Anda di halaman 1dari 10

3.

4 Sistem Jaringan Drainase


3.4.1 General

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr.Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
drainase didefinisikan sebagai serangkaian banguna air yang berfungsi untuk mengurangi dan
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut.

Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem


drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Sistem jaringan drainase
perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu

a. Sistem Drainase Makro


Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/ badan air yang menampung dan mengalirkan
air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Pada umumnya sistem
drainase makro ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major
system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar
dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan
drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan
pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase
ini.
b. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang
termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/
selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain
sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya
drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun
tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman
lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

3.4.2 Fisik

Bila ditinjau deri segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase perkotaan
diklassifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier dan seterusnya.

a. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran
sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran
primer langsung dialirkan ke badan air.
b. Saluran Sekunder
Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran
tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer. Saluran ini menghubungkan saluran
tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/ plesteran semen).
c. Saluran Tersier
Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan
rumah-rumah ke saluran sekunder berupa plesteran, pipa, dan tanah. Umumnya saluran
tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan perumahan.
d. Saluran Kwarter
Saluran kolektor jaringan drainase lokal.

Gambar 2.1. Hirarki susunan saluran


(Sumber: Saragi, 2007)
Keterangan:

a = Saluran primer; b = Saluran sekunder; c = Saluran tersier; d = Saluran kwarter

3.4.3 Pengelolaan

Berdasarkan pembagian kewenangan pengelolaan dan fungsi pelayanan untuk sistem


drainase perkotaan menggunakan istilah sebagai berikut :

a. Sistem Drainase Lokal (minor urban drainage)


Sistem drainase lokal ( Minor ) adalah suatu jaringan sistem drainase yang
melayani suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah
komersial, perkantoran dan kawasan industri, pasar dan kawasan parawisata.
Sistem ini melayani area sekitar kurang lebih 10 Ha. Pengelolaan sistem drainase
lokal menjadi tanggungjawab masyarakat, pengembang atau instansi pada
kawasan masing-masing. ( lihat gambar 2.1 dan 2.2 )

b. Sistem Drainase Utama ( Major Urban Drainage )


Sistem Jaringan Utama ( Major Urban Draiange ) adalah sistem jaringan drinase
yang secara struktur terdiri dari saluran primer yang menampung aliran dari
saluran – saluran sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-
saluran tersier. Saluran tersier menampung aliran dari Daerah Alrannya masing-
masing. Jaringan Drainase Lokal dapat langsung mengalirkan alirannya ke saluran
Primer, sekunder maupun tersier. ( lihat gambar 2.1 dan 2.2 )

c. Pengendalian Banjir (flood control)


Pengendalian Banjir adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam sungai
maupun dalam badan air yang lainnya agar tidak maluap serta limpas atau
menggenagi daerah perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung jawab
pemerintah Propinsi atau Pemerintah Pusat. Konstruksi / Bangunan air pada
sistem Flood Control antara lain berupa :
-Tanggul

- Bangunan Bagi

- Pintu Air

- Saluran Flood Way

Gambar 3.1 Lay-out umum dari sistem drainase perkotaan


(Sumber: http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id/)

3.7 Kriteria Penentuan Jalur Drainase dan Daerah Pelayanan

3.7.1 Faktor Penentuan Daerah Layanan


Dalam menentukan luasan catchment area dari sebuah saluran yang melayani
suatu areal tertentu, perlu diperhatikan sistem drainase pada kota tersebut secara
keseluruhan, mengingat masing-masing areal pelayanan dari setiap saluran
merupakan sebuah subsistem dari sistem drainase kota sebagai suatu kesatuan.
Penentuan besarnya catchment area sangat tergantung dari beberapa faktor, antara
lain:
a. Kondisi topografi daerah proyek.
b. Sarana/prasarana drainase yang sudah ada.
c. Sarana/prasarana jalan yang sudah ada dan akan dibangun.
d. Sarana/prasarana kota lainnya seperti jaringan listrik, air bersih, telepon,
dan lain-lain.
e. Ketersediaan lahan alur saluran.

3.7.2 Faktor Penentuan Jalur Drainase

Jalur saluran sedapat mungkin mengikuti pola jaringan yang telah ada,
kecuali untuk saluran tambahan, dan/atau saluran drainase di daerah perluasan
kota. Penentuan jalur saluran drainase harus memperhatikan beberapa faktor
diantaranya yaitu jaringan dan/atau rencana fasilitas (komponen infrastruktur)
yang lain, misalnya rencana jalan, pipa air minum, jaringan kabel bawah tanah,
dll.

3.7.3 Kriteria Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi saluran adalah untuk mendapatkan situasi


memanjang dan melintang saluran serta situasi bangunan yang ada dan yang akan
direncanakan. Sebagai referensi untuk pelaksanaan pengukuran topografi
digunakan titik-titik tetap yang telah ada di kota yang bersangkutan. Metode
pengukuran yang dilakukan meliputi :

1. Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta


Pengukuran ini pada base line yang ddibuat disebelah saluran (pada bahu jalan
atau tanggul) melalui patok-patok dengan prosedur sudut polygon diukur seri
ganda (biasa/luar biasa dengan menggunakan Theodolit (To).

2. Pengukuran Water Pass/Levelling


Pengukuran Water Pass ini menggunakan alat uur Automatic Levelling seperti
B2 Sokhisha dan Topcon. Pengukuran dilakukan pada titik polygon dan diikat
ke titik referensi yang dipakai.
3. Cross Section
Cross Section dilakukan setiap interval maksmum 100 meter dengan metode
stadia survey dimana titik cross jalur sudah dikontrol elevesinya dengan alat
Automatic Leveling.

4. Pemasangan Bench Mark (BM)


Pemasangan Bench Mark (BM) dilakukan pada tempat-tempat yang aman dan
diikat ke sistem koordinat yang ada. BM ini dibuat dari kolom beton 20/20 cm
dengan tinggi 1,00 m, dan bagian yang tertanam dalam tanah kurang lebih 70
cm yang pangkalnya dibuat kaki (pondasi telapak) bersilang untuk pemberat
dan stabilitas.

5. Titik Referensi
Titik referensi yang digunakan untuk pekerjaan drainase adalah titik tetap
yang ada di dalam kota.

3.10 Gorong-gorong dan Brandgang


3.10.1 Pengertian Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (dari
saluran irigasi atau saluran pembuang) melewati bawah jalan atau jalan kereta api.
Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah
saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkin berada di atas.
Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas
Gorong-gorong berbeda dari jembatan terutama dalam ukuran dan konstruksi.
Gorong-gorong umumnya lebih kecil daripada jembatan, mulai dari pipa 0,3 meter (1 ft)
hingga struktur beton bertulang besar . Gorong-gorong biasanya dikelilingi oleh tanah.
Gorong-gorong juga digunakan sebagai jembatan ukuran kecil, untuk mengalirkan sungai
kecil, atau sebagai bagian drainase ataupun selokan jalan.
Gorong-gorong merupakan salah satu bangunan pelengkap, yakni bangunan air yang
melengkapi sistem drainase.
3.10.2 Jenis Gorong-gorong
Berdasarkan bentuknya, gorong-gorong memiliki beberapa macam bentuk serta
ukuran yang saat ini tersedia di pasaran (Indonusa Precast, 2015):
a. Gorong-gorong beton tipe buis beton
Buis beton adalah gorong-gorong dengan bentuk bulat/lingkaran. Ada pula model
buis beton dengan ukuran setengah lingkatan. Ukuran dari buis beton mulai dari
diameter 20 cm hingga 200 cm.

b. Gorong-gorong beton tipe box culvert


Box culvert adalah salah satu jenis dari gorong-grong beton yang memiliki profil
atau bentuk kotak persegi empat. Umumnya tipe ini diproduksi secara massal
oleh produsen beton precast. Ukuran box culvert beraneka macam, muai daeri
diameter 30 cm sampai 2 meter.

c. Gorong-gorong beton tipe u-ditch


U-dicth merupkana slauran drainase berbentuk U yang diproduksi dengan sistem
pracetak oleh pabrik u-ditch. Dimensinya beragam, mulai dari diameter 20
hingga 150 cm. Untuk menambah nilai estetika, tersedia cover u-ditch yang
berfungsi sebagai penutup.

3.10.3 Fungsi Gorong-gorong


Fungsi gorong-gorong adalah sebagai berikut :
a. Mengalirkan air dari satu sisi jalan ke sisi lainnya. Untuk itu, desainnya harus
mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur supaya gorong-gorong dapat
berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu lintas
dan timbunan tanah.
b. Sebagai jalan penghubung atau jembatan

3.10.4 Tipe/Jenis Konstruksi


Rute transportasi melintas sungai dapat menggunakan jembatan atau gorong-gorong.
Gorong-gorong tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Bentuknya dapat meliputi
bulat, elips, beralas datar, berbentuk buah pir, dan kotak. Gorong-gorong dapat terbuat
dari beton, baja galvanis, aluminium, atau plastik, yang biasanya polyethylene,
mempunyai kerapatan tinggi.
Dua atau lebih bahan dapat dikombinasikan untuk membentuk struktur komposit.
Misalnya, struktur baja bergelombang yang open-bottomed atau terbuka di bagian bawah
yang juga sering dibangun di atas pondasi beton. Plastik pengikat gorong-gorong juga
dimasukkan ke dalam beton yang rusak atau struktur baja dalam rangka memperbaiki
struktur tanpa menggali dan menutup jalan.

Gorong-gorong dapat dibuat dari berbagai jenis material:


a. Gorong-gorong dari baja
Gorong-gorong baja biasanya menggunakan Corrugated Steel Pipe. Gorong-gorong
baja ini, terutama dari jenis Multi Plate Pipe, telah menjadi alternatif jembatan kayu dan
box culvert beton. Hal ini disebabkan gorong-gorong baja memiliki beberapa keuntungan
dibanding dengan penggunaan kayu ataupun beton, di antaranya:
 Harga murah
 Waktu pengerjaan cepat
 Instalasi yang mudah, tidak memerlukan tenaga ahli khusus
 Memiliki umur pakai yang panjang (bisa sampai 25 tahun)
 Mudah dalam pengangkutan
 Bisa dipindahkan dari satu titik ke titik lainnya apabila sudah tidak
digunakan.

b. Gorong-gorong dari PVC


Gorong-gorong PVC biasanya digunakan untuk gorong-gorong dengan ukuran kecil
di tempat-tempat yang rendah dan tempat penyaluran air dari parit agar sesuai dengan
ukuran parit.

c. Gorong-gorong beton
Gorong-gorong yang disebut juga culvert box ini adalah gorong-gorong yang dicor
di pabrik (precast) ataupun dicor di tempat. Dimensinya tergantung kepada debit air yang
akan dialirkan melalui gorong-gorong. Gorong-gorong yang dicor di pabrik memiliki
profil bulat utuh, persegi, trapesium, ataupun modular yang terpisah atas dengan bawah.

Pada dasarnya, beton memiliki kuat tekan yang sangat baik dan beton dapat dibuat
dan dibentuk sesuai dengan keinginan. Tetapi, beton juga memiliki kelemahan, di
antaranya:
- Beton memiliki kuat tarik yang lemah
- Beton memiliki dimensi yang besar sehingga membutuhkan ruang cukup
besar
- Beton mengakibatkan beban struktur yang cukup besar
- Beton tidak dapat diperbarui ataupun didaur ulang
- Dengan dimensi yang besar, daya angkut untuk pengiriman beton sedikit
jadi kurang efektif dan efisien

3.10.5 Brandgang
Brandgang adalah saluran air di antara bangunan. Fungsinya menampung dan
mengalirkan air, agar tak terjadi banjir dan menggenang di jalan, ketika terjadi hujan.
Namun, di beberapa lokasi, banyak bangunan yang maju hingga memakan sebagian
brandgang. (Pro Rakyat, 2014)
Menurut Masduki (2000), Jenis saluran pengumpul dapat dikategorikan sebagai pipa
persil, pipa service/pelayanan, pipa lateral, pipa cabang, dan pipa induk. Pipa pelayanan
merupakan sambungn dari sistem persil dan biasanya berada di jalan. Kapasitas ideal
yang dapat ditampung adalah 50 rumah dengan kemiringan saluran 0.5-1%. Pipa
pelayanan terdiri dari dua sistem, salah satunya adalah sistem brandgang. Dalam sistem
ini, sistem jalur riol diarahkan ke belanag rumah menuju brandgang di mana riol service
penerima diletakkan.

SUMBER BAB 3 RETHA:

https://indonusa-conblock.com
Prinsip-prinsip Dasar SIstem Drainase Perkotaan http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id/

Hasmar, Halim. 2002. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: UII Press


Saragi, Tiurma E. 2007. Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar. Medan:
USU
Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai