Anda di halaman 1dari 195

SISTEM DRAINASE

RC 146469

oleh : M. HAFIIZH I., MT


Email : m_hafiizh@ce.its.ac.id
HP&WA : 081 75124469
Mata Kuliah
Sistem Drainase

Review
Pokok Bahasan
Drainase Sistem Drainase Konsep Ecodrain Studi Kasus

Komponen Sistem
Pengertian &
Drainase Secara
Aturan
Umum

Sub-sub-pokok Sub-sub-pokok
bahasan bahasan
Sistem Drainase
PENGERTIAN
Sistem drainase perkotaan :
adalah Prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem
saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir/ genangan
akibat hujan (termasuk limbah cair domestik) dengan cara
mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air melalui saluran-
saluran dalam sistem tersebut.
Sistem Drainase
ATURAN
• UU No. 7 tahun 2004: Tentang SDA
• Permen PU 2014 : Tentang Penyelenggaraan Drainase
• SNI 2415-2016 : Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana
• Operasional dan Pemeliharaan Sistem Drainase Perkotaan
Sistem Drainase
● Sistem menurut cara pengalirannya :
» Sistem gravitasi :
 air mengalir karena perbedaan tinggi
» Sistem pompa :
 pengaliran dibantu pompa krn muka air di hilir lebih tinggi
dibanding muka air hulu
● Sistem menurut jenis air di saluran :
» Sistem tercampur :
 air hujan dan air limbah mengalir dalam saluran yang sama
» Sistem terpisah :
 air hujan dan air limbah mengalir di saluran yang berbeda
● Sistem menurut hidrolik aliran :
» Sistem terbuka :
 Air dalam saluran mempunyai muka air bebas
» Sistem tertutup :
 Air dalam saluran mengalir di bawah tekanan
Sistem Drainase

KOMPONEN SISTEM DRAINASE SECARA UMUM


 DAS / SUB DAS
Jaringan saluran
 Pembuangan akhir
Bangunan perlengkapan / fasilitas drainase :
1. gorong-gorong
2. pintu air
3. Pompa
4. Terjunan
5. kolam retensi
6. fasilitas drainase jalan
7. bak kontrol / manholes, street inlet
Sistem Drainase

1. DAS / SUB DAS

• Definisi :
Suatu area di permukaan bumi yang dipatus oleh sungai atau
badan air lainnya.

• Batas catchment
oGaris tinggi
oJalan
oTanggul keliling (pada sistem polder)

• Batas catchment area tidak ada hubungannya dengan batas


administratip
Sistem Drainase
Catatan : batas catchment area
• Garis tinggi / kontur :
 Di daerah yang tidak banyak merubah permukaan tanah ,
misalnya di daerah perbukitan
• Jalan :
 Umumnya sudah ditempatkan di garis tinggi, sehingga menjadi
batas DAS/SUBDAS
 Di perkotaan di dataran rendah
• Tanggul :
 Dibuat sebagai batas catchment sistem polder
Sistem Drainase
2. Jaringan Saluran
● Fungsi :
→ Saluran berfungsi mengalirkan limpasan hujan dari lahan
menuju pembuangan akhir
● Daerah pengaliran (catchment area)
* DAS → limpasan hujan dibuang ke badan air (sungai, rawa-rawa,
danau, laut) melalui saluran primer

* Sub DAS→ limpasan hujan dibuang air ke saluran di hirarki di atasnya


● Sistem saluran :
* Tersier
* Sekunder
* Primer
Sistem Drainase

Contoh : sistem drainase


Pembuangan akhir: Sungai
Sistem Drainase

Perumahan Grand City Balikpapan


Pembuangan akhir : danau buatan
Terdiri dari beberapa sub sistem dengan saluran primer masing-masing
Sistem Drainase

Salah satu sub sistem Perumahan Grand City


Tiap blok dilayani oleh saluran tersier  saluran sekunder  Saluran primer
 Danau
Sistem Drainase

Kewenangan Pengelolaan dan Fungsi Pelayanan


Sistem Drainase Perkotaan :
a. Sistem drainase lokal (minor) :
 Jaringan sistem drainase yang melayani kawasan tertentu di
perkotaan (kawasan permukiman, komersial, industri dsb.
Pengelola dan tanggung jawab : masyarakat, pengembang,
instansi pada kawasan masing-masing.

b. Sistem drainase utama (mayor):


 terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier.
Saluran tersier menerima limpasan dari catchment areanya masing-
masing.
Jaringan drainase lokal dapat mengalirkan alirannya langsung ke
saluran tersier, sekunder atau primer.
Pengelola dan tanggung jawab : Pemerintah Kota
Sistem Drainase
POLA JARINGAN SALURAN
• Sistem drainase perkotaan “meniru” sistem drainase alam
• Satu DAS/SUBDAS mempunyai satu outlet, bila lebih dari satu
outlet, perlu pengaturan debit.

Anak sungai / cabang saluran 


sub DAS

Pola jaringan alamiah


Sistem Drainase

Pola jaringan paralel


Sistem Drainase

Pola jaringan siku


Sistem Drainase

• Masing-masing saluran memiliki pembuangan akhir yang


berbeda
• Sistem saluran di daerah perbukitan
Sistem Drainase

Penampang memanjang saluran di medan bergelombang


Sistem Drainase
Catatan
• Perencanaan dan kondisi lapangan :
a. Penataan kembali sistem drainase / normalisasi daerah
permukiman yang sudah ada :
- Sedapat mungkin memanfaatkan saluran yang sudah ada
- Banyak kendala dalam penentuan catchment area
- Ada kemungkinan perlu dibuat saluran baru, misalnya sudetan
- Daerah hilir di luar kawasan tidak bisa diabaikan.

b. Penataan sistem drainase daerah reklamasi / di atas urugan :


- Yang penting adalah penentuan letak dan elevasi muka air di
pembuangan akhir
- Pembagian sub catchment area / blok harus juga
mempertimbangkan jaringan salurannya (elevasi / rencana arah
aliran)
Sistem Drainase

c. Perencanaan jaringan drainase yang tidak banyak merubah


permukaan medan yang bergelombang
- Jaringan rumit
- Luas blok lebih bervariasi, menyesuaikan dengan kondisi
medan
- Diperlukan banyak bangunan pertolongan, a.l. terjunan
Sistem Drainase

3. Pembuangan Akhir (outfall)

• Blok tersier  PA : saluran sekunder


• Blok Sekunder  PA : saluran primer
• DAS  * Sungai  ada fluktuasi muka air
* Laut  m.a. pasang –surut
* Danau/rawa  m.a. relatif tetap

 Posisi saluran paling hilir (outlet) menentukan elevasi di hulunya,


termasuk permukaan tanah
Sistem Drainase

Posisi muka air di pembuangan akhir


a. Muka air di hilir lebih rendah dari Hn atau Hc

Sistem gravitasi :
 Diupayakan tidak terjadi peluapan di hulu ruas ybs.
Sistem Drainase
b. Muka air di hilir lebih tinggi dari Hn

Terjadi backwater  terjadi peluapan di hulu


Penanganan backwater :
 Pintu air  mencegah pengaruh backwater ke saluran
 saat muka air di hilir surut  aliran gravitasi
 Pompa  bisa membuang air tanapa menunggu air surut
Pada saat pintu ditutup, perlu di cek kapasitas saluran (tinggi jagaan)
Bila perlu, dibuat kolam tampung / boezem atau saluran bisa berfungsi
sebagai long storage
Sistem Drainase

4. Bangunan pertolongan
1. Gorong-gorong
- untuk mengatasi perlintasan jalan
- untuk mengeluarkan air dari saluran / kolam
2. Pintu air
- Menahan banjir, pasang muka air laut
- Membagi debit ke lebih dari satu saluran
- Mengatur pengeluaran air dari kolam, boezem, waduk,
dimana aliran bisa berjalan secara gravitasi.
3. Pompa
- Mengeluarkan air ke hilir tanpa menunggu turunnya muka air
hilir
- Mengeringkan kolam
4. Street inlet dan manholes (bak kontrol)
Sistem Drainase

GORONG-GORONG
Sistem Drainase

BOX CULVERT
Box culvert untuk aliran
sungai, sekaligus
permukaannya untuk
jalan

Keuntungan : Menambah lebar jalan, tanpa mengurangi lahan milik penduduk di


sampingnya
Kerugian : - Perlu saluran yang mencukupi kapasitasnya untuk mengalirkan
limpasan dari lahan ke box culvert
- Pemeliharaan sungai mahal
- Bila elevasi permukaan box lebih tinggi dari lahan sekitarnya,
menimbulkan banjir
Sistem Drainase

Gorong-gorong melintas jalan raya, mengalirkan air dari saluran samping ke


saluran pembuang
Sistem Drainase
PINTU AIR

Pintu air :
•Mengatur pembuangan
air saluran ke laut
* Mencegah backwater /
intrusi air asin

Membagi sebagian debit ke saluran lain


Sistem Drainase

Pipa pembuang air dan pipa pembuang lumpur


Sistem Drainase
Pompa air
Rumah pompa

Fungsi : membuang air bila muka air di hilir lebih tinggi


daripada muka air di saluran
Sistem Drainase
Bangunan terjunan

Fungsi :
• mengatur kecepatan aliran agar tidak
menggerus dasar saluran
* Pertimbangan keamanan
Sistem Drainase
Sistem Drainase

Pengelolaan drainase berwawasan lingkungan :

a. Pola detensi (menampung sementara)


dengan membuat kolam penampungan
b. Pola retensi (meresapkan) dengan
membuat saluran resapan, sumur resapan,
bidang resapan atau kolam resapan.
 Di dalam batas administrasi pemerintahan
kota atau di ibukota pemerintahan kabupaten.
Sistem Drainase
Penampungan air
• Pola detensi

-Dilengkapi fasilitas untuk membuang air keluar dari kolam :


pintu air, pompa
Sistem Drainase

Konsep penampungan air


Sistem Drainase

a. Beberapa kolam di medan relatif curam

Fasilitas : pintu air, pintu air dan pompa di kolam paling hilir
Sistem Drainase

b. Beberapa kolam di medan datar

Fasilitas : pintu air, pompa


Sistem Drainase
Data yang diperlukan :
• Hidrograf inflow (bisa lebih dari satu hidrograf)

• Inflow 1
Outflow
Inflow 2
Saluran pembuang
• Kapasitas saluran pembuang dapat menerima tambahan
debit
• Kondisi penggunaan lahan di sekitarnya dimasa
mendatang, membebani saluran pembuang
• Data tanah dan muka air tanah setempat
 untuk menentukan apakah kolam perlu dibuat kedap air
atau tidak
• Luas lahan yang tersedia untuk kolam
Sistem Drainase

• Pola retensi
-Air berasal dari lahan sekitar atau dari
saluran pembuang
-Tanah mudah meresapkan air
- Hanya dibutuhkan overflow untuk
kelebihan
air
-Genangan permanen
-Air kolam bisa dimanfaatkan, dan untuk
estetika lingkungan
Sistem Drainase

Kolam resapan

Data yang diperlukan


:
- Jenis tanah
-Data laju infiltrasi
tanah setempat
-Limpasan dari lahan
sekitarnya
- Saluran yang
membuang airnya ke
kolam
Sistem Drainase

Drainase jalan

Tujuan Pekerjaan Drainase Permukaan Untuk Jalan Raya

a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi


genangan.
b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh adanya jalan
raya ke alur-alur alam, sungai atau badan air lainnya.
c. Mengalirkan air irigasi atau air buangan melintasi jalan raya,
sehingga fungsinya tidak terganggu.
Sistem Drainase
Drainase jalan

Fungsi : * Menerima limpasan hujan dari permukaan jalan dan


dari lahan sekitarnya  saluran tepi / side ditch
Sistem Drainase

Drainase jalan
Sistem Drainase
Fasilitas drainase jalan
Street inlet

Fungsi : memberi jalan limpasan hujan masuk ke saluran tepi


Sistem Drainase
Street inlet
Sistem Drainase
• Manholes / bak kontrol :
- Untuk keperluan pemeliharaan
- Tempat bertemunya lebih dari satu saluran
- Tempat perubahan dimensi saluran
- Tempat penyesuaian perubahan kemiringan saluran
Sistem Drainase
Sistem Drainase
Sistem Drainase

Saluran drainase di jalan yang menurun


Sistem Drainase
Sistem polder
• Daerah rendah yang dikelilingi tanggul
• Saluran pembuang lebih tinggi daripada lahan yang dipatus
• Pembuangan air dibantu pompa
EKODRAIN
DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN
• Drainase perkotaan berwawasan lingkungan
adalah prasarana drainase di wilayah kota
yang berfungsi mengelola/mengendalikan air
permukaan (limpasan air hujan) sehingga
tidak menimbulkan masalah genangan, banjir,
dan kekeringan bagi masyarakat, dan
bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup;
PARADIGMA LAMA
Konsep drainase yang dulu digunakan sampai sekarang adalah
drainase/pematusan yaitu mematuskan air kelebihan terutama
air hujan ke badan air terdekat. Air kelebihan secepatnya
dialirkan ke saluran drainase kemudian ke sungai dan akhirnya
ke laut.
Upaya yang dilakukan adalah membuat jaringan
saluran dan bangunan pelengkapnya untuk
membuang sesegera mungkin air genangan ke
saluran.
Masalah banjir, genangan dan kekeringan masih dipandang
sebagai masalah lokal dan sektoral yang dapat diselesaikan secara
lokal dan sektoral tanpa memperhatikan kondisi sumber daya air
dan lingkungan di hulu, tengah dan hilir secara komprehensif
PARADIGMA BARU
Antisipasi perubahan iklim dan perubahan
tata guna lahan serta pengembangan
perkotaan
Dengan perkembangan berfikir komprehensif
serta didorong oleh semangat antisipatif
perubahan iklim yang dewasa ini terjadi dan
perubahan tata guna lahan yang tidak
terkendali, maka diperlukan perubahan konsep
drainase menuju ke drainase yang berwawasan
lingkungan atau eko-drainase (ecodrain)
SIKLUS HIDROLOGI
RESPON TERHADAP AIR HUJAN

Evapotrasnpirasi tinggi Evapotrasnpirasi rendah


Simpanan air tinggi Simpanan air rendah
Resapan air tinggi Resapan air rendah
Surface runoff kecil Surface runoff besar
BANJIR
GENANGAN
BANJIR DAN GENANGAN
BANJIR DAN MASALAH BANJIR

“A relatively high flow or stage in a river, markedly higher


DEFINISI than the usual; also the inundation of low land that may
BANJIR (FLOOD) result therefrom. A body of water, rising, swelling and
overflowing the land not usually thus covered”
(SUMBER: Multilingual Technical Dictionary on Irrigation and Drainage, ICID)

BANJIR/FLOOD

BUDI DAYA DI DATARAN


BANJIR
flood plain occupation
/development

TIDAK MENIMBULKAN MASALAH TIMBUL MASALAH/problem


BAHKAN DAPAT BERMANFAAT
BAGI KEHIDUPAN MASALAH BANJIR
no problem at all Flood problem
SISWOKO
PROSES TERJADINYA MASALAH BANJIR

KONDISI ALAM (STATIS) KEGIATAN MANUSIA (DINAMIS)

• Geografi * PEMBUDI DAYAAN


• Topografi DATARAN BANJIR
• Geometri alur
* tata ruang/peruntukan
sungai:
kemiringan dasar dataran banjir yg tdk sesuai
meandering * tata ruang/pengelolaan DAS
“bottle-neck” • permukiman di bantaran
sedimentasi sungai
ambal alam * pembangunan drainase
MASALAH
BANJIR * bangunan sungai/silang
PERISTIWA ALAM * sampah padat
(DINAMIS) * prasarana pengendali
* curah hujan tinggi banjir yang terbatas
* pembendungan: * amblesan permukaan tanah
dari laut/pasang * persepsi masyarakat yang
dari sungai induk
keliru thd banjir
* amblesan tanah
* kenaikan muka air laut
* pendangkalan
akibat “global warming”, dsb.
Kondisi Alam Statis
GEOGRAFI
Apabila kota dibangun di • Apabila kota di bangun di
tepi pantai, pengaruh
daerah pegunungan akan pasang laut akan
menyebabkan lahan resapan menyebabakan sebagian
aliran tidak dapat mengalir
air akan tertutup oleh secara gravitasi, yang akan
bangunan dan infrastruktur menyebabkan genangan.
Aliran air dalam sungai
kota dan akan meningkatkan akan mengalami kenaikan
debit banjir yang akan akibat back water yang
dapat menyebabakan over
mengancam kota yang ada toping dan dapat
di bagian hilir menyebabakan banjir di
dalam kota.
Rumah-rumah di pinggir Sungai Brantas di Kota Malang
merupakan bangunan liar di Bantaran dan Sempadan Sungai
(Jawa Pos, 8 Januari 2014)
TOPOGRAFI

Pada kondisi topografi yang bergelobang,


maka untuk kota yang berada di bagian
rendah akan rawan terkena banjir dan
genangan
PETA SISTEM DRAINASE
KOTA SURABAYA
TOPOGRAFI

Ketinggian Luas
(m DPL) (Ha)
0~5 3884.85
5~10 993.36
10~15 966.88
15~20 324.54
20~30 497.81
30~40 407.58
40~ 377.41
GEOMETRI ALIRAN SUNGAI

Kemiringan dasar sungai Meandering umumnya


yang terlalu besar akan terjadi pada alur sungai
menimbulkan gerusan dimana kemiringan alur
dasar sungai. sungai sudah makin
Hal semacam ini akan berkurang, kecepatan aliran
menyebabkan sedimentasi berkurang, terjadi
pada bagian hilir yang pengendapan yang
datar sehingga dapat membelokkan aliran sungai
menyebabkan
saluran/sungai cepat
menjadi dangkal.
Kondisi Alam (Dinamis)
CURAH HUJAN PASANG SURUT AIR LAUT
Intensitas hujan Tingginya Pasang
yang tinggi air laut merupakan
faktor penyebab
merupakan faktor
terjadinya air balik di
penyebab terjadinya sungai atau meluap ke
limpasan yang besar daratan yang dapat
yang dapat menimbulkan banjir
menimbulkan dan genangan di kota
banjir dan genangan yang berada di pantai
TIPE PASANG SURUT
Kegiatan Manusia (Dinamis)
• Penyimpangan RUTR • Pembuangan sampah
pembangunan pada oleh masyarakat ke
dataran banjir yang dalam saluran
tidak sesuai dengan drainase.
peruntukan ,dan di • Bangunan persilangan
Daerah Aliran Sungai. yang tidak terencana
• Permukiman di dengan baik seperti
bantaran sungai dan di adanya pipa PDAM,
atas saluran drainase Telpon dan listrik yang
• Pengambilan air tanah melintang di
yang berlebihan penampang saluran
menyebabkan • Pemeliharaan rutin
penurunan tanah yang terabaikan
DAMPAK URBANISASI
DAMPAK URBANISASI
PERUBAHAN HIDROGRAF BANJIR

WISMP LOAN IBRD No. 4711-IND/3807-IND/TF-052124 - 2008


PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN
Sebelum Pembangunan

Sesudah pembangunan
KAWASAN RESAPAN AIR
Hujan

Lereng Tidak Stabil

Peresapan 75% Evapotranspirasi

Limpasan 25%

Airtanah
(Bebas) Evaporasi
Mata Air
Infiltrasi
Muka Airtanah
(Bebas) Airtanah
(Bertekan) Dataran Banjir

Lapisan Kedap Air


PENGEMBANGAN DAS (TIDAK TERKENDALI)

Peresapan 25%
Pada musim kemarau
• Erosi tinggi
air sungai nyaris kering
• Longsor

Limpasan 75%

• Banjir bandang
• Pendangkalan sungai dan muara
• Daerah banjir meluas
• Peresapan air berkurang
• Muka air tanah turun,
• Mata Air kering
• Terjadi intrusi air laut
REALITA YANG TERJADI

Pengeprasan bukit demi tanah urug (Jawa Pos 22 Maret


2013). Bagaimana dampaknya terhadap tata air?
Kondisi Hutan
DAS Kali Brantas (Bagian Hulu)
BENCANA BANJIR

Banjir Jakarta 2014


Genangan akibat banjir di kota Bundaberg/di utara Brisbane Australia
pada tanggal 28 Januari 2013 (Jawa Pos 29 Januari 2013)
Jl.Dr.Djundjunan Pasteur Bandung tergenang saat hujan deras pada tanggal 22
November 20123 akibat saluran drainase yang tersumbat (Kompas 28 Januari
2013)
Genangan akibat banjir di Pintu Besar Batavia pada tahun 1872. Foto koleksi perpustakaan
Koninklijk Institut voor Taal, Land en Volkenkunde (KTTLV) Leiden Belanda ini menunjukkan
bahwa banjir sudah melanda Jakarta sejak tahun 1872 sehingga perlu dibangun pintu-pintu air.
Pintu-pintu air dan bangunan-bangunan air yang dibangun pada jaman penjajahan Belanda
masih sama pada saat ini, salah satu contoh adalah pintu air Jagir Wonokromo Surabaya
(Jawa Pos 15 Januari 2013)
Kawasan Istana Merdeka tergenang air pada tanggal 17
Januari 2013 (Liputan 6. 17 Januari 2013)
BANJIR
Banjir di Jl.Perak Timur Surabaya pada tanggal 20
Desember 2012 (Jawa Pos, 21 Desember 2012)
Jl.M.H.Thamrin tergenang akibat hujan pada tanggal
22 Desember 2012 menyebabkan kemacetan lalu lintas (Surya
23 Desember 2012)
• Kemacetan lalu lintas akibat genangan di
salah satu kawasan di Jakarta pada tanggal
17 Januari 2013 (Jawa Pos 17 Januari 2013)
Kerusakan Jalan Raya Industri Buduran yang rusak parah
(Jawa Pos 17 Januari 2013)
Kerusakan jalan akibat seringnya terjadi genangan di akses jalan di Kecamatan
Grati Kabupaten Pasuruan Jawa Timur ( Surya 23 Januari 2013
BENCANA
KEKERINGAN
KEKURANGAN AIR BERSIH
Muara Sungai Butong (anak sungai Barito) di Muara Teweh, Barito
Utara,Tengah Kalimantan surut karena dalam 2 pekan tidak turun
hujan (Media Indonesia 17 Januari 2013).
BENCANA
PENCEMARAN
PENCEMARAN
AIR

Kualitas lingkungan
menurun akibat
pencemaran air oleh
limbah dan sampah
PERMASALAHAN DRAINASE PERKOTAAN
Pertumbuhan
penduduk

Lahan untuk usaha,


Kebutuhan tempat pertanian, perkebunan,
tinggal/Rumah dll.
Produksi sampah Perubahan
tataguna lahan
Erosi lahan Limpasan permukaan
Manajemen sampah meningkat meningkat
tidak baik

Sedimentasi saluran
Debit banjir meningkat

Penurunan kapasitas
Pembuangan
saluran Saluran meluap, banjir
sampah ke saluran

Amblesan tanah Genangan lokal Permasalahan


drainase
perkotaan

Pasang surut
Kebutuhan air Pengambilan air Penurunan air Pengisian air tanah
bersih tanah berlebihan tanah menurun
UPAYA PENANGANAN
MASALAH GENANGAN

GS TANGGUL GS

M.A.N

DATARAN BANJIR
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
SUNGAI

GENANGAN

GS TANGGUL MASALAH GENANGAN


GS

M.A.B/BACKWATER

M.A.N

DATARAN BANJIR PALUNG SUNGAI DATARAN BANJIR

BANTARAN BANTARAN

BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN


DEBIT/ALIRAN NORMAL
GENANGAN
SISWOKO
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI

GS TANGGUL GS
M.A.B
M.A.N
PENGEMBANGAN
DI DATARAN BANJIR
MENINGKAT BANTARAN DATARAN BANJIR
BANTARAN
(“FLOOD PLAIN”)
DATARAN BANJIR SUNGAI

PEMAHAMAN TENTANG PENANGANAN MASALAH BANJIR YANG KELIRU

MASALAH BANJIR
TANGGUL DIPASANGI “TOPI”
(PARAPET) ATAU DITINGGIKAN GS

M.A.B
M.A.B
M.A.N

DATARAN BANJIR PALUNG SUNGAI DATARAN BANJIR

BANTARAN BANTARAN

BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN


DEBIT/ALIRAN NORMAL
BANJIR > DARI YANG DIKENDALIKAN
SISWOKO
PENANGANAN BANJIR/GENANGAN AKIBAT PASANG AIR LAUT
Permasalahan
Pasang air laut banjir

LAUT

Air sungai
melimpah

Pemukiman
kebanjiran

pemecahan

Pembuatan Area sawah


pintu air Pembuatan PEMBUATAN BENDUNG
& pompa air Tanggul sungai GERAK

Pembuatan tanggul ditepi sungai PINTU TANGGUL DAPAT


IRIGASI PINTU AIR sampai dengan pengeruh pasang AIR SEBAGAI PEMECAH
maksimal OMBAK DAN
MENGATASI ABRASI

Pemecahan melalui cara


SUMUR PENYEDOTAN FORMAL
PINTU ARTETIS AIR TANAH
PINTU AIR AIR AGAR DIBATASI TANGGUL
dilengkapi DILENGKAPI
pompa air DENGAN
POMPA AIR

Pengaturan
Air tanah AIR LAUT MASUK PENGHIJAUAN
Pemecahan melalui cara
KEDARATAN BAKAU
FORMAL
Pemecahan melalui cara AGAR DICEGAH
FORMAL
EKO-DRAIN

• Sistem drainase berkelanjutan: tidak


mengganggu siklus hidrologi
• Sistem drainase ramah lingkungan:
bersih dari pencemaran limbah
padat dan cair
PENGERTIAN
Pengelolaan drainase perkotaan secara terpadu
berwawasan lingkungan (ecodrain) adalah upaya
mengelola air kelebihan dengan cara menampung,
meresapkan, mengalirkan dan memelihara sehingga
tidak menimbulkan genangan dan bahaya bagi
lingkungan.
Dari pengertian ini dapat diuraikankan 4 (empat)
klasterisasi penanganan drainase, yaitu
Tampung (T), Resapkan (R), Alirkan (A) dan
Pelihara (P).
MANFAAT EKODRAIN
1. Mengurangi ketinggian muka air banjir pada
jaringan drainase;
2. Pengaturan aliran yang lebih baik akan mengurangi
resiko genangan;
3. Melindungi sungai dan anak sungai dari erosi dan
banjir;
4. Suplai air tanah (Groundwater recharge);
5. Menyediakan tempat untuk keberlangsungan
habitat air/keuntungan ekologis;
6. Meningkatkan jumlah biota air;
7. Mengurangi waterborne diseases;
8. ....
MANFAAT EKODRAIN
8. Memproteksi air yang dapat digunakan untuk
kepentingan rekreasi;
9. Mengurangi kemungkinan kerusakan properti
akibat genangan;
10.Meningkatkan nilai estetika untuk perumahan
lokal (local residence);
11.Meningkatkan nilai NJOP tanah dan bangunan
untuk wilayah yang tidak terkena genangan;
12.Memberikan pendidikan kepada masyarakat;
dan
13.Operasi dan Pemeliharaan yang lebih mudah.
PRINSIP ECODRAIN
1. mengendalikan laju limpasan, mengurangi
dampak urbanisasi terhadap debit banjir;
2. melindungi atau memperbaiki kualitas air;
3. lebih memperhatikan kondisi lingkungan dan
kebutuhan masyarakat setempat;
4. menyediakan habitat bagi hewan dan tumbuhan
liar bagi badan air di perkoaan; dan
5. mendorong berlangsungnya imbuhan air tanah.
CARANYA?
1) mengelola limpasan sedekat
mungkin dengan tempat di mana
hujan jatuh;
2) mengelola potensi pencemaran
pada sumbernya saat ini dan di
masa yang akan datang; dan
3) melindungi sumber daya air dari
sumber pencemar.
ZERO DELTA Q POLICY
• Zero delta Q policy adalah zero kenaikan excess
runoff, sebagai bentuk sinergi antara upaya ecodrain
dengan penyelenggaraan tata ruang.
• Zero kenaikan excess runoff diartikan sebagai konsep
pembangunan dan pengembangan yang dilakukan
dengan upaya untuk tidak menambah runoff akibat
meningkatnya nilai koefisien pengaliran (C) dari
koefisien natural di DAS tersebut.
• Kondisi hidrograf runoff yang terjadi pada
pengembangan sebuah wilayah, diilustrasikan sesuai
dengan kondisi hidrograf sebelum pembangunan.
ILUSTRASI HIDROGRAF RUNOFF
PENGEMBANGAN SUATU WILAYAH
Dari PENGELOLAAN BANJIR menjadi
PENGELOLAAN AIR HUJAN DAN LIMPASAN
KONVENSIONAL BERKELANJUTAN
Sistem Pengelolaan Banjir Ekosistem

Reaktif (Pemecahan Masalah) Proaktif (Pencegahan Masalah)

Berbasis Teknologi Berbasis Tim Multidisiplin

LID
Melindungi Properti Melindungi Properti dan Habitat

Mengumpulkan dan Mengalirkan Meniru Proses Alam

Pengambilan Keputusan Sepihak Keputusan Berdasar Konsensus

Kepemilikan pada Pemerintah Kemitraan dengan Semua Pihak

Mempertimbangkan Puncak Banjir Air Hujan terpadu dengan Tata Guna Lahan

Fokus pada Hujan Ekstrim Mempertimbangkan Volume Limpasan


TUJUAN SISTEM DRAINASE

1. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya


lebih rendah dari genangan sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan harta
benda milik masyarakat.
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat
secepatnya agar tidak membanjiri atau menggenangi kota yang
dapat merusak selain harta benda masyarakat juga
infrastruktur perkotaan.
3. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang
dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan
akuatik.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air
tanah.
INTEGRASI RENCANA TATA RUANG DAN TATA AIR

Tata Ruang Tata Air


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Makro
Nasional Kebijakan Nasional SD Air

Kebijakan Pengelolaan SD Air


RTRW Provinsi Prov

RTRW Kota & Kabupaten Rencana Induk Prasarana


Kab/ Kota

Rencana Rinci Tata Ruang Rencana Sistem


Wilayah Drainase Rinci Wilayah
Kecamatan (RRTRK) Kecamatan
Rencana Sistem
Blok Plan Drainase & Tata Air
Mikro Kawasan
KERANGKA KERJA PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

Diskusi dengan Skala Mikro


Klien &
Stakeholders Skala Makro
Penyusunan
AMDAL &
Evaluasi Master Organisasi Rencana
Pemrograman Master Plan Pengelola
Lahan & Tata Guna
Plan &
Infrastruktur Kebijakan
Studi Lahan Konsep-
Kelayakan tual Detail Master Final
Plan
Zoning Regulation
(Zona Perlu Sistem
Polder)

Konsultasi dengan Klien & Stakeholders


RUANG TERBUKA DI PERKOTAAN

RUANG TERBUKA NON HIJAU

RUANG TERBUKA
NON HIJAU PUBLIK

RUANG TERBUKA RTH PUBLIK


NON HIJAU PRIVAT (20% LUAS KOTA)

RTH
(MIN 30% LUAS KOTA)

RTH PRIVAT

Penegasan adanya standar pelayanan minimal yang harus


dipenuhi dalam penyelenggaraan penataan ruang, antara
lain frekuensi dialog dengan masyarakat dalam
penyusunan rencana tata ruang, Standar Pelayanan
Minimal Ruang Terbuka Hijau, standar pelayanan minimal
simpangan/ deviasi antara rencana dan implementasi
rencana
RTH PUBLIK
PENGATURAN KEBUTUHAN MINIMAL PENYEDIAAN RUANG
PUBLIK DAN RUANG TERBUKA HIJAU

TIPOLOGI RTH

Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan

Ruang Ekologis
Terbuka Pola
RTH RTH Publik
Hijau Ekologis
Alami Sosial/
(RTH) Budaya
RTH PRIVAT
RTH Arsitektural
Pola
Non-
Planologis RTH Privat
alami Ekonomi

25
STRATEGI PENGELOLAAN AIR HUJAN
STRATEGI PENGELOLAAN AIR HUJAN
• Tata ruang yang terintegrasi untuk mencapai
penggunaan multi guna pada lahan perkotaan;
• Tangkap dan simpan limpasan atap dalam
rangka menurunkan menurunkan debit banjir
sekaligus menurunkan kebutuhan air bersih;
• Tahan limpasan air hujan pada kolam (pond)
untuk pemakaian di luar air minum;
• Gunakan fasilitas infiltrasi untuk mengurang
limpasan permukaan langsung dan
meningkatkan aliran sungai.
PEMANENAN AIR HUJAN

Tampung & Manfatkan


Resapkan
Alirkan
Pelihara
TAMPUNG
DAN
MANFAATKAN
Pola yang digunakan untuk mengelola
drainase yang berwawasan lingkungan
Pola Retensi
Pola Ditensi Selain menampung
Menampung air juga meresapkan
sementara (misalnya dengan
(misalnya dengan membuat sumur
membuat kolam resapan, saluran
penampung) resapan, bidang
Kolam detensi resapan atau kolam
resapan) Kolam retensi
PEMANENAN AIR HUJAN = RAINWATER HARVESTING

• Menyimpan semaksimal mungkin air hujan melalui fasilitas


Pemanenan Air Hujan (PAH)
Tampungan air hujan
Penyimpanan di untuk penyediaan air
dalam lokasi bersih: individual, di atas
permukaan tanah, atau di
(In-site Storage) bawah pemukaan tanah
Tipe
Simpanan Taman kota, halaman
(Storage sekolah, taman parkir, dll.
Type)
Penyimpanan di Belumbang, saluran
luar lokasi buntu, lumbung air,
Fasilitas embung, kolam retensi, dll
(Off-site Storage)
Pemanenan Air
Hujan (PAH): Waduk, waduk estuari,
waduk lepas pantai
Rainwater
Harvesting
Facilities Sumur Resapan (Recharge Wells)
Parit Resapan (Infiltration Trenches)
Tipe
Resapan Kolam Resapan (Infiltration Ponds)
(Infiltration Perkerasan Resapan (Infiltration Pavement)
Type)
Bioretensi (Bioretention)
Biopori
BAK TAMPUNG RUMAH TANGGA

Bak tampungan air hujan untuk rumah tangga

Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing


BAK TAMPUNG RUMAH TANGGA
(BAWAH TANAH)

Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing


Rainwater harvesting tanks
Rainwater harvesting tanks
Rainwater harvesting tanks
BAK TAMPUNG RUMAH TANGGA

Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing


BAK TAMPUNG RUMAH TANGGA

Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing


BAK TAMPUNG RUMAH TANGGA

Kolam tampungan air hujan untuk rumah tangga


BAK TAMPUNG RUMAH TANGGA
(BAWAH TANAH)

Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing


PAH TIPE TAMPUNGAN BAWAH
TANAH

• Bak tampungan dapat


dibuat dari pasangan
bata, beton, atau bahan
lain.
• Dapat dibuat di
basement, di bawah
taman, di bawah
halaman, dll.
hujan hujan

3
E

D
1 5
C
4 4 H

F G
2

A : bakpenampung air hujan F : instalasisanitasilimbah 1 : aliran air hujandariatapkebaktampung


B : pompa air G : instalasipengolahanlimbah 2 : air daribaktampungdipompakeinstalasipengolahan air hujan
C : instalasipengolahan air hujan H : pemanfaatanuntuksiramtanaman 3 : alirandariinstalasipengolahankeinstalasiuntukcucibilasdan
industri
D : pemanfaatanuntukcucidanbilas
4 : air buanganhasilcuci, bilasdanindustridialirkankeinstalasi
E : pemanfaatanuntukindustri pengolahanlimbahindustri
5 : pemanfaatan air limbahuntuksiramtanaman
TAMPUNGAN AIR
HUJAN UNTUK
INDUSTRI

Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing


Rainwater harvesting tanks
TAMPUNG UNTUK INDUSTRI

talang

kolam tando tertutup (menghindari


lumut)

Kolam tampungan air hujan untuk Industri

138
Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing
air hujan dari atap-atap industri ini perlu ditampung untuk kebutuhan
air industri itu sendiri
KOLAM TAMPUNGAN AIR HUJAN

bekas galian C yang dimanfaatkan sebagai


kolam tampungan air sekaligus untuk
rekreasi masyarakat

kolam konservasi di areal pertanian / perkebunan

Kolam penampung air hujan dan drainase ramah


lingkungan pada pemukiman dan areal
pertanian/perkebunan.
Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing
KOLAM TAMPUNG AIR HUJAN PERTANIAN

sawah /
tegalan sempadan
sungai
sungai

kolam
selokan
tampung
menuju kolam
an air

Kolam konservasi air hujan di areal pertanian (kiri), dan pertanian tanpa kolam
konservasi (kanan, daerah Klaten, Jawa Tengah)
141
KOLAM TAMPUNG AIR HUJAN PERTANIAN

142
Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing
DANAU, TELAGA TAMPUNGAN SITU
AIR HUJAN
Angin tertahan

Ring Ring Kedua


Pertama Ring
Ketiga

Cara Eko-hidraulik: Suhu muka air rendah, kecepatan angin rendah , evaporasi rendah,
zone perakaran hidup; qualitas ekosistem tinggi, pasokan air tinggi, umur tampungan
panjang

Penguapan tinggi

Cara hidraulik murni; suhu muka air tinggi, kec angina tinggi, dan
evaporasi tinggi, umur tampungan pendek

Ilustrasi telaga lestari dengan konsep Ekologi-hidraulik


dan telaga tidak lestari hidraulik murni.
Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing
Telaga Tampungan Air Lestari

Gambar 25. Kiri: telaga Towet dan Tengah: telaga Endog Gede;
dua telaga lestari di Kabupaten Gunungkidul. Kanan: telaga Jrakah,
contoh telaga dengan tidak lestari-talud-reservoir di Gunungkidul DIY

Dr. Agus Maryono, 0811 254 254,


144
agusmaryono@yahoo.com, UGM
Salah satu telaga yang ada di Surabaya Barat
MENAMPUNG DI BAWAH TANAH
RESAPKAN
SUMUR RESAPAN
(Sumber Meneg LH; Suripin dan Kurniani, 2004)

Sumur resapan
efektif diterapkan di
wilayah dengan
kondisi:
• Muka air tanah
berada > 3 m di
bawah muka tanah
• Permeabilitas tanah
> 2 cm/jam.
• Tidak di daerah
rawan longsor
(kemiringan > 30o)
Rainwater from Sky
BAK TAMPUNG DAN SUMUR RESPAN

talang

kolam tando

sumur resapan

Gambar 3. Kolam tampungan air hujan dan sumur resapan untuk rumah tangga

Sumber: Agus Maryono, Dr. Ing


Bak Tampung Vertikal

talang

kolam tando

sumur resapan

Gambar 4.. Kolam tampungan vertikal dan sumur resapan

152
BIOPORI
LUBANG RESAPAN BIOPORI
• Lubang berdiameter 10 -30 cm. dalam < 100 cm. diisi sampah organik
• Diameter kecil mengurangi beban resapan (volume air/luas permukaan
resapan). Dapat dibuat menyebar.
• Isi sampah organik untuk habitat fauna tanah pembuat liang. Laju resapan
meningkat

155
PARIT/KOLAM RESAPAN/”BOEZEM”

parit / kolam
parit / kolam

parit / kolam parit / kolam


FASILITAS PAH

Sumber: http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum
FASILITAS PAH

Sumber: http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum
GRASS BLOCK
GRASS BLOCK
GRASS BLOCK RESAPAN

a b

a. Konblok tidak ramah lingkungan. b. Grass block.


KONSTRUKSI PAVING BLOCK

Beberapa contoh konstruksi paving block


yang mampu meresapkan air hujan
ROOF GARDEN
ROOF GARDEN
STRUCTURE OF ROOF GARDEN-1
STRUCTURE OF ROOF GARDEN-2
ALIRKAN
M.A.B

Garis Garis
Sempadan Sempadan
M.A.N

Bantaran Bantaran
sungai sungai
Palung Sungai
GS TANGGUL GS

M.A.N

DATARAN BANJIR
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
SUNGAI

GS TANGGUL
GS

M.A.B

M.A.N

PALUNG SUNGAI

BANTARAN BANTARAN

BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN


DEBIT/ALIRAN NORMAL
• Hunian di bantaran (Embong Brantas) Sungai
Brantas Hulu (Malang), Jawa Pos 17 Desember
2012
Kondisi Sungai Tukat Badung Bali, yang didesak/terjadi
penyempitan oleh permukiman penduduk (A.A.Satria
Damarnegara, Makalah IWRM 2011)
Kondisi Sungai Tukat Badung Bali, yang didesak/terjadi
penyempitan oleh permukiman penduduk (A.A.Satria
Damarnegara, Makalah IWRM 2011)
Kondisi Sungai Jangkok Pulau Lombok yang dimanfaatkan
untuk menanam kangkung ( Galuh Rizqi Novelia, makalah
IWRM-2012)
• Hunian di tepi Sungai Kampar menyebabkan pencemaran air sungai
(Oni Febriani, Makalah IWRM 2012)
• Budi Daya Ikan salah satu kegiatan di Sungai Kampar (Oni Febriani,
Makalah IWRM 2012)
Kegiatan penambangan pasir di sungai Kampar menyebabkan
degradasi (Oni Febriani, Makalah IWRM 2012)
Kondisi bantaran Kali Madiun yang makin rusak
(Nastasia Festy Margini, Makalah Wrim, 2012)
Penambangan pasir liar di Sungai Brantas
(Hakiki Mayasari, makalah IWRM 2012)
Kondisi air Kali Surabaya
(Hakiki Mayasari, makalah IWRM2012)
Kondisi air Kali Surabaya
(Hakiki Mayasari, makalah IWRM2012)
Kondisi air anak sungai Kali Brantas
(Hakiki Mayasari, makalah IWRM2012)
Rumah tinggal yang berjubel di bantaran Sungai Ciliwung di
Kampung Melayu Jakarta (Jawa Pos 10 April 2013)
PELIHARA
• Sampah menyumbat sungai di Jembatan
Kalibata (liputan 6 Aziz Prastomo)
Sampah di Jembatan Kalibata
• Tumpukan sampah di Ciliwung yang melintasi Jakarta
Tumpukan
sampah di
saluran di Desa
Jumputrejo
Sidoarjo, pada
tanggal 9 Januari
2013
menghambat
aliran sehingga
harus dikeruk
(Jawa Pos 10
Januari 2013)
Pengerukan Kali Ciliwung di Kawasan Sawah Besar Jakarta
Pusat pada tanggal 3 Januari 2013, (jawa Pos 4 Januari 2013)
Pengerukan sedimen oleh warga (gotong royong) salah
satu ruas Kali Rejoso Pasuruan (Surya 10 Januari 2013
Kepedulian Warga di Kawasan Asemrowo Surabaya untuk
menjaga lingkungan dengan cara memungut plastik dan dari
dalam sungai (Surya 6 April 2013).
Perahu pemecah enceng gondok yang dibuat oleh mahasiswa
dan dosen Politeknik Perkapalan Surabaya sedang diuji coba
(Surya, 11 Februari 2013)
Kondisi Kali (Banjir Canal)Wonokromo 25 November 2012
(Jawa Pos)
Kondisi Kali Mas Surabaya, Jawa Pos 25
November 2012
Kondisi Bantaran Sungai Tukat Badung Bali, yang telah ditata di sekitar
Pasar Badung (A.A.Satria Damarnegara, Makalah IWRM 2011)
Disampaikan oleh : M. HAFIIZH I., MT
Email : m_hafiizh@ce.its.ac.id
HP&WA : 081 75124469

Sekian
Terima kasih
Sumber :
Ir. Anggrahini Syafii, M.Sc
Dr. Ir. Suseno Darsono, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

Anda mungkin juga menyukai