Anda di halaman 1dari 17

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bangunan Tinggi adalah bangunan yang mempunyai struktur jumlah lantai yang
banyak, sistem kebutuhan ruang pada bangunan tinggi pada saat ini dibutuhkan karena jumlah
lahan yang sempit dan mahal. Bangunan Tinggi ini biasanya terdapat pada lahan yang
terbatas, sehingga untuk mencukupi kebutuhan ruang sehingga dilalukan pembangunan ke
atas (vertikal). Dalam pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tentang
Bangunan Tinggi, sehingga dapat dan mampu merancang bangunan berlantai banyak.
Pembangunan gedung bertingkat sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu kala, tetapi yang
dikategorikan sebagai “modern tall building” dimulai sejak 1880s. The “first modern tall
building” mungkin adalah gedung Home Insurance Building yang berupa konstruksi baja di
Chicago pada tahun 1883 yang kemudian diikuti oleh gedung-gedung pencakar langit lainnya.
Gedung-gedung tinggi pada awalnya didominasi oleh struktur baja karena perkembangan
industri baja yang cukup pesat, sedangkan perkembangan struktur beton relatif lambat dan
baru berkembang pesat pada 1950s.

(Gambar 1. Evolusi gedung Pencakar Langit 1887-1933)

Sebelum abad 19, pembangunan bangunan bertingkat tinggi dimulai dengan kuil-kuil
dipegunungan, piramid, amphitheaters, balai kota, masjid, gereja dll, yang dimotivasi oleh
unsur politis dan keagamaan, sebagai simbol kekuasaan dan kepercayaan. Material yang
digunakan diawah dengan pemakaian teknologi baru alam dan kayu, dan di kombinasikan
dengan elemen atau sistem struktur vault, arches, dan konsep balok kolom. Pada abad 19
dengan adanya pertimbangan dari segi teknis, penggunaan sistem struktur dinding pendukung
untuk bangunan tinggi mulai dilakukan pada Monadnock Building, 16 Lt., 1891, Chicago,
dengan sistem konvensional (pada bagian base lebar dinding ± 2m, dan semakin keatas
semakin kecil dan pada 1855, rangka besi mulai dikembangkan menjadi sebuah sistem
konstruksi (Revolusi Indusri). Sebagai ekspresi dari lightness dan strength dari sebuah
material konstruksi, konstruksi rangka ini mulai populer dan berkembang menjadi sistem
konstruksi rangka baja. Komponen teknis yang sangat esensial pada bangunan tinggi pada
saat itu adalah : Struktur, menggunakan rangka baja, dengan kemampuan untuk stabil dari
gaya lateral Keamanan, untuk ketahanan terhadap bahaya kebakaran Sirkulasi vertikal
(liftlelevators) Mekanis dan sanitasi, terdiri dari plumbing, pemanas sentral, pencahayaan
buatan, dan ventilasi (AC/pengkondisian udara pada 1920-an).
BAB II

Kajian Pustaka
2.1 Bentuk Bangunan Tinggi
Bangunan Bertingkat Tinggi. Tinggi bangunan lebih dari 10 lantai, sudah
menggunakan sistem struktur yang beraneka ragam, seperti struktur rangka dipadukan dengan
struktur lain. Menggunakan sistem utilitas yang lengkap seperti alat transportasi vertikal, alat 2
pemadam kebakaran dengan sistem sprinkler, alat pembersih bangunan gondola dan lain-lainnya.
Ada beberapa definisi untuk suatu bangunan bertingkat tingg, yaitu :
1. Ketinggian bangunan melampaui panjangnya tangga terpanjang dari regu
pemadam kebakaran,
2. Perbandingan antara luas total lantai terbangun (KLB) dengan luas lahan
terbangun adalah tinggi,
3. Perbandingan tinggi dibanding dengan lebar bangunan melampaui 5 : 1.
Agar dapat disebut sebagai Bangunan Pencakar Langit (Skyscrapers) definisi pokok
tergantung dari tiap negara karena banyak faktor yang memenearuhinya. Selain mempunyai ciri-
ciri seperti yang telah diuraikan pada suatu bangunan bertingkat tinggi, juga ada beberapa bentuk
bangunan yang dapat menunjang sebagai bangunan bertingkat tinggi. Secara horizontal bentuk
bangunan bertingkat tinggi dapat berupa:
1. Segitiga, segiempat, bujur sangkar,
2. Bulat, elips, trapesium,
3. Segilima, segienam, segidelapan, dan segi banyak,
4. Kombinasi antara bentuk-bentuk di atas.

(Gambar 2. Tunjungan Plaza 5 dan 6 Sumber : SkyscraperCity.com)


Secara vertikal bentuk bangunan bertingkat tinggi dapat berupa :
1. Makin ke atas tetap sama besar,
2. Makin ke atas mengecil,
3. Masa yang stabil.

(Gambar 3. Struktur Menara Burj Khalifah Sumber : http://www.dubairen.com/6197.html)


Selain itu bentuk-bentuk bangunan tinggi disesuaikan dengan lingkungannya,
site tanah dan lain sebagainya. Bentuk masa bangunan bertingkat tinggi juga hams
memperhitungkan selain fungsi dan kegunaannya juga hal-hal lain sang berhubungan
dengan beban/gaya yang terjadi serta kestabilan 4 bangunannya. Hal itu karena makin
tinggi bangunan, perigaruh beban angin dan gempa menjadi masalah yang hams lebih
mendapatkan perhatian.
2.2 Sistem Struktur
Elemen Struktur Secara umum, struktur bangunan gedung terdiri dari dua bagian utama, yaitu
struktur atas yang terdiri dari plat lantai, kolom, balok, sedangkan struktur bawah yaitu pondasi.
1. Plat adalah komponen struktur yang merupakan sebuah bidang datar yang lebar
dengan permukaan atas dan bawahnya sejajar. Plat bisa bertulang 2 atau 1 arah saja,
tergantung sistem strukturnya. Bila perbandingan antara panjang 7 dan lebar plat
tidak melebihi 2, digunakan penulangan 2 arah dan sebaliknya (Dipohusodo, 1996).
2. Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari plat lantai ke
kolom penyangga yang vertikal (Nawy,1990).
3. Kolom adalah elemen vertikal yang memikul sistem lantai struktural. Elemen ini
merupakan elemen yang mengalami tekan dan pada umumnya disertai dengan
momen lentur. Kolom merupakan salah satu unsur terpenting dalam peninjauan
keamanan struktur (Nawy,1990).
4. Pondasi adalah komponen struktur pendukung bangunan yang terbawah dan telapak
fondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah. Telapak
fondasi harus memenuhi persyaratan untuk mampu dengan aman menebar beban
yang diteruskan sedemikian rupa. Sehingga kapasitas atau daya dukung tanah tidak
terlampaui. Dasar fondasi harus diletakkan di atas tanah kuat pada kedalaman
tertentu, bebas dari lumpu, humus dan pengaruh perubahan cuaca (Dipohusodo,
1994).
5. Shear Wall atau Dinding Geser Pelat Baja adalah untuk menahan gaya geser
horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding Geser
Pelat Baja terdiri dari pelat dinding baja, dua batas kolom dan balok lantai
horizontal. Secara bersama, pelat dinding baja dan elemen pembatas bekerja seperti
plate girder vertikal. Kolom bertindak sebagai sayap plate girder vertikal, pelat
dinding baja sebagai elemen web, sedangkan balok sebagai pentransfer kekakuan.
(Astaneh, 2001).
2.3 Desain Struktur.
Sejak tahun 1940 dibawah peningkatan tekanan dari kondisi politik dan ekonomi,
para civil engineer dihadapi dengan meningkatnya kebutuhan terhadap safety, durability, dan
ekonomis dalam perancangan dan perencanaan. Berdasarlkan pertimbangan tersebut maka
diperlukan suatu revisi yang radikal pada safety principles dan calculation method. Pada
awalnya design safety criteria dan calculation methods berkembang secara independent.
Kenyataannya, kedua hal tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi,
dan harus berjalan parallel. Pada saat sekarang semua bidang dalam engineering
menggunakan konsep “limit states” (or states of undesirable behavior) sebagai acuannya.
1. Limit States pada Reinforced Concrete Structures. Secara umum
limit states dapat dibagi dalam dua kategori. a. Ultimate limit states,
yang berhubungan dengan maximum load dan carrying capacity.
Pencapaian kondisi ultimate limit states, berarti struktur berada
diambang keruntuhan dan harus dihindari. Dengan demikian
probability of occurrence tercapainya kondisi ultimate limit state
harus sangat rendah. Ultimate limit states meliputi:
a. Kehilangan keseimbangan sebagian atau keseluruhan struktur
yang diperlakukan sebagai rigid body (overturning, sliding).
b. Keruntuhan critical section dari komponen struktur.
c. Transformasi struktur atau komponen struktur kearah suatu
mekanisme. Mekanisme yang dipilih, yaitu agar sendi-sendi
plastis hanya terjadi pada komponen-komponen struktur yang
memiliki kapasitas rotasi yang cukup (strong column-weak
beam concept).
d. Instability yang dipacu oleh deformasi yang berlebihan.
e. Deterioration yang ditimbulkan oleh fatigue effects.
f. Plastic atau creep deformation dan peretakan yang akan merubah
geometry struktur.

(Gambar 4. Struktur Evolusi Bangunan Gedung Sumber : Steffie Tumilar. ir, M.Eng, AU (Haki)
2.4 Perencanaan Struktur
Sistem struktur dari suatu bangunan, merupakan kumpulan dan kombinasi berbagai
elemen struktur yang dihubungkan dan disusun secara teratur, baik secara discrete maupun
menerus yang membentuk suatu totalitas kesatuan struktur. Sistem struktur yang umum
diklasifikasikan adalah sebagai berikut.
1. Moment Resisting Frames
2. Shear Wall-Frame Systems
3. Shear Truss-Outrigger Braced Systems
4. Framed-Tubes
5. Tube-in-Tube Systems with interior columns
6. Bundled Tubes
7. Truss Tubes without interior columns
8. Modular Tubes
Subsistem atau komponen dari sistem struktur gedung tinggi meliputi :
a. Floor systems (sistem lantai).
b. Vertical Load Resisting Systems (sistem penahan beban vertikal)
c. Lateral Load Resisting Systems (sistem penahan beban lateral)
d. Connections
e. Energy Dissipation Systems dan Damping

( Gambar 5. Hubungan antara Berat material dan Tinggi Bangunan Sumber : Steffie Tumilar. ir,
M.Eng, AU (Haki) )
2.5 Pembebanan Struktur
Perancangan struktur bangunan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang
tercantum dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1726-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, dan
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983. 8 Beban yang harus
diperhitungkan dalam hal ini beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin. Menurut
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, pengertian dari beban-beban tersebut
adalah seperti yang tercantum di bawah ini.
1. Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesinmesin seta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung.
2. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamannya termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, khusus untuk lantai rumah
sakit digunakan beban hidup sebesar 250 kg/m2
3. Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
tersebut. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan
berdasarkan suatu analisis statik ekivalen, maka yang diartikan dengan gempa di
sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa itu.
4. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih tekanan udara.
2.6 Ketentuan Perencanaan Bangunan

2.6.1 Struktur
Dalam perencanaan struktur baja harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

1. analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku;
2. analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip cara kerja program dan
harus ditunjukan dengan jelas data masukanserta penjelasan data keluaran;
3. percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjanganalisis teoritis;
4. analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang
mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan
dan kekakuan unsur-unsurnya;
5. bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti
persyaratan sebagai berikut:
 struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan
 dan atau percobaan yang cukup aman;
 tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana
 dan pelaksana yang bersangkutan;
 (3) perh itungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada

panitia yang ditunjuk oleh pengawas bangunan, yang terdiri dari ahli-ahli
yang diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut. Bila
perlu, panitia dapat
meminta diadakan percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang berisi
syarat syarat dan ketentuanketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai kekuatan yang
sama dengan tata cara ini.

2.6.2 Penanggung jawab perhitungan

Nama penanggung jawab hasil perhitungan harus ditulis dan dibubuhi


tanda tangan serta tanggal yang jelas.

2.6.3 Material

1. Sifat mekanis baja


Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan
harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan

2. Tegangan leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan ( f y ) tidak boleh diambil
melebihi nilai yang diberikan

3. Tegangan putus
Tegangan putus untuk perencanaan ( fu ) tidak boleh diambil
melebihi nilai yang diberikan

4. Baut, mur, dan ring


Baut, mur, dan ring harus memenuhi ketentuan yang berlaku.

5. Alat sambung mutu tinggi


Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan
berikut:
o komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
o diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau
penggantinya, harus lebih besar dari nilai nominal yang
ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. Ukuran lainnya boleh
berbeda;
o cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat
sambung boleh berbeda dari ketentuan selama persyaratan gaya
tarik minimum alat sambung pada dipenuhi dan prosedur
penarikannya dapat diperiksa.
o Las
o Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
o Penghubung geser jenis paku yang dilas
o Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
o Baut angker

2.6.4 Rangka
Sebuah sistem bressing adalah bagian sekunder tapi penting dari struktur
gedung pencakar langit. Sebuah sistem bracing berfungsi untuk menstabilkan balok
utama selama konstruksi, untuk berkontribusi pada distribusi efek beban dan
menahan diri untuk memberikan kepada flensa kompresi atau akord mana mereka
akan dinyatakan bebas tertekuk.
Bracing berfungsi sebagai berikut :

1. Pengendalian tekuk balok utama


2. distribusi beban
3. Kontrol dimensi .
4. Pengendalian tekuk balok utama

Alasan paling utama untuk menyediakan bracing pada banguna gedung baja
adalah untuk kontrol tekuk di balok utama selama konstruksi . Pada konstruksi baja,,
berat baja membebankan lentur signifikan dari balok baja telanjang dan sayap tekan
harus tertahan terhadap tekuk ( dalam arah sumbu minor ) . Ketika selesai , dek baja
memberikan penahan lateral ke sayap atas sepanjang panjang penuh jembatan dan
kemudian satu-satunya bagian dari balok yang cenderung gesper adalah flensa bawah
di daerah memonopoli berdekatan dengan dukungan menengah.

Dalam sebuah balok tak terkendali , flens kompresi balok utama cenderung
melengkung horizontal , menyebabkan balok memutar - disebut lateral yang
torsional. Hal ini dapat ditangkal dengan bressing yang menyediakan baik penahan
lateral langsung ke flensa kompresi atau penahan puntir ke seluruh balok . Sebuah
tonase kecil bracing baja dapat digunakan untuk memberikan peningkatan besar
dalam perlawanan lentur dari balok utama.

Pada menara kemba biasanya r memiliki rencana persegi dan sistem


struktural adalah 'tabung di dalam tabung' sistem, kolom baja sangat dekat (tabung
dibingkai) dan inti internal di mana semua fasilitas vertikal terkonsentrasi (tangga, lift
dan sebagainya). Konsep ini memungkinkan bangunan mencapai 104 Lantai dan 411
meter tinggi.

( Gambar 6. WTC )
cara paling sederhana untuk menahan kedua beban vertikal dan horizontal
adalah dengan menggunakan momen menolak frame dengan struktur lantai
berorientasi pada arah transversal dan longitudinal. Solusi ini bukan yang paling
ekonomis, karena membutuhkan balok dan kolom dengan differens lintas-bagian di
berbagai tingkat.

( Gambar 7. Rangka Baja Bangunan )

( Gambar 8. Rangka Baja Bangunan )

Sistem struktur bangunan bertingkat tinggi harus melawan kedua gravitasi


dan beban lateral. sebagai ketinggian bangunan meningkat, beban lateral secara
bertahap mendominasi desain struktural. membandingkan beberapa sistem struktur
baja atas dasar efisiensi struktural, yang diukur dengan berat bangunan, struktur
tabung dibingkai dapat conviently digunakan pada bangunan bertingkat tinggi yang
lebih dari 20 lantai
(Gambar 8. Sistem struktur baja berdasarkan pada jumlah lantai bangunan pada gedung pencakar
langit)

beban lateral akibat angin dan gempa bumi menghasilkan percepatan lateral.
sebagian orang-orang biasanya menganggap percepatan ini selama kondisi pelayanan,
kekakuan daripada kekuatan cenderung menjadi faktor dominan dalam bangunan
tinggi besar. keadaan batas bisa, karena itu, menjadi lebih penting daripada keadaan
batas tertentu. empat kelompok keseluruhan sistem struktural dapat dikelompokkan.
Antara lain:

o bantalan sistem dinding


o sistem inti
o sistem portal
o sistem tabung

Kerangka sistem kaku murni tidak cukup untuk bangunan yang lebih tinggi
dari sekitar 30 lantai karena komponen geser racking defleksi yang dihasilkan oleh
lentur kolom dan balok-balok menyebabkan pergeseran bangunan menjadi terlalu
besar, efisiensi ditingkatkan dengan menambahkan anggota rangka seperti diagonal
antara sistem lantai

Jenis bressing yang tersedia untuk dimasukkan ke dalam berbagai sistem


struktur dari K sederhana konsentris atau bressing tipe X sederhana antara dua kolom
untuk menguatkan lutut dan bressing eksentrik dengan geometri rumit yang
menggunakan solusi dari program komputer. dalam sistem bracing eksentrik
sambungan dari brace diagonal sengaja offset dari hubungan antara balok dan kolom
vertical.
(Gambar 9. Tipe kerangka bressing secara umum)

(Gambar 10. Tipe kerangka bressing secara umum)


menggunakan rangka terhuyung (staggered truss system) , seperti yang
ditunjukkan pada gambar 9, fleksibilitas yang dibutuhkan di unit layout dicapai
dengan mengatur rangka dalam rencana rangka terhuyng di lantai alternatif. lantai
sytem bertindak sebagai diafragma mentransfer beban lateral dalam arah pendek
untuk gulungan. Beban lateral yang ditentang oleh diagonal truss dan ditransfer ke
hanya beban langsung / aksial dalam kolom (tanpa momen).

(Gambar 11. Sistem rangka terhuyung)

a. Perencanaan hotel menunjukan ruang tamu;


b. penyusuna rencana rangka terhuyung;
c. perspektif penyusunan rangka.
2.7 Pemisahan Bangunan
Pemisahan melalui dilatasi sebuah sambungan / garis pada sebuah bangunan yang karena
sesuatu hal memiliki sistem struktur berbeda. Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara
bangunan yang rendah dengan yang tinggi, antara bangunan 10 induk dengan bangunan sayap, dan
bagian bangunan lain yang mempunyai kelemahan geometris. Di samping itu, bangunan yang sangat
panjang tidak dapat menahan deformasi akibat penurunan fondasi, gempa, muai susut, karena
akumulasi gaya yang sangat besar pada dimensi bangunan yang panjang, dan menyebabkan timbulnya
retakan atau keruntuhan _tructural. Oleh karenanya, suatu bangunan yang besar perlu dibagi menjadi
beberapa bangunan yang lebih kecil, di mana tiap bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku
dalam menghadapi pergerakan bangunan.

( Gambar 6. Pemisahan Bangunan Sumber : Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005 )

Dalam praktek terdapat beberapa bentuk pemisahan bangunan yang umum digunakan,
diantaranya :
 Dilatasi dengan Dua Kolom Pemisahan struktur dengan dua kolom terpisah
merupakan hal yang paling umum digunakan, terutama pada bangunan yang
bentuknya memanjang (linear).
( Gambar 12. Dilatasi Dengan Dua Kolom Sumber : Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005 )

 Dilatasi dengan Balok Kantilever Mengingat bentang balok kantilever


terbatas panjangnya (maksimal 1/3 bentang balok induk), maka pada lokasi
dilatasi terjadi perubahan bentang antar kolom, yaitu sekitar 2/3 bentang antar
kolom

( Gambar 13. Dilatasi Dengan Kantilever Sumber : Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005 )
 Dilatasi dengan balok Gerber Untuk mempertahankan jarak antara kolom
yang sama, maka pada balok kantilever diberi balok Gerber, sebagaimana
terlihat pada Namun dilatasi dengan balok gerber ini jarang digunakan.

( Gambar 14. Dilatasi Dengan Gerber Sumber : Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005 )

 Dilatasi dengan Konsol Meskipun jarak antar kolom dapat dipertahankan


tetap sama, namun akibat adanya konsol, maka langit-langit di daerah dilatasi
menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tinggi langit-langit pada bentang
kolom berikutnya. Dilatasi jenis ini banyak digunakan pada bangunan yang
menggunakan konstruksi prapabrikasi, di mana keempat sisi kolom diberi
konsol untuk tumpuan balok prapabrikasi.

( Gambar 15. Dilatasi Dengan Konsol Sumber : Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005 )
BAB III

Kesimpulan

Bangunan Tinggi adalah bangunan yang mempunyai struktur jumlah lantai yang
banyak, sistem kebutuhan ruang pada bangunan tinggi pada saat ini dibutuhkan karena jumlah
lahan yang sempit dan mahal. Bangunan Tinggi ini biasanya terdapat pada lahan yang
terbatas, sehingga untuk mencukupi kebutuhan ruang sehingga dilalukan pembangunan ke
atas (vertikal). Dalam pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tentang
Bangunan Tinggi, sehingga dapat dan mampu merancang bangunan berlantai banyak.
Perancangan struktur bangunan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002, Tata
Cara Perhitungan Struktur Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, dan Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983. 8 Beban yang harus diperhitungkan
dalam hal ini beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin. Menurut Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Sistem struktur bangunan bertingkat tinggi
harus melawan kedua gravitasi dan beban lateral. sebagai ketinggian bangunan meningkat,
beban lateral secara bertahap mendominasi desain struktural. membandingkan beberapa
sistem struktur baja atas dasar efisiensi struktural, yang diukur dengan berat bangunan,
struktur tabung dibingkai dapat conviently digunakan pada bangunan bertingkat tinggi yang
lebih dari 20 lantai. Beban lateral akibat angin dan gempa bumi menghasilkan percepatan
lateral. sebagian orang-orang biasanya menganggap percepatan ini selama kondisi pelayanan,
kekakuan daripada kekuatan cenderung menjadi faktor dominan dalam bangunan tinggi besar.
keadaan batas bisa, karena itu, menjadi lebih penting daripada keadaan batas tertentu.

Anda mungkin juga menyukai