2.1.8 Penyajian.......................................................................................................12
5.1.2 Hak Amil dari Dana Zakat, Infak dan Sedekah ............................................57
5.1.4 Penerimaan Amil dari Sumber Non Zakat; Infak dan Sedekah ....................59
LAMPIRAN ...................................................................................................................94
2.1.8 Penyajian
1. Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan disertai
pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas dan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
3. Laporan aktivitas menggambarkan penghasilan dan beban dana zakat, infak dan
sedekah, serta dana Amil.
4. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan
penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah
02. PSAK 2 Laporan Arus Kas
C. Perlakuan Akuntansi
01. Penerimaan zakat diakui pada saat kas diterima sebesar nilai nominal.
02. Zakat yang diterima dari muzakki dalam bentuk kas, diakui sebagai penghasilan
dalam dana zakat sebesar nilai nominal yang diterima.
D. Penjelasan
E. Ilustrasi Jurnal
Saat penerimaan zakat dalam bentuk uang tunai, kas bank, atau uang elektronik:
Dr Kas/Bank Syariah “ABC”/e-money Xxx
“XYZ”/Rekening Crowdfunding “DEF”
Cr Penerimaan Zakat Xxx
Catatan: jika kas diterima dalam mata uang asing, pengukuran nilai dilakukan dengan
konversi ke rupiah berdasarkan kurs tengah BI
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah
02. SAK Umum terkait
03. SAK ETAP
C. Perlakuan Akuntansi
01. Zakat yang diterima dari muzaki diakui sebagai penghasilan dalam dana zakat
sebesar nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.
02. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika
harga pasar tidak tersedia, maka penerimaan zakat berupa aset nonkas tersebut
hanya diungkapkan dalam dalam catatan atas laporan keuangan.
D. Penjelasan
01. Aset non kas yang dimaksud adalah zakat yang diterima dari muzakki yang
merupakan harta zakat selain dalam bentuk kas seperti dijelaskan sebelumnya,
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat penerimaan zakat dalam bentuk aset nonkas
Dr Aset Nonkas-Logam Mulia/Hasil Xxx
Pertanian/Hewan Ternak
Cr Penerimaan Zakat Xxx
Catatan: pengukuran nilai aset non kas berdasarkan harga pasar atau nilai wajar lainya
sesuai SAK ETAP
02. Pengukuran ulang nilai aset zakat non zakat pada akhir tahun (tidak dikonversi
bentuk dan tidak dijual)
Dr Aset Nonkas-Surat Berharga/Logam Mulia Xxx
Cr Perubahan Nilai Aset Zakat Xxx
Catatan: Jika nilai pengukuran ulang akhir tahun lebih tinggi dari nilai perolehan.
Diakui sebesar nilai selisih perubahannya
04. Saat mengkonversi aset non kas dengan harga konversi lebih besar harga perolehan
Dr Kas Xxx
Cr Aset Nonkas-Logam Mulia/Hasil Xxx
Pertanian/Hewan Ternak
Cr Selisih Realisasi Aset Zakat Xxx
05. Saat mengkonversi aset non kas dengan harga konversi lebih kecil harga perolehan
Dr Kas Xxx
Dr Selisih Realisasi Aset Zakat Xxx
Cr Aset Nonkas-Logam Mulia/Hasil Xxx
Pertanian/Hewan Ternak
C. Perlakuan Akuntansi
01. Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui sebagai beban dalam
dana zakat sebesar jumlah tercatat kas atau aset nonkas.
02. Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil, jika sudah diterima oleh mustahik
nonamil tersebut.
D. Penjelasan
01. Penyaluran zakat dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung diterima
mustahik
02. Mustahik non amil adalah mustahik dari golongan fakir, miskin, riqab, orang yang
terlilit hutang (gharim), mualaf, fisabilillah, orang dalam perjalanan (ibnu sabil)
yang sesuai ketentuan syariah.
03. Jumlah tercatat aset non kas adalah nilai perolehan aset zakat non kas saat diterima
dikurangi dengan penyusutan atau penurunan nilai sebelum disalurkan.
04. Pada dasarnya, dana zakat harus segera disalurkan oleh amil, sehingga penyaluran
zakat aset non kas disalurkan kepada mustahik tanpa mengubah bentuknya.
05. Penyaluran zakat setidaknya dapat dikategorikan berdasarkan kelompok mustahik.
Untuk kepentingan informasi tertentu, amil dapat mengkategorikan lebih detil
seperti berdasarkan program.
06. Zakat dianggap telah disalurkan hanya jika sudah diterima oleh mustahik.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menyalurkan zakat secara langsung kepada mustahik berupa kas
Dr Penyaluran Zakat-Fakir Miskin/Penyaluran Xxx
Zakat-Fisabilillah/Penyaluran Zakat-
Amil/Penyaluran Zakat-Mustahik Lainnya
Cr Kas Xxx
Catatan: Akun penyaluran dapat dibuat lebih detail sesuai kebutuhan informasi. Misal:
Penyaluran Zakat-Fakir Miskin-Pendidikan
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Zakat yang disalurkan melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh mustahik
nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah disalurkan.
D. Penjelasan
01. Penyaluran tidak langsung dapat dilakukan melalui amil lain atau lembaga lain
untuk mengelola mustahik akhir seperti yayasan atau lembaga afiliasi dari lembaga
amil zakat terkait seperti lembaga program atau entitas badan hukum lain yang
merupakan afiliasi.
02. Penyaluran tidak langsung ini belum dapat dianggap penyaluran tetapi dianggap
sebagai piutang. Penyaluran dapat diakui saat mustahik akhir telah menerima
penyaluran dari amil lain atau lembaga lain.
03. Bukti penyaluran dapat dibuat dalam bentuk laporan penyaluran zakat oleh amil
lain atau lembaga lain.
04. Bagi amil lain, dana zakat yang diterima dari amil utama diakui sebagai liabilitas
atau kewajiban penyaluran. Kewajiban ini akan hilang saat laporan penyaluran telah
diserahkan kepada amil utama.
05. Dengan perkembangan teknologi saat ini, laporan penyaluran dapat disesuaikan
selama substansi laporan dapat dipahami.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menyalurkan zakat secara tidak langsung kepada amil lain, lembaga lain atau
entitas afiliasi
Dr Piutang Penyaluran Xxx
Cr Kas/Aset Nonkas Xxx
02. Saat menerima laporan penyaluran zakat dari amil lain, lembaga lain atau entitas
afiliasi
Dr Penyaluran Zakat-Fakir Miskin/Penyaluran Xxx
Zakat-Fisabilillah/Penyaluran Zakat-
Amil/Penyaluran Zakat-Mustahik Lainnya
03. Pengakuan oleh amil lain, lembaga lain atau entitas afiliasi saat menerima dana
penyaluran zakat dari amil sebelumya
Dr Kas/Aset Nonkas Xxx
Cr Liabilitas Penyaluran Xxx
04. Pengakuan oleh amil lain, lembaga lain atau entitas afiliasi saat menyerahkan
laporan penyaluran zakat kepada amil sebelumya
Dr Liabilitas Penyaluran Xxx
Cr Kas/Aset Nonkas Xxx
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
D. Penjelasan
01. Pada dasarnya, dana zakat harus segera disalurkan oleh amil kepada mustahik,
sehingga dana zakat tidak berpotensi mengalami penurunan nilai.
02. Dalam kondisi aset zakat belum dapat disalurkan segera, amil harus mengupayakan
dengan sungguh-sungguh pemeliharaan atau penyimpanan aset zakat nonkas.
03. Pemeliharaan dan pengendalian bertujuan agar:
a. Persediaan tidak rusak/hilang. Persediaan yang rusak dan hilang jika
disebabkan oleh kelalaian amil, maka menjadi beban pengelolaan amil. Tetapi
apabila bukan karena karena kelalaian amil, maka mengurangi nilai persediaan
di laporan keuangan;
b. Mengontrol stok persediaan di gudang sesuai dengan kebutuhan
program/penyaluran agar tidak kekurangan atau kelebihan;
c. Memperoleh informasi yang akurat mengenai nilai dan jumlah persediaan,
kebutuhan persediaan dan persediaan yang telah disalurkan kepada mustahik;
04. Persediaan tidak mengendap lama di gudang dan segera disalurkan, sehingga biaya
pemeliharaan dan penyimpanan persediaan menjadi rendah;
05. Pengendalian terhadap persediaan dapat dilakukan melalui kartu catatan persediaan
dan stock opname persediaan secara periodik, terutama di akhir periode. Stock
opname dilakukan dengan tujuan mengetahui kesesuaian antara pencatatan
persediaan dan jumlah fisik persediaan yang disimpan di gudang.
06. Pengendalian terhadap aset tetap dapat dilakukan melalui asuransi syariah. Pada
dasarnya asuransi syariah tidak bertentangan dengan islam, karena salah satu tujuan
dari syariat islam adalah memelihara aset dari kehancuran, kemusnahan dan
kehilangan. Asuransi diperbolehkan asalkan dana yang terkumpul dikelola sesuai
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pengakuan kerugian penurunan nilai diluar kelalaian amil
Dr Kerugian Penurunan Nilai Xxx
Cr Aset Nonkas-Logam Mulia/Hewan Xxx
Ternak/Hasil Pertanian
Catatan: akun Kerugian Penurunan Nilai ini dianggap sebagai beban yang mengurangi
penerimaan zakat dalam Laporan Perubahan Dana Zakat
C. Perlakuan Akuntansi
01. Penyaluran zakat berupa aset kelolaan diakui sebagai beban dalam dana zakat
sebesar:
a. Jumlah tercatat dari aset kelolaan, jika aset tersebut dikelola entitas lain yang
tidak dikendalikan secara langsung atau tidak langsung oleh entitas amil.
b. Jumlah penyusutan atau amortisasi dari aset kelolaan selama masa manfaatnya,
jika aset tersebut dikendalikan secara langsung atau tidak tidak langsung oleh
entitas amil. Aset kelolaan diukur dengan metode biaya sesuai PSAK 16: Aset
Tetap dan PSAK 19: Aset Tak Berwujud, jika tidak ada aturan khusus dari
regulator terkait.
D. Penjelasan
01. Aset kelolaan yang dimaksud adalah aset tetap yang dapat berupa bangunan,
kendaraan, atau peralatan; dan aset tetap tidak berwujud seperti perangkat lunak
system.
02. Umur ekonomis aset tetap tersebut dapat ditetapkan dalam kebijakan akuntansi
organisasi untuk perhitungan penyusutan.
03. Pihak lain dalam kendali amil dapat berupa lembaga program atau badan hukum
berbeda yang merupakan afiliasi.
04. Dalam kondisi aset tetap kelolaan mengalami perbaikan signifikan yang dapat
memperpanjang umur ekonomis aset, maka perbaikan diakui sebagai menambah
nilai perolehan dan umur ekonomis.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pengakuan perolehan aset kelolaan yang dikelola amil atau pihak lain dalam kendali
atau perbaikan signifikan yang dapat memperpanjang umur ekonomis aset
02. Pengakuan penyaluran aset kelolaan yang dikelola pihak lain diluar dalam kendali
Dr Penyaluran Zakat – Fisabilillah/Mustahik Xxx
Lain
Cr Kas/Bank Xxx
Catatan: penyaluran diukur sebesar nilai tercatat
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Penerimaan infak dan sedekah diakui pada saat kas diterima.
02. Infak dan sedekah yang diterima dalam bentuk kas, diakui sebagai penghasilan
dalam dana infak dan sedekah, baik infak dan sedekah dengan pembatasan maupun
tanpa pembatasan, sebesar nilai nominal yang diterima.
D. Penjelasan
01. Kas terdiri dari uang tunai, kas bank atau uang elektronik yang diakui sebagai alat
pembayaran sah atau rekening di aplikasi crowdfunding seperti kitabisa.com dan
sejenisnya.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat penerimaan infak dan sedekah dalam bentuk uang tunai, kas bank atau uang
elektronik
Dr Kas/Bank Syariah “ABC”/e-money Xxx
“XYZ”/Rekening Crowdfunding “DEF”
Cr Penerimaan Infak dan Sedekah Tanpa Xxx
Pembatasan
Catatan: Jika kas diterima dalam mata uang asing, pengukuran nilai dilakukan dengan
konversi ke rupiah berdasarkan kurs tengah BI.
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Infak dan sedekah yang diterima diakui sebagai penghasilan dalam dana infak dan
sedekah, baik dengan pembatasan maupun tanpa pembatasan, sebesar nilai wajar,
jika dalam bentuk aset nonkas.
02. Nilai wajar aset nonkas yang diterima, ditentukan dengan menggunakan harga pasar
yang wajar. Jika harga pasar yang wajar tidak tersedia, maka penerimaan infak dan
sedekah berupa aset nonkas hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
D. Penjelasan
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat penerimaan infak dan sedekah dengan pembatasan, misal program bencana,
dalam bentuk aset nonkas:
Dr Aset Nonkas-Bahan Makanan Xxx
Cr Penerimaan Infak dan Sedekah Dengan Xxx
Pembatasan
Catatan: Pengukuran nilai aset nonkas berdasarkan harga pasar yang wajar. Jika harga
pasar yang wajar tidak diketahui maka penerimaan tersebut hanya diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Diskon dan potongan lain atas pembelian aset dan jasa oleh entitas amil diakui
sebagai penerimaan sedekah, jika penjual atau penyedia jasa menyatakan bahwa
diskon dan potongan lain tersebut adalah sedekah.
02. Jasa tanpa biaya yang dimanfaatkan oleh amil diakui sebagai penerimaan sedekah
jasa, jika:
a. Terdapat pernyataan eksplisit dari pemberi jasa bahwa pemberian jasa tersebut
merupakan sedekah, dan
b. Nilai wajar jasa dapat diukur secara andal berdasarkan input yang dapat
diobservasi.
03. Penerimaan sedekah jasa diakui sebagai penghasilan dalam dana infak dan sedekah,
jika pihak selain amil yang memperoleh manfaat dari jasa tersebut.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat penerimaan sedekah jasa berupa jasa angkutan bahan makanan untuk korban
bencana:
Dr Penyaluran Infak dan Sedekah dengan Xxx
Pembatasan Bencana
Cr Aset Nonkas-Bahan Habis Pakai Xxx
Cr Penerimaan Sedekah Jasa Xxx
Catatan: Transaksi penerimaan sedekah jasa di atas diasumsikan tidak berdiri sendiri,
namun beriringan dengan program penyaluran.
C. Perlakuan Akuntansi
01. DSKL yang diterima, diakui sebagai penerimaan infak dan sedekah dengan
pembatasan atau tanpa pembatasan sesuai dengan tujuan pemberi DSKL sebesar;
a. Nominal yang diterima, jika dalam bentuk kas;
b. Nilai wajar, jika dalam bentuk aset nonkas.
02. Nilai wajar aset nonkas yang diterima, ditentukan dengan menggunakan harga pasar
yang wajar. Jika harga pasar yang wajar tidak tersedia, maka penerimaan infak dan
sedekah DSKL berupa aset nonkas hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
D. Penjelasan
01. DSKL yang diterima amil dari pemberi DSKL, dapat berupa kas dan aset nonkas.
01. Untuk kebutuhan informasi tertentu, penerimaan infak dan sedekah-DSKL dapat
dibuat lebih detail, seperti DSKL fidyah, DSKL-kurban, DSKL-hibah dan
sejenisnya.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat penerimaan DSKL dalam bentuk kas dan aset nonkas:
Dr Kas/Bank Syariah “ABC” Xxx
Dr Aset Nonkas-Beras Fidyah Xxx
Dr Aset Kelolaan-Mobil Ambulan Hibah Xxx
Cr Penerimaan Infak dan Sedekah-DSKL Xxx
Catatan: Pengukuran nilai aset nonkas berdasarkan harga pasar yang wajar.
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. CSR yang diterima, diakui sebagai penerimaan infak dan sedekah dengan
pembatasan atau tanpa pembatasan sebesar;
a. Nilai yang diterima, jika dalam bentuk kas;
b. Nilai wajar, jika dalam bentuk aset nonkas.
02. Nilai wajar aset nonkas yang diterima, ditentukan dengan menggunakan harga pasar
yang wajar. Jika harga pasar yang wajar tidak tersedia, maka penerimaan infak dan
sedekah berupa aset nonkas hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
D. Penjelasan
01. Bagi perusahaan, dana CSR wajib dikeluarkan (biaya), diperhitungkan dan
dianggarkan sesuai dengan kepatutan dan kewajaran serta ketentuan peraturan
perundang-undangan.
02. Dana CSR yang diterima amil dari perusahaan, dapat berupa kas dan aset nonkas,
baik aset lancar maupun aset tidak lancar.
E. Ilustrasi Jurnal
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
D. Penjelasan
01. Penyaluran infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR kepada penerima manfaat
dapat dilakukan secara langsung oleh amil maupun tidak langsung melalui amil dan
lembaga lain.
02. Penerima manfaat nonamil dapat digolongkan sesuai dengan jenis atau program
infak sedekah, seperti program infak dan sedekah dengan pembatasan pendidikan,
dengan pembatasan ekonomi, dengan pembatasan dakwah, dengan pembatasan
kesehatan dan sejenisnya.
03. Jumlah tercatat adalah nilai perolehan aset nonkas infak dan sedekah, DSKL, dan
dana CSR saat diterima dikurangi dengan penyusutan atau penurunan nilai sebelum
disalurkan.
04. Pada dasarnya, dana infak dan sedekah harus segera disalurkan oleh amil, sehingga
penyaluran infak dan sedekah aset nonkas disalurkan kepada penerima manfaat
tanpa mengubah bentuknya.
05. Infak dan sedekah dianggap telah disalurkan hanya jika sudah diterima oleh
penerima manfaat.
06. Dana operasional amil dari alokasi penerimaan dana infak dan sedekah dan DSKL
paling banyak 20% (dua puluh persen).
07. Hak Amil atau dana operasional dari dana CSR disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menyalurkan infak dan sedekah, DSKL, dana CSR secara langsung kepada
mustahik berupa kas
02. Saat menyalurkan infak dan sedekah, DSKL, dana CSR secara langsung kepada
mustahik berupa nonkas:
Dr Penyaluran Infak dan sedekah, DSKL, dana Xxx
CSR
Cr Aset Nonkas-Bahan Makanan/Hewan Xxx
Kurban/Obat-obatan
Catatan: Penyaluran diasumsikan dalam bentuk nonkas, tidak dikonversi ke kas. Nilai
penyaluran sebesar nilai perolehan dikurangi penyusutan dan atau penurunan nilai aset
non kas (jika ada).
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Infak dan sedekah, DSKL dan dana CSR yang disalurkan melalui amil lain, tetapi
belum diterima oleh penerima manfaat nonamil, belum memenuhi pengertian infak
dan sedekah telah disalurkan.
02. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana infak dan sedekah,
namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya.
03. Dalam keadaan tersebut, infak dan sedekah, DSKL dan dana CSR yang disalurkan
diakui sebagai piutang penyaluran infak dan sedekah, sedangkan bagi amil yang
menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran infak dan sedekah.
D. Penjelasan
01. Penyaluran tidak langsung dapat dilakukan melalui amil lain atau lembaga lain yang
mengelola penerima manfaat akhir seperti yayasan atau lembaga afiliasi dari amil
terkait seperti lembaga program atau entitas badan hukum lain yang merupakan
afiliasi.
02. Penyaluran tidak langsung ini belum dapat dianggap penyaluran tetapi dianggap
sebagai piutang penyaluran. Penyaluran dapat diakui saat penerima manfaat akhir
telah menerima penyaluran dari amil lain atau lembaga lain.
03. Bukti penyaluran dapat dibuat dalam bentuk laporan penyaluran infak dan sedekah
oleh amil lain atau lembaga lain.
04. Bagi amil lain, dana infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR yang diterima dari
amil utama diakui sebagai liabilitas atau kewajiban penyaluran. Kewajiban ini akan
hilang saat laporan penyaluran telah diserahkan kepada amil utama.
05. Dengan perkembangan teknologi saat ini, laporan penyaluran dapat disesuaikan
selama substansi penyaluran kepada mustahik diyakini telah terjadi.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menyalurkan infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR secara tidak langsung
melalui amil lain, lembaga lain atau entitas afiliasi
Dr Piutang Penyaluran Infak dan sedekah Xxx
Cr Kas/Aset Nonkas Xxx
02. Saat menerima laporan penyaluran infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR dari
amil lain, lembaga lain atau entitas afiliasi
Dr Penyaluran Infak dan sedekah Xxx
Cr Piutang Penyaluran Xxx
03. Pengakuan oleh amil lain, lembaga lain atau entitas afiliasi saat menerima dana
penyaluran infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR dari amil sebelumnya
Dr Kas/Aset Nonkas Xxx
04. Pengakuan oleh amil lain, lembaga lain atau entitas afiliasi saat menyerahkan
laporan penyaluran infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR kepada amil
sebelumya
Dr Liabilitas Penyaluran Infak dan sedekah Xxx
Cr Kas/Aset Nonkas Xxx
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Jika terjadi penurunan nilai aset nonkas infak dan sedekah, DSKL dan dana CSR,
maka jumlah kerugian yang ditanggung, diperlakukan sebagai pengurang dana
infak dan sedekah atau pengurang dana amil bergantung pada penyebab kerugian
tersebut.
02. Penurunan nilai aset infak dan sedekah, DSKL dan dana CSR diakui sebagai;
a. Pengurang dana infak dan sedekah, jika tidak disebabkan oleh kelalaian amil;
b. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
D. Penjelasan
01. Pada dasarnya, dana infak dan sedekah harus segera disalurkan oleh amil kepada
penerima manfaat, sehingga dana infak dan sedekah tidak berpotensi mengalami
penurunan nilai.
02. Dalam kondisi aset infak dan sedekah belum dapat disalurkan segera, amil harus
mengupayakan dengan sungguh-sungguh pemeliharaan atau penyimpanan aset
infak dan sedekah.
03. Jika terjadi penurunan nilai, maka jumlah kerugian yang ditanggung, tergantung
penyebabnya seperti pengaturan di atas.
04. Akun Kerugian Penurunan Nilai dibuat terpisah di dana infak dan sedekah dan
amil melalui nomor akun berbeda.
B. Dasar Pengaturan
C. Perlakuan Akuntansi
01. Dana infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR yang disalurkan kepada penerima
manfaat nonmail dalam skema qardhul hasan (keharusan untuk
mengembalikannya) diakui sebagai piutang qardhul hasan sebesar jumlah yang
diserahkan.
02. Piutang qardhul hasan akan diakui sebagai beban dalam dana infak dan sedekah
pada saat dilakukan hapus tagih.
03. Penghapusan Piutang Al-qardh Al-hasan dapat dilakukan apabila terdapat bukti
yang cukup bahwa piutang tidak dapat tertagih.
04. Metode penyisihan dan penghapusan Piutang Al-qardh Al-hasan ditetapkan oleh
amil zakat.
D. Penjelasan
01. Dana infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR yang diserahkan kepada mustahik
nonamil dengan skema qardhul hasan dianggap sebagai aset kelolaan lancar.
02. Aset kelolaan lancar dari dana infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR dapat
berupa piutang qardhul hasan kepada penerima manfaat nonamil.
03. Piutang Al-qardh Al-hasan adalah pemberian piutang kepada mustahik untuk
membiayai kegiatan usaha atau keperluan mustahik lainnya dengan suatu akad dan
jangka waktu tertentu.
04. Piutang Al-qardh Al-hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan
peminjam untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan
mengembalikan dalam jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jangka
waktu yang sama pada akhir periode yang disepakati. Jika pminjam mengalami
kerugian bukan pada akhir periode yang disepakati. Jika pemimpin mengalami
kerugian bukan karena kelalaiannya, maka kerugian tersebut dapat mengurangi
jumlah pinjaman.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pengakuan piutang bergulir kepada penerima manfaat nonamil
Dr Piutang Qardhul Hasan-Infak dan Sedekah Xxx
Cr Kas/Bank Syariah ABC Xxx
C. Perlakuan Akuntansi
01. Infak dan sedekah aset nonkas berupa aset tidak lancar yang diamanahkan oleh
pemberinya untuk dikelola oleh entitas amil, diakui sebagai penghasilan dalam dana
infak dan sedekah, jika pihak selain amil sebagai penerima manfaat. Aset tidak
lancar tersebut merupakan aset kelolaan infak dan sedekah.
02. Diskon dan potongan lain atas pembelian aset oleh entitas amil diakui sebagai
penerimaan sedekah jika penjual atau penyedia jasa menyatakan bahwa diskon dan
potongan lain tersebut adalah sedekah.
03. Sedekah berupa diskon dan potongan lain atas pembelian aset, diakui sebagai
penghasilan dalam dana infak dan sedekah, jika pihak selain amil sebagai penerima
manfaat.
04. Dana infak dan sedekah, DSKL dan dana CSR yang disalurkan dalam bentuk
perolehan aset tetap (aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil ambulan,
dan fasilitas umum lain, diakui sebagai;
a. Penyaluran infak dan sedekah seluruhnya, jika aset tetap tersebut diserahkan
untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil;
b. Penyaluran infak dan sedekah secara bertahap jika aset tetap tersebut masih
dalam pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran
secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola
pemanfaatannya.
D. Penjelasan
01. Aset kelolaan tidak lancar yang dimaksud adalah aset tetap, dapat berupa bangunan,
kendaraan, atau peralatan yang pemanfaatannya dimaksudkan untuk penerima
manfaat nonamil.
02. Umur ekonomis aset tetap tersebut dapat ditetapkan dalam kebijakan akuntansi
organisasi untuk perhitungan penyusutan.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Penerimaan aset tidak lancar infak dan sedekah, DSKL dan dana CSR yang
diamanahkan untuk dikelola amil, di mana pihak selain amil sebagai penerima
manfaatnya:
Dr Aset kelolaan-bangunan/kendaraan/peralatan Xxx
Cr Penerimaan infak dan sedekah Xxx
Catatan: Pengukuran nilai aset nonkas berdasarkan harga pasar yang wajar.
02. Pengakuan perolehan aset kelolaan infak dan sedekah, DSKL, dan dana CSR yang
dikelola amil atau pihak lain dalam kendali atau perbaikan signifikan yang dapat
memperpanjang umur ekonomis aset
Dr Aset kelolaan –
Xxx
bangunan/kendaraan/peralatan
Cr Kas/Bank Syariah ABC Xxx
Cr Penerimaan sedekah jasa Xxx
Catatan: Diskon dan potongan pembelian aset diakui sebagai sedekah jasa jika ada
pernyataan dari penjual bahwa diskon dan potongan tersebut sebagai sedekah.
03. Pengakuan penyusutan aset kelolaan infak dan sedekah, DSKL dan dana CSR
secara periodik
Dr Penyaluran infak/sedekah-Beban
penyusutan/amortisasi aset kelolaan Xxx
infak/sedekah
Cr Akumulasi penyusutan/amortisasi aset
Xxx
kelolaan infak/sedekah
04. Pengakuan perolehan aset tidak lancar infak dan sedekah yang akan diserahkan
kepada pihak lain untuk dikelola namun tidak dalam kendali amil
Dr Aset tidak lancar infak/sedekah-
Xxx
bangunan/kendaraan/peralatan
Cr Kas/Bank Syariah ABC Xxx
05. Penyaluran aset tidak lancar infak dan sedekah yang akan diserahkan kepada pihak
lain untuk dikelola namun tidak dalam kendali amil
Dr Penyaluran infak dan sedekah Xxx
B. Dasar Pengaturan
01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
02. PSAK Syariah 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
03. PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
04. PSAK 105 Akuntansi Mudharabah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Investasi dana infak dan sedekah pada deposito syariah diakui sebesar nilai
nominal.
02. Bagi hasil deposito syariah diakui sebagai penambah dana infak dan sedekah
sebesar nilai nominal yang diterima pada saat diterima.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Jurnal saat investasi pada deposito syariah:
Dr Deposito Bank Syariah ABC Xxx
Cr Kas/Bank Syariah ABC Xxx
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP.
C. Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi mengikuti ketentuan atas aset tetap di dana amil.
D. Penjelasan
01. Keuntungan yang timbul dari pelepasan aset kelolaan dari dana infak dan sedekah
diakui sebagai penambah dana infak dan sedekah dan kerugian yang timbul diakui
sebagai pengurang dana infak dan sedekah.
E. Ilustrasi Jurnal
Perlakuan akuntansi mengikuti ketentuan atas aset tetap di dana amil.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Penerimaan aset tidak lancar diakui sebagai penghasilan dalam dana amil, jika amil
sebagai penerimaan manfaat.
02. Penerimaan sedekah diskon dan potongan lain atas pembelian aset dan jasa diakui
sebagai penghasilan dalam dana amil, jika amil sebagai penerima manfaat.
03. Entitas amil mengakui penerimaan sedekah jasa sebagai penghasilan dalam dana
anil, jika amil yang memperoleh manfaat dari jasa.
D. Penjelasan
01. Penetapan amil sebagai penerima manfaat harus dapat dibuktikan secara memadai
berupa pernyataan tertulis dari pemberi.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menerima aset tidak lancar atau sedekah jasa dimana amil sebagai penerima
manfaat
Dr Tanah/Bangunan/Aset Tidak Berwujud Xxx
Cr Penerimaan Amil Xxx
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
04. Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil.
Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya
operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau
prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
05. Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil.
06. Bagian dana infak dan sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai
penambah dana amil.
D. Penjelasan
02. Hak amil untuk pengelolaan operasional diperoleh dari dana zakat, infak dan
sedekah atau sumber lainnya.
03. Penentuan hak amil dari zakat dan infak dan sedekah mengikuti ketentuan dari
fatwa majelis ulama indonesia.
04. Rekening amil harus dibuat terpisah dari dana zakat; dan infak dan sedekah.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Zakat yang disalurkan melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh mustahik
nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah disalurkan.
02. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun dapat
memperoleh ujrah dari amil sebelumnya.
D. Penjelasan
01. Amil tidak boleh mengambil hak amil langsung dari zakat yang diterima dari amil
sebelumnya untuk disalurkan.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menerima ujrah penyaluran zakat dari amil sebelumnya
Dr Kas/Bank Syariah “ABC” Xxx
Cr Penerimaan Ujrah atas Penyaluran Zakat Xxx
5.1.4 Penerimaan Amil dari Sumber Non Zakat; Infak dan Sedekah
A. Definisi
01. Penerimaan amil lainnya adalah penerimaan dana amil selain bersumber dari hak
amil atas atas zakat, infak dan sedekah.
B. Dasar Pengaturan
01. ISAK 35 Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Penerimaan amil diakui sebagai penambah dana amil.
D. Penjelasan
01. Amil dapat memperoleh penerimaan lainnya selain bersumber dari zakat dan
infak/sedekah yang sesuai dengan prinsip syariah.
02. Sumber amil lainnya seperti bagi hasil penempatan dana di bank syariah, hibah dari
APBN/APBD atau sumbangan pihak lain yang sesuai dengan prinsip syariah.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menerima penerimaan amil lainnya
Dr Kas/Bank Syariah “ABC” Xxx
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP BAB 15 tentang Aset Tetap.
02. SAK ETAP BAB 17 tentang Sewa.
03. SAK ETAP BAB 22 tentang Penurunan Nilai Aset.
C. Penjelasan
01. Aset tetap dan inventaris, antara lain, meliputi:
a. Tanah.
b. Bangunan.
c. Inventaris (peralatan, perlengkapan dan kendaraan)
02. Pengakuan awal
a. Biaya perolehan aset tetap dan inventaris terdiri dari:
(1) Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian
dan potongan lainnya.
(2) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
maksud manajemen. Misalnya, biaya penyiapan lahan, biaya penanganan dan
penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan dan biaya pengujian
fungsionalitas.
(3) Estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya
restorasi lokasi (jika ada).
D. Perlakuan Akuntansi
01. Pada awal perolehan, aset tetap dan inventaris diakui sebesar biaya perolehan.
02. Biaya perolehan aset tetap dan inventaris melalui pertukaran adalah sebesar:
a) Nilai wajar aset yang diserahkan, jika pertukaran memiliki substansi komersial.
b) Nilai wajar aset yang diterima, jika pertukaran memiliki substansi komersial
dan nilai wajar aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal (nilai wajar
aset yang diterima lebih andal dibandingkan nilai wajar aset yang diserahkan).
c) Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika pertukaran tidak memiliki substansi
komersial atau nilai wajar aset yang diterima/diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.
03. Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang
bersangkutan.
04. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai
sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Sedangkan pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan.
05. Selisih antara nilai aset tetap dan inventaris setelah revaluasi dengan nilai tercatat
diakui sebagai Surplus Revaluasi Aset Tetap dalam ekuitas. Surplus Revaluasi Aset
Tetap tersebut direklasifikasi ke Saldo Laba (melalui laporan perubahan ekuitas)
pada saat aset tetap dan inventaris dihentikan pengakuannya.
06. Keuntungan atau kerugian diakui ketika aset tetap dan inventaris dihentikan
pengakuannya.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat perolehan aset tetap:
a) Pembelian
Dr Aset Tetap xxx
Cr Kas/Rekening/Utang Terkait xxx
c) Sewa pembiayaan
Dr Aset tetap – Sewa pembiayaan xxx
Cr Pinjaman yang diterima – Sewa pembiayaan xxx
d) Sumbangan
Dr Aset tetap xxx
Cr Modal sumbangan/pendapatan non-operasional xxx
e) Undian
Dr Aset tetap xxx
Cr Pendapatan non-operasional xxx
b) Pada saat kompensasi atas kerugian penurunan nilai menjadi piutang (jika
ada):
Dr Piutang terkait xxx
Cr Pendapatan penggantian atas kerugian xxx
penurunan nilai
Catatan:
- Piutang terkait dengan penggantian dan akumulasi rugi penurunan nilai
tidak dapat disajikan secara neto (saling hapus) dalam neraca.
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP BAB 16 tentang Aset Tidak Berwujud.
C. Penjelasan
01. Suatu aset dapat diidentifikasi jika:
a. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari
BAZNAS atau LAZ dan dijual dialihkan, dilisensikan, disewakan atau di
tukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau
secara bersama; atau
b. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak
tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BAZNAS atau LAZ atau
dari hak dan kewajiban lainnya.
02. Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara
terpisah dan pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal.
D. Perlakuan Akuntansi
01. Aset tidak berwujud diakui sebesar biaya perolehan.
a. Biaya perolehan aset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah meliputi
harga beli dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung sehingga
siap digunakan.
b. Biaya perolehan aset tidak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran aset
sebesar:
i. Nilai wajar aset yang diserahkan jika pertukaran memiliki substansi
komersial.
ii. Nilai wajar aset yang diterima jika pertukaran memiliki substansi komersial
dan nilai wajar aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal (atau
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat perolehan:
a. Perolehan secara terpisah
Dr Aset Tidak Berwujud xxx
Cr Kas/Rekening/Utang Terkait xxx
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP BAB 23 Imbalan Kerja.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Kewajiban imbalan kerja diakui pada saat pegawai telah memberikan jasanya
kepada BAZNAS atau LAZ dalam suatu periode tertentu.
02. Kewajiban imbalan kerja berkurang pada saat dibayarkan.
03. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah tidak terdiskonto
(undiscounted amount).
04. Kewajiban imbalan kerja jangka panjang diakui sebesar jumlah telah diskonto
(discounted amount).
E. Ilustrasi Jurnal
01. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek
(a) Pada saat terjadinya kewajiban:
Dr Beban karyawan Xxx
Cr Kewajiban segera – Imbalan kerja Xxx
5.5 Perpajakan
A. Definisi
01. Kewajiban perpajakan di BAZNAS atau LAZ adalah sebagai subjek pajak yang
melakukan pemotongan, dan pemungutan pajak. Objek pajaknya adalah
penghasilan amil sebagai karyawan (PPh 21) dan penghasilan pihak lain yang
memberikan jasa kepada BAZNAS atau LAZ (PPh 23).
B. Dasar Pengaturan
01. SAK ETAP terkait Kewajiban Segera.
D. Penjelasan
01. BAZNAS atau LAZ termasuk lembaga non laba yang tidak memiliki kewajiban
pajak atas kegiatannya, tetapi memiliki kewajiban dalam melakukan pemotongan
dan pemungutan pajak.
02. Kewajiban pajak yang timbul adalah atas pemotongan pajak yang dilakukan oleh
BAZNAS atau LAZ sebagai pemberi kerja atau pemberi penghasilan terhadap
wajib pajak, seperti pajak penghasilan (PPh) pasal 21 dan PPh pasal 23.
03. PPh Pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri, yaitu penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun. Tarifnya mengikuti
ketentuan perpajakan yang berlaku.
04. Umumnya yang terjadi pada BAZNAS atau LAZ adalah pajak yang sehubungan
dengan jasa seperti jasa manajemen, jasa konsultasi, jasa akuntan, jasa hukum, dan
jasa lainnya selain jasa yang telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 UU PPh. Tarifnya mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku.
05. Kewajiban pajak disajikan dalam pos liabilitas jangka pendek.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat memotong dan memungut pajak penghasilan dari karyawan atau pemberi jasa
Dr Beban Gaji/Beban Jasa Profesional Xxx
Cr Liabilitas jangka pendek – Titipan pajak Xxx
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
02. PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
C. Perlakuan Akuntansi
01. Penerimaan dana non halal diakui sebagai liabilitas dan penyalurannya diakui
sebagai pengurang liabilitas.
D. Penjelasan
02. Dana non halal dapat berasal antara lain dari:
(a) Transaksi tidak sesuai dengan prinsip syariah yang tidak dapat dihindarkan,
seperti bunga (riba) dari penempatan dana pada bank konvensional;
(b) Transaksi syariah yang tidak terpenuhi ketentuan dan batasannya (rukun
dan/atau syaratnya)
(c) Dana sanksi (denda) karena tidak memenuhi kewajiban sesuai kesepakatan
('adam al-wafa' bi al-iltizam); dan
(d) Dana yang tidak diketahui pemiliknya, diketahui pemiliknya tetapi tidak
ditemukan, atau diketahui pemiliknya tetapi biaya pengembaliannya lebih
besar dari jumlah dana tersebut.
03. Dana non halal wajib digunakan dan disalurkan secara langsung untuk
kemaslahatan umat Islam dan kepentingan umum yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
04. Bentuk-bentuk penyaluran Dana non halal yang dibolehkan adalah untuk bantuan
sumbangan secara langsung untuk:
E. Ilustrasi Jurnal
01. Saat menerima dana non halal
Dr Kas/Bank Xxx
Cr Liabilitas – titipan dana non halal Xxx
A. Definisi
01. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
BAZNAS, BAZNAS Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota untuk membantu
mengumpulkan zakat.
02. Mitra Pengumpul Zakat (MPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk atau
bekerjasama dengan LAZNAS, LAZ Provinsi atau LAZ Kabupaten/Kota untuk
membantu mengumpulkan zakat.
03. Satuan organisasi ini dapat berbentuk:
a. Kepengurusan/kepanitiaan (non badan hukum) yang terdiri dari namun tidak
terbatas pada penasihat, ketua, sekretaris dan bendahara;
b. Organisasi berbadan hukum seperti yayasan dan lainnya.
c. UPZ non badan hukum dapat diperlakukan sebagai entitas internal atau bagian
dari BAZNAS, sedangkan UPZ berbadan hukum dapat diperlakukan sebagai
entitas eksternal di luar BAZNAS.
d. MPZ non badan hukum dapat diperlakukan sebagai entitas internal atau bagian
dari LAZ, sedangkan MPZ berbadan hukum dapat diperlakukan sebagai entitas
eksternal di luar LAZ.
B. Penjelasan
01. Seluruh hasil pengumpulan dana UPZ wajib disetorkan kepada BAZNAS atau MPZ
wajib disetorkan kepada LAZ sesuai dengan tingkatannya;
02. UPZ atau MPZ dapat melakukan tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat paling banyak sebesar 70% dari dana yang dikumpulkan oleh
UPZ/MPZ;
03. UPZ masjid negara, masjid raya, masjid, mushalla, langgar, surau atau nama lainnya,
atau masjid institusi dapat melakukan tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan dana zakat sebesar 100%; ketentuan ini dapat juga disesuaikan
dengan karakteristik MPZ.
04. Dana zakat untuk tugas pembantuan pendistribusian dan pendayagunaan zakat
disalurkan kepada UPZ paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dana pengumpulan
C. Perlakuan Akuntansi
01. Pengumpulan zakat diakui oleh UPZ/MPZ sebagai titipan penerimaan sejumlah
jumlah dana yang diterima dari muzakki dan akan berkurang setelah disetorkan ke
BAZNAS atau LAZ sebesar jumlah dana yang disetorkan;
02. Penyetoran zakat oleh UPZ atau MPZ diakui BAZNAS atau LAZ sebagai
penerimaan zakat dan dikenakan hak amil sebesar 12,5% dari 30% zakat yang
diterima dari UPZ/MPZ;
03. Tugas pembantuan pendistribusian dan pendayagunaan zakat oleh UPZ/MPZ diakui
sebagai titipan penyaluran dan akan berkurang setelah disalurkan dan memberikan
laporan ke BAZNAS atau LAZ sebesar jumlah dana penyaluran (paling besar 70%
dari zakat yang dikumpulkan dan disetorkan ke BAZNAS atau LAZ);
04. UPZ mengambil hak amil sebesar 12,5% dari 70% zakat yang dikumpulkan dan
disetorkan ke BAZNAS; ketentuan ini dapat juga disesuaikan dengan karakteristik
MPZ.
05. Penyaluran zakat melalui UPZ/MPZ diakui BAZNAS atau LAZ sebagai uang muka
penyaluran dan akan berkurang pada saat telah menerima laporan penyaluran dari
UPZ sebesar jumlah dana yang disalurkan;
06. UPZ yang hanya melakukan tugas pengumpulan mendapat dana operasional paling
banyak 5% dari dana zakat yang dikumpulkan dan disetorkan ke BAZNAS. Dana
operasional tersebut diakui sebagai penerimaan ujrah oleh UPZ dan beban ujrah di
E. Ilustrasi Jurnal
01. UPZ atau MPZ dengan tugas pembantuan pendistribusian dan pendayagunaan zakat
a. Pembukuan UPZ BAZNAS atau MPZ LAZ
Pada saat pengumpulan zakat
Dr Kas/Bank (100) Xxx
Cr Titipan Penerimaan Zakat (100) Xxx
Pada saat menerima mandat penyaluran zakat dari BAZNAS atau LAZ
- UPZ Non Badan Hukum
Dr Kas/Bank (70) Xxx
Cr Titipan Penyaluran Zakat (70) Xxx
Pada saat realisasi tugas penyaluran zakat dari BAZNAS atau LAZ
- UPZ/MPZ Non Badan Hukum
Dr Titipan Penyaluran Zakat (70) Xxx
Cr Hak Amil UPZ dari Dana Zakat (12,5% Xxx
x 70)
Pada saat penyaluran hak amil BAZNAS atau LAZ dan penyaluran melalui
UPZ atau MPZ
- UPZ/MPZ Non Badan Hukum
Dr Penyaluran Zakat-Amil (12,5% dari 30) Xxx
Dr Uang Muka Penyaluran (70) Xxx
Cr Hak Amil BAZNAS/LAZ dari Dana Xxx
Zakat (12,5% dari 30)
Cr Kas/Bank (70) Xxx
b. Pembukuan BAZNAS/LAZ
Pada saat penerimaan zakat hasil pengumpulan UPZ/MPZ
Dr Kas/Bank (100) Xxx
Cr Penerimaan Zakat (100) Xxx
A. Definisi
01. Laporan posisi keuangan atau neraca merupakan laporan keuangan yang melaporkan
aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan pada saat tertentu untuk memudahkan analisis
dalam memprediksi arus kas di masa mendatang. Laporan tersebut menggambarkan
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.
B. Penjelasan
01. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
liabilitas dan aset neto. BAZNAS atau LAZ menyajikan aset kedalam dua kelompok
yaitu aset lancar dan aset tidak lancar.
02. BAZNAS atau LAZ menyajikan aset kedalam dua kelompok yaitu aset lancar dan
aset tidak lancar.
03. Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun.
Pengklasifikasian aset lancar sebagai berikut :
a) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan,
dalam jangka waktu siklus operasi normal;
b) Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjualbelikan);
c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.
d) Aset merupakan kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya
atau penggunaannya.
e) Termasuk dalam aset lancar yaitu Kas dan setara kas (kecuali aset tersebut
dibatasi pertukarannya atau penggunaannya, Piutang, Aset Non Kas /
Persediaan, Uang Muka Kegiatan, Biaya Dibayar di Muka, Investasi.
04. Uang Muka Kegiatan (UMK) adalah persekot yang diberikan pada penanggung
jawab kegiatan yang akan dipertanggungjawabkan setelah selesainya kegiatan. Di
akhir tahun, saldo UMK merupakan persekot yang belum dipertanggungjawabkan
sampai tutup buku dilakukan.
A. Definisi
01. Laporan aktivitas adalah laporan yang menunjukkan penerimaan dan penyaluran
dana zakat, infak dan sedekah, dan amil, serta dana lainnya selama periode pelaporan
tertentu, serta dana yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.
B. Penjelasan
01. Laporan aktivitas mencakup aktivitas dana zakat, dana infak dan sedekah, dana amil
dan dana lainnya.
02. Penyajian laporan aktivitas mengacu pada PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan
Syariah, sedangkan perlakuan akuntansi untuk transaksi zakat, infak dan sedekah
mengacu pada PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.
03. Laporan aktivitas dana zakat mencakup pos-pos berikut ini :
a. Penerimaan dana zakat
1) Zakat entitas;
2) Zakat individual.
b. Penyaluran dana zakat
1) Amil;
2) Mustahik non amil.
c. Saldo awal dana zakat
d. Saldo akhir dana zakat
04. Laporan aktivitas dana infak dan sedekah mencakup pos-pos ini:
a. Penerimaan dana infak dan sedekah
1) Infak dan sedekah terikat (muqayyadah);
2) Infak dan sedekah tidak terikat (mutlaqah).
b. Penyaluran dana infak dan sedekah
1) Infak dan sedekah terikat (muqayyadah);
2) Infak dan sedekah tidak terikat (mutlaqah).
c. Saldo awal dana infak dan sedekah.
d. Saldo akhir dana infak dan sedekah.
A. Definisi
01. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas lembaga selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
02. Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama penerimaan lembaga
(principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan pendanaan.
03. Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang
serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
04. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi pembiayaan atau pinjaman lembaga.
05. Kas adalah saldo kas dan rekening giro di bank.
06. Setara kas adalah penempatan dana dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek.
B. Penjelasan
01. Kas terdiri atas:
a. Kas dan kas dalam valuta asing;
b. Giro pada bank;
c. Tabungan pada bank.
02. Setara kas yang dimaksud ialah deposito dengan jangka waktu paling lama 12 (dua
belas) bulan.
03. Laporan Arus Kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara
kas dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan dalam suatu periode akuntansi.
04. Arus kas dari aktivitas operasi antara lain:
a. Aktivitas operasi adalah aktivitas yang berisi penerimaan utama lembaga dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
b. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi sebagai berikut:
A. Definisi
01. Catatan atas laporan keuangan adalah informasi tambahan atas apa yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas. Catatan atas
laporan keuangan memberikan deskripsi atau pemisahan pos-pos yang disajikan
dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan tersebut.
B. Penjelasan
01. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan lembaga. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai
gambaran umum lembaga, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan
keuangan dan informasi penting lainnya.
02. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Posisi Keuangan, laporan aktivitas, laporan perubahan aset kelolaan, dan
laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang ada dalam catatan atas
laporan keuangan.
03. Secara umum, catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b. Informasi yang diwajibkan dalam SAK tetapi tidak disajikan dalam Laporan
Posisi Keuangan, laporan aktivitas, laporan perubahan aset kelolaan, dan
laporan arus kas misalnya subklasifikasi pos-pos tertentu
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan,
laporan aktivitas, laporan perubahan aset kelolaan, dan laporan arus kas tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar;
d. Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus
harus dirinci dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa
C. Unsur - Unsur
01. Gambaran umum lembaga
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
a. Pendirian.
b. Riwayat ringkas.
c. Nomor dan tanggal legalitas dan perizinan BAZNAS atau LAZ.
d. Bidang usaha utama sesuai anggaran dasar dan kegiatan utama pada periode
pelaporan.
e. Tempat kedudukan dan lokasi utama kegiatan.
f. Tanggal mulai beroperasi. Apabila lembaga melakukan ekspansi atau penciutan
kegiatan secara signifikan pada periode laporan yang disajikan, maka harus
disebutkan saat dimulainya ekspansi atau penciutan kegiatan.
g. Nama – nama pimpinan lembaga
h. Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama
periode yang bersangkutan.
02. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi
Dalam bagian ini harus diungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pernyataan bahwa lembaga menggunakan Standar Akuntansi Keuangan
b. Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan, antara lain.
Firmansyah, I., & Devi, A. (2017). The implementation strategies of good corporate
governance for zakat institutions in Indonesia. International Journal of Zakat,
2(2), 85–97.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). PSAK 2 Laporan Arus Kas. Jakarta: Ikatan
Akuntansi Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). PSAK 109 Akunansi Zakat dan Infak/Sedekah.
Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2019). SAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas
Berorientasi Nonlaba. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2020). PSAK 101 Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Puskas BAZNAS. (2022). Outlook Zakat Indonesia 2022 (Vol. 2022). Jakarta
ASET LIABILITAS
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Kas dan setara kas xxx Liabilitas penyaluran zakat xxx
Piutang penyaluran zakat xxx Liabilitas penyaluran infak dan xxx
sedekah
Piutang penyaluran infak dan xxx Liabilitas Jangka Panjang
sedekah
Piutang Qardul Hasan xxx Liabilitas imbalan kerja xxx
Jumlah liabilitas XXX
Aset Tidak Lancar
Aset tetap xxx ASET NETO
Aset takberwujud xxx Dana zakat xxx
Aset kelolaan xxx Dana infak dan sedekah xxx
Dana amil xxx
Jumlah aset neto XXX
DANA ZAKAT
Penghasilan
Penerimaan zakat dari muzaki
Pribadi xxx
Perusahaan xxx
Dampak pengukuran ulang aset zakat xxx
Beban
Amil (xxx)
Fakir (xxx)
Miskin (xxx)
Riqab (xxx)
Gharim (xxx)
Muallaf (xxx)
Fisablillah (xxx)
Ibnu Sabil (xxx)
Beban
Infak dan sedekah tanpa pembatasan
Amil (xxx)
Penerima manfaat (xxx)
Infak dan sedekah dengan pembatasan
Amil (xxx)
Penerima manfaat (xxx)
DANA AMIL
Penghasilan
Bagian amil dari penerimaan zakat xxx
Bagian amil dari penerimaan infak dan sedekah xxx
Penghasilan lain xxx
Beban
Beban pegawai (xxx)
Beban lain (xxx)
20X1 20X0
Arus kas dari aktivitas operasi
Penerimaan Zakat Entitas xxx xxx
Penerimaan Zakat Individu xxx xxx
Penerimaan Hasil Penempatan Dana Zakat xxx xxx
Penerimaan Infak dan Sedekah tanpa Pembatasan xxx xxx
Penerimaan Infak dan Sedekah dengan Pembatasan xxx xxx
Penerimaan Hasil Penempatan Dana Infak dan xxx xxx
Sedekah
Penerimaan Dana Sosial Keagamaan Lainnya xxx xxx
Penerimaan Piutang Bergulir xxx xxx
Penerimaan Lain xxx xxx
Penyaluran Zakat (xxx) (xxx)
Penyaluran Infak dan Sedekah tanpa Pembatasan (xxx) (xxx)
Penyaluran Infak dan Sedekah dengan Pembatasan (xxx) (xxx)
Penyaluran Dana Sosial Keagamaan Lainnya (xxx) (xxx)
Pencairan Piutang Bergulir (xxx) (xxx)
Pembayaran Pajak (xxx) (xxx)
Pengelauran Beban Pegawai (xxx) (xxx)
Pengeluaran Beban Sosialisasi dan Edukasi (xxx) (xxx)
Pengeluaran Beban Umum dan Administrasi (xxx) (xxx)
Pengeluaran Beban Lain (xxx) (xxx)
20X1 20X0
Arus kas dari aktivitas operasi
Kenaikan aset neto:
Dana zakat xxx xxx
Dana infak dan sedekah xxx xxx
Dana mail xxx xxx
Penyesuaian untuk:
Penyusutan aset tetap xxx xxx
Penyusutan aset kelolaan xxx xxx
Penurunan/(kenaikan):
Piutang bergulir xxx xxx
Piutang penyaluran xxx xxx
Persediaan xxx xxx
Uang Muka Kegiatan xxx xxx
Biaya Dibayar Dimuka xxx xxx
Kenaikan/(penurunan)
Utang penyaluran xxx xxx
Biaya Yang Masih Harus Dibayar xxx xxx
Titipan Dana TBDSP xxx xxx
Utang pajak xxx xxx
Penghasilan
Penerimaan Zakat Maal Pribadi 1.000.000.000
Penerimaan Zakat Fitrah 500.000.000
Penerimaan Zakat Perusahaan BUMN/BUMD 500.000.000
Penerimaan Zakat Perusahaan Swasta 500.000.000
2.500.000.000
4 28-Feb-22 200.000 Penyesuaian Kurs Akhir Bulan dgn Kurs Rp. 14.800
20 15-Nov-22 10.000.000 Pembelian Laptop Amil 12jt dgn Diskon (Sedekah) 2jt
Bank Zakat - Bank Kas Zakat dari Bpk. Ahmad Soleh disetorkan
03-Jan-22 11102011 10.000.000 Kas Zakat
Syariah Indonesia ke BSI-Zakat
Kas Zakat dari Bpk. Ahmad Soleh disetorkan
03-Jan-22 11101001 Kas Zakat 10.000.000 Kas Zakat
ke BSI-Zakat
Perubahan Nilai Aset Penyesuaian Kurs Akhir Bulan dgn Kurs Rp.
28-Feb-22 40100301 200.000 BSIZ USD
Zakat 14.800
Bank Zakat - Bank Penyesuaian Kurs Akhir Bulan dgn Kurs Rp.
28-Feb-22 11102012 200.000 BSIZ USD
Syariah Indonesia USD 14.800
Bank Amil - Bank Diterima Ujrah zakat dari LAZ Umat melaui
15-Okt-22 11102031 5.000.000 BSI Amil
Syariah Indonesia transfer ke Rek. BSI-Amil
Penerimaan Ujrah dari Diterima Ujrah zakat dari LAZ Umat melaui
15-Okt-22 40300902 5.000.000 BSI Amil
Amil Lain transfer ke Rek. BSI-Amil
ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 1 183.000.000 337.500.000
Piutang Penyaluran Zakat 2 - -
Piutang Penyaluran Infak dan Sedekah - -
Al-Qard Al-Hasan 60.000.000 -
Persediaan 3 - -
Uang Muka 4 - -
Biaya Dibayar Dimuka 5 - -
Investasi Jangka Pendek 6 - -
243.000.000 337.500.000
ASET NETO 10
Dana Zakat 309.270.833 187.500.000
Dana Infak dan Sedekah 131.000.000 150.000.000
Dana Amil 60.062.500 -
500.333.333 337.500.000
DANA ZAKAT
Penghasilan 11
Penerimaan Zakat Pribadi 146.000.000 1.500.000.000
Penerimaan Zakat Perusahaan 100.000.000 1.000.000.000
Dampak Pengukuran Ulang Aset Zakat 30.500.000 -
Hasil Pengelolaan Aset Zakat - -
276.500.000 2.500.000.000
Beban 12
Fakir 21.000.000 -
Miskin 99.166.667 1.100.000.000
Amil 34.562.500 312.500.000
Muallaf - -
Riqab - -
Gharimin - -
Fisabilillah - 1.000.000.000
Ibnu Sabil - -
154.729.167 2.412.500.000
Penghasilan 13
Infak dan Sedekah Tanpa Pembatasan 120.000.000 -
Infak dan Sedekah Dengan Pembatasan - -
Dampak Pengukuran Ulang Aset Infak dan Sedekah - -
Hasil Pengelolaan Aset Infak dan Sedekah - -
120.000.000 -
Beban 14
Infak dan Sedekah Tanpa Pembatasan
Amil 24.000.000 -
Penerima Manfaat 115.000.000 -
Infak dan Sedekah Dengan Pembatasan
Amil - -
Penerima Manfaat - -
139.000.000 -
Penghasilan 15
Bagian Amil dari Penerimaan Zakat 34.562.500 -
Bagian Amil dari Penerimaan Infak dan Sedekah 24.000.000 -
Penerimaan Amil dari Dana Hibah Pemerintah - -
Penerimaan Amil Lainnya 7.000.000 -
65.562.500 -
Beban 16
Beban Kesejahteraan Amil - -
Beban Amilin Mitra 5.000.000 -
Beban Publikasi dan Dokumentasi - -
Beban Perencanaan dan Pengembangan - -
Beban Perjalanan Dinas - -
Beban Pemeliharaan Aktiva - -
Beban Jasa Profesional - -
Beban Administrasi dan Umum - -
Beban Penyusutan 500.000 -
5.500.000 -
Saldo Awal - -