5 (hlm. 48) – dapat jumlah unit plambing
2. Hitung jumlah total alat plambing kemudian dikalikan sesuai dengan tabel = jumlah beban
3. Jumlah unit beban total – menggunakan diagram 4 b-kurva (hlm. 51) memperoleh Qh-max
4. Qh-max = c1 x Qh = … m3 /jam
5. Qh = Qd / T (lama pemakaian) = … m3 /jam – (T dilihat dari tabel 4 hlm.47)
6. Qm-max = c2 x (Qh / 60) = … m3 /menit

Halaman 57
Perhitungan kapasitas alat
o Ve = kapasitas efektif tangki atas (liter)
o Qp = laju aliran penyediaan pada kebutuhan puncah (liter/menit)
o Qmax = laju aliran pemakaian pada jam puncak (liter/menit)
o Qpu = kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
o Tp = jangka waktu pemakaian puncak (menit)
o Tpu = jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)

Kapasitas tangki atas


o Agar Ve efektif maka diusahakan Qpu = Qmax
o Bila dapat diusahakan Qp = Qpu = Qmax maka Ve = Qpu x Tpu

Halaman 58 – 59
Contoh 5 Perhitungan tangki atas
Contoh 6 Mencari ukuran pipa
Kapasitas tangki bawah
VR = Qd – (Qs x Ts)
Contoh 7 Penentuan kapasitas tangki bawah
Air Panas
Halaman 1
Kualitas air panas

Halaman 2
Tabel 1 (Standar temperatur air panas)

Halaman 3
Kebutuhan dan laju aliran air panas
Kebutuhan berdasarkan jumlah pemakai (dengan contoh)
o Qd =jumlah air panas per hari (l/hari)
o Qh max = laju aliran air panas maksimum (l/jam)
o v = volume tangki penyimpanan (liter)
o H = kapasitas pemanas (kcal/jam)
o N = jumlah orang pemakai air panas
o th = temperatur air panas
o tc = temperatur air dingin

▪ Qd = (N)(qd)
▪ Qn = (Qd)(qd)
▪ V = (Qd)(v)
▪ H = (Qd)(y)( th - tc)

Halaman 4
Tabel 2 (Pemakaian air panas menurut jenis penggunaan gedung (air panas pada temperatur
60C)

Halaman 5
Kebutuhan berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing (dengan contoh)

• Perhitungan menggunakan tabel 3 (hlm. 6)


• Nilai dari tabel diartikan sebagai volume efektif, karena itu untuk menghitung volume
tangki air perlu menambahkan 25% - 30%
• Dalam menghitung laju aliran air digunakan “Faktor pemakaian untuk alat plambing”
o Rumah sakit, hotel 25%
o Rumah pribadi, rusun dan kantor 30%
o Pabrik, sekolah 40%
Halaman 6
Tabel 3 (Pemakaian air panas tiap alat plambing menurut jenis penggunaan gedung)

Halaman 7
Perbandingan perhitungan contoh 1 dengan 2
Kebutuhan berdasarkan beban unit alat plambing
1. Cari nilai Qh (kebutuhan rata-rata per jam)
2. Qh max = Qh x c1 (nilai c1 = 1.5 sampai 2)
3. Konversi alat plambing ke satuan unit beban (tabel 4 hlm 8)
4. Berdasarkan jumlah alat plambing – perkirakan laju aliran dengan diagram 1 (hlm. 9 kurva
pengaliran serentak)
5. Hasil yang didapat agalah Qh max

Halaman 8
Tabel 4 (Unit beban alat plambing air panas menurut jenis alat plambing dan guna bangunan)

Halaman 9
Diagram 1 (Pengaliran serentak, berdasar unit beban alat plambing air panas)

Sistem penyediaan air panas


Halaman 10 - 11
Sistem pemanaasan dengan instalasi lokal
Pemanas air dipasang setempat dan sedekat mungkin dengan alat plambing yang membutuhkan air
panas. Sumber kalor pemanas listrik atau gas. Keuntungannya air panas lebih cepat diperoleh,
kehilangan kalor pada pipa kecil, pemasangan dan perawatan sederhana tetapi kebutuhan air panasnya
terbatas. Sumber kalor pemanas adalah listrik atau gas.

• Pemanasan sesaat (instantneous)


Air dipanaskan dengan pipa-pipa yang dipasang dalam alat pemanas
• Pemanasan simpan (storage)
Air dipanaskan dalam suatu tangki yang dapat menyimpan panas dalam jumlah tidak terlalu
besar
Halaman 11 - 12
Pemanasan dengan instalasi sentral
Air panas dibuat disuatu bagian gedung dengan pipa distribusi yang mengalirkan ke seluruh gedung.
Menggunakan bahan bakar berupa solar dan listrik yang tidak umum dipakai.

• Sistem lansung atau terbuka


Pipa hanya mengalirkan air panas dari tangki ke peralatan plambing saja. Kelemahannya
setelah satu malam tak terpakai keran-keran yang jauh akan menghasilkan air dengan
temperatur yang lebih rendah. Jarang digunakan untuk bangunan besar.
• Sistem sirkulasi atau tertutup
Jaringan pipa merupakan jaringan tertutup. Meskipun tidak ada air panas, sirkulasi tetap
berjalan dikembalikan ke tangki dengan bantuan pompa sirkulasi karena gaya gravitasi.
o Sistem distribusi aliran up-feed dialirkan melalui pipa utama yang bercabang ke
bawah
o Sistem distribusi down-feed dialirkan melalui pipa utama yang bercabang ke atas
o Sistem distribusi kombinasi aliran atas dan bawah
o Sistem sirkulasi dengan pipa tunggal
o Sistem sirkulasi dengan pipa ganda
o Tangki pemanas yang diletakkan di atap
o Tangki atas yang diletakkan di bawah

Halaman 13
Gambar 3 (Sistem pengaliran ke atas, tangki bawah dan pipa ganda, sirkulasi pompa)

Halaman 14
Gambar 4 (Sistem aliran ke atas, tangki atas)

Halaman 15
Gambar 5 (Sistem kombinasi aliran atas dan bawah, tangki bawah, pipa tunggal, sirkulasi
pompa)

Halaman 16
Gambar 6 (Sistem aliran kebawah, tangki bawah, pipa ganda, sirkulasi pompa)

Halaman 17
Gambar 7 (Sistem aliran ke bawah, tangki atas, pipa ganda, sirkulasi pompa)
Gambar 8 (Sistem reverse return, tangki bawah, pipa ganda, sirkulasi pompa)
Halaman 18
Gambar 9 (Sistem reverse return, tangki bawah, pipa ganda, sirkulasi gravitasi)
Gambar 10 (Sistem reverse return, tangki bawah, pipa tunggal, sirkulasi gravitasi)

Halaman 19
Beberapa hal yang penting dalam sistem

• Kemiringan pipa
Dalam sistem aliran ke atas, Pipa mendatar dimiringkan ke atas sedangkan aliran ke bawah,
pipa mendatar dimiringkan ke bawah. Kemiringan dibuat securam mungkin (1:200 sampai
1:300) dan pada titik tertinggi pipa diberi katup pelepas udara.
• Perbandingan pipa sirkulasi tunggal dan ganda
Pada sistem pipa tunggal, pipa hanya menghantar air panas dari tangki pemanas tanpa pipa
balik. Serupa dengan sistem lansung dan hanya cocok untuk gedung dimana pipa distribusi air
panas cukup pendek atau pemakaiannya sering. Pada sistem ganda selalu terjadi sirkulasi air
panas karena adanya pipa hantar dan pipa balik. Karena bersifat ganda harganya lebih mahal.
• Perbedaan sirkulasi gravitasi dengan sirkulasi pompa
Aliran dalam pipa terjadi karena perbedaan tekanan. Karena bersifat alamiah hanya cocok
untuk gedung berukuran kecil saja. Dalam sirkulasi pompa laju aliran air dipercepat secara
paksa dengan memasang pompa pada pipa aliran balik.
• Reverse return untuk keseragaman temperatur
Dalam gedung besar, agar temperatur tetap seragam maka dibuat pipa reverse return yaitu
pipa balik yang dibalik arahnya
• Pipa dan tangki ekspansi
Karena volume air berubah sesuai dengan temperatur air maka diperlukan peralatan yang
menampung perubahan volume.

Halaman 21
Gambar 11 (Sistem lengkap air panas, dingin, kebakaran)

Halaman 22
Gambar 13 (Contoh konstruksi tangki pemanas sentral tipe horizontal)

Halaman 23
Gambar 14 (Contoh tangki pemanas tipe vertikal)
Air Kotor
Halaman 1
Klasifikasi sistem pembuangan

• Sistem pembuangan air kotor (black water)


Sistem pembuangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing
• Sistem pembuangan air bekas (grey water)
Air buangan dari bathtub, wastafel, sink dapur, dan lainnya. Tersedia riol umum yang dapat
menampung air bekas, dapat digabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu
• Sistem pembuangan air hujan
Sistem terpisah dari sistem pembuangan air kotor maupun air bekas
• Sistem air buangan khusus
Sistem yang membuang air kandungan gas, racun, lemak, limbah dan lainnya

Klasifikasi berdasarkan cara pengaliran

• Sistem gravitasi
Mengalirkan dari tempat yang lebih tinggi ke rendah secara gravitasi ke saluran umum yang
letaknya rendah
• Sistem bertekanan
Sistem yang menggunakan pompa karena saluran umum letaknya lebih tinggi sehingga air
buangan dikumpulkan pada suatu bak penampungan kemudian dipompakan keluar ke riol
umum.

Halaman 2
Gambar 1 (Skema umum sistem pembuangan gravitasi)

Halaman 3
Gambar 2 (Skema umum sistem pembuangan bertekanan)

Halaman 4
Gambar 3 (Fungsi dari perangkap dan fungsi ven)
Efek sifon dan peranan pipa ven pada sistem pembuangan

• Perangkap air pada setiap alat plambing berfungsi sebagai penyekat agar gas dan bau tidak
masuk ruangan
• Penanggulangan efek sifon menggunakan pipa ven untuk memasukkan udara antara
perangkap dan air pada pipa tegak

Halaman 5
Gambar 4 (Sirkuit pipa ven)
• Gas akibat pembusukkan terjadi dalam pipa pembuangan tegak maupun horizontal
• Tekanan gas dalam pipa terjadi karena tekanan air mengakibatkan adanya efek tiup
• Pipa ven berfungsi sebagai pelepas gas dan bau yang terjadi karena efek sifon dan tiup

Halaman 6
Bagian-bagian sistem pembuangan

• Alat-alat plambing
• Pipa pembuangan
• Pipa ven
• Perangkap dan penangkap
• Bak penampung dan tangki septik
• Pompa pembuangan

Alat plambing untuk pembuangan


Alat plambing yang digunakan tergantung dari fungsi gedung sendiri

Pipa-pipa pembuangan
Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa pembuangan
lainnya

Halaman 7
Gambar 5 (Bagan lengkap komponen sistem pembuangan dan pipa ven)

Halaman 8
Kemiringan pipa pembuangan dan kecepatan aliran

• Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang mengandung
bagian padat
• Pipa pembuangan horizontal tidak penuh berisi air buangan melainkan hanya 2/3 dari
penampang pipa sisanya kosong berisi udara
• Tabel 1 (Kemiringan pipa horizontal)
o Diameter 75 mm atau kurang = 1/50 (2%)
o Diameter 100 mm atau kurang = 1/100 (1%)
• Kecepatan terbaik dalam pipa horizontal adalah 0.6 sampai 1.2 m/detik, kemiringan lebih
curam akan menimbulkan efek sifon
• Pipa berdiameter kecil mudah tersumbat endapan atau kerak karena itu untuk jalur panjang,
ukuran diameter pipa tidak boleh kurang dari 50 mm
Halaman 9
Syarat umum pipa pembuangan

• Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran ≥ sama dengan diameter terbesar dari
perangkap alat plambing yang dilayaninya
• Pipa tegak harus mempunyai ukuran ≥ sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang
disambungkan
• Pipa tegak maupun cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah aliran
buangan
• Pipa pembuangan yang tertanam di tanah harus mempunyai ukuran ≥ 50 mm
• Jarak interval cabang minimum 2.5 m (jarak pada pipa tegak antara dua titik dimana cabang
mendatar disambungkan pada pipa tegak)
• Pipa ofset adalah pipa tegak yang berubah arah dan harus memenuhi persyaratan khusus

Halaman 10 - 11
Tabel 2 (Diameter minimum perangkap dan pipa buang alat plambing)
Catatan tabel 2

Halaman 12
Gambar 6 (Interval cabang)

Halaman 13
Gambar 7 (Pipa offset dan syaratnya)

• Pipa ofset bersudut 45 ° atau kurang terhadap garis tegak ditentukan ukurannya seperti pipa
pembuangan tegak
• Pipa ofset yang bersudit kurang dari 45 ° ditentukan ukurannya seperti pipa pembuangan
gedung

Halaman 14
Ukuran pipa pembuangan

• Berdasarkan tabel 3 (hlm. 15-16)


• Berdasarkan tabel 4 (hlm. 17) digunakan untuk mencari ukuran diameter pipa cabang
horizontal dan pipa tegak yang merupakan pengumpul air kotor
• Berdasarkan tabel 5 (hlm. 17) digunakan untuk menghitung diameter pipa pembuangan
mendatar terakhir yang mengumpulkan air kotor dari pipa tegak dan membuang ke riol umum
Halaman 15 - 16
Tabel 3 (Beban unit alat plambing untuk air kotor)

Halaman 17
Tabel 4 (Maksimum beban unit alat plambing yang diijinkan untuk cabang horizontal dan pipa
tegak)
Tabel 5 (Maksimum beban unit alat plambing yang diijinkan untuk pipa pembuangan gedung)

Halaman 18
Contoh 1 (Mencari ukuran pipa pembuangan dari sekelompok peralatan plambing)

Halaman 19
Contoh 2 (Mencari diameter pipa pembuangan gedung)

Halaman 20 - 22
Perangkap
Perangkap berbentuk “U” berisi air berfungsi sebagai penyekat untuk mencegah adanya
pembusukkan, timbul gas atau masuk seranggga

Syarat perangkap
• Kedalaman air penyekat berkisar 50 sampai 100 mm
• Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa dan sederhana
• Tidak ada bagian bergerak atau bersudut

Jenis perangkap

• Perangkap yang dipasang pada alat plambing dan pipa pembuangan


• Perangkap yang menjadi satu dengan alat plambing
• Perangkap yang dipasang di luar gedung

Perangkap yang dilarang

• Perangkap dari bahan plastik lunak


• Pemasangan perangkap ganda
Pengecualian pemasangan perangkap
Tiap alat plambing tidak diharuskan untuk mempunyai perangkap masing-masing

Halaman 22 – 25
Penangkap
Bertujuan untuk mencegah kandungan air kotor berupa bahan berbahaya, menyumbat atau dapat
mempengaruhi kemampuan sistem pembuangan

Persyaratan penangkap

• Penangkap harus dipasang sedekat mungkin dengan alat plambing yang dilayaninya
• Konstruksi harus mudah dibersihkan dilengkapi dengan tutup yang mudah dibuka
• Konstruksi penangkap harus efektif memisahkan minyak, lemak dan sebagainya dari air
buangan
• Bila sudah dipasang penangkap dilarang memasang perangkap

Jenis penangkap

• Penangkap lemak
Dibuat dari beton dan baja untuk mesin cuci piring, bak cuci, saluran pembersih dapur dan
sebagainya
• Penangkap bahan bakar dan minyak pada bengkel
Tutupnya harus rapat dan disediakan pipa ven khusus
• Penangkap pasir
Digunakan pada tempat cuci kaki kolam renang. Dipasang pada saluran terbuka air hujan di
luar gedung dengan prinsip kerja mengendapkan tanah atau pasir
• Perangkap plastik, rambut dll

Halaman 26 - 28
Sistem ven
Untuk menghilangkan efek sifon dan efek tiup

Jenis sistem ven

• Sistem ven tunggal


Dipasang sebuah pipa ven yang dihubungkan dengan pipa ven lainnya atau lansung dibuang
keluar
• Sistem ven lup
Pipa ven melayani dua atau lebih alat plambing yang dipasang pada cabang mendatar pipa
buangan dan disambungkan ke pipa ven tegak. Pipa ven ini dipasang di depan alat plambing
yang paling jauh dari pipa tegak buangan
• Sistem ven pipa tegak (vent stack)
Semua pipa pembuangan disambungkan lansung ke pipa tegak pembuangan. Merupakan
perpanjangan dari pipa tegak air buangan di atas cabang mendatar pipa buangan tertinggi
• Sistem ven basah
Pipa pembuangan berfungsi sebagai pipa ven oleh karena itu beban air buangan hanya
setengah dibanding dengan pipa pembuangan sejenis
• Siistem ven balik
Diterapkan apabila pipa ven tunggal tidak dapat disambung ke pipa ven lainnya yang lebih
tinggi hingga harus dibelokka ke bawah dahulu
• Sistem ven yoke
Pipa tegak air pembuangan yang melayani lebih dari 10 interval cabang harus dilengkapi
dengan pipa ven yoke untuk setiap 10 interval cabang. Merupakan ven pelepas yang
menghubungkan pipa tegak air buangan ke pipa tegak ven

Halaman 28 – 30
Persyaratan pipa ven

• Kemiringan pipa ven harus dibuat dengan kemiringan yang cukup


• Cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang oleh masuknya air kotor
• Tinggi pipa ven horizontal harus diletakkan paling sedikit 15 cm di atas muka air peluapan
alat plambing tertinggi
• Ujung pipa ven terakhir harus terbuka ke udara luar

Halaman 31
Ukuran pipa ven dalam “Pedoman plambing Indonesia 1979”

Halaman 32
Tabel 6 (Ukuran pipa cabang horizontal ven dengan lup)
Tabel 7 (Ukurang dan panjang pipa ven)

Halaman 33 - 34
Contoh perhitungan pipa ven

Halaman 35-36
Lubang pembersih
Lubang pembersih diperlukan untuk mengatasi kotoran dan kerak yang mengendap pada dinding pipa
dan benda-benda kecil yang masuk ke dalam pipa pembuangan
Syarat lubang pembersih

• Harus dipasang di tempat yang mudah dijangkau dan mempunyai ruang sekelilingnya
• Lubang pembersih harus dipasang pada
o Awal pipa cabang horizontal atau pipa pembuangan gedung
o Pipa mendatar yang panjang
o Belokkan pipa baik vertikal maupun horizontal
o Ujung bawah pipa tegak dan di sepanjang pipa tegak pada setiap jarak 2 atau 3 lantai
o Sambungan pipa baik bertikal maupun horizontal
o Di setiap jarak tertentung di sepanjang pipa yang tertanam
• Jarak antar lubang pembersih di sepanjang pipa pembuangan untuk pipa berdiameter sampai
100 mm tidak boleh lebih 15 m dan untuk pipa yang lebih besar tidak boleh lebih 30 m

Ukuran lubang pembersih

• Pipa berdiameter sampai 100 mm, ukuran lubang pembersih harus sama dengan ukuran pipa
sedangkan untuk ukuran pipa yang lebih dari 100 mm, lubang pembersih harus dibuat dengan
ukuran 100 mm
• Pipa yang tertanam di tanah diperlukan bak kontrol yang lebih besar dari lubang pembersih.
Penutup bak kontrol harus rapat. Untuk pipa yang tertanam dengan ukuran kurang dari 200
mm diperkenankan untuk memakai lubang pembersih

Pemasangan

• Setiap lubang pembersih harus dipasang berlawanan arah dari arah aliran
• Tutup lubang pembersih harus mudah dibuka dan dibuat rata dengan dinding
• Lubang pembersih pada bagian bawah pipa tegak dapat dipasang pada lantai atau dinding
terdekat
• Contoh gambar dapat dilihat pada hlm. 37

Halaman 37
Gambar 8 (Contoh pemasangan clean out pada gedung)

Halaman 38 - 39
Bak penampungan dan pompa air kotor
Untuk keadaan dimana riol umum terletak di atas pipa pembuangan utama gedung, maka diperlukan
bak penampungan untuk air kotor. Bak penampungan sebaiknya dibuat terpisah sesuai dengan
kualitas air kotornya sendiri.

Syarat bak penampungan air kotor

• Bak penampung harus kedap air dan dilengkapi pipa ven, pompa, sekral otomatik pengatur
operasi pompa dan alarm yang menyatakan muka air tertinggi dan terendah
• Dinding bak penampung tidak boleh menyatu dengan bak penampung air bersih
• Harus dilengkapi lubah pemeriksa (man-hole)
• Dasar bak penampungan harus dibuat miring (1.15 sampai 1.10) dan bagian paling rendah
dibuat lekukan isapan pompa dengan syarat

Halaman 39 – 42
Pompa Pembuangan

• Pompa air kotor


Pompa harus tidak mudah tersumbat sehingga impeler pompanya dibuat lebih lebar
• Pompa drainase
Memompa air kotor dengan sedikit kandungan padat
• Pompa penguras
Memompa dan menguras air kotor tanpa kandungan padat
• Pompa bak basah
Pompa yang dipasang lansung dalam bak penampungan lansung, terendam dalam air kotor
• Pompa bak kering
Pompa dipasang dalam ruang pompa terpisah dari bak penampungan

Halaman 41
Gambar 12 (Pompa bak basah)

Halaman 42
Gambar 13 (Pemasangan pompa bada bak kering)
Gambar 14 (Pompa bak kering)

Halaman 43
Tangki septik dan rembesan
Prinsip kerja tangki septik adalah mengolah dan memisahkan antara air dengan kotoran dengan cara
pengendapan. Sistem pembuangan tangki septik terdiri dari tangki septik, sumur resapan berisi
bidang-bidang resapan

Gambar 15 (Sistem pembuangan dengan tangki septik)

Halaman 44
Gambar 16 (Komponen sistem pembuangan)
Tabel 8 (Jarak komponen menurut NPC)
Halaman 45
Gambar 17 (Syarat jarak komponen sistem tangki septik)

Syarat ukuran tangki septik

• Tangki septik harus mempunyai ruang udara di atas permukaan air kotor minimum 30 cm
• Ukuran ruang penampung tangki septik minimum adalah, lebar = 0.9 m, panjang = 1.5 m,
kedalaman = 1.2 m
• Untuk bangunan hunian, volume air kotor yang ditampung dapat diperhitungkan berdasarkan
volume 0.14 – 0.17 m3 air kotor per orang
• Untuk bangunan umum, volume air kotor = 0.057 – 0.086 m3 air kotor/orang
• NPC menganjurkan ruang tangki septik dibagi menjadi 2 bagian, 2/3 untuk ruang air kotor
baku dan 1/3 bagian untuk ruang lumpur

Halaman 46
Tabel 9 (Rekomendasi ukuran tangki septik untuk rumah tinggal)
Contoh 1

Halaman 47
Resapan
Resapan tergantung kepada permeabilitas tanah, tinggi permukaan air tanah serta luas dan
kemiringan tanah

• Sumur resapan
Sistem sumur resapan merupakan sistem kompak yang membutuhkan lahan lebih kecil. Muka air
paling sedikit harus 60 cm di bawah dasar sumur resapan. Air kotor yang keluar dari sumur resapan
ditampung oleh lubang galian sumur resapannya sendiri.

Halaman 48
Tabel 10 (Bidang absorbsi untuk sumur resapan)
Contoh 2

Halaman 49
Gambar 19 (Tangki septik dan sumur resapan berdasarkan soal 2)

• Bidang Resapan
Pada daerah yang mempunyai muka air tanah tinggi, maka dapat digunakan bidang resapan.
Merupakan penggunaan pipa-pipa resapan yang diletakkan dalam suatu parit dengan lebar dasar parit
tertentu. Pipa yang terbaik adalah ppa tanah liat berlubang-lubang diameter 10 cm yang di letakkan di
atas lapisan kerikil. Di atas pipa diletakkan kertas aspal atau plastik lembaran agar tidak terjadi
rembesan air kotor ke atas.

Halaman 50
Gambar 20 (Konstruksi pipa resapan)
Tabel 11 (Syarat konstruksi pipa dan bidang resapan)
Tabel 12 (Bidang absorbsi untuk pipa resapan, hasil test perkolasi)

Halaman 51 - 52
Catatan tentang test pada tabel 12
Tabel 13 (Ukuran bidang resapan dan jarak dari pipa)
Contoh 3

Air Hujan
Halaman 1
Masalah utama dari air hujan

• Mengalirkan air hujan yang tidak diinginkan menjauh dari bangunan


• Mengalirkan air permukaan dan air dalam tanah keluar dari tapak ke pembuangan umum
• Mengendalikan aliran air hujan agar tidak terjadi erosi

Pengendalian air hujan di bangunan


Pembuangan air hujan dikumpulkan pada beberapa titik pembuangan yang dipasangkan saringan agar
kotoran tidak masuk pada talang bertikal. Air hujan yang masuk ke balkon juga disaring dengan floor
drain kemudian dialirkan ke talang vertikal dan berakhir di pembuangan utama atau bak penampung.

Halaman 2 - 4
Gambar 3 (Komponen untuk meresapkan dan menjauhkan aliran air hujan dari bangunan)
Pembuangan air hujan dari atap

• Membuang air hujan dari atap secepat mungkin


• Pipa talang horizontal maupun vertikal harus cukup besar agar dapat menyalurkan sesuai
kapasitas air dan luas atap
• Pipa pembuangan tidak mudah tersumbat sehingga perlu dipasangkan saringan-saringan
• Pipa air hujan horizontal di dalam bangunan harus mudah dibersihkan
• Aliran dalam pipa pembuangan tidak boleh terhambat sehingga hindari sebanyak mungkin
pembelokkan pipa
• Bila air hujan direncanakan untuk ditampung terlebih dahulu di lantai basement makan
diperlukan bak penampung dan pompa penguras
• Nilai unit beban alat plambing untuk sump pump dengan kemampuan mengalirkan air 3.8
liter/menit adalah 2 sedangkan untuk floor drain berdiameter 40 mm – 0.5, 50 mm – 1 dan 75
mm – 2

Halaman 4
Ukuran pipa air hujan tergantung pada jumlah kecepatan air yang dialirkan dari atap

Mencari ukuran pipa berdasarkan data curah hujan

Halaman 5
Tabel 1 (Konversi Q ke diameter talang tepi (gutter)
Tabel 2 (Konversi Q ke diameter talang tegak (leader)

Mencari ukuran pipa bila curah hujan tidak diketahui


Nilai curah hujan diasumsikan 100 mm / jam dan digunakan 3 tabel langsung menghubungkan antara
luas atap dengan ukuran pipa leader, storm drain dan gutter yang diperlukan

Tabel 3 (Ukuran talang vertikal air hujan)

Halaman 6
Tabel 4 (Ukuran pipa pembuangan horizontal utama)
Tabel 5 (Ukuran talang tepi horizontal semi sirkular)

Halaman 7 - 8
Contoh perhitungan ukuran pipa

Halaman 9 - 10
Drainase tapak
Setiap pembangunan di tapak biasanya mengubah pola drainase yang ada dan menambah jumlah
aliran air hujan akibat tertutupnya tanah yang poreus oleh bangunan atau perkerasan
Drainase permukaan
Meliputi sheet flow, pembuatan salura-saluran terbuka untuk jalan dan tempat parkir, pembuatan
alur/lekuk tanah dan bukit kecil yang merupakan bagian rancangan lanskap tapak

Sheet flow dan alat perlengkapannya


Sheet flow dimaksudkan sebagai drainase yang terjadi karena adanya kemiringan permukaan tanah,
perkerasan atau taman. Aliran air semacam ini ditampung oleh saluran terbuka atau bak penampung
kemudian diteruskan ke saluran air hujan lingkungan atau tempat pembuangan lainnya. Bentuk bidang
mirip (sloping plane) merupakan bentuk yang paling sering di gunakan karena mempunya varian
kemungkinan yang tak terbatas. Bila air hujan tetap mengumpul di dalam tapak maka dapat digunakan
bentuk lembah (alley) untuk mengontrol aliran air hujan. Dibentuk dari hanya lekukan tanah
berumput dengan kemiringan 1% sampai pembuatan saluran dengan atau tanpa perkerasan.

Halaman 11
Bentuk corong (funnel) merupakan penggabungan dari bentuk sebelumnya dimana diperlukan corong
pengumpul serta jaringan pipa bawah tanah untuk mengalirkan air hujan keluar tapak

Berkaitan dengan sheet flow, 3 bentuk alat pengumpul air hujan :

• Area drain
Berfungsi seperti corong, menangkap air dari suatu daerah berukuran tertentu dan sekedar
mengarahkan air dari permukaan lansung ke dalam pipa
• Bak pengumpul
Fungsinya serupa dengan area drain, tetapi memiliki fungsi tambahan yaitu penangkap tanah
dan kotoran
• Pipa pengumpul
Berbentuk linier dan memiliki elevasi yang fleksibel sehingga mudah mengikuti ketinggian
tanah, jalan atau tempat parkir

Halaman 12
Gambar 7 (Alat pengumpul air hujan)

Halaman 13
Bak pengumpul air hujan berukuran besar diperlukan pada lanskap yang memakai perkerasan dalam
ukuran yang luas. Sebab permukaan perkerasan yang luas di samping memerlukan pengeringan yang
cepat, juga mempunyai koefiesien aliran air yang tinggi.

Gambar 8 (Bak penampung air hujan)


Halaman 14
Gambar 9 (Korelasi jumlah bak penampung dengan kedataran permukaan perkerasan)

Halaman 15
Alah perlengkapan penting selain alat pengumpul air hujan adalah bak pemeriksa atau bak kontrol.
Bak kontrol air hujan perlu diletakkan :

• Perubahan saluran pipa


• Perubahan ukuran pipa saluran
• Perubahan kemiringan pipa saluran
• Pertemuan dua atau lebih pipa saluran
• Jarak antar bak kontrol yang berkisar 100 sampai 150 m

Gambar 10 (Contoh bak kontrol)

Halaman 16
Tabel 6 (Kemiringan elemen luar bangunan)

Ukuran pipa pembuangan air hujan

• Intesitas hujan (tingkat kederasan), jumlah hujan, dan lamanya hujan


• Karakteristik daerah yang dilalui air hujan, porositas tanah, kemiringan lereng dan tanaman
penutup tanah

Halaman 17
Menghitung jumlah aliran air hujan
Q=CxIxA
Q = jumlah aliran air hujan pada suatu daerah (cu.ft/detik)
C = koefisien aliran air hujan
I = intesitas curah hujan untuk suatu wilayah
A = luas daerah (acre)

Tabel 7 (Koefisien C untuk berbagai jenis permukaan)


Halaman 18
Gambar 11 (Diagram Manning, untuk menghitung besaran pipa pembuang air hujan di tapak)

Halaman 19
Contoh perhitungan dengan formula Manning

Halaman 20
Drainase bawah tanah

• Mengumpulkan dan membuang air hujan yang jatuh di atap, jalan, ruang terbuka ke dalam
pipa bawah tanah yang berfungsi sebagai drainase utama lingkungan
• Melindungi tanah di kaki bangunan dengan pengadaan footing drain
• Pembuangan aliran air permukaan yang dengan sengaja tidak dialirkan di permukaan dengan
pipa resapan

Drainase lingkungan
Untuk suatu lingkungan bangunan yang luas, bila tidak tersedia saluran umum, maka saluran utama
pembuangan lingkungan dibuang ke sungai terdekat atau kolam buatan di dalam atau di luar tapak

Gambar 12 (Sistem pembuangan air hujan dari lingkungan)

Halaman 21
Footing drain
Mencegah tekanan hidrostatik tanah pada dinding basement dan untuk menurunkan tinggi permukaan
air tanah di sekeliling pondasi atau basement. Pembuatan konstruksi khusus yang disebut head wall,
yang mempunyai dinding dan landasan kerikil untuk pencegah erosi.

Gambar 13 (Pencegahan erosi pada pondasi)(footing drain)

Halaman 22
Gambar 14 (Aksonometri dari footing drain)
Gambar 15 (Drainase untuk dinding penahan tanah)
Halaman 23
Drainase untuk bidang khusus
Pada situasi khusus dimana metoda sheet flow tidak dapat diterapkan, maka dapat menggunakan
drainase di bawah tanah dengan pipa resep di bawah tanah yang dapat dicapai dengan membuat
saluran horizontal di dalam lapisan tanah, menggunakan pipa tanah liat berlubang-lubang setengah di
bagian atas atau pipa sambungan terbuka.

Bentuk drainase bawah tanah khusus

• Alamiah
Digunakan bila kapasitas air hujan yang akan dialirkan hanya sedikit dan di tempat tertentu
saja
• Duri ikan
Digunakan untuk lahan berbentuk cekung dengan lereng di kedua sisinya atau pada bidang
datar dengan pengaturan kemiringan pipa di dalam tanahnya
• Paralel
Dimana aliran air masuk pada pipa-pipa cabang yang paralel kemudian diteruskan pada pipa
induk yang berpotongan pada sudut kurang dari 90°

Gambar 16 (Drainase permukaan)

Halaman 25
Gambar 17 (Drainase bawah tanah)
Gambar 18 (Drainase bawah tanah, dengan kolam tampung)

Halaman 26
Gambar 19 (Drainase kombinasi permukaan dan bawah tanah)
Gambar 20 (Perspektif drainase kombinasi)

Anda mungkin juga menyukai