AHMAD DZAKWAN
A31115336
Kepada
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
i
USULAN PENELITIAN SKRIPSI
AHMAD DZAKWAN
A31115336
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Hj. Haliah, S.E., M.Si., Ak., CA Prof. Dr. Hj. Kartini, S.E., M.Si., Ak., CA
NIP 19650731 199103 2 002 NIP 19650305 199203 2 002
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………........ i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………....... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................... 10
1.4.1 Kegunaan Teoritis.............................................................. 10
1.4.2 Kegunaan Praktis............................................................... 10
1.5 Sistematika Penulisan................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 84
BAB I
PENDAHULUAN
ini mencakup perubahan hak, wewenang, dan kewajiban suatu daerah otonom.
suatu daerah.
sebagai “hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom agar mengatur dan
pemerintah pusat.
2
Pemerintah Daerah. Dan pada saat peraturan pemerintah ini mulai berlaku
(EKPPD) yang terakhir kali ditetapkan pada tahun 2018, yang diumumkan pada
anggaran 2017. Masih mengacu pada PP No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Masyarakat.
2008, maka diterbitkan Permendagri No. 73 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Adapun metode EKKPD yang digunakan ialah dengan menilai total indeks
Hasil dari EKPPD salah satunya berupa EKPPD tahunan yang meliputi
Berdasarkan hasil EKPPD Tahun 2018 untuk LPPD tahun anggaran 2017
Gambar 1.1
Distribusi
Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Status
Kabupaten/Kota Indonesia Tahun 2018 Untuk LPPD Tahun Evaluasi
2017 Kinerja
6%
Sangat Tinggi
32% Tinggi
Sedang
62%
predikat sangat baik yang di proksikan dengan status kinerja sangat tinggi
dengan rincian 62% berstatus tinggi dan 6% berstatus sedang. Hal ini
ditelusuri dengan melihat laporan yang menjadi acuan dalam penyusunan dari
Daerah (LPPD) serta terdapat beberapa laporan yang berguna sebagai informasi
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang
sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga
negara. Sedangkan urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di
Oleh karena itu, dapat disimpulkan isi dari LPPD kabupaten/kota akan
sangat tergantung dari urusan yang menjadi tanggung jawab setiap daerah serta
tergantung dari urusan pilihan yang telah dipilih sesuai karakteristik dari masing-
masing pemerintah daerah. Hal ini juga disebutkan dalam penelitian Mustikarini
dan Fitriasari (2012), yang menyimpulkan “isi dari LPPD Pemda kabupaten/kota
keuangan merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam
dan pengawasan agar tidak terjadi kecurangan dalam proses pengelolaan dan
1945. Pemeriksaan Keuangan Negara yang dilakukan oleh BPK terdiri atas
tertentu. Adapun hasil dari pemeriksaan yang dilakukan BPK terdiri atas opini,
serta Sudarsana dan Rahardjo (2013) menggunakan temuan audit BPK yang
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Mustikarini
dan Fitriasari (2012) dengan perbedaan dalam tiga hal. Perbedaan pertama,
utang pemerintah daerah dan jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
daerah yang diukur dengan nilai EKPPD yang sumber informasi utamanya dari
informasi yang relevan saat ini. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
beberapa masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Indonesia?
pada bagian sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Indonesia.
1. Bagi Akademisi
Sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti lainnya yang
4. Bagi Penulis
BAB I : Pendahuluan
jawaban atas pertanyaan terkait apa yang diteliti? Untuk apa dan mengapa
penelitian dilakukan. Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
Bab ini berisi deskripsi teoritis tentang variabel yang dilibatkan dalam
landasan teori dalam penelitian dengan hasil yang diperoleh secara relevan.
waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik
Bab ini menjelaskan gambaran umum organisasi, hasil uji kualitas data, hasil
uji asumsi klasik, hasil pengujian hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi yang berisi kesimpulan atas
TINJAUAN PUSTAKA
yang diakui atau tidak di pemerintahan daerah terdapat hubungan dan masalah
keagenan. Dalam teori agensi terdapat hubungan keagenan yang berupa dua
pihak yang melakukan kesepakatan atau kontrak, yakni pihak yang memberikan
kewenangan atau kekuasaan yang selanjutnya disebut principal dan pihak yang
Teori agensi berawal dan merupakan cabang dari teori permainan (theory of
konflik kepentingan antara berbagai pihak yang bertindak secara rasional. Teori
keputusan.
14
dengan manajemen (agent) yang terikat dalam sebuah kesepakatan atau kontrak
dimana satu orang atau lebih orang (principals) melibatkan orang lain (agent)
maka ada alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu
bertindak demi kepentingan terbaik pihak prinsipal yang pada akhirnya akan
toeri keagaenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu: (a) asumsi tentang
sifat manusia, (b) asumsi tentang informasi, dan (c) asumsi tentang
sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan daya
menyukai dan lebih memilih menghindari resiko (risk aversion). Asumsi tentang
and agent), efisiensi digunakan sebagai kriteria acuan, dan terjadinya Asymetric
yang telah memilihnya yang dalam hal ini merupakan pihak principal.
Andvig et al. (2001:89) the voters are the principal of the parliement. Maka
melandasi teori keagenan (Eisendhardt, 1989) maka pihak principal dalam hal ini
pemerintah daerah yang merupakan agent tidak dapat dipercaya akan bertindak
sepenuhnya demi kepentingan terbaik bagi masyarakat (principals). Hal ini dapat
sesuai dengan asumsi yang melandasi teori keagenan yang diungkapkan oleh
Eisendhardt.
yang bisa timbul dari hubungan keagenan, maka pengelolaan pemerintah daerah
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Menurut UU No.15 Tahun 2004 tentang
dengan tujuan tertentu. Adapun hasil dari pemeriksaan yang dilakukan BPK
16
dapat berkurang.
yang tidak sama antara principal dan agen. Prinsipal seharusnya menerima
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mengukur tingkat hasil yang diperoleh
dilakukan agen. Adapun permasalahan yang dimaksud berupa moral hazard dan
adverse selection. Moral Hazard ialah permasalahan yang terjadi ketika agen
tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak, dan
dalamnya (misrepresentation).
17
Biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor perilaku
prinsipal.
3. Residual Loss.
Population Fund (UNFPA), dan United Nations Office for Project Services
telah dilakukan sesuai dengan aturan dan standar, melaporkan secara jujur dan
akurat tentang hasil kinerja peran atau rencana yang telah diamanatkan.
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
18
bahwa terdapat dua macam akuntabilitas publik, yaitu (1) akuntabilitas vertikal
pertanggung jawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
masyarakat.
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatuhan dan norma hukum, untuk
mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi
merupakan asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
No. 3 Tahun 2007 juga menegaskan bahwa penyusunan LPPD menganut prinsip
Namun dalam evaluasi yang terakhir kali dilakukan oleh pemerintah pusat,
Masyarakat.
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang sangat
mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara.
Sedangkan urusan pilihan merupakan urusan yang secara nyata ada di daerah
Daerah (EKPPD) tertuang dalam Permendagri No. 73 Tahun 2009 tentang Tata
ayat (1), Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008, yang dalam prosesnya
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang sekarang telah dicabut dan digantikan
daerah.
penanggungjawabnya.
difokuskan pada informasi capaian kinerja pada tataran pengambil kebijakan dan
sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik
kinerja unit bisnis, yang dimana indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk
Tahun 2009, Indikator Kinerja Kunci (IKK) adalah indikator kinerja utama yang
Yang pertama indeks capaian kinerja yang terdiri dari menilai IKK pada aspek
tataran pengambil kebijakan dan pelaksanaan kebijakan, dan yang kedua indeks
merupakan satu kesatuan dalam sistem pengukuran kinerja mulai dari masing-
masing SKPD, pemerintah daerah, antar satu daerah, dengan daerah lainnya
dalam tingkat wilayah provinsi maupun pada tingkat nasional. IKK berisikan data
capaian kinerja yang diisi oleh masing-masing SKPD sesuai dengan tugas
otonomi daerah.
Pemerintah.
pelaksanaan keputusan.
peraturan perundang-undangan.
dan hasil EKPPD tersebut terdiri dari atas, EKPPD Akhir Masa Jabatan Kepala
Daerah dan EKPPD Tahunan. EKPPD Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun atau kurang dari 5 (lima) tahun yang akan
nasional EPPD, dan diumumkan pada Peringatan Hari Otonomi Daerah pada
khusus yang melekat pada pemerintah daerah, menandai sebuah daerah, dan
suatu perusahaan dan hal tersebut dapat diterapkan pada sektor pemerintahan,
dimana karakteristik suatu daerah, dapat menjadi prediktor yang baik untuk
dengan menggunakan ukuran (size) yang dihitung melalui jumlah total aset,
legislatif dengan jumlah total anggota DPRD, leverage dengan debt to equity dan
dengan total pendapatan daerah, belanja daerah yang dihitung berdasarkan total
realisasi belanja daerah, ukuran legislatif yang dihitung berdasarkan jumlah dari
yang diukur melalui jumlah total aset, tingkat kekayaan daerah yang diukur
melalui perbandingan total Dana Alokasi Umum (DAU) dengan total pendapatan
modal dengan total belanja daerah. Kemudian, Mustikarini dan Fitriasari (2012)
pusat yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum (DAU), dan belanja daerah
daerah yang diukur dengan jumlah total aset, tingkat kekayaan daerah yang
diukur dengan perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan total
daerah, total belanja modal, leverage yang diukur dengan debt to equity, dan
organisasi itu. Ukuran sebuah organisasi dapat diukur dengan berbagai cara,
dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapaitalisasi pasar. Ketiga variabel
banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak
perputaran uang, semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia
dikenal dalam masyarakat. Kemudian dari ketiga variabel tersebut nilai aktiva
Fitriasari, 2012; Marfiana & Kurniasih, 2013; Sudarsana & Rahardjo, 2013)
memberikan pelayanan terbaik harus didukung oleh aset yang baik pula. Oleh
karena itu, sumber daya dan fasilitas yang memadai diperlukan untuk
ukuran daerah yang ditandai dengan besarnya jumlah aset Pemerintah Daerah,
Pendapatan Asli Daerah yang dimiliki suatu daerah (Sumarjo, 2010; Mustikarini &
Fitriasari, 2012; Marfiana & Kurniasih, 2013; Sudarsana & Rahardjo, 2013). UU
sebagai semua pendapatan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang
kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan atau pertokoan, retribusi pejualan
bagian laba perusahaan daerah, dan hasil investasi pada pihak ketiga.
4. Lain-lain PAD yaitu semua PAD yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan
laba usaha daerah, antara lain: Hasil penjualan barang milik daerah,
deposito.
revenue) sering di proyeksikan dari jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang
diterima suatu daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber
ditentukan oleh besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang
merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah
30
(fiscal capacity). Alokasi DAU bagi daerah dengan potensi fiskal yang besar
tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil.
Sebaliknya, daerah yang mempunyai potensi fiskal yang kecil, namun kebutuhan
fiskalnya yang besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara tidak
pemerintah sesuai dengan alokasi, petunjuk anggaran dan sesuai peraturan dan
daerah dalam penelitian ini mengacu pada saran dalam penelitian Mustikarini
dan Fitriasari (2012) yang menyatakan penggunaan belanja modal lebih baik
belanja modal biasanya terkait erat dengan penyediaan fasilitas dan infrastruktur
prasarana yang diperlukan oleh negara, yang tercermin di dalam belanja modal
yang dilakukan oleh pemerintah. Belanja modal yang besar merupakan cerminan
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 periode
1. Belanja Tanah
dan mesin mencakup mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris
kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih
dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional Pemerintah Daerah dan dalam
irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
Pemerintah Daerah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan
Belanja aset lainnya, digunakan untuk menganggarkan aset tetap yang tidak
definisi aset tetap, dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.
2.1.5.5 Leverage
Hanafi dan Halim (2012:75) menjelaskan rasio leverage sebagai rasio yang
perbandingan antara utang dan modal. Semakin besar leverage maka semakin
besar ketergantungan entitas pada pihak luar karena semakin besar utang yang
dimiliki entitas tersebut maka semakin rendah kinerja keuangan entitas tersebut.
Perbandingan antara utang dan modal ini biasa disebut sebagai Debt to Equity
Ratio.
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dihitung
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
33
yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban
1. Pemerintah.
5. Masyarakat.
leverage dalam hal ini DER menunjukkan kinerja pemerintah daerah tersebut
memiliki kinerja yang buruk. Hal ini karena pemerintah daerah yang
(eksternal).
34
bagian yaitu :
dengan istilah “Trias Politica”. Trias Politica berasal dari bahasa Yunani “Tri”
yang berarti tiga “As” berarti poros/pusat, dan “Politica” yang berarti kekuasaan.
kekuasaan negara terdiri dari 3 (tiga) macam kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif
tersebut dijelaskan bahwa terdapat 4 (empat) lembaga yang memiliki tugas dan
1. Legislasi
2. Anggaran
3. Pengawasan
peraturan perundangundangan.
11. Melaksanakan wewenang dan tugas lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang
pemerintah.
dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan
pemeriksaan investigatif.
opini.
dan rekomendasi.
kepada:
disampaikan oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya dua bulan
3. Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada nomor (1) dan (2)
kewenangannya.
38
6. Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada nomor (4) dan (5)
kewenangannya.
Keuangan (BPK) diukur menggunakan tingkat Opini yang dikeluarkan BPK untuk
pada kriteria :
Adapun opini yang diberikan BPK terdiri atas 5 (lima) jenis opini, yakni :
Opini ini diberikan jika auditor dapat memperoleh semua bukti audit yang
dari salah saji yang material dan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Unqualified Opinion)
39
bisa berupa, tidak ada konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang
Opini ini diberikan jika auditor telah memperoleh bukti yang cukup memadai
sebagai dasar opini dan meyakini sebagian besar informasi yang diberikan dalam
laporan keuangan bebas dari salah saji material, kecuali untuk rekening atau
Opini ini diberikan jika auditor telah memperoleh bukti audit yang diperlukan,
dan meyakini dalam laporan keuangan terdapat salah saji yang material yang
Opini diberikan jika auditor tidak bisa meyakini apakah laporan keuangan
wajar atau tidak. Hal ini dapat terjadi jika auditor tidak dapat memperoleh bukti
audit yang cukup, atau terdapat pembatasan ruang lingkup audit oleh
yang tidak terdeteksi yang akan berdampak pada laporan keuangan secara
acuan pada penelitian ini, yang berkaitan dengan variabel dan digunakan dalam
belanja modal daripada belanja daerah dalam menjelaskan salah satu variabel
daerah, tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat, dan belanja modal tidak
41
pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit BPK terhadap kinerja keuangan
kekayaan daerah, dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pemeritnah daerah.
42
Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
pada pemerintah pusat, dan belanja modal secara parsial berpengaruh positif
tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat, belanja modal, temuan audit dan
pusat, dan belanja modal secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja pemerintah daerah, dan untuk variabel temuan audit secara parsial
pada pemerintah pusat, belanja modal, dan temuan audit secara simultan
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah dan Opini Audit BPK
perimbangan, belanja daerah, dan opini audit BPK berpengaruh terhadap kinerja
pada pemerintah pusat, belanja modal, dan temuan pemeriksaan BPK secara
Modal, Opini Audit, dan Rasio Temuan Audit terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan opini audit berpengaruh positif
terhadap kinerja pemerintah daerah, sedangkan rasio DAU, rasio belanja modal,
dan rasio temuan audit berpengaruh secara negatif terhadap kinerja pemerintah
daerah.
44
Daerah Kabupaten dan Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2018.
pemerintah daerah.
Revenue, dan Belanja Modal terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Hasil dari
terdahulu.
pemerintah
daerah
4. Leverage
berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
pemerintah
daerah.
5. Intergovernment
al Revenue
berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
pemerintah
daerah.
6. Variabel
Independen
berpengaruh
secara simultan
terhadap kinerja
keuangan
pemerintah
daerah.
Mustikarini Pengaruh Independen: 1. Ukuran
dan Karakteristik 1. Ukuran Pemerintah
Fitriasari Pemerintah Pemerintah Daerah
(2012) Daerah dan Daerah berpengaruh
Temuan Audit 2. Tingkat positif terhadap
BPK terhadap Kekayaan kinerja
Kinerja Daerah pemerintah
Pemerintah 3. Tingkat daerah.
Daerah Ketergantunga 2. Tingkat
Kabupaten/Kota n pada Kekayaan
di Indonesia Pemerintah Pemerintah
tahun anggaran Pusat Daerah
2007 4. Belanja berpengaruh
Daerah positif terhadap
5. Temua Audit kinerja
Dependen: pemerintah
1. Kinerja daerah.
Pemerintah 3. Tingkat
Daerah ketergantungan
kabupaten/kota pada pemerintah
pusat
berpengaruh
positif terhadap
kinerja
pemerintah
daerah
4. Belanja Daerah
berpengaruh
46
negatif terhadap
kinerja
pemerintah
daerah
5. Temuan Audit
berpengaruh
negatif terhadap
kinerja
pemerintah
daerah
Kusumaw Pengaruh Size, Independen: 1. Ukuran
ardani Kemakmuran, 1. Ukuran Pemerintah
(2012) Ukuran Pemerintah Daerah (Size)
Legislatif, Daerah (Size) berpengaruh
Leverage, 2. Tingkat positif terhadap
terhadap Kinerja Kekayaan kinerja keuangan
Keuangan Pemerintah pemerintah
Pemerintah Daerah daerah.
Daerah di (Wealth) 2. Tingkat
Indonesia. 3. Ukuran kekayaan
Legislatif pemerintah
4. Leverage daerah tidak
Dependen: berpengaruh
1. Kinerja tidak
Keuangan berpengaruh
Pemerintah terhadap kinerja
Daerah keuangan
pemerintah
daerah.
3. Ukuran legislatif
berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
pemerintah
daerah.
4. Leverage
berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuagan
pemerintah
daerah.
5. Variabel
Independen
secara simultan
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan
pemerintah
daerah.
Sudarsan Pengaruh Independen: 1. Ukuran
a dan Karakteristik 1. Ukuran Pemerintah
47
Daerah signifikan
5. Ukuran terhadap Kinerja
Legislatif Keuangan
6. Temuan Audit Pemerintah
7. Opini Audit Daerah.
Dependen: 3. Tingkat
1. Kinerja Ketergantungan
Keuangan pada Pemerintah
Pemerintah Pusat
Daerah berpengaruh
positif signifikan
terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah.
4. Belanja Daerah
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah.
5. Ukuran Legislatif
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah.
6. Temuan Audit
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah.
7. Opini Audit tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah.
Harumiati Pengaruh Independen: 1. Ukuran
dan Karakteristik 1. Ukura Pemerintah
Payamta Pemerintah Pemerintah Daerah
(2014) Daerah dan Daerah. berpengaruh
Temuan Audit 2. Tingkat positif signifikan
BPK terhadap Kekayaan terhadap kinerja
Kinerja Daerah pemerintah
Pemerintah 3. Tingkat daerah.
49
3. Belanja Modal
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Kinerja
Pemerintah
Daerah.
4. Temuan Audit
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap Kinerja
Pemerintah
Daerah.
5. Variabel
independen
secara simultan
berpengaruh
terhadap kinerja
pemerintah
daerah.
Noviyanti Pengaruh Independen: 1. Ukuran
dan Karakteristik 1. Ukuran Pemerintah
Kiswanto Pemerintah Pemerintah Daerah tidak
(2016) Daerah Temuan Daerah. berpegaruh
Audit BPK 2. Tingkat terhadap kinerja
terhadap Kinerja Kekayaan keuangan
Keuangan Daerah. pemerintah
Pemerintah 3. Tingkat daerah.
Daerah Ketergantunga 2. Tingkat
n pada kekayaan
Pemerintah daerah
Pusat berpengaruh
4. Belanja negatif terhadap
Daerah kinerja keuangan
5. Ukuran pemerintah
Legislatif daerah.
6. Temuan Audit 3. Tingkat
Dependen: ketergantungan
1. Kinerja pada pemerintah
Keuangan pusat
Pemerintah berpengaruh
Daerah positif terhadap
kinerja keuangan
pemerintah
daerah.
4. Belanja daerah
berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
pemerintah
daerah.
5. Ukuran legislatif
52
berpengaruh
negati terhadap
kinerja keuangan
pemerintah
daerah.
6. Temuan audit
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan
pemerintah
daerah.
Mardianis Pengaruh Independen: 1. Pendapatan asli
dan Arum Pendapatan Asli 1. Pendapatan daerah tidak
(2016) Daerah (PAD), Asli Daerah berpengaruh
Dana (PAD) terhadap kinerja
Perimbangan, 2. Dana pemerintah
Belanja Daerah Perimbangan daerah
dan Opini Audit 3. Belanja 2. Dana
BPK terhadap Daerah perimbangan
Kinerja 4. Opini Audit tidak
Pemerintah BPK berpengaruh
Daerah Dependen: terhadap kinerja
Kabupaten/Kota 1. Kinerja pemerintah
di Provinsi Pemerintah daerah
Jambi Daerah 3. Belanja daerah
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
pemerintah
daerah
4. Opini audit BPK
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
pemerintah
daerah
5. Varibel
Independen
berpengaruh
secara simultan
terhadap kinerja
pemerintah
daerah.
Prabowo Pengaruh Independen: 1. Tingkat
dan Qowi Karakteristik 1. Tingkat Kekayaan
(2017) Pemerintah Kekayaan Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Daerah
Temuan Daerah berpengaruh
Pemeriksaan 2. Tingkat postif terhadap
BPK terhadap Ketergantunga kinerja
53
Pemerintah
Daerah
4. Opini Audit
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
Pemerintah
Daerah
Pratiwi Pengaruh Independen: 1. Pendapatan asli
(2018) Pendapatan Asli 1. Pendapatan daerah
Daerah, Dana Asli Daerah. berpengaruh
Perimbangan, 2. Dana positif signifikan
dan Belanja Perimbangan terhadap kinerja
Modal terhadap 3. Belanja Modal keuangan
Kinerja Dependen: pemerintah
Keuangan 1. Kinerja daerah.
Pemerintah Keuagan 2. Dana
Daerah Pemerintah perimbangan
Kabupaten dan Daerah berpengaruh
Kota Di Provinsi positif signifikan
Jawa Tengah terhadap kinerja
Tahun keuangan
Anggaran 2018 pemerintah
daerah.
3. Belanja modal
berpengaruh
positif signifikan
terhadap kinerja
keuangan
pemerintah
daerah.
14. Aminah Pengaruh Size, Independen: 1. Ukuran
(2019) Wealth, 1. Ukuran Pemerintah
Intergovermenta Pemerintah Daerah
l Revenue, dan Daerah (Size) berpengaruh
Belanja Modal 2. Tingkat positif terhadap
terhadap Kinerja Kekayaan Kinerja
Pemerintah Pemerintah Penyelenggaraa
Daerah. Daerah n Pemerintah
(Wealth) Daerah.
3. Tingkat 2. Tingkat
Ketergantunga Kekayaan
n pada Pemerintah
Pemerintah Daerah
Pusat berpengaruh
(Intergoverme positif terhadap
ntal Revenue) Kinerja
4. Belanja Modal Penyelenggaraa
Dependen: n Pemerintah
1. Kinerja Daerah.
Penyelenggar 3. Tingkat
55
aan Ketergantungan
Pemerintah pada Pemerintah
Daerah Pusat
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
Penyelenggaraa
n Pemerintah
Daerah.
4. Belanja Modal
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
Penyelenggaraa
n Pemerintah
Daerah.
5. Variabel
independen
secara simultan
berpengaruh
terhada kinerja
pemerintah
daerah.
Sumber: Berbagai Penelitian Terdahulu
56
Penelitian ini dilakukan agar mengetahui ada atau tidaknya atau seberapa
diungkapkan dengan suatu kerangka pikir yang berfungsi sebagai penuntun, alur
pikir, dan dasar dalam penelitian yang secara diagram sebagai berikut :
Karakteristik Pemerintah
Daerah
Ukuran Pemerintah
Daerah (X1)
Tingkat Kekayaan
Pemerintah Daerah (X2)
Tingkat
Ketergantungan pada
Pemerintah Pusat (X3)
Kinerja Penyelenggaraan
Belanja Modal (X4)
Pemerintah Daerah (X4)
Leverage (X5)
Hasil Pemeriksaan
Badan Pemeriksa
Keuangan
kebutuhan masyarakat). Oleh karena itu, pemenuhan layanan dasar sarana dan
ukuran suatu pemerintah daerah yang di proyeksikan dengan total aset maka
diharapkan mampu memberikan pelayanan publik yang lebih baik pula. Hal ini
dipertegas oleh hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012), Utomo (2015),
dan Aminah (2019) yang menemukan ukuran pemerintah daerah yang diukur
yang menjadi tujuan utama organisasi sektor publik, terdapat juga tujuan finansial
yang tentunya berbeda dari sektor swasta. Organisasi sektor publik berusaha
adanya tujuan finansial pada organisasi sektor publik. Jika pada sektor swasta
Oleh karena itu tingkat kekayaan suatu pemerintah daerah dapat dilihat dari
dari sumber ekonomi suatu daerah adalah PAD. Semakin tinggi PAD suatu
publik dan berefek kepada semakin baiknya kinerja suatu pemerintah daerah.
Uraian diatas didukung oleh hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012),
Utomo (2015), Sudarsana dan Rahardjo (2013), Aminah (2019), dan Ara (2016)
dalam bentuk penerimaan transfer Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan
salah satu elemen yang terdapat di dalam Dana Perimbangan selain Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Adapun Proporsi Dana
paling tepat dilihat melalui besaran DAU yang diterima oleh pemerintah daerah
memanfaatkan PAD-nya. DAU ini bersifat Block Grant yang artinya penggunaan
daerah maka pemerintah pusat akan lebih memantau pelaksanaan dari alokasi
DAU dibanding dengan daerah yang lebih sedikit penerimaannya. Hal ini
dari pemerintah pusat lebih besar. Dengan demikian, semakin tinggi DAU dari
meningkat.
Uraian diatas didukung oleh hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012),
Aminah (2019), dan Ara (2016) yang menunjukkan tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat yang diukur dengan perbandingan total Dana Alokasi Umum
Kiswanto (2016), dan Marfiana dan Kurniasih (2013) yang menemukan tingkat
keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
Pemerintah Daerah
melalui belanja modal yang kemudian dicatat sebagai aset pemerintah daerah.
61
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Adapun contoh belanja modal antara lain berupa belanja modal tanah,
belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan,
belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
masyarakat akan semakin baik sehingga kinerja pemerintah daerah akan lebih
baik.
Hasil penelitian Aminah (2019) dan Ara (2016) menyimpulkan belanja modal
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah, hal ini menujukkan
daerah. Serta penelitian yang dilakukan Pratiwi (2018), Andirfa (2016), dan
Asnidar dan Hardi (2019) yang menyimpulkan belanja modal berpengaruh positif
semakin besar belanja modal pemerintah daerah maka semakin baik pula kinerja
62
pemerintah daerah
Daerah
dan modal (debt to equity) suatu entitas tertentu. Menurut Ramdhani (2013)
rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
leverage suatu entitas maka makin besar ketergantungan entitas tersebut pada
pihak luar, dan karena semakin besar utang yang dimiliki entitas tersebut maka
Uraian diatas didukung oleh hasil penelitian Utomo (2015) yang menemukan
pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah
menjalankan kekuasaan legislatif, dan karena itu biasa disebut dengan lembaga
legislatif di daerah. Salah satu fungsi DPRD sebagai lembaga legislatif di daerah
dan Belanja Daerah (APBD) sehingga dapat dipergunakan dengan baik untuk
kepentingan masyarakat. Adapun jumlah dari anggota DPRD satu daerah dan
yang lainnya berbeda-beda tergantung dari kriteria dan peraturan yang berlaku.
Oleh karena itu, semakin besar ukuran legislatif suatu daerah yang
maka diharapkan akan semakin besar tingkat pengawasan yang dilakukan oleh
legislatif suatu daerah yang hal ini akan mendorong pemerintah daerah untuk
bekerja lebih baik dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Hal ini sejalan
dengan yang di ungkapkan Sumarjo (2010) serta Noviyanti dan Kiswanto (2016)
menyatakan semakin banyaknya anggota legislatif dalam hal ini anggota DPRD
pemerintah daerah.
64
terhadap kinerja akuntabilitas pemerintah daerah. Oleh karena itu, hipotesis pada
baik pusat maupun daerah. Opini yang diberikan BPK terdiri dari 5 (lima) jenis
opini yang didapat suatu pemerintah daerah maka hal ini menunjukkan semakin
pemerintahan. Menurut Marfiana (2013) Opini BPK dapat menjadi tolak ukur
(indikator) untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas pemerintah. Opini ini dapat
atas pelaporan yang disajikan oleh pihak yang diaudit, dalam hal ini entitas
pemerintah daerah. Dengan kata lain, semakin wajar opini audit BPK maka
Uraian diatas didukung oleh hasil penelitian Mardianis dan Arum (2017) dan
Erawati (2016) yang menemukan Opini BPK memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu hipotesis pada penelitian
ini adalah :
pemerintah daerah.
pemerintah daerah tersebut (Mustikarini dan Fitriasari, 2012). Hal itu karena
penyelenggaraan urusan desentralisasi yang terdiri atas urusan wajib dan urusan
pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan
dengan hak dan pelayanan dasar warga negara. Sedangkan urusan pilihan
66
adalah urusan yang secara nyata ada di daerah dan berpotensi dapat
tolak ukur (indikator) untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas pemerintah. Hal
ini karena semakin baik opini yang didapat suatu pemerintah daerah maka hal ini
Uraian diatas didukung oleh hasil penelitian Harumiati dan Payamta (2014),
Mardianis dan Arum (2017), dan Ara (2016) yang menunjukkan karakteristik
METODE PENELITIAN
pusat, belanja modal, leverage, ukuran legislatif, opini BPK, terhadap kinerja
yang telah ada. Sumber data sekunder bisa berupa buletin statistik, publikasi
baik di dalam atau di luar organisasi, situs web perusahaan, dan internet. Data
sedangkan untuk varibel ukuran legislatif diperoleh dari website Komisi Pemilihan
pemerintah daerah, dan website lain yang menyediakan data yang dibutuhkan
dan untuk variabel opini BPK diperoleh dari website Badan Pemeriksa
dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2017, Laporan neraca pemerintah
atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Sampel adalah sebagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah anggota
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), belanja daerah, dan belanja
modal.
yang seimbang, yakni tidak terdapat selisih antara aktiva dan passiva untuk
periode 2014-2019.
Peneliti ini menggunakan jenis data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan
melalui sumber yang telah ada (Sekaran, 2016:37). Adapun alasan penggunaan
data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mempunyai validitas data
yang dijamin oleh pihak lain sehingga handal untuk digunakan dalam penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pemeringkatan kinerja
Hasil Pemeriksaan (IHPS) Badan Pemeriksa Keuangan semester I dan II, melalui
70
masing pemerintah daerah, dan website lain yang menyediakan data yang
dibutuhkan.
hanya berisi kumpulan kutipan dari sumber data yang diperoleh tetapi juga
oleh peneliti melalui buku, jurnal, tesis, skripsi, dan internet untuk
penelitian.
71
Penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent
positif ataupun negatif. Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang
merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya atau
variabel yang terikat oleh variabel lainnya. Variabel terikat atau dependen yang
daerah.
2016:74). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ukuran pemerintah daerah,
pusat, belanja modal, leverage, ukuran legislatif, dan opini Badan Pemeriksa
Keuangan.
72
menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Definisi
skor dan status kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota yang berasal dari
daerah berdasarkan LPPD tingkat nasional dengan range nilai 0-4. Evaluasi
adalah EKPPD Tahun 2018 untuk LPPD tahun 2017 yang ditetapkan 31
Desember 2018, dan diumumkan pada Hari Otonomi daerah tanggal 25 April
berbagai cara, antara lain jumlah karyawan (a measure of human capital), total
(2010), Mustikarini dan Fitriasari (2012), Marfiana dan Kurniasih (2013), dan
total aset yang dimiliki. Dalam Penelitian ini ukuran pemerintah daerah
ditunjukkan dengan Logaritma natural (Ln) dari total aset pemerintah daerah. Hal
bahkan memiliki selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang
ekstrem. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal maka data total aset
perlu di Ln kan.
dari sumber ekonomi suatu daerah adalah PAD. Semakin tinggi PAD suatu
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD
yang sah. Maka pada penelitian ini tingkat kekayaan pemerintah daerah diukur
dengan rumus:
Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima suatu daerah. Dana Alokasi Umum
(DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Maka dalam Penelitian ini Tingkat
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
masing-masing Pemerintah Daerah dapat dilihat dari pos belanja langsung dalam
3.6.2.2.5. Leverage
antara hutang dan modal. Perbandingan antara hutang dan modal ini biasa
disebut sebagai Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengukur
berasal dari pinjaman atau kredit. Semakin tinggi hutang maka semakin besar
risiko finansial suatu entitas. Jumlah hutang dan jumlah modal (Ekuitas) untuk
75
pemerintah daerah. Maka dalam penelitian ini leverage diukur dengan rumus:
Total Hutang
Leverage =
Total Ekuitas
dan pengawasan. Oleh karena itu lembaga legislatif dalam hal ini Dewan
ukuran legislatif dijelaskan melalui jumlah anggota DPRD suatu daerah. Hal
tersebut seperti dengan penelitian yang dilakukan Sumarjo (2010) dan Marfiana
pemerintah baik pusat maupun daerah. Opini yang diberikan BPK terdiri dari 5
(lima) jenis opini, yaitu: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Tanpa
(TMP). Opini yang diterima oleh masing-masing pemerintah daerah dapat dilihat
Tahun 2018 untuk tahun anggaran 2017. Dalam penelitian ini Opini BPK diukur
Skala
Opini Audit BPK atas LKPD Kabupaten/Kota
Pengukuran
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 5
Wajar Tanpa Pengecualian – Dengan Paragraf Penjelasan
4
(WTP-DPP)
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3
Tidak Memberikan Pendapat (TMP) 2
Tidak Wajar (TW) 1
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu
distribusi data, adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bantuan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 23,
regresi, perlu dilakukan uji asumsi klasik dengan tujuan menguji kelayakan model
regresi. Uji Asumsi Klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami, yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum, standar deviasi, varians,
77
sum, range, dan kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) dari masing-
masing variabel yang digunakan antara lain ukuran pemerintah daerah, tingkat
klasik. Uji asumsi klasik dimaksudkan agar menghindari perolehan yang bias. Uji
asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji
Uji asumsi ini akan menguji data variabel independen (X) dan data variabel
normal atau berdistribusi tidak normal (Sunyoto, 2013:92). Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah ada variabel pengganggu atau variabel residual dalam model
regresi. Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
dengan analisa grafik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normal
probability plot. Uji normal probability plot dikatakan berdistrusi normal jika garis
data rill mengikuti garis diagonal dan cara ini dianggap lebih handal daripada
grafik histogram karena cara ini membandingkan data rill dengan data distribusi
normal otomatis dengan komputer secara kumulatif (Sunyoto, 2013:96). Untuk uji
78
bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel
Oleh karena itu, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam
model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF),
1. Jika nilai tolerance >0.10 dan nilai VIF <10 maka dapat dikatakan bahwa
2. Jika nilai tolerance <0.10 dan nilai VIF >10 maka dapat dikatakan bahwa ada
regresi linear terdapat hubungan yang kuat, baik positif atau negatif antara data
yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Cara untuk mendeteksi apakah
3. Jika DW terletak di antara dL dan dU atau di antara 4-dU dan 4-dL, maka
Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
dan residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain (Ghozali,
menyebar di bawah maupun di atas titik orgin (angka nol) pada sumbu Y dan titik
(R2). Untuk menguji hipotesis dengan uji statistik tentang Pengaruh Karakteristik
dua bentuk pengujian hipotesis yaitu secara simultan dengan uji F untuk melihat
Keuangan, dan secara parsial dengan uji t untuk melihat pengaruh masing-
sebagai berikut:
Keterangan:
X4 = Belanja Modal
X5 = Leverage
X6 = Ukuran Legislatif
α = Konstanta
majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1
model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik
Indonesia.
pemerintah pusat, belanja modal, leverage, ukuran legislatif, dan opini Badan
responden dan k adalah jumlah variabel. Taraf nyata 5 % dapat dilihat dengan
berdasarkan probabilitas.
R 2 ( n-k-1 )
F0 =
k ( 1- R 2 )
Keterangan:
n = Jumlah subjek
2. Kriteria Pengujian
keputusan adalah.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Nur Lim, Nunuy Nur Afiah, dan Arie Pratama. 2019. Pengaruh Size,
Wealth, Intergovermental Revenue, dan Belanja Modal terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah. Jurnal Sikap, Vol. 3, No. 2, (hlm. 147-165).
Andirfa, Mulia, Hasan Basri, dan M. Shabri A. Majid. 2016. Pengaruh Belanja
Modal, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Asli Daerah, terhadap Kinerja
Keuangan Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. Jurnal Magister
Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 5, No. 3, (hlm. 30-
38).
Andvig, Jens Chr, Odd Helge Fjeldstad, Inge Amundsen, Tone Sissener, and
Tina Soreide. 2001. Corruption A Review of Contemporary Research.
Journal. Norway: Chr. Michelsen Institute Development Studies and Human
Rights.
Ara, Samuel Christian. 2016. Pengaruh Karakteristik Pemda dan Temuan Audit
BPK terhadap Kinerja Pemda Kabupaten di Pulau Sumba. Jurnal JAFFA,
Vol. 4, No. 1, (hlm 1-17)
Arifah, Dista Amalia. 2012. Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non
Publik. Jurnal Prestasi, Vol. 9, No. 1, (hlm. 85-95).
Asnidar dan Novia Sintia Hardi. 2019. Pengaruh Belanja Modal terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Langsa. Jurnal Samudra Ekonomika,
Vol. 3, No. 1, (hlm. 9-18).
Bastian, Indra dan Gatot Soepriyanto. 2003. Sistem Akuntansi Sektor Publik
(Konsep untuk Pemerintah Daerah). Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Empat.
Daft, Richard L. 2009. Organization Theory and Design. Tenth Edition. Canada:
South Western, Cengage Learning.
85
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS
23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul, dan Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di
Pemerintah Daerah (Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi).
Jurnal Akuntansi Pemerintahan, Vol. 2, No. 1, (hlm. 53-54).
Jensen, M.C and W.H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3,
(hlm.305-360). Amsterdam: North-Holland Publishing Company.
Khasanah, Nur Lailatul dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2014. Pengaruh Karakteristik,
Kompleksitas, dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.
86
Masdiantini, Putu Riesty dan Ni Made Adi Era Wati. 2016. Pengaruh Ukuran
Pemerintah Daerah, Kemakmuran, Intergovermental Revenue, Temuan
dan Opini Audit BPK pada Kinerja Keuangan. Jurnal. Denpasar:
Universitas Udayana.
Neumann, John Von and Oskar Morgenstern. 1953. Theory of Games and
Economic Behavior. Third Edition. New Jersey: Princeton University Press.
Panggalih, Dias. 2016. Pengaruh Rasio DAU, Rasio Belanja Modal, Opini Audit,
dan Rasio Temuan Audit terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi
Kasus pada Pemerintah Provinsi di Indonesia). Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 2009.
Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Prabowo, Tri Jatmiko Wahyu, dan Rizal Qowi. 2017. Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah dan Temuan Pemeriksaan BPK terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2012.
Jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.
Pratiwi, Tri Yuni. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Belanja Modal, terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012-
2016. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Yogyakarta.
Ramdhani, Rani. 2013. Pengaruh Return On Assets dan Debt to Equity Ratio
terhadap Harga Saham Pada Institusi Finansial di Bursa Efek Indonesia.
Journal The Winner, Vol. 14, No. 1, (hlm. 29-41).
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2016. Research Methods for Business
Seventh Edition. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.
Yani, Fittur. 2013. Pengaruh APBD berbasis Kinerja dan Pengawasan DPRD
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris pada
Instansi Pemerintah Daerah di Kota Padang). Skripsi. Padang: Universitas
Negeri Padang.