Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN

JARINGAN IRIGASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN IRIGASI

Irigasi adalah segala usaha yang berhubungan dengan perencanaan dan


pembuatan sarana dan prasarana untuk menyalurkan serta membagi air ke
bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta pembuangan air kelebihan
yang tidak diperlukan lagi.

Saluran irigasi berawal dari intake sampai badan air yang dipakai untuk
menerima air yang sudah atau bekas dipakai dan kelebihan air yang ada pada
daerah irigasi. Umumnya pengaliran air irigasi menggunakan saluran terbuka
yang mempunyai permukaan air bebas. Cara pengaliran ini digolongkan
sebagai sistem Gravitasi, dimana air mengalir karena ada perbedaan tinggi
permukaan air antara kedua ujung saluran.

B. SEJARAH IRIGASI
1. Sejarah Irigasi Di Dunia

Kekunoan irigasi tercatat dengan baik dan secara tertulis dalam


sejarah umat manusia. Pada awalnya, tercatat Amraphel, Raja dari Shinar,
sezaman dengan Ibrahim, yang mungkin identik dengan Hammurabi, raja
keenam dari dinasti Babylon pertama. Ia membuat undang-undang yang
berlandaskan nama Hammurabi, menunjukkan bahwa masyarakat harus
menggantungkan hidupnya kepada irigasi. Salah saru undang-undang
Hammurabi menyatakan bahwa apabila seseorang mengabaikan untuk
memperkuat tanggul salurannya dan air menghanyutkan padang rumput,
orang tersebut dimana pada tanggulnya sebuah lubang terbuka harus
mengembalikan jagung yang hilang karena bobolnya tanggul tersebut.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Surat hammurabi kira-kira 2000 S.M. mengungakapkan suatu


kesibukan administrator pemerintah yang tidk melupakan satu huruf pun
apabila memberikan perintah kepada bawahannya:
“kepada Sid-Indiannam, Hammurabi berkata sebagai berikut: Kumpulan
orang-orang yang mempunyai ladang sepanjang saluran Damanum untuk
membersihkan saluran Damanum. Dalam bulan ini, mereka supaya
menyelesaikan penggalian saluran Damanum.”

Seorang Ratu Assyria kuno, kira-kira hidup tahun 2000 S.M.


dihormati dengan memimpin pemerintahannya untuk mengalihkan air
sungai Nil untuk mengairi tanah pada Mesir. Tulisan pada kuburannya
ialah:
“Saya memaksa aliran air yang dahsyat untuk mengaliri sesuai dengan
keinginanku dan membawa airnya untuk menyuburkan ladang-ladang
yang telah gersang sebelumnya dan tanpa penghuni.”

Saluran irigasi yang diperkirakan sudah dibangun pada masa


pemerintahan Ratu Assyria masih tetap mengalirkan airnya. Dengan
demikian, hal tersebut merupakan catatan dan bukti irigasi yang tidak
terputus untuk beribu-ribu tahun lembah sungai Nil dan untuk waktu yang
hampir sama seperti di Syria, Persia, India, Jawa dan Itali.

Mesir menyatakan mempunyai dam tertua di dunia, panjang 108


meter dan tinggi 12 meter, yang telah dibangun 5000 tahun yang lalu
untuk menampung air untuk minum dan irigasi. Daerah pengaliran irigasi
diperkenalkan pada kira-kira tahun 3000 S.M. masih tetap memainkan
peranannya dalam pertanian di Mesir.

Di China, dimana reklamasi dimulai lebih dari 4000 tahun yang


lalu, keberhasilan raja-raja terdahulu diukur dengan kebijaksanaan
mereka dan kemajuan dalam kegiatan pengaturan air. Raja Yu, dari
dinasti Hsia (2200 S. M.) terpilih sebagai raja oleh masyarakat sebagai
suatu penghargaan untuk hasil karyanya yang cemerlang dalam

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

mengendalikan air. Bendungan Tukiang yang terkenal, masih tetap


merupakan dam yang berhasil sampai sekarang, dibangun oleh seseorang
yang bernama Tua Li dan putranya pada masa dinasti Chin (200 S.M.)
dan menyediakan air irigasi untuk kurang lebih satu setengah juta acre
sawah. Kincir air, yang banyak digunakan sebagai alat untuk memompa
air di China dan negara tetangganya, diperkirakan juga telah diketemukan
pada waktu yang sama. Penemunya dipuja oleh tukang kayu penduduk
negeri tersebut seperti seorang dewa. Saluran Agung (Grand Canal),
panjang 1125 meter, dibangun oleh kerajaan Sui, 589-618 sesudah
Masehi.

Praktek irigasi di India terjadi lebih awal dari kisah sejarah tersebut
dengan suatu waktu yang tidak pasti. Yaitu waduk-waduk di Srilangka
sampai ke India bagian Selatan yang berumur lebih dari 2000 tahun.
Ditulis pada tahun 300 S.M. menunjukkan bahwa seluruh negera
mendapat ari irigasi dan sangat makmur karena panen dua kali dimana
masyarakat dapat memungut hasilnya setiap tahun.

Orang-orang spanyol pada saat memasuki Meksiko dan Peru untuk


pertama kalinya menemukan perlengkapan yang rumit untuk menampung
dan menyalurkan kebutuhan air yang telah dipergunakan untuk beberapa
generasi. Keasliannya hampir hilang karena pengaruh tradisi. Pekerjaan
irigasi yang luas juga ada pada waktu itu di baratdaya Amerika Serikat.
Misi bangsa Spanyol yang mula-mula membawa pengetahuan tentang
irigasi dari daerah asalnya di daerah Lautan Tengah. Beririgasi juga
dilakukan oleh pemburu, pekerja tambang, dan penjaga perbatasan di
banyak tempat di bagian barat USA meskipun tidak ada usaha yang
dilakukan untuk mengembangkan suatu ekonomi pertanian yang
berdasarkan kepada irigasi sampai dengan perintis bangsa Mormon,
irigasi merupakan suatu perjanjian bersama, dengan masyarakat yang
berada di sekitar sungai yang berasal dari pegunungan. Selokan-selokan

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

umum dibangun untuk mengairi daerah pertanian dan sebidang tanah


kebun di kota-kota.

Tekanan kehidupan dan kebutuhan untuk penyediaan tambahan


makanan telah memerlukan suatu pengembangan irigasi yang pesat di
seluruh dunia. Meskipun irigasi lebih penting di daerah yang gersang,
pembaengunannya telah terjadi menjadi semakin penting di daerah yang
basah.

2. SEJARAH IRIGASI DI INDONESIA


Sejarah irigasi di Indonesia telah cukup panjang. Yang dimulai
sejak zaman hindu. Sebagai contoh pertanian padi sistem Subak di Bali,
sistem Tua Banda di Sumatra Barat, sistem pertanian Pranatamangsa di
Jawa. Dan dikembangkan dimasa penjajahan Belanda dan dilanjutkan di
zaman Indonesia membangun (1970-an).
Selanjutnya, tercatat bahwa bangunan irigasi yan gpertama
dibangun yaitu di Jawa Timur yang dibuktikan dengan prasasti Harijing
yang sekrang di simpan di Musium Jakarta. Data prasasti tertua di
Indonesia menyebutkan pula bahwa saluran air tertua telah dibangun di
Desa Tugu dekat Cilincing dalam abad ke V masehi.
Pembuatan bendung pertama di Indonesia untuk irigasi dilakukan di
Jawa Timur yaitu bendung Sampean di kali Sampean. Ir. Van Thiel yang
diutus pemerintah Belanda ke Situbondo membangun bendung tersebut
tahun1823 dari struktur kayu jati diisi dengan batu kali. Panjang bentang
bendung 45 meter tingi 8 meter. Selanjutnya pada tahun 1852 sampai
dengan 1857 dibangun pula bendung Lengkong di Mojokerto untuk
mengairi areal seluas 34.000 hektar.
Bendung Glapan di kali Tuntang Jawa Tengah dibangun tahun 1852
dan selesai tahun 1859. Namun baru bisa berfungsi 20 tahun kemudian
yaitu pada tahun 1880-1890. Bendung Glapan adalah bendung pertama
yang dibangun di bawah Pemerintah kolonial untuk tanaman rakyat.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Disebutkan bahwa setelah pemerintah Hindia-Belanda mendirikan


Departemen BOW mulailah dibentuk “Irrigatie-Afdeling”. Tercatat 1
januari 1889 dibentuk daerah irigasi yang pertama yaitu Irrigate-Afdeling
Serayu yang meliputi keresidenan Banyumas dan Bagelen di Jawa
Tengah. Selanjutnya disusul Irrigatie-Afdeling Brantas yang meliputi
daerah Malang-Kediri-Surabaya pada tahun 1892, Irrigatie-Afdeling
Serang yang meliputi daerah Semarang-Demak dan Purwodadi. Dalam
tahun 1910 Pulau Jawa telah terbagi habis oleh daerah-daerah irigasi.

C. MAKSUD TUJUAN IRIGASI


Maksud dan tujuan irigasi dapat dirumuskan menjadi delapan
permasalahan yaitu :

1. Menambah Air Ke Dalam Tanah Atau Membasahi Tanah


Pemberian air pada waktu tidak hujan atau kurang hujan dimaksudkan
agar tanaman mendapatkan air bagi pertumbuhannya, karena air sangat
dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuhannya. Pada tanah yang basah,
akan memudahkan untuk tumbuhnya tanaman.
2. Mencukupi kebutuhan air bagi tanaman di kala musim kemarau dan
merabuk.
Seraya mengalirkan air yang mengandung zat-zat makanan bagi
tanaman atau lumpur yang baik maka dengan sendirinya kebutuhan air
bagi tanaman tercukupi, tanah jadi bertambah subur karena kandungan air
yang dialirkan akan dapat merabuk tanaman.
3. Mendinginkan tanah dan atmosfer atau mengatur suhu tanah.
Adanya peredam atau pengaliran air maka suhu tanah menjadi sesuai
dengan suhu/keadaan tanamannya. Tanaman untuk tumbuhnya,
membutuhkan suhu-suhu tertentu sehingga ada batas-batas tertentu yang
dipenuhi dan tidak boleh terlalu panas ataupun terlalu dingin sehingga
dengan demikian tanaman bisa tumbuh dengan baik.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

4. Mengurangi bahaya kebekuan dengan gangguan tanah lainnya.


Peredaman tanah dapat mengurangi bahaya kebekuan dalam tanah dan
dapat membasmi hama-hama yang ada dalam tanah, seperti: Tikus, Ulat-
ulat, dan lain-lain.
5. Membersihkan, mengurangi kandungan garam dalam tanah.
Di dalam tanah sangat dimungkinkan banyaknya zat-zat kimia yang
dapat merugikan tanaman, dengan melakukan penggenangan ada zat-zat
yang dapat larut dan terangkut terutama pada saat dilakukan penggantian
lapis air.
6. Mengurangi bahaya erosi tanah dan kolmatase.
Apabila air dalam keadaan mengalir maka sudah pasti akan terjadi erosi
sehingga untuk mengurangi bahaya erosi tanah tersebut dilakukan
penggenangan dengan itu dapat pula dimaksudkan untuk kolmatase yaitu
meninggikan permukaan.
7. Melunakkan tanah pada saat pengerjaan tanah dan mengurangi
adanya gumpala-gumpalan tanah.
Dilakukannya pembasahan atau penggenangan walau dalam waktu
tertentu diharapkan dapat melunakkan tanah, sehingga mempermudah
dalam penyerapan air ke dalam tanah atau pembajakan. Adanya gumpala-
gumpalan tanahpun akan berkurang dengan mudah akan dapat
dihancurkan, pada saat pengerjaan tanah.
8. Mengurangi adanya penguapan.
Adanya penggenangan air sawah, di parit/saluran akan menaikkan
/mempertinggi muka air tanah yang ada di sekelilingnya. Secara otomatis
air akan meresap dan berusaha untuk menyeimbangkan kedudukannya.
Penguapan yang terjadi disetiap saat akan selalu ditutupi/diganti oleh
pemberian air yang dilakukan/diberikan.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

D. TINGKAT-TINGKAT JARINGAN IRIGASI

Tabel klasifikasi jaringan irigasi.

Dalam konteks Standarisasi Irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang
ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekkan di
sebagian besar pembangunan irigasi di Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional
pokok, yaitu:
- Bangunan-bangunan utama (headworks) di mana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk,
- Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier,

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

- Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan


kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan kesawah-sawah dan kelebihan air
ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier;
- Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk membuang
kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
1. Irigasi Sederhana

Di dalam irigasi sederhana, lihat gambar 1.1 pembagian air tidak


diukur atau diatur, air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Para
petani pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi
yang sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah di dalam
organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya
berlimpah dengan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh
karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk sistem
pembagian airnya.

Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi tetapi


memiliki kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada
pemborosan air dan, karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah
yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan yang
memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap desa
membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan
pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin
pendek.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

2. Irigasi Semiteknis

Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi


sederhana dan jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini
bendungnya terletak di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan
dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun
beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air
biasanya serupa dengan jaringan sederhana (lihat Gambar 1.2).

Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk


melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada
jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih
banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan


lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen
Pekerjaan Umum.

3. Irigasi Teknis

Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah


pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini
berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai
dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran
irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang
mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

yang kemudian akan diteruskan ke laut (lihat Gambar 1.3). Petak tersier
menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis.

Pembagian air di dalam petak tersier diserahkan kepada para petani.


Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan
air ditampung di dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan
kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.

Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip di atas


adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan
waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran,
pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien.

Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari
jaringan (pembawa) utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan
yang lebih sedikit di saluran primer, eksploitasi yang lebih baik dan
pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan apabila setiap
petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam


ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan
saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek
dengan kapasitas yang lebih kecil.

Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan


semacam ini lebih sulit diatur dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat
rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunan-
bangunan tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat
seperti bendungdan relative mahal.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

BAB II
PERENCANAAN JARINGAN/IRIGASI

A. PERENCANAAN SALURAN PEMBAWA

Saluran pembawa ini dimulai dari bangunan penangkap air atau intake
pada bangunan bendung yang mangalirkan air untuk diberikan ke daerah
pertanian. Pada awal saluran, dimensi saluran masih besar karena harus
membawa seluruh air untuk kebutuhan seluruh daerah irigasi, kemudian
saluran ini pecah lagi menjadi dua atau tiga bagian yang lebih kecil sesuai
debit yang dialirkan dan terus ke petak tanah yang dialiri(sawah).
1. Perencanaan Saluran Irigasi Primer/Induk (Primary Canal)
Saluran primer berfungsi membawa air dari bendungan ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir, lihat gambar di bawah.

2. Perencanaan Saluran Irigasi Sekunder (Secoundary Canal)


Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier
yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini
adalah pada bangunan sadap terakhir.

3. Perencanaan Saluran Irigasi Tersier (Tertiary Canal)


Saluran irigasi tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung
saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

B. PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG (DRAINAGE CANAL)

Saluran ini dimulai dari saluran yang paling kecil, langsung menerima
air sisa dari lahan irigasi, disalurkan dan bertemu dengan saluran lain yang
sama karakteristiknya membentuk saluran yang lebih besar, dan seterusnya
saluran terakhir akan masuk ke sungai atau pembuang terakhir. Pelayanan
satu daerah irigasi yang luasnya sama, dimensi saluran pembuang lebih besar
dari pada dimensi saluran pembawa, karena saluran pembuang disamping
membuang debit sisa irigasi. Kecepatan aliran pada saluran irigasi
direncanakan sedemikian rupa sehingga kecepatan maksimum yang terjadi
tidak sampai menimbulkan sedimentasi pada saluran serta tidak memberi
kesempatan tumbuhnya tumbuhan-tumbuhan Akuatik. Untuk itu biasanya
diatur dengan menyesuaikan dimensi penampang dan kemiringan dasar
saluran. Saluran pembawa selalu ditempatkan pada posisi tertinggi dari
daerah yang akan diairi agar seluruh lahan dapat diairi, sedang saluran
pembuang ditempatkan pada posisi yang paling rendah agar bisa menerima
seluruh air yang sudah terpakai.
Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam
saluran pembuang tersier.

Saluran pembuang tersier terletak diantara petak-petak tersier yang


termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik
dari pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke
dalam jaringan pembuang sekunder.

Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang


tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke
jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi.

Saluran pembuang mengalirkan air lebih dari saluran pembuang


sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak


sungai atau ke laut.
C. SALURAN PETAK-PETAK

1. Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenan dengan unit tanah adalah petak
tersier. Petak ini menerima air irigasi yanmg dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (Off Take) yang menjadi tanggung jawab dinas
pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier, pembagian air eksploitasi dan pemeliharaan
menjadi tanggung jawab para petani yang bersangkutan, dibawah
bimbingn pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier. Petak
yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air yang tidak efisien.
Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis
tanaman dan topagrafi. Di daerah=daerah yang ditanami padi, luas petak
yang ideal adalah antara 50 - 100 Ha., kadang kadang sampai 150 Ha.
Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti
misalnya parit, jalan, batas desa dan sesar medan (Terrain Fault). Petak-
petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuerter, masing-masing seluas
kurang lebih 5 – 15 Ha.apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk
tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah
pengaturan tata-letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1500 merupakan,
tetatapi dalam kenyataannya kadang-kadang panjang saluran ini mencapai
2500 m. panjang saluran tersier lebih baik dibawah 500 m, tetapi
prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima
air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda
topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

sekunder biasanya berbeda-beda tergantung dari situasi daerah. Saluran


sekunder sering terletak di punggung meda, mengairi kedua saluran
hingga saluran pembuang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga
direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan
yang lebih rendah saja.
3. Petak Primer
Petek primer terdiri dari beberapa Petak sekunder yang mengambil
air langsung dari saluran primer. Petak primer yang dilayani oleh satu
saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya
sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini
menghasilkan dua petak primer. Daerah disepanjang saluran primer sering
tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder.
Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah
saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran
primer.

D. PERENCANAAN LETAK BANGUNAN

1. Taraf Perencanaan Pendahuluan


Tata letak penahuluan menunjukkan :
 Lokasi bangunan utama
 Trase jaringan irigasi dan pembuang
 Batas-batas dan perkiraan luas ( dalam ha) jaringan irigasi dengan
petak-petak primer, sekunder, dan tersier serta daerah-daerah yang
tidak bisa diairi.
 Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang lengkap
dengan fungsi dan tipenya
 Konstruksi lindungan terhadap banjir, dan tanggul
 Jaringan jalan dengan bangunan-bangunannya.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Untuk pembuatan tata letak pendahuluan akan digunakan peta


topografi dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000. peta dengan skala ini
cukup untuk interpretasi yang tepat mengenai sifat-sifat utama medan
tersebut. Garis-garis kontur harus ditunjukkan dalam peta ini dengan
interval 0,50 m untuk daerah-daerah datar dan 1,00 m untuk daerah-
daerah kemiringan medan lebih dari 2%.

Keadaan utama fisik medan seperti sungai, anak sungai dan pola-
pola pembuang alamiah harus dianggap sebagai batas proyek irigasi atau
batas dari sebagian proyek itu. Langkah pertama dalam perencanaan tata
letak adalah penentuan petak-petak sekunder. Saluran sekunder direncana
pada punggung medan, atau jika tidak terdapat punggung medan yang
jelas, kurang lebih diantara saluran-saluran pembuang yang berbatasan.
Jalan-jalan besar kereta api atau jalan-jalan raya boleh dianggap sebagai
batas-batas petak tersier.

Segera setalah batas-batas petak sekunder itu ditetapkan,


diadakanlah pembagian petak-petak tersier pendahuluan. Berdasarkan
pada peta letak, lokasi dan tipe-tipe bangunan akan dipastikan. Bangunan-
bangunan lindung seperti pelimpah dan pembuang silang harus mendapat
perhatian khusus.

2. Taraf Perencanaan Akhir


Dalam perencanaan akhir tata letak pendahuluan akan ditinjau
berdasarkan data-data baru topografi dan geologi teknik dari hasil
pengukuran trase saluran. Perlu tidaknya diadakan modifikasi akan
tergantung pada perbedaan-perbedaan yang ditemukan antara peta trase
saluran dan peta topografi, yang akan dicetak di lapangan.
Angka-angka kahir dan peta tata letak akhir untuk daerah irigasi
lalu ditetapkan dan kebutuhna pengambilan juga ditentukan lokasi dan
ketinggian akhir pengambilan di bangunan utama akan diputuskan
bersama-sama dalam perencanaan bangunan utama.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

BAB III

PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI

A. BANGUNAN BAGI DAN BANGUNAN SADAP

Apabila air dibagi dari saluran primer ke saluran sekunder atau dari
saluran sekunder 1 ke saluran sekunder yang lain, maka akan dibuat
bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir keberbagai saluran.Salah satu dari
pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,
sedangkan pintu-pintu air lainnya mengukur debit.

Bangunan Bagi adalah bangunan pada saluran induk dan sekunder


sekunder yang berfungsi untuk mengatur air yang mengalir ke berbagai
saluran. Bangunan bagi adalah bangunan pada saluran irigasi yang berfungsi
membagi air dari saluran primer ke sekunder.
Bangunan bagi: Terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur
dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu pintu
berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu lainnya sebagai
pengukur debit.

Bangunan Sadap adalah bangunan pada saluran induk/sekunder yang


mengatur pembagain air dari saluran sekunder /primer ke saluran tersier.

Bangunan Bagi Sadap adalah bangunan pada saluran induk/ primer


yang mengatur pemberian air ke saluran sekunder dan tersier.Dimana alat
ukurnya umumnya pintu sorong dan romijn.

1. Bangunan Sadap Sekunder

Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder


dan oleh sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas
bangunan bangunan sadap ini lebih dari sekitar 0,250 m³/dt.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Ada tiga tipe bangunan yang dapat dipakai untu bangunan sadap
sekunder, yakni :
 Alat ukur Romijn
 Alat ukur Crump-de Gruyter
 Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar.

Tipe mana yang akan dipilih tergantung pada ukuran saluran


sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi
yang diizinkan.

Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai


hingga debit sebesar 2 m³/dt, dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn
dipasang bersebelahan.Untuk debit-debit yang lebih besar harus dipilih
pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur terpisah, yakni alat ukur
ambang lebar.

Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai , maka alat


ukur Crump-de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini
dapat direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit
sampai sebesar 0,90m³/det setiap pintu.

2. Bangunan Sadap Tersier

Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada petak-petak


tersier. Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 ltr/dtk sampai
250 ltr/dtk.Bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn,
jika muka air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan
tinggi energi merupakan masalah.Bila kehilangan tinggi energi tidak
begitu menjadi masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka
dapat dipilih alat ukur Crump-de Gruyter. Harga antara debit Qmax/Qmin
untuk alat ukur Crump-de Gruyter lebih kecil daripada harga antara debit
untuk pintu Romijn.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Di saluran irigasi yang harus tetap memberikan air selama debit


sangat rendah, alat ukur Crump-de Gruyter lebih cocok karena elevasi
pengambilannya lebih rendah daripada elevasi pengambilan pintu
Romijn.Sebagai aturan umum, pemakaian beberapa tipe bangunan sadap
tersier sekaligus di satu daerah irigasi tidak disarankan. Penggunaan satu
tipe bangunan akan lebih mempermudah ekploitasi.

Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran


primer yang besar, dimana pembuatan bangunan pengatur akan sangat
mahal dan muka air yang diperlukan di petak tersier rendah dibandingkan
elevasi air selama debit rendah di saluran, akan menguntungkan untuk
memakai bangunan pipa sadap sederhana dengan pintu sorong sebagai
bangunan penutup. Debit maksimum melalui pipa sebaiknya didasarkan
pada muka air rencana di saluran primer dan petak tersier. Hal ini berarti
bahwa walaupun mungkin debit terbatas sekali, petak tersier tetap bisa
diairi bila tersedia air di saluran primer pada elevasi yang cukup tinggi
untuk mengairi petak tersebut.

SKETSA BANGUNAN BAGI DAN SADAP

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

B. BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (SKOTBALK)

1. Alat Ukur Skotbalk

Dilihat dari segi konstruksi, pintu skot balok merupakan peralatan yang
sederhana. Balok-balok profil segi empat itu ditempatkan tegak lurus
terhadap potongan segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga di
dalam sponeng/alur yang lebih besar 0,03 m sampai 0,05 m dari tebal balok-
balok itu sendiri. Dalam bangunan-bangunan saluran irigasi, dengan lebar
bukaan pengontrol 2,0 m atau lebih kecil lagi.

Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan


persamaan tinggi debit berikut:

2
Q=Cd .Cv
3
√2. g .b . h 11.5

Dimana :
Q = Debit (m3/s)
Cd = Koefisien Debit
Cv = Koefisien Kecepatan Datang
g = Percepatan Gravitasi (m/s2), (9,8)
b = Lebar Normal (m)
h1 = Kedalaman Air di atas Skot Balok (m)

Koefisien debit Cd untuk potongan segi empat dengan tipe hulu yang
tajamnya 90o, sudah diketahui untuk nilai banding H1/L kurang dari 1,5.
Untuk harga-harga H1/L yang lebih tinggi, pancaran air yang melimpah bisa
sama sekali terpisah dari mercu skot balok. Bila H1/L menjadi lebih besar dari
sekitar 1,5 maka pola alirannya akan menjadi tidak mantap dan sangat sensitif
terhadap “ketajaman” tepi skot balok bagian hulu. Juga, besarnya airasi dalam
kantong udara di bawah pancaran, dan tenggelamnya pancaran sangat
mempengaruhi debit pada skot balok.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki skot balok adalah:


1) Konstribusi ini sederhana dan kuat
2) Biaya pelaksanaannya kecil

Adapun kelemahan-kelemahan yang dimiliki skot balok adalah:


1) Pemasangan dan pemindahan balok memerlukan sedikit-dikitnya 2 orang
2) Memerlukan banyak waktu.

C. BANGUNAN PENGATUR DAN PENGUKUR


Aliran air diukur di hulu saluran primer, di cabang saluran jaringan primer
dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan
menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur
aliran bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai
untuk mengatur aliran air. Bangunan ukur yang dapat dipakai ditunjukkan pada
Tabel 2. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan pengatur muka air berfungsi mengatur permukaan air di jaringan
irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Bangunan pengatur mempunyai bagian pengontrol aliran yang dapat distel
atau tetap.Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan
untuk menggunakan pintu sorong radial atau lainnya. Bangunan pengatur
diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh
bangunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah meninggi atau
menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium
(trapezoidal notch).

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Tabel 2. Alat-alat bangunan ukur irigasi

Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan ukur yang


dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu banyak, dan
diharapkan pula pemakaian alat ukur tersebut bisa benar-benar mengatasi
permasalahan yang dihadapi para petani. KP-04 Bangunan memberikan uraian
terinci mengenai peralatan ukur dan penggunaannya. Peralatan berikut
dianjurkan pemakaiannya :
a). Di hulu saluran primer
Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran dan
pintu sorong atau radial untuk pengatur.
b). Di bangunan bagi bangunan sadap sekunder
Pintu Romijn dan pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan
mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar dengan
pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer.
c). Bangunan sadap tersier
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau jika
fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di petak-
petak tersier kecil di sepanjang saluran primer dengan tinggi muka air yang
bervariasi dapat dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa
sederhana, di lokasi yang petani tidak bisa menerima bentuk ambang
sebaiknya dipasang alat ukur parshall atau cut throat flume. Alat ukur parshall
memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang tinggi dan sulit
pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek dan mudah
pembacaannya.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

d). Bangunan Pengatur Muka Air


Bangunan pengatur muka air berfungsi mengatur permukaan air di
jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat
memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Bangunan pengatur mempunyai bagian pengontrol aliran yang dapat
distel atau tetap.
Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk
menggunakan pintu sorong radial atau lainnya. Bangunan pengatur diperlukan
di tempat-tempat di mana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh
bangunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah meninggi atau
menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau celah kontrol
trapesium (trapezoidal notch).

C. DIMENSI BANGUNAN PEMBAWA ( SHIPON)

Siphon adalah salah satu macam bangunan pelintas yang membawa


air  melewati bawah saluran lain (biasanya) atau jalan. Pada sipon air
mengalir karena tekanan, karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas
dalam mengangkut lebih banyak air dari pada yang direncana, bangunan
ini tidak akan dipakai dalam pembuang. Walaupun debit tidak diatur, ada
kemungkinan bahwa pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda
hanyut.

Agar siphon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang
masuk secara kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi
penyaring (transhrack).

Di saluran-saluran yang lebih besar, siphon dibuat dengan pipa


rangkap (double barrels) guna menghindari kehilangan yang lebih besar
didalam siphon jika bangunan itu tidak mengalirkan air pada debit
rencana. Pipa rangkap juga menguntungkan dari segi pemeliharaan dan
mengurangi biaya pelaksanaan bangunan.

Bentuk siphon umumnya dipakai bentuk persegi. Untuk mencegah


sedimentasi dalam siphon selama debit rendah, biasanya digunakan siphon

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

pipa rangkap/siphon kembar, pipa yang satu dapat ditutup selama debit
rendah. ( Q <  0.50   Q max ).

Ukuran diameter minimum pada siphon adalah 0.60 m untuk


memungkinkan pembebanan dan inspeksi.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan siphon terdiri dari campuran


semen, pasir, kerikil (batu pecah). Ada yang tidak perlu bertulang apabila
diameternya kurang dari  Ø 1.00 m. Ada pula yang diberi tulangan
biasanya untuk diameter lebih dari  Ø 1.00 m.

Adapun kegunaan pada Siphon yaitu sebagai bangunan pelintas


berguna untuk membawa air melewati / melintasi bawah saluran lain
(biasanya pembuang atau sungai). Pada siphon, air mengalir karena adanya
tekanan.

Bangunan siphon merupakan salah satu bangunan persilangan yang


dibangun untuk mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya
terpotong oleh lembah dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai.
Bangunan siphon berupa saluran tertutup yang dipasang mengikuti bentuk
potongan melintang sungai atau lembah untuk menyeberangkan debit dari
sisi hulu ke sisi hilir. Bangunan siphon (berupa saluran tertutup
berpenampang lingkaran atau segi empat) dipasang dibawah dasar sungai,
atau bisa juga dipasang di atas permukaan tanah jika melintasi lembah
(cekungan).

Bentuk siphon umumnya dipakai bentuk persegi. Untuk mencegah


sedimentasi dalam siphon selama debit rendah, biasanya digunakan siphon
pipa rangkap/siphon kembar, pipa yang satu dapat ditutup selama debit
rendah.( Q <  0.50 Q max ). Ukuran diameter minimum pada siphon adalah
0.60 m untuk memungkinkan pembebanan dan inspeksi.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan siphon terdiri dari campuran


semen, pasir, kerikil (batupecah). Ada yang tidak perlu bertulang apabila
diameternya kurang dari  Ø 1.00 m. Ada pula yang diberitulangan
biasanya untuk diameter lebih dari  Ø 1.00 m.

Adapun kegunaan pada Siphon yaitu sebagai bangunan pelintas


berguna untuk membawa air melewati / melintas dibawah saluran lain
(biasanya pembuang atau sungai).Pada siphon, air mengalir karena adanya
tekanan.

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

Konstruksi siphon jika penampang melintang berupa segi empat


biasanya dibuat d a r i b e t o n b e r t u l a n g ( reinforced concrete),
j i k a p e n a m p a n g m e l i n t a n g b e r u p a lingkaran biasanya dibuat
dari baja. Untuk mencegah adanya sedimentasi pada saat debit didalam
siphon mengecil, biasanya digunakan tipe pipa rangkap. Ada saat debit
didalam siphon mengecil, jalur satu ditutup, jalur lainnya
dibuka sehingga kecepatan aliran didalam siphon tetap bisa
mengangkut sediment kehilirnya. Konstruksi siphon harus
dipilih pada lokasi yang panjang bentang sungainya minimum,
serta kehilangan energinya kecil.

Didalam perencanaan siphon ada beberapa hal yang harus


dipertimbangkan, antara lain (untuk kasus siphon melintasi dasar sungai).

1. Siphon harus mampu menahan gaya uplift pada saat kondisi airnya
kosong. Kondisi yang paling berbahaya pada konstruksi siphon adalah
pada saat siphon dalam keadaan kosong. Pada saat kondisi ini gaya uplift
yaitu gaya yang disebabkan oleh tekanan hidrostatis dari bawah konstruksi
siphon,menekan konstruksi siphon ke arah atas. Gaya ini cenderung
mengangkat konstruksi siphon. Sedangkan untuk mengimbanginya
diperlukan gaya penahan yang arahnya Vertikal ke bawah yaitu gaya berat
akibat berat sendiri konstruksi siphon dan gaya berat akibat berat lapisan
penutup siphon.
2. Siphon harus dibuat pada kedalaman yang cukup di bawah dasar
sungai. Pada kondisi ini konstruksi siphon harus aman terhadap
bahaya gerusan tanah dasar sungai (degradasi) maupun bahaya gerusan
lokal akibat dasar sungai yang terganggu. Jika konstruksi siphon berada
terlalu dekat dengan permukaan dasar sungai, maka tanah penutup di atas
siphon kemungkinanakan terkikis. Untuk itu konstruksi siphon harus
dibuat pada kedalaman yang cukup terhadap dasar sungai. Pada bagian
dasar palung sungai, konstruksi siphon sebaiknya dalam posisi
horisontal dan panjangnya ke arah tebing sungai harus cukup, karena
tebing sungai keungkinan bisa juga terjadi erosi. Sedangkan pada bagian lereng
sungai bisa dibuat miring. Lapisan penutup dasar sungai (di atas
konstruksi siphon) sebaiknya berupa pasangan gabion(bronjong).

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

3. Untuk mengurangi kehilangan energi maka lokasi siphon diusahakan pada


bentang sungau terpendek, serta memperkecil jumlah belokan pada
konstruksi siphon.

Gambar 1. Profil memanjang perlintasan sungai

Gamabar 2. Profil memanjang shipon

Berikut ini contoh perhitungan hadralika bangunan siphon:


Data-data:
- Debit saluran ( Qmaksimum) = 2,88m3/dt
- Lebar dasar saluran B =5,77 m
- Kedalamanaliran h =1,27 m
- Kecepatan aliran di sal V = 0.46m/dt
- Elevasi dasar saluran hilir +13,09
- Elevasi muka air hilir = +14,36

HASMIANTI LUBIS 105811119218


PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI

- Panjang siphon = 59,05 m


- Penampang shipon = segi empat
- Siphon melintas sungai, sehingga kontruksi siphon diletakkan di bawah
dasar sungai
- Siphon diremcanakan mempunyai 2 jalur ( double barrel)

0,25h
B=h

0.25 h

Gambar 3. Potongan melintang siphon

- Kecepata aliran di dalam siphon direncanakn 2 m/dt agar sediment di


dalam siphon bias terangkut keluar siphon.
- Maka luas penampang basah siphon adalah :
A = Q/v =2.88/2= 1.44M²
A = 2.[ B.h) – 4 (0.5 X0.25HX0.25H)]
a. = 1.75H²
h = 0.90m
- Kehilangan energi aklibat gesekan dihitung dengan rumus :

Δ Hf = Kehilangan energy akibat gesekan (m).


V = Kecepatan aliran (v = 2m/dt)
L = Panjang siphon (L =59,05m)
K = koefisen kekasaran Stricter (k= 70)
R = jari-jari hidraulik (m)

HASMIANTI LUBIS 105811119218

Anda mungkin juga menyukai