BAB VI
KRITERIA TEKNIS PERENCANAAN
JARINGAN PERPIPAAN
6.1 Umum
Jaringan perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan untuk
mentransportasikan air bersih dari tempat penampungan, dalam hal ini adalah reservoir,
menuju menara-menara air di daerah pelayanan.
Jaringan perpipaan air minum harus dapat melayani kebutuhan air bersih
konsumen yang telah sesuai dengan syarat-syarat dalam hal kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas. Air yang didistribusikan ini harus sesuai jumlahnya dengan kebutuhan air
pada masing-masing jenis pelayanan pada setiap tahap perencanaan. Selain kriteria
tersebut, air yang akan dialirkan tidak boleh mengalami kontaminasi selama perjalanan
serta dengan kebocoran teknis yang dapat ditekan seminimal mungkin.
Untuk itu terdapat beberapa kriteria teknis yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Diusahakan pengaliran dilakukan secara gravitasi untuk menghindari penggunaan
pompa.
b. Memperhatikan keadaan profil muka tanah di daerah perencanaan.
c. Diusahakan untuk menghindari penempatan jalur pipa yang sulit sehingga
pemilihan lokasi penempatan jalur pipa tidak akan menyebabkan penggunaan
perlengkapan yang terlalu banyak.
d. Jalur pipa sedapat mungkin mengikuti pola jalan seperti jalan yang berada di atas
tanah milik pemerintah, sepanjang jalan raya atau jalan umum, sehingga
memudahkan dalam pemasangan dan pemeliharaan pipa.
e. Lokasi jalur pipa dipilih dengan menghindari medan yang sulit, seperti bahaya
tanah longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang dapat menyebabkan
lepas atau pecahnya pipa.
f. Jalur pipa diusahakan sesedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, dan lintasan
kereta, jalan yang kurang stabil untuk menjadi dasar pipa, dan daerah yang dapat
menjadi sumber kontaminasi.
g. Jalur pipa sedapat mungkin menghindari belokan tajam baik yang vertikal
maupun horizontal, serta menghindari efek syphon yaitu aliran yang berada diatas
garis hidrolis.
h. Untuk jalur pipa yang panjang sehingga membutuhkan pompa dalam
pengalirannya, katup atau tangki pengaaman harus dapat mencegah terjadinya
water hammer.
2. Sistem Pompa
Pada sistem ini, pompa digunakan untuk mendorong air secara langsung ke tiap
daerah pelayanan. Sistem ini sangat tergantung pada kemampuan pompa untuk
mendistribusikan air sehingga bila kerusakan terjadi pada pompa maka sistem
pengaliran juga akan terganggu. Sistem ini biasa dipakai pada daerah-daerah yang
letak daerah pelayanannya lebih tinggi daripada sumber airnya atau dari reservoir
distribusinya, sehingga penyaluran secara gravitasi tidak dapat dipergunakan.
Keuntungan pengaliran dengan sistem ini adalah daerah pelayanan yang lebih
besar, pengaliran yang lebih jauh, dan head yang tersedia dapat mencapai 100 m.
mengalirkan air bersih ke daerah pelayanan juga mengisi reservoir distribusi. Dan
bila kebutuhan air meningkat, maka air bersih yang terdapat pada reservoir
distribusi akan dialirkan untuk mendukung pengaliran air bersih dari pompa.
Pipa induk merupakan pipa yang memiliki diameter terbesar dan jangkauan
terluas, serta dapat melayani dan menghubungkan daerah-daerah (blok) pelayanan
dan di setiap blok memiliki satu atau dua penyadap yang dihubungkan dengan
pipa cabang. Pada setiap tempat bersambungnya pipa sekunder atau cabang dari
pipa induk maupun pada pipa pelayanan dengan pipa sekunder atau cabang, selalu
dilengkapi dengan penyadapan (tapping).
2. Sistem Mikro
Sedangkan sistem mikro adalah sistem yang berfungsi sebagai pipa pelayanan
yaitu pipa yang melayani sambungan air bersih ke konsumen dengan memperoleh
air dari pipa sekunder. Sistem mikro dapat membentuk jaringan pelayanan yang
terdiri dari atas pipa pelayanan utama (small distribution mains) dan pipa
pelayanan ke rumah-rumah (house connection).
Berdasarkan klasifikasi jaringan perpipaan distribusi, maka terdapat beberapa
jenis pipa diantaranya adalah pipa induk, pipa sekunder atau cabang, dan kemudian pipa
pelayanan. Dan untuk tiap jenis pipa ini terdapat klasifikasi dan kriteria desain yang perlu
disesuaikan. Klasifikasi dari pipa induk beserta kriterianya akan dijelaskan sebagai
berikut.
Kriteria desain yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah :
1. Diameter pipa minimum adalah 150 mm (6”).
2. Kecepatan aliran minimum di dalam pipa adalah 0,3 m/detik sedangkan kecepatan
aliran maksimum berkisar antara 3 - 5 m/detik tergantung dari jenis pipa yang
digunakan.
3. Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik kritis dengan sisa tekanan
tidak kurang dari 10 m.
4. Tekanan statis yang tersedia tidak lebih dari 100 m.
5. Pipa tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.
6. Pipa ini dapat mengalirkan air sampai akhir tahap perencanaan dengan debit
puncak.
Gasket untuk sambungan Grooved End dapat digunakan gasket yang terbuat dari
ethylene propylene diene monomer (EPDM), nitrile (Buna-N), halogenated butyl rubber,
Neoprene, silikon, dan fluorelastomers.
Bentuk dan ukuran fitting ditentukan berdasarkan ukuran bukaan dan sudut
defleksi. Reducer, Reducer Tee, dan reducer silang ditentukan berdasarkan ukuran pipa
tersambung yang terbesar terlebih dahulu baru ukuran pipa yang lebih kecil. Tabel 6-1
merangkum jenis-jenis fitting tipikal untuk pipa DIP.
Dengan mempertimbangkan usia pakai yang panjang dengan biaya yang murah,
lining pipa DIP dengan menggunakan semen dalam sistem distribusi air minum sangat
umum digunakan. Ketebalan standar dari lining ini disajikan pada Tabel 6-2.
Tabel 6-2. Ketebalan semen mortar untuk DIP baru (Dieter, 1999)
Diameter (mm) Ketebalan (mm)
100-250 1,6
300 1,6
350-550 2,4
600 2,4
750-900 3,2
1050-1350 3,2
Dikarenakan ketebalan lining yang tipis, terkadang digunakan ketebalan dua kali
lipat dari ketebalan lining minimum untuk menjamin keberlangsungan pemakaian pipa.
Walaupun semen merupakan bahan lining yang tahan lama, bahan semen tidak
bisa bertahan lama apabila mengalirkan air yang sangat sadah dengan total padatan
terlarut yang rendah, tidak bisa mengalirkan air dengan konten sulfat yang tinggi dan air
yang “dibawah jenuh” (Undersaturated).
Tabel 6-3 memuat bahan lain yang dapat digunakan sebagai bahan lining.
Tabel 6-3. Bahan lining untuk DIP baru (Dieter, 1999)
Lining Material Standar
Semen AWWA C104
Kaca -
Epoxy AWWA C120
Fusion Bonded Epoxy AWWA C213
Coal-Tar Epoxy AWWA C210
Coal-Tar Enamel AWWA C203
Polyethylene ASTM D 1248
Walaupun DIP resisten terhadap korosi, beberapa jenis tanah dapat merusak pipa
jenis ductile ini. Untuk mencegah hal tersebut, beberapa studi mensarankan pemakaian
selongsong setebal 0,2 mm terbuat dari bahan polyethylene yang elastis.
Penyelongsongan ini kerap disebut sebagai “baggies”. Apabila jenis tanah tempat
pemasangan pipa termasuk jenis yang korosif, beberapa bahan pelapis dibawah dapat
digunakan;
• Bahan perekat, extruded polyethylene wrap
• Bungkus plastik (AWWA C203)
• Coal-tar enamel panas (AWWA C203)
• Coal-tar epoxy (MIL-P-23236)
• Fusion bonded epoxy (AWWA C213)
Terbuat dari baja dengan sifat tidak tahan terhadap korosi elektris dan tekanan
atau benturan, tipis dan ringan, pembuatannya mudah, tetapi sulit dalam pemasangan
karena membutuhkan waktu yang banyak, serta penyambungan dapat dilakukan dengan
pengelasan dan mahal. Tersedia dalam ukuran 75 -1500 mm.
3. Untuk merubah dan membagi aliran, menggunakan elbow atau bend dan tee atau
cross.
4. Untuk menghentikan aliran (dead ends), dengan caps, plug, dan blindflange.
dimana,
W = resultan gaya (dyne)
P = tekanan air dalam pipa (kg/cm2)
A = luas penampang basah pipa (cm2)
θ = sudut belokan
yang dapat mengalir dalam pipa. Katup diletakkan setiap jarak 3 km pada jalar pipa yang
menurun atau menaik.
6.3.3.7 Manhole
Manhole merupakan sarana yang dapat dimasuki manusia untuk dapat memeriksa
dan memperbaiki peralatan pembantu distribusi yang ditempatkan didalamnya.
Tabel 6-4. Ketebalan pasir untuk tiap jenis dasar galian (Hardie, 1978)
Jenis Dasar Galian Tebal pasir di Bawah Pipa (mm)
tanah maupun dari air yang mengalirinya. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan
dalam memilih jenis pipa yang akan digunakan adalah sebagai berikut;
• Kondisi pelayanan
- Tekanan
- Beban tanah
- Korosivitas tanah
• Ketersediaan
- Ketersediaan di dekat wilayah perencanaan
- Ukuran dan ketebalan
- Kecocokan dengan fittings yang tersedia
• Karakteristik dari pipa
- Kekuatan pipa (terutama untuk water hammer)
- Ductility
- Ketahanan terhadap korosi
- Fluid friction resistance
• Ekonomi
- Biaya (pembelian, instalasi, transportasi)
- Umur pakai
- Harga operasi dan perawatan
Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan umum dalam memilih jenis pipa yang akan digunakan dalam perencanaan
konstruksi jaringan air. Tabel 6-5 menyajikan perbandingan beberapa jenis pipa.
Tabel 6-5. Perbandingan jenis pipa
Pipa Kelebihan Kekurangan
Kekuatan tahan tekan : 290.000 Kpa, Harga tinggi, terutama untuk
tahan korosi, tersedia berbagai ukuran pengangkutan dalam ukuran
joints dan fittings, ukuran tersedia : 100- yang panjang, tidak ada ukuran
DIP 1350 mm, tersedia dalam berbagai pipa diatas 1350 mm, sulit di
ketebalan, sangat kuat terhadap water las, mungkin membutuhkan
hammer, sangat kuat terhadap pelapis tambahan atau proteksi
pembebanan dari atas (tanah, dll) katodik apabila tanah korosif
perencanaan dan sedapat mungkin terletak di pusat atau di lokasi yang terdekat dengan
daerah pelayanan. Jika sistem distribusi air tidak dapat dilakukan secara gravitasi akibat
tidak adanya lokasi yang tidak cukup memadai, maka tipe reservoir yang dipilih dapat
merupakan kombinasi antara reservoir yang ditempatkan di dalam tanah (ground
reservoir) dengan menara air (elevated reservoir) yang terletak di permukaan tanah
dengan ketinggian tertentu.
Beberapa kriteria perencanaan untuk reservoir distribusi seperti yang
disarankan oleh Sukarmadijaya, et. al,1978 diantaranya adalah :
1. Ambang Bebas dan Dasar Bak
Diperlukan ambang bebas minimum 30 cm di atas permukaan air tertinggi
Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah
Kemiringan dasar bak sebaiknya antara 1/100 hingga 1/500 ke arah pipa
pengurasan
EPANET dapat memodelkan sistem distribusi air sebagai kumpulan dari link yang
dihubungkan oleh node sehingga sistem distribusi ini akan terdiri berbagai komponen
fisik. Yang dimaksud sebagai link adalah pipa, pompa, dan valve. Sedangkan node disini
mewakili junction, tangki, dan reservoir.
Junction merupakan titik dalam jaringan tempat terjadinya pertemuan antar link,
disini air dapat memasuki atau meninggalkan jaringan. Input data utama yang diperlukan
untuk komponen fisik ini adalah data tentang elevasi dan debit air yang akan disuplai
oleh node ini. Sedangkan output yang dihasilkan adalah berupa head hidrolik dan
besarnya tekanan pada junction tersebut. Selain input data yang telah disebutkan
sebelumnya, juga terdapat beberapa input pelengkap diantaranya adalah debit air yang
bervariasi terhadap waktu, kategori dari debit air, dan bila nilai debit ini dinyatakan
sebagai negatif maka hal ini menunjukan bahwa air memasuki jaringan.
Komponen fisik berikutnya adalah reservoir. Reservoir merupakan node yang
mewakili sumber eksternal atau sumber air yang masuk ke dalam jaringan. Input utama
yang diperlukan adalah head hidrolik yang nilainya akan sebanding dengan elevasi
permukaan air bila reservoir tersebut tidak memiliki tekanan. Reservoir tidak
memberikan hasil output tertentu, tetapi headnya dapat berubah terhadap waktu sesuai
dengan time pattern yang dijadikan acuan.
Berikutnya adalah tank yang merupakan node yang memiliki kapasitas
penyimpanan dan volume air yang tersimpan bervariasi terhadap waktu selama simulasi.
Input data yang diperlukan adalah:
Elevasi dasar, dengan level air adalah 0
Diameter atau bentuk tangki bila non-silindris
Initial, minimum, dan level maksimum dari tangki
Panjang pipa
Koefisien kekasaran untuk menghitung headloss
Status (open, closed , atau check valve)
Sedangkan output dari pipa adalah :
Flow rate
Kecepatan aliran
Headloss
Faktor friksi Darcy-Weisbach
Untuk kehilangan tekan akibat gesekan air dengan dinding pipa dapat dihitung
menggunakan persamaan Hazen Williams, Darcy-Weisbach, dan Chezy-Manning.
Namun persamaan Hazen Williams hanya dapat digunakan untuk aliran air yang turbulen
dan persamaan Chezy-Manning lebih banyak digunakan untuk aliran pada saluran
terbuka. Persamaan yang secara teoritis lebih baik untuk digunakan adalah persamaan
Darcy-Weisbach dan dapat digunakan untuk jenis liquid lainnya selain air.
Pompa merupakan link yang memberikan energi pada fluida dengan cara
meningkatkan head hidroliknya. Input yang sangat penting adalah start dan end node
serta kurva pompa yang digunakan. Untuk output utamanya adalahflow dan head yang
diperoleh. Flow melalui pompa adalah tidak berarah dan EPANET akan menghentikan
kerja pompa apabila pompa bekerja diluar batasan yang tertera pada kurva pompa.
Kecepatan pompa dapat diset pada nilai tertentu dan apabila pompa bekerja dengan
kecepatan yang lebih besar sebesar dua kalinya mak a speed pompa dapat diset pada
angka dua. Perubahan ini dapat ikut merubah kurva pompa yang digunakan. Seperti pada
pipa, pompa juga dapat diatur on dan off . Operasi pompa juga dapat disesuikan dengan
time pattern atau relative speed setting. EPANET juga dapat menghitung konsumsi
energi dari pompa.
Valve adalah link yang membatasi tekanan atau aliran pada nilai tertentu dalam
sebuah jaringan. Input yang penting untuk komponen ini adalah:
Start dan end node
Diameter
Setting
Status
Hf = [ Qmaks / hari
0,2785xCxD 2 ,63
] xLekivalen ...................................(6.5)
Dalam penerapan rumus di atas maka perlu diperhatikan bahwa harga koefisien
Hazen-Williams (C) yang berbeda-beda tergantung dari jenis pipa dan lama pipa tersebut
telah digunakan.
Besarnya minor losses dapat diabaikan karena nilainya yang relatif kecil bila
panjang pipa lebih besar dari 500 kali diameter pipa. Rumus yang digunakan untuk
menghitung besarnya minor losses ini adalah rumus Darcy-Weisbach.
Persamaan untuk menghitung kehilangan tekan ini adalah dengan menggunakan
rumus Darcy-Weisbach (Fair, Geyer, and Okun, 1971). Pada Tabel 6.6 dapat dilihat nilai
K yang dapat digunakan untuk berbagai jenis perlengkapan pipa.
V2
Hf = K ............................(6.6)
2g
dimana:
K = koefisien kehilangan tekanan
V = kecepatan aliran
Metode lain yang juga dapat digunakan dalam menentukan besarnya minor losses
adalah dengan prinsip ekivalensi terhadap panjang pipa. Dalam aplikasinya, akan
didasarkan pada persamaan Darcy-Weisbach (Fair, Geyer, and Okun, 1971).
Leq V 2 V 2
f = K ............................(6.7)
D 2 g 2 g
maka
K ⋅D
Leq = ............................(6.8)
f
menempatkan panjang pipa sebagai sumbu absis dan tinggi perletakkan pipa atau kontur
tanah serta ketinggian hidrolis pada sumbu ordinat. Profil hidrolis ditunjukkan dalam
bentuk Hydraulic Grade Line (HGL). HGL adalah garis yang menunjukkan efek dari
gesekan yang terjadi di dalam pipa, perubahan kecepatan dan perubahan energi dalam
pipa tersebut, sehingga HGL merupakan garis yang jarak vertikalnya di suatu titik pada
saluran tertutup proporsional terhadap tekanan pada pipa di titik tersebut, dengan satuan
meter kolom air (mka). Jika tekanan di dalam pipa lebih kecil dari tekanan atmosfer,
maka garis gradien hidrolis akan terletak di bawah garis jalur pipa. Hal ini akan
menimbulkan terjadinya tekanan negatif. Sedangkan EGL merupakan penjumlahan nilai
HGL dengan nilai v2/2g.