Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH IRIGASI DI DUNIA DAN AWAL MASUKNYA

IRIGASI DI INDONESIA

INAYATU ROBANI
1710503055
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TIDAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Air merupakan suatu komponen utama penyokong kehidupan. Air pasti selalu dibutuhkan
dalam semua kegiatan aktivitas manusia dan makhluk di bumi ini baik di bidang industri,
pertanian, peternakan, perikanan, dll. Sedemikan besarnya peranan air bagi manusia, namun
jika keberadaan air dan manajemenya tidak dikelola dan dikendalikan secara tepat maka
keberadaanya akan menjadi merugikan bagi manusia.

Tidak sedikit bencana terjadi disebabkan karena kurang tepatnya pengelolaan air seperti
bencana kekeringan, banjir atau tanah longsor. Dalam dunia pertanian, air mempunyai
peranan yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Air bagi tanaman merupakan komponen
penyusun tubuh tanaman, air juga dimanfaatkan tanaman dalam proses fotosintesis. Senada
dengan point diatas, bahwa keberadaan air bagi tanaman juga harus dikelola dan
dikendalikan. Kelebihan air akan direspon tanaman dengan terjadinya pembusukan,
sedangkan kekurangan air juga akan direspon tanaman dengan terjadinya layu sampai
kekeringan.

Bagi sebagian besar masyarakat pertanian sejak jaman dahulu, pemenuhan kebutuhan air
bagi tanaman mengandalkan curah hujan. Namun beberapa tahun belakangan terjadi
pergeseran bahkan kekacauan iklim yang berpengaruh terhadap tingkat curah hujan. Hal ini
tentu saja merugikan bagi masyarakat pertanian. Untuk itulah diperlukan kegiatan irigasi
yang pada dasarnya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman sesuai dengan fase
pertumbuhannya. Sebenarnya irigasi sudah dikenal sejak jaman Mesir Kuno dengan
memanfaatkan air dari sungai Nil. Di Indonesia, irigasi juga sudah dikenal sejak jaman nenek
moyang dengan membendung aliran sungai untuk dialirkan ke sawah-sawah yang
membutuhkannya. Bahkan beberapa waduk juga dibangun yang salah satu fungsinya adalah
penyediaan air untuk kegiatan irigasi.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan perjalanan sejarah irigasi di dunia
2. Jelaskan perjalanan sejarah irigasi di Indonesia

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Mengenal sejarah irigasi di dunia dan Indonesia .
2. Mampu menjelaskan fungsi irigasi dalam pertanian.
3. Memahami perundangan dalam kebijakan kegiatan irigasi.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. SEJARAH IRIGASI DI DUNIA

A. MENGENAL IRIGASI DI ZAMAN MEDITERANIA KUNO

Irigasi di kawasan Mediterania pada masa kuno telah dirancang sedemikian rupa dengan
sistem air turapan. Sebuah istilah yang digunakan untuk sistem pengaliran air dari
pegunungan yang dikumpulkan terlebih dahulu lalu disalurkan melalui bawah tanah ke
persawahan. Sistem pengaliran air ini dikenal sebagai qanat, atau juga disebut dengan istilah
lain seperti karez, kahan , kareez , kakuriz , dagu-avulz, khettara, galeria falaj, suranga, dan
mayun.
Teknologi qanat diyakini muncul dan berkembang pesat di kalangan orang-orang Persia pada
awal milenium 1 SM lalu menyebar perlahan ke Barat dan Timur. Meski biaya pembangunan
qanat sangat mahal, nilai investasi dan manfaatnya cukup besar sehingga memberikan faedah
jangka panjang bagi masyarakat setempat.
a. Falaj
Falaj atau sistem irigasi di lembah al-Ain yang berlokasi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dan
berbatasan dengan Oman. Irigasi ini membawa air dari sumur bor ke peternakan air dan
pohon-pohon palem. Al-Ain memiliki tujuh oasis, yang terbesar adalah Oasis al-Ain, dekat
Old Sarooj, dan yang terkecil adalah Oasis Al-Jahili. Sisanya adalah al-Qattara, al-Mu`aredh,
al-Jimi, al-Muwaiji, dan al-Hili.
b. Foggara
Foggara adalah nama irigasi untuk oasis besar di Gourara, Aljazair. Sistem ini juga
ditemukan di Touat, 200 km dari Gourara. Panjang Foggara di Gourara diperkirakan ribuan
kilometer. Sistem ini diperkirakan sudah digunakan oleh penduduk Aljazair sejak 200 AD,
tetapi secara pasti penggunaannya dioptimalkan pada abad ke-11 oleh orang Arab dan setelah
mereka menguasainya pada abad ke-10 .
c. Karez
Pada pertengahan abad ke-2, terdapat sekira 50 ribu karez (qanat) di Iran. Dari jumlah
tersebut hanya 25 ribu yang tetap digunakan pada 1980. Salah satu yang terbesar terdapat di
Gonabad, dan setelah 2.700 tahun masih menyediakan air minum dan pertanian hampir 40
ribu orang. Karez menjadi irigasi andalan ketika itu. Provinsi Yazd, Khorasan, dan Kerman
adalah zona untuk dikenal karena ketergantungan mereka pada sistem ekstensif qanat.
B. PERJALANAN SEJARAH IRIGASI DARI SEBELUM MASEHI

irigasi sudah sejak zaman dahulu dikenal manusia untuk mengairi lahan.Berikut ini adalah
kronologi perkembangan irigasi dari tahun sebelum masehi.

a. 6000 Sebelum Masehi

Irigasi dikenal pertama kali di Mesir dan Mesopotamia menggunakan air dari Sungai Nil dan
Eufrat/Tigris. Pada saat banjir di bulan Juli sampai Desember, air lalu disalurkan selama 40
sampai 60 hari. Air itu kemudian dikembalikan ke sungai pada masa pertumbuhan tanaman.

b. 3500 Sebelum Masehi

Musim banjir tahunan di sepanjang Sungai Nil tak tercatat secara berkala sehingga
bangsa Mesir menciptakan alat ukur banjir atau Nilometer. Desainnya sederhana berupa
kolom vertical yang dimasukan ke dalam sungai agar terlihat kedalamannya berapa.
Desain kedua menggunakan tangga yang dimasukan ke sungai. Data ini
kemudian diguanakan oleh Dukun Mesir kuno untuk memprediksi banjir.

c. 3100 Sebelum Masehi

Proyek irigasi pertama diciptakan di bawah pimpinan Raja Menes. Dia dan penerusnya
menggunakan bendungan dan canal untuk mengalihkan banjir Nil ke sebuah danau yang
disebut "Moeris".

d. 2000 Sebelum Masehi


Pipa panjang dibuat dari semen dan hancuran batu oleh orang Romawi untuk menyalurkan
air. Pipa yang sama digunakan seabad lalu untuk membawa air lembah San Gabriel
California.

e. 1792 Sebelum Masehi

Raja Babilonia, Hammurabi adalah raja pertama yang memiliki lembaga irigasi di dalam
kerajaan. Lembaga ini bertugas mendistribusikan air secara proporsional berdasarkan luas
lahan, petani bertugas memelihara saluran air dil lahannya, dan adminstrasi kolektif dari
semua pengguna kanal.

f. 1700 Sebelum Masehi

Tiang besar dengna palang seimbang, tali dan ember dipasang pada masa ini. Dengan
menarik tali lalu menurunkan ember ke sunagi, operator lalu mengangkat air dari sungai.
Tiang bisa berputar dan ember dikosongkan saat air dialihkan. Dengan metode ini air bisa
didapat meski sungai belum banjir.

g. 550-331 Sebelum Masehi

Kareze di Mesopotamia, merupakan teknik yang memungkinkan penggunaan air Tanah


sebagai sumber utama irigasi. Sebuah Qanat dibangun terlebih dahulu dengan menggali
vertical hingga ke dalam Tanah. Setelah sumur Qanat itu selesai, lalu terowongan digali
dengan arah horizontal ke ujung sumur. Lereng alami akan memungkinkan air sumur
mengalir menurut gravitasi ke bawah terowongan

h. 500 Sebelum Masehi

Roda Air Persia, digunakan pertamakali dan saat ini dikenal sebagai pompa. Perangkat ini
merupakan rangkaian alat pengangkut air mirip Noria namun tidak menggunakan tenaga air
sungai dan bisa menggunakan tenaga manusia.

i. 250 Sebelum Masehi

Saat mengunjungi Mesir, Sarjana Yunani Archimedes menciptkaan perangkat pompa


Archimedes yang terdiridari sekrup di dalam tabung hampa. Sekrup itu berbalik dan saat sia
berotasi maka air akan terangkut.

j. 500 Masehi
Penggunaan kincir angina pertamakali tidak diketahui meski gambar kincir angin pompa dari
Persia diketahui. Desain ini punya layar vertical yang terbuat dari daun alang-alang atua kayu
yang melekat pada poros pusat.

k. 1800 Masehi
Irigasi di dunia pada masa ini mencakup 19 juta ha lebih. Saat ini sudah mencapai 600 juta ha
1.2.SEJARAH IRIGASI DI INDONESIA

Dijelaskan bahwa irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan
dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Kata Irigasi berasal dari
kata irrigate dalam bahasa Belanda dan irrigation dalam bahasa Inggris1.

Irigasi merupakan suatu daya upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman sesuai dengan fase pertumbuhannya (tepat jumlah dan waktunya)
sehingga akan meningkatkan produktivitas dan hasil tanaman. Irigasi didefinisikan sebagai
penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman apabila terjadi kekeringan, menurunkan suhu dalam tanah,
melunakkan lapisan keras tanah saat proses pengolahan tanah, membawa garam-garam dari
permukaan tanah ke lapisan bawah sehingga konsentrasi garam di permukaan tanah
menurun2.

Pengelolaan irigasi hampir tidak berubah meskipun sistem kerajaan Hindu-Budha telah
berganti menjadi kerajaan Islam. Masuknya bangsa Eropa ke Pulau Jawa pada abad ke-16
telah merubah budaya dan teknologi tentang sumberdaya air termasuk irigasi. Pemerintah
Kolonial Belanda mulai melakukan pembangunan sistem irigasi teknis di Indonesia pada
abad ke 19.13 Pembangunan itu tak dapat dipisahkan dari pelaksanaan kebijakan Sistem
Tanam Paksa untuk memacu ekspor komoditi perkebunan ke pasar Eropa

Menurut Abdullah Angoedi dalam sejarah Irigasi di Indonesia disebutkan bahwa dalam
laporan Pemerintahan Belanda Irigasi didefinisikan sebagai berikut :
"secara teknis menyalurkan air melalui saluran-saluran pembawa ke tanah pertanian dan
setelah air tersebut diambil manfaat sebesar-besarnya menyalurkan ke saluran-saluran
pembuangan terus ke sungai".

Sejarah irigasi di Indonesia telah cukup panjang. Yang pertama kali dimulai pada zaman
Hindu yang ditunjukkan pada pertanian padi sistem Subak di Bali, sistem Tuo Banda di
Sumatera Barat, sistem Tudang Sipulung di Sulawesi Selatan dan sistem kalender pertanian
Pranatamangsa di Jawa. Yang kemudian dilanjutkan pada masa penjajahan Belanda serta di
zaman Indonesia membangun (sekitar tahun 1970-an).

Bangunan irigasi pertama di Indonesia, dibangun di Jawa Timur yang dibuktikan dengan
prasasti Harinjing yang saat ini disimpan di Museum Jakarta. Dari data prasasti tertua di
Indonesia menyebutkan pula bahwa saluran air tertua telah dibangun di Desa Tugu dekat
Cilincing dalam abad ke-V Masehi.

1
Erman Mawardi dalam bukunya "Desain Hidraulik Bangunan Irigasi".2007
2
Menurut Vaunghn. E. Hansen.dkk 2004
Pembuatan bendung pertama di Indonesia untuk irigasi dilakukan di Jawa Timur yaitu
bendung Sampean di Kali Sampean. Ir. Van Thiel yang diutus Pemerintahan Belanda ke
Situbondo membangun bendung tersebut pada tahun 1832 dari struktur kayu jati diisi dengan
batu kali dengan panjang bentang bendung 45 meter serta tinggi 8 meter. Selanjutnya pada
tahun 1852 sampai dengan 1857 dibangun pula bendung Lengkong di Mojokerto untuk
mengairi areal seluas 34.000 hektar.

Bendung Glapan dikali Tuntang Jawa Tengah dibangun tahun 1852 dan selelsai tahun 1859.
Namun baru bisa berfungsi 20 tahun kemudian yaitu pada tahun 1880-1890. Bendung Glapan
adalah bendung pertama yang dibangun di bawah Pemerintahan Kolonial untuk tanaman
rakyat.

Selain itu disebutkan juga bahwa setelah Pemerintahan Hindia-Belanda mendirikan


Departemen BOW mulailah dibentuk "Irrigatie-Afdeling". Tepatnya tercatat pada tanggal 1
januari 1889 pertama kali dibentuk daerah irigasi yaitu Irrigatie-Afdeling Serayu yang
meliputi karesidenan Banyumas dan Bagelan di Jawa Tengah. Kemudian diikuti dengan
Irrigatie-Afdeling Brantas yang meliputi daerah Malang-Kediri-Surabaya pada tahun 1982,
Irrigatie-Afdeling Serang yang meliputi daerah Semarang-Demak dan Purwodadi. Dengan
semua itu Pulau Jawa dalam tahun 1910 telah terbagi habis oleh daerah-daerah irigasi.

Puncak dari perkembangan tanam paksa ternyata hanya memperbaiki keuangan Negeri
Belanda, karena selama itu Belanda dianggap sebagai perusahan Belansa.

Di lihat dari segi irigasi tanam paksa memperoleh kemajuan di setiap daerah-daerah dalam
pembangunan irigasi, sehingga rakyat Indonesia banyak yang menderita untuk memberikan
hasil panen yang memuaskan. Akhrinya Belanda merasa malu dan tanam paksa mulai
berangsur dihapuskan, Menjamin ketersedianya air bagi tanaman perkebunan. Pembangunan
irigasi di masa kolonial Belanda dilakukan dalam beberapa tahapan. Paling tidak terdapat tiga
periode pentahapan, yaitu:
a. masa tahun 1830-1885, merupakan masa pembangunan fisik bangunan utama.
b. masa tahun 1885-1920, tahap pembangunan jaringan irigasi secara utuh.
c. periode 1920–1942 merupakan pelaksanaan operasional sistem secara mantap.
Pentahapan ini juga berkaitan dengan tahapan perkembangan stabilitas administrasi
DAFTAR PUSTAKA

Erman Mawardi, Prof. R. Drs, Dipl. AIT. 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi.
Bandung : Alfabeta

(http://www.anakciremai.com/2009/04/makalah-geografi-tentang-sejarah.html)

http://sugeng.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/MODUL-1.pdf

Republika, 4 september2019 “ Mengenal Sistem Irigasi Zaman Mediterania Kuno”

Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai