Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB 1 ........................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Pengamatan .......................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Pengamatan ........................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 5
2.1 Beton Bertulang ............................................................................................................... 5
2.2 Balok ................................................................................................................................ 5
BAB III ...................................................................................................................................... 6
METODOLOGI PENELITIAN................................................................................................. 6
3.1 Pengerjaan Balok......................................................................................................... 6
3.1.1 Pekerjaan Bekisting ................................................................................................. 7
3.1.2 Pekerjaan Tulangan ............................................................................................... 10
3.1.3 Pekerjaan Pengecoran ............................................................................................ 13
3.1.4 Pemadatan Beton ................................................................................................... 14
BAB VI .................................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 15
BAB V ..................................................................................... Error! Bookmark not defined.
DOKUMENTASI .................................................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah diberikan
dan atas kekuatan lahir dan batin sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lancar.

Kajian penulisan makalah ini adalah hasil pengamatan penulis pada jurnal-jurnal
dengan judul “Metode Pelaksanaan K3L Balok PT. PP Persero” kajian makalah ini
merupakan hal baru bagi penulis untuk melatih cara berpikir ilmiah ditambah menjadi
berpikir ilmiah keteknikan melalui karya pengamatan disipilin ilmu khususnya ilmu teknik
sipil.

Selain itu penulis ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan,
dorongan, kritik maupun saran dari berbagai pihak terutama kepada :

1. Allah SWT sebagai tuhan segala rahmat atas segala ciptaan dan memberikan perunjuk
bagi makhluk-Nya..
2. Drs. Andang Widjaja, S.T., M.T selaku dosen mata kuliah

Atas kekurangan dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari betul ini jauh dari
sempurna dan mengharap kritik dan saran demi lebih sempurnanya penulisan makalah ini,
terima kasih.

Hormat Kami,

Aji Sutrisno
Achmad Cautsar
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka mendukung kemajuan dan kelangsungan sebuah instansi/perusahaan
adalah sumber daya manusia. Profesionalisme dan keterampilan bekerja/skill merupakan hal
pokok yang harus dimiliki oleh setiap engineer. Maka dari itu hendaknya kita
mempersiapkan diri dengan belajar giat dan mencari pengalaman-pengalaman. Salah satunya
dengan melakukan kunjungan proyek untuk mengetahui metode pelaksanaan dan K3L
pekerjaan di lapangan secara langsung. Secara umum kunjungan ini bertujuan untuk melatih
dan menerapkan teori yang didapatkan di bangku kuliah secara teknis di lapangan. Setelah
mempelajari teori di bangku kuliah, mahasiswa dapat mengetahui pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, sehingga mahasiswa dapat mengenal, mengerti, dan menganalisis permasalahan-
permasalahan secara ilmiah. Selain itu hal yang tidak kalah penting adalah mahasiswa
mendapatkan pengalaman melihat pekerjaan dan menambah wawasan mengenai teknologi,
sistem, dan manajemen konstruksi yang saat ini tengah berkembang.

Penggunaan material beton sebagai material bangaunan sangat dominan dibandingkan


material lain dalam industry konstruksi. Keunggulan beton yang memiliki kekuatan dan
kekakuan tinggi, muarah, dan mudah dibentuk menjadikannya pilihan material dalam dunia
konstruksi. Selain memiliki keunggulan seperti diatas, material ini memiliki beberapa
kekurangan antara lain, lemah dalam menahan gaya tarik. Beton merupakan material yang
sangat kuat menahan gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik. Maka dari itu, material
beton dalam struktur dikombinasikan dengan material yang kuat menahan tarikan.
Dilapangan, beton sering dikomposisisikan dengan material baja tulangan sebagai upaya
untuk meningkat kan kemampuan struktur beton menahan tarik. Karena hal ini jugalah maka
perlu dilakukan terus menerus study mengenai beton, khususnya beton bertulang, agar suatu
strukur tersebut dapat memikul beban yang direncanakan. Balok merupakan salah satu bagian
elemen struktur yang berfungsi menerima beban yang ada. Karena dibebani, komponen
struktur tersebut pasti memiliki reaksi terhadap beban yang bekerja, contohnya saja balok
beton bertulang, jika dibebani maka akan mengalami lendutan yang besarnya tergantung dari
besarnya beban yang diberikan dan material balok beton bertulang itu sendiri. Dan jika beban
melampaui batas kekuatan balok beton bertulang tersebut maka lendutan tersebut semakin
besar dan akhirnya terjadi retak pada daerah balok beton bertulang yang mengalami tarik.
Selain anlisa teoritis ada beberapa cara untuk menganalisa lendutan balok beton bertulang
dan salah satunya adalah metode finite element.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi balok beton?
2. Bagaimana metode pelaksanaan balok beton di lapangan?
3. Penerpan kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan pada lapangan.

1.3 Tujuan Pengamatan


1. Mengetahui definisi balok beton dalam pengamatan langsung di lapangan
2. Mengamati metode pelaksanaan balok beton beserta fungsi alat
3. Mempelajari penerapan kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan pada
lapangan.

1.4 Manfaat Pengamatan


1. Mahasiswa dapat mengetahui secara spesifik konsisi balok beton di lapangan
2. Mahasiswa mengamati langsung pelaksanaan balok beton beserta fungsi alat
4. Mahasiswa mengetahui pentingnya penerapan kesehatan, keselamatan, keamanan, dan
lingkungan pada lapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton Bertulang
Beton dengan kuat tekan tinggi dan tulangan baja dengan kuat tarik tinggi. Nilai kuat
tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Nilai kuat tariknya hanya
berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaanya sebagai komponen struktural
bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat
bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan
gaya tarik, artinya bahwa tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik,
sedangkan beton bertugas untuk menahan gaya tekan.

2.2 Balok
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai
pada setiap struktur. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang
dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Balok direncanakan
untuk menahan tegangan tekan dan tegangan tarik yang diakibatkan oleh beban terhadap
balok tersebut. Nilai kuat tekan dan tarik balok berbanding terbalik, di mana kuat tekan balok
tinggi sedangkan nilai kuat tarik beton rendah sehingga beton diperkuat dengan memasang
tulangan baja pada daerah terjadinya tegangan tarik. Ada tiga kondisi penulangan pada beton
bertulang:

1. Penampang beton bertulang seimbang (Balanced reinforced), keadaan penampang di


mana letak garis netral sedemikian sehingga tegangan ijin tekan beton maupun
tegangan ijin tarik baja tercapai pada saat bersamaan.
2. Penampang bertulang kurang (Underreinforced), penampang yang mnegandung
jumlah luas batang tulangan tarik kurang daripada paenmapang bertulang ideal
sehingga letak garis netral naik ke atas lebih dekat ke serat tepi tekan dan beban
maksimum mengakibatkan tercapainya tegangan ijin tarik baja terlebih dahulu
daripada tegangan ijin tekan beton.
3. Penampang bertulang lebih (Overreinforced), penampang yang mengandung jumlah
luas batang tulangan tarik lebih daripada penampang bertulang ideal sehingga letak
garis netral turun ke bawah lebih dekat ke serat tepi tarik dan beban maksimum
mengakibatkan tercapainya tegangan ijin tekan beton terlebih dahulu daripada
tegangan ijin tarik baja.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengerjaan Balok
Pekerjaan balok dilakukan pengukuran di lapangan bersamaan dengan
persiapan bekisting dan persiapan tulangan dan dilakukan pabrikasi, kemudian hasil
pengukuran dilapangan di cek dengan gambar apakah sudah sesuai apabila tidak
sesuai dilakukan kembali pengukuran dan apabila telah sesuai dilakukan pemasang
bekisting dan kembali di cek apakah bekisiting tersebut telah sesuai atau belum,
apabila belum sesuai dilakukan perbaikan pada bekisting dan apabila telah sesuai
dengan rencana dilanjutkan dengan pemasangan besi tulangan dan di setelah di
pasang pembesian di lakukan pengecekan pada tulangan apakah sudah sesuai dengan
rencana atau tidak, apabila tidak sesuai besi dilakukan perbaikan dan apabila sudah
sesuai dengan rencana dilanjutkan dengan pekerjaan pembersihan, dan setelah bersih
dilakukan pengecoran, dan dilanjutkan dengan pekerjaan curing, setelah umur
mencukupi bekisting di bongkar.

Gambar 3.1 Flowchart Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Sumber: Dokumen PT.PP


3.1.1 Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting dilaksanakan setelah pekerjaan marking selesai.
Tahapan pada pekerjaan marking ini telah dilaksanakan sebelum praktek kerja
lapangan. Pekerjaan bekisting merupakan tahapan pekerjaan sebelum pekerjaan
pengecoran. Bekisting sendiri berfungsi sebagai wadah atau cetakan untuk
beton. Pekerjaan bekisting pada plat dan balok menggunakan sistem semi
modern. Sistem semi modern ini terlihat dengan adanya pemakaian plywood dan
scaffolding. Pekerjaan bekisting dibagi kedalam dua kategori, diantaranya:

 Acuan

Acuan pada pembangunan gedung akademik 1 menggunakan


plywood dengan ukuran dan ketebalan yaitu 12 mm. Plywood yang
digunakan memiliki penggunaan berkisar 8-9 kali pemakaian untuk
bekisiting.

 Perancah

Perancah atau pendukung acuan bekisting balok menggunakan


scaffolding rangkaian dari besi yang kokoh menahan beban sendiri, beban
bekisting, beban tulangan, beban beton, dan beban hidup lain diatasnya,
bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan bekisting diantaranya :

Gambar Alat/Bahan Fungsi

U-head Sebagai penyimpan balok suri-


suri.

Join pin Untuk penyambung antar main


frame atau antara main frame
dengan jack base

Cross brace Sebagai pengaku dan pengikat


antar main frame
Main frame Bagian utama scaffoldinig
sebagai penyalur beban dari
atas ke jack base

Jack base Sebagai kaki/pondasi


scaffolding

Meteran Untuk mengukur berbagai


pengukuran pada pekerjaan
bekisitng

Plywood 12 Sebagai acuan atau penahan


mm lansung berat beban, tulangan
dan berat beton segar

Paku Sebagai pengaku dan


penyambung antar plywood

Balok suri-suri Sebagai penopang acuan dan


penyalur beban dari plywood
ke uhead
Hollow Sebagai penopang acuan dan
penyalur beban dari plywood
ke uhead

Pensil Sebagai pemberi tanda pada


bekisting

Gergaji kayu Sebagai pemotong plywood


maupun material kayu lainnya

Palu Sebagai pemberi tumbukan


pada benda kerja

Tahapan pekerjaan bekisting untuk plat dan balok ialah:

a. Memasang jack base yang berfungsi sebagai penyangga utama untuk


tetap menjaga mainframe berdiri dengan kokoh menahan beban yang
dipikul. Penggunaan jack base sebagai pengatur ketinggian/ elevasi
scaffolding sesuai ketinggian yang telah direncanakan.
b. Memasang mainframe sebagai struktur utama dari scaffolding itu
sendiri.
c. Memasang cross brace sebagai pengaku dan pengikat antar mainframe
untuk menjaga struktur scaffolding tetap kokoh dan berdiri tegak.
d. Memasang uhead jack sebagai penyangga balok suri- suri. Selain itu
uhead juga berfungsi untuk mengatur ketinggian struktur balok yang
akan direncanakan.
e. Pasang balok suri-suri dan pasang hollow diatas balok suri Memasang
plywood sebagai cetakan untuk beton segar. keadaan bekisting yang
telah terpasang
Tahapan pekerjaan beksiting ini sangat perlu diperhatikan karena berdampak lansung
pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. Persyaratan pekerjaan beksiting menurut Dinas Pekerjaan
Umum yang harus dipenuhi ialah:

1. Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu


tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.
2. Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak mengalami
perubahan bentuk/deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat struktur
sia-sia.
3. Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah
tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.

3.1.2 Pekerjaan Tulangan


Pekerjaan tulangan merupakan pekerjaan yang meliputi pekerjaan
pemotongan, hingga pekerjaan perakitan baik itu pekerjaan tulangan yang dirakit
ditempat lansung maupun ditempat lain. Tulangan merupakan salah satu bahan
beton bertulang yang berfungsi sebagai penahan gaya tarik pada struktur balok
maupun plat. Pekerjaan tulangan plat lantai dan balok menggunakan sistem
perakitan di tempat los besi, dan selanjutnya diangkut ketempat proyek
menggunakan tower crane. Untuk pekerjaan plat lantai menggunakan tulangan
wire mesh tipe M7.

No Jenis Balok Tulangan Utama Sengkang

Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan

1. B1 (350x500) 6d19 3d19 ɵ10-100 ɵ10-150

2. B2 (300x550) 6d19 2d19 ɵ10-100 ɵ10-150

3. B3 (250x500) 5d16 3d16 ɵ10-100 ɵ10-150

Sedangkan pada balok menggunakan sistem penulangan tumpuan dan


lapangan. Panjang tulangan pada tumpuan yaitu sebesar ¼ panjang bentang
Gambar Alat/Bahan Fungsi

Baja Tulangan Sebagai penahan gaya tarik


pada konstruksi beton
Ulir bertulang pada balok

Kawat Sebagai pengikat antar


Bendrat tulangan

Tang besi Sebagai pengikat untuk


pemasangan kawat bendrat

Mesin Mesin untuk memotong


pemotong tulangan
tulangan

Meteran Untuk melakukan


pengukuran pada pekerjaan
tulangan

Kapur Sebagai penanda untuk


pemotongan baja tulangan
Betonn Sebagai penanda untuk
decking selimut beton pada balok

Gunting Untuk memotong tulangan


pemotong secara manual
tulangan

Mesin Sebagai pembengkok


pembengkok tulangan
tulangan

pada balok menggunakan sistem penulangan tumpuan dan lapangan. Panjang


tulangan pada tumpuan yaitu sebesar ¼ panjang bentang. Tahapan pekerjaan
pemasangan tulangan balok meliputi:

a. Persiapan bahan dan pemotongan tulangan sesuai gambar kerja yang


diperoleh di los besi
b. Pembengkokan tulangan berdasarkan data bbs dan panjang yang telah
ditentukan
c. Perakitan tulangan berdasarkan dimensi untuk pemasangan tulangan balok
d. Pengangkutan tulangan balok ke lokasi proyek
e. Penempatan tulangan dari lokasi proyek ke daerah pekerjaan menggunakan
tower crane
f. Pengecekan tulangan dan ikatan yang saling berhubungan
3.1.3 Pekerjaan Pengecoran
Sebelum dilaksanakan, mengadakan trial test atau mixed design yang
dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disayaratkan dapat tercapai. Dari
hasil test tersebut ditentukan oleh Konsultan Pengawas “Deviasi Standart” yang
akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.

a. Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat


ijin rencana tertulis dari Konsultan Pengawas. Permohonan ijin
rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari
sebelumnya.
b. Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan
seluruh stek-stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang
diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian
yang akan berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan
instalasi. Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan
anker-anker dipasang dengan jarak setiap 1 meter.
c. Memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 24 jam
sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Konsultan
Pengawas untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan cetakan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor
dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan
tersebut diatas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas
pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
d. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya
air pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah
melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika
Konsultan Pengawas menganggap perlu didasarkan pada kondisi
tertentu.
e. Beton harus dicor sedimikian rupa sehingga menghindarkan
terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan.
f. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa
chute & sebagainya, harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
g. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus
selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian
lebih dari 2 meter. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan
pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalan terbenam dalam
adukan yang baru dituang.
h. Pengetaran tidak boleh dilaksankan pada beton yang telah
mengalami “initial set” atau yang telah mengeras dalam batas
dimana akan terjadi plastis karena getaran.
i. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin
duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan
tanah.
j. Bila pengecoran harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari
lapisan air semen (laitances) dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan
yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan
k. Bekisting pada plat lantai mushola harus dibongkar rapi secara
keseluruhan setelah beton memenuhi umur keringnya (±3 minggu).

3.1.4 Pemadatan Beton


a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan
secukupnya agar didapat beton padat tanpa menggetarkan secara
berlebihan. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah
sangat penting.
b. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar
tidak berlebihan (over vibrate). Hasil pengecoran beton yang
berongga-rongga dan terjadi pengantongan tidak akan diterima.
Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
c. Pada daerah pembesian yang penuh ( padat ) harus digetarkan
dengan penggetar frekwensi tinggi 0.2 cm, agar dijamin pengisian
beton dan pemadatan yang baik.
d. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tanaga kerja yang
mengerti dan terlatih. Slump (kekentalan beton).

Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971 adalah
sebagai berikut:

Slump/Max
Jenis Konstruksi (mm) Min
(mm)

Poer, lantai dan dinding basemant 125 50

Pelat dan balok 150 75

Kolom 150 75

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi harga tersebut diatas
dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
BAB VI

KESIMPULAN

Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai
pada setiap struktur. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang
dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Balok direncanakan
untuk menahan tegangan tekan dan tegangan tarik yang diakibatkan oleh beban terhadap
balok tersebut. Nilai kuat tekan dan tarik balok berbanding terbalik, di mana kuat tekan balok
tinggi sedangkan nilai kuat tarik beton rendah sehingga beton diperkuat dengan memasang
tulangan baja pada daerah terjadinya tegangan tarik. Dalam metode pelaksanaan K3L
pelaksana proyek harus memperhatikan pelaksanaan sesuai dengan pedoman RKS dengan
persyaratan SMK3 Pekerjaan bekisting dilaksanakan setelah pekerjaan marking selesai.
Tahapan pada pekerjaan marking ini telah dilaksanakan sebelum praktek kerja lapangan.
Pekerjaan bekisting merupakan tahapan pekerjaan sebelum pekerjaan pengecoran. Bekisting
sendiri berfungsi sebagai wadah atau cetakan untuk beton. Pekerjaan bekisting pada plat
dan balok menggunakan sistem semi modern. Sistem semi modern ini terlihat dengan adanya
pemakaian plywood dan scaffolding. Diharapkan dengan pengamatan ini mahasiswa mampu
mengamati dan menyadari pentingnya pedoman K3L dalam pelaksanaan proyek apapun
dengan resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi mengenai pembangunan struktur balok
brton. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkut
dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton padat tanpa
menggetarkan secara berlebihan. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah
sangat penting. Sebelum dilaksanakan, mengadakan trial test atau mixed design yang dapat
membuktikan bahwa mutu beton yang disayaratkan dapat tercapai. Dari hasil test tersebut
ditentukan oleh Konsultan Pengawas “Deviasi Standart” yang akan dipergunakan untuk
menilai mutu beton selama pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai