Bismilahirrahmanirahiim.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan lahir dan
batin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Modul Pengantar Akuntansi II. Modul ini
disusun untuk mememudahkan penyampaian materi dan salah satu kewajiban dosen dalam
pengabdian masyarakat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu demi kesempurnaan modul, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung terselesaikannya modul ini. Terima kasih atas segala perhatiannya.
Penulis
5.3 Deplesi.........................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Kas adalah harta perusahaan yang paling mudah untuk dikonversi menjadi harta
apapun. Kas juga merupakan harta yang paling mudah untuk diselewengkan
penggunaannya, karena sifatnya yang mudah untuk dipindah tangankan serta diterima oleh
siapapun. Oleh sebab itu dalam akuntansi untuk akuntansi kas, prosedur-prosedur untuk
melindunginya dari penyelewengan dan penyalahgunaan sangat penting artinya. Agar kas
tidak mudah diselewengkan perlu diterapkan Pengendalian Internal terhadap Kas baik
Penerimaan Kas yang berasal dari Penjualan Tunai, Penerimaan/Tagihan Piutang,
Pendapatan Bunga, Sewa, Deviden, Pinjaman Bank, sedangkan Pengeluaran Kas untuk
Pembelian Tunai, membayar kewajiban dan lain-lain.
Pengendalian internal terhadap penerimaan kas harus jelas memisahkan petugas
yang menerima, menyimpan dan mencatatnya, setiap penerimaan uang sebaiknya
disetorkan ke bank.
Pengendalian internal terhadap pengeluaran kas akan lebih efektif apabila setiap
pembayaran menggunakan cek daripada tunai. Akan tetapi tidak semuanya pengeluaran
kas bias menggunakan cek, ada beberapa pengeluaran kas yang harus tunai yaitu
pengeluaran untuk pembiayaan operasional sehari-hari diperusahaan maka perlu dibentuk
dana kas kecil. Semua pengeluaran kas harus dapat persetujuan dari pihak yang berwenang
dan petugas yang menyetujui dan yang membeyar harus terpisah. Dalam bab I ini akan
dibahas mengenai alat pengendalian internal terhadap Kas maupun Bank, yaitu Kas Kecil
(Petty Cash Fund) dan Rekonsiliasi Bank.
Total
Disetujui: Diterima :
Kemudian berdasarkan bukti pengeluaran kas kecil tersebut dicatat di Buku Kas Kecil
(Petty Cash Book).
Contoh Buku Kas Kecil
Uraian Pengeluaran
No Penerimaan Pengeluaran
Tanggal
Bukti (Rp) (Rp) Beban Beban Pos Beban Makan Beban
Kendaraan & Materai & Minum Lain-lain
Jumlah
Saldo Akhir
Saldo Awal
Pengisian
Kembali
Jumlah
Pada saat kasir kas kecil menerima cek no. 004 senilai Rp. 465.000,- untuk pengisian
kembali kas kecil maka bagian keuangan/akuntansi akan mencatatnya sebagai berikut :
Selisih Kas
Kas merupakan asset perusahaan yang ukurannya kecil tetapi memiliki nilai yang
relative besar dibandingkan dengan asset lain yang dimiliki perusahaan. Karena itu, kas
merupakan asset perusahaan yang sangat mudah diselewengkan. Untuk meminimalkan
terjadinya kecurangan atas pengelolaan kas, setiap perusahaan harus secara berkala
melakukan cash-opname, yaitu menghitung fisik kas (kecil) dan membandingkan dengan
saldo ka (kecil) yang ada dalam buku besar.
Dalam proses cash-opname sering ditemukan selisih kas, yaitu jumlah kas secara
fisik tidak sama dengan jumlah kas dalam buku besar. Perbedaan jumlah kas tersebut dapat
Modul Pengantar Akuntansi II 6
berupa selisih lebih maupun selisih kurang. Selisih lebih terjadi jika jumlah kas secara fisik
lebih besar dibandingkan dengan jumlah kas menurut buku besar. Maka dicatat dalam akun
selisih kas disisi kredit, karena selisih kas lebih menjasi bagian dari pendapan yang akan
menambah laba usaha perusahaan pada periode bersangkutan. Selisih kurang terjadi jika
jumlah kas fisik lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kas menurut buku besar. Maka
dicatat dalam akun selisih kas disisi debet, karena selisih kas kurang menjadi bagian dari
beban yang akan mengurangi laba usaha perusahaan pada tahun bersangkutan.
Ilustrasi :
PT. Lingga Nusantara memiliki kasir yang bertugas melakukan berbagai pembayaran
tunai dalam jumlah kecil atau sering disebut kasir kas kecil. Pada bulan Januari 2016,
menurut buku besar kas kecil perusahaan berjumlah Rp. 576.000,- tetapi ketika
dilakukan cash-opname hanya terdapat uang tunai sebesar Rp. 572.500,-
Kemudian pada akhir bulan februari 2016, saldo menurut buku besar kas kecil Rp.
365.000,- tetapi ketika dilakukan cash-opname terdapat uang tunai sebesar Rp.
377.000,-.
Penyelesaian :
Januari 2016 :
Saldo menurut buku besar kas kecil Rp. 576.000,-
Saldo menurut Cash-opname Rp. 572.500,- (-)
Selisih Kas (Kurang) Rp. 3.500,-
Jurnal :
D : Selisih Kas Rp. 3.500,-
K : Kas Rp. 3.500,-
Februari 2016 :
Saldo menurut buku besar kas kecil Rp. 365.000,-
Saldo menurut Cash-opname Rp. 377.000,- (-)
Selisih Kas (Lebih) Rp. 12.000,-
Jurnal :
D : Kas Rp. 12.000,-
K : Selisih Kas Rp. 12.000,-
Contoh 2:
Berikut ini adalah catatn rekening Koran yang diterima PT. Mandiri dari Bank ABC bulan
Maret 20XX :
Debet Saldo
Tgl No Bukti Kredit (Rp)
(Rp) (RP)
Maret 1 600.000,-
1 S 101 700.000,- 1300.000,-
2 C 0010 500.000,- 800.000,-
5 C 0011 200.000,- 600.000,-
8 C 0012 400.000,- 200.000,-
10 S 102 1.200.000,- 1.400.000,-
15 C 0013 300.000,- 1.100.000,-
18 C 0014 700.000,- 400.000,-
22 S 103 800.000,- 1.200.000,-
Catatan mengenai setoran kas ke bank selama bulan Maret 20XX adalah sebagai berikut :
Tgl Jumlah
Maret 1 Rp. 700.000,-
10. Rp 12.000.000,-
22 Rp. 800.000,-
23 Rp. 500.000,-
31 Rp. 300.000,-
Catatan mengenai pengeluaran kas dengan cek selama Maret 20XX adalah sebagai barikut
:
Tgl No Cek Jumlah
Maret 1 C 0010 Rp. 500.000,-
5 C 0011 Rp. 200.000,-
8 C 0012 Rp. 400.000,-
15 C 0013 Rp. 500.000,-
18 C 0014 Rp. 700.000,-
25 C 0015 Rp. 650.000,-
27 C 0016 Rp. 200.000,-
30 C 0017 Rp. 500.000,-
Saldo Kas Per buku besar tanggal 1 Maret 20XX Rp. 600.000,-
Penyelesaian
PT. MANDIRI
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 31 Maret 20XX
Saldo Perusahaan Rp. 11.250.000,- Saldo Bank Rp. 845.000,-
Penerimaan yang belum dicatat peusahaan & salah Penerimaan yang belum dicatat Bank & salah catat :
catat:
- Bunga Bank Rp. 5.000,- - Deposit In Transit Rp. 300.000,-
- Salah catat Cek 0013 Rp. 200.000,-
Pengeluaran yang belum dicatat perusahaan & Pengeluaran yang belum dicatat Bank & salah catat :
Aktivitas Operasi
Aktivitas Investasi Aktivitas Keuangan
Pembelian Bahan Baku/ Barang Dagangan Pembelian Aset Tetap, Pembayaran dividen,
BTK Pembelian Surat Berharga Pembayaran surat utang,
BOP Pembayaran Obligasi
Pinjaman Kepda satuan lain
Biaya Pemasaran dll
Skema Perhitungan :
Kas yang berasal dari atau digunakan untuk :
a. Aktivitas Operasi .......................................................... xxx
b. Aktivitas Investasi ......................................................... xxx
c. Aktivitas Keuangan ....................................................... xxx
Kenaikan (Penurunan) bersih kas dan setara kas ................... xxx
Saldo awal Kas .................................................................... xxx (+)
Saldo akhir Kas .................................................................... xxx
PT. MANDIRI menerima rekening Koran pada tanggal 28 Februari 2013 sebagai berikut :
Rekening Koran PT MANDIRI
Per 28 Februari 2013
Saldo 1 Februari 2013 Rp. 3.995.000,-
Setoran-setoran :
Feb 7 Rp. 800.000,-
15 Rp. 1.800.000,-
22 Rp. 1.100.000,-
Rp. 3.700.000,-
Cek
Feb 8 Rp. 400.000,-
16 Rp. 3.100.000,-
23 Rp. 1.100.000,-
( Rp. 4.600.000,- )
Lain-lain :
Biaya administrasi ( Rp. 10.000,- )
Outstanding Cheque dari Mr hanif ( Rp. 700.000,- )
Penagihan oleh Bank atas Wesel Tagih Perusahaan Rp. 1.000.000,-
Pembayaran Sewa ( Rp. 330.000,- )
Pendapatan Bunga Rp. 15.000,-
Dari total beban administrasi dan umum sebesar Rp. 375.000.000,-, sebesar Rp.
45.000.000,- merupakan beban penyusutan asset tetap.
Pada tahun 2015, perusahaan menerbitkan lagi obligasi senilai Rp. 300.000.000,- sehingga
total nilai obligasi yang beredar sebesar Rp. 750.000.000,-. Juga terjadi kenaikan nilai total
asset tetap dari sebesar Rp. 300.000.000,- pada awal tahun 2015 menjadi Rp. 525.000.000,-
pada akhir tahun 2015. Kenaikan tersebut terjadi karena perusahaan membeli sebidang
tanah seharga Rp. 225.000.000,- secara tunai.
Berdasarkan data dan keterangan tersebut, buatlah laporan arus kas PT. Laluna Nusantara
untuk tahun 2015, dengan metode langsung dan metode tidak langsung.
2.1 Pendahuluan
Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan.
Dalam melaksanakan penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat melakukan
secara tunai maupun secara kredit. Jika perusahaan melakukan penjualan secara tunai maka
akan menerima kas dan kas tersebut akan digunakan kembali untuk mendatangkan
pendapatan selanjutnya. Tapi jika perusahaan melakukan penjualannya secara kredit maka
akan timbul piutang.
Seperti jenis aktiva lainnya piutang dapat merupakan hal yang baik sekaligus hal
yang buruk bagi perusahaan. Hal baiknya karena piutang mencerminkan klaim perusahaan
terhadap uang pelanggan. Hal buruknya terjadi apabila perusahaan gagal menagih uang
tersebut.
Jadi Piutang merupakan tagihan atau klaim pada pihak tertentu baik itu
perusahaan maupun individu. Ada 2 jenis piutang yaitu :
Piutang Dagang (Account Receivable)
Wesel Tagih (Notes Receivable)
Disamping berdasarkan saldo rata-rata piutang dagang dari awal dan akhir juga
dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari kelompok umur piutang
dagang pada akhir periode. Untuk hal ini perlu dibuat daftar umur piutang.
Contoh :
Daftar Piutang per 31 Desember 2012
No Debitur Tgl Faktur Jumlah
1 PT. Perdana 21 November 2012 Rp. 180.000,-
11 Februari 2012 Rp. 60.000,-
2 PT. Utama 15 November 2012 Rp. 100.000,-
27 September 2012 Rp. 50.000,-
3 PT. Prima 2 Desember 2011 Rp. 30.000,-
17 Oktober 2012 Rp 150.000,-
Maka Penyisihan piutang tak tertagih yang akan mengurangi saldo piutang dagang
pada akhir periode 31 Desember 2012 adalah Rp. 39.300,- Jurnal yang diperlukan
adalah sebagai berikut :
D: Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 39.300,-
K: Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 39.300,-
b. Pendekatan Laba/Rugi
Dasar perhitungan dari pendekatan laba/rugi adalah berdasarkan prosentase
tertentu dari penjualan (kredit).
Contoh :
Jurnalnya :
D: Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 100.000,-
K: Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 100.000,-
Jurnal :
10 April 2012 : D: Kas Rp. 2.060.000
K: Wesel Tagih Rp. 2.000.000,-
K: Pendapatan Bunga Rp. 60.000,-
3. Berikut ini adalah rincian mengenai transaksi Piutang Dagang yang terjadi pada PT.
Mandiri:
No Debitur Tanggal Faktur Jumlah
1 PT. Perdana 30 – 11 – 2012 Rp. 2.300.000,-
2 PT. Utama 21 – 6 – 2012 Rp. 2.000.000,-
18 – 9 – 2012 Rp. 1.600.000,-
3 PT. Prima 6 – 12 – 2012 Rp. 1.700.000,-
20 – 5 – 2012 Rp. 10.000.000,-
4 PT. Pratama 10 – 6 – 2012 Rp. 3.000.000,-
3 – 10 – 2012 Rp. 2.500.000,-
5 PT. Tunggal 10 – 11 – 2012 Rp. 3.200.000,-
28 – 9 – 2012 Rp. 3.800.000,-
Saldo Penyisihan Piutang Tak Tertagih 1 Januari 2012 Rp. 150.000,- dan saldo
Piutang Dagang tanggal 31 Desember 2012 Rp. 21.100.000,-
Berdasarkan pengalaman kemungkinan Piutang Tak Tertagih berdasarkan Kelompok
Umur Piutang adalah sebagai berikut :
Umur Piutang % Kerugian Piutang
1 – 30 0%
31 – 60 1%
61 – 90 5%
91 – 120 10%
>120 30%
3.1 Pendahuluan
Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) adalah semua barang
dangan yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali dan masih tersisa di gudang
perusahaan. Unutk perusahaan dagang yang dimaksud persediaan barang dagangan adalah
barang yang dibeli untuk dijual kembali. Sedangkan untuk perusahaan pabrik, yang
termasuk persediaan barang dagangan adalah barang- barang hasil dari proses produksi
yang akan dijual. Persediaan untuk perusahaan pabrik terdiri dari Persediaan Bahan Baku,
Persediaan Barang Dalam Proses dan Persediaan Barang Jadi. Dalam bab ini akan
dipaparkan adalah Persediaan untuk Perusahaan Dagang.
Jadi Beban Pokok Persediaannya adalah 250 Unit x 350.000,- = Rp. 87.500.000,-
Maka Beban pokok Penjualannya adalah :
Persediaan awal (1 Januari 2013) Rp. 50.000.000,-
Pembelian Rp. 155.000.000,-
Persediaan tersedia untuk dijual Rp. 205.000.000,-
Persediaan Akhir (Rp. 87.500.000,-)
Beban Pokok Penjualan Rp. 117.500.000,-
b. Metode LIFO
Metode ini adalah barang yang terakhir masuk atau dibeli merupakan barang yang
pertama dijual.
Jadi besarnya beban pokok persediaan per unit adalah sebagai berikut :
Rp. 205.000.000,- = Rp. 273.333,33
750 Unit
Maka besarnya beban pokok persediaan 250 Unit x Rp. 273.333,33 =
Rp.68.333.333,33
Untuk menghitung beban pokok penjualannya adalah sebagai berikut :
Persediaan awal Rp. 50.000.000,-
Pembelian Rp. 155.000.000,-
Pengaruh perbedaan metode penetapan beban pokok persediaan dari 3 metode ini
adalah sebagai berikut :
Metode Persediaan Akhir Beban Pokok
Penjualan
FIFO Rp. 87.500.000,- Rp. 117.500.000,-
LIFO Rp. 50.000.000,- Rp. 155.000.000,-
Average Rp. 68.333.333,33 Rp. 136.666.666,67
Akibat perbedaan dari ketiga metode tersebut maka akan menyebabkan perbedaan
pada laba kotor dan laba bersihnya. Misalkan jumlah barang yang laku terjual 500 unit
@Rp. 500.000,-. Maka nilai penjualan yang diperoleh adalah Rp. 250.000.000,-.
Berdasarkan hasil penjualan tersebut dapat kita masukkan kedalam laporan laba/rugi
pada ketiga metode tersebut, yaitu sebagai berikut :
Metode Penjualan Beban pokok Laba/Rugi
penjualan
FIFO Rp. 210.000.000,- Rp. 117.500.000 Rp. 92.500.000,-
LIFO Rp. 210.000.000, Rp. 155.000.000,- Rp. 55.000.000,-
Average Rp. 210.000.000, Rp. 136.666.666,67 Rp. 73.333.333,33
Laba/rugi ketiga metode tersebut terlihat berbeda, tapi kalau dilihat dari sudut yang
paling besar memperoleh keuntungan adalah metode FIFO dengan keuntungan Rp.
92.000.000,-. Manajemen dpat memilih ketiga metode tersebut sebagai dasar
perhitungan beban pokok persediaan dan beban pokok penjualan.
Contoh :
PT. Perdana mempunyai data persediaan selama bulan Januari 2013 sebagai berikut :
Pembelian :
Januari 1 450 Pcs @Rp. 80,-
Januari 10 1.000 Pcs @Rp. 85,-
Januari 26 550 Pcs @Rp. 82,-
Penjualan :
Januari 12 400 Pcs
Januari 18 500 Pcs
Januari 30 750 Pcs
Penyelesaian :
a. Metode FIFO
Pembelian Penjualan Saldo
Tanggal Price/ Jumlah Price Jumlah Price Jumlah
Pcs Pcs Pcs
Pcs (RP) /Pcs (RP) /Pcs (RP)
Jan 1 450 80 36.000,- 450 80 36.000,-
Jan 10 1.000 85 85.000,- 1.000 85 85.000,-
Jan 12 400 80 32.000,- 50 80 4.000,-
1000 85 85.000,-
Jan 18 50 80 4.000,-
450 85 38.250,- 550 85 46.750,-
Jan 26 550 82 45.100,- 550 85 46.750,-
550 82 45.100,-
Jan 30 550 85 46.750,-
200 82 16.400,- 350 82 28.700,-
Total 2.000 166.100,- 1.650 137.400,-
Beban Pokok Persediaan adalah Rp. 28.700,- dan beban pokok penjualannya adalah Rp.
137.400,-. Maka jurnalnya sebagai berikut :
D: Harga Pokok Penjualan Rp. 137.400,-
K: Persediaan Barang Dagangan Rp. 137.400,-
Maka Beban Pokok Persediaan menurut metode LIFO adalah Rp. 44.500,- (36.000,-
+8.500), sedangkan Beban Pokok Penjualannya Rp. 121.600,-
D: Harga Pokok Penjualan Rp. 121.600,-
K: Persediaan Barang Dagangan Rp. 121.600,-
Maka Beban Pokok Persediaan menurut metode Average adalah Rp. 28.955,5, sedangkan
Beban Pokok Penjualannya Rp. 137.152,5
D: Harga Pokok Penjualan Rp. 137.152,5
K: Persediaan Barang Dagangan Rp. 137.152,5
2. Persediaan tersedia dijual pada PT. Mandiri untuk bulan Februari 2013 adalah sebagai
berikut :
Tanggal Jumlah Pembelian Harga Beli Per unit
Februari 1 1000 Unit Rp. 430,-
Februari 17 2000 Unit Rp. 435,-
Februari 19 1000 Unit Rp. 455,-
Februari 25 5000 Unit Rp. 470,-
Februari 27 2000 Unit Rp. 475,-
Hitunglah Beban Pokok Persediaan, Beban Pokok Penjualan dan Laporan Laba/Rugi
menurut Metode:
a. FIFO
b. LIFO
c. Average
4.1 Pendahuluan
Investasi jangka panjang seperti saham dan obligasi adalah merupakan salah satu
alternatif penanaman dana. Apabila perusahaan mempunyai kelebihan dana, maka
manajemen yang efesien tidak akan membiarkan dana tersebut tidak bermanfaat. Dana
dapat ditanamkan dalam berbagai bentuk, misalkan ditanamkan dalam aktiva-aktiva
tertentu yang harganya cenderung meningkat seperti tanah atau emas. Dana tersebut juga
dapat ditanamkan dalam deposito berjangka di Bank sehingga menghasilkan bunga. Selain
itu bisa juga ditanamkan dalam bentuk obligasi atau saham yang diterbitkan oleh berbagai
perusahaan.Pemilihan investasi yang mana yang efesien dan memberikan keuntungan yang
baik itu merupakan tugas manajemen untuk mempertimbangkannya.
Dalam bab ini akan dibahas investasi jangka panjang berupa investasi dalam
obligasi dan saham.
5.1 Pendahuluan
Aset Tetap merupakan bagian dari Laporan Neraca yang harus dilaporkan setiap
periode beserta penyusutan atau amortisasi masing-masing.
Unsur-unsur biaya dari harga perolehan akan berbeda untuk berbagai kelompok aktiva
tetap. Klasifikasi aktiva tetap adalah sebagai berikut :
1. Tanah (land)
Merupakan tempat berdirinya bangunan untuk operasional perusahaan termasuk
perizinan dan tidak disusutkan.
Harga perolehan tanah meliputi harga beli, komisi makelar, biaya notaris dan biaya
balik nama). Harga perolehan termasuk pengeluaran-pengeluaran untuk meratakan dan
merapikan tanah, membongkar dan memindahkan bangunan tua atau tidak terpakai
lagi.
2. Gedung (Building)
Gedung merupakan tempat untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan, seperti
pabrik (plant), took, kantor, gudang termasuk tata letak (layout).
Harga perolehan dari membangunsuatu gedung yang dibangun sendiri meliputi honor
arsitek, izin bangunan, nilai kontrak dengan kontraktor, biaya bahan, tenaga kerja dan
biaya overhead. Disamping itu harga perolehan gedung dimasukkan biaya asuransi
yang dikeluarkan selama pembangunan dan bunga atas pinjaman untuk membiayai
pembangunan sampai gedung selesai dan siap untuk dipakai. Apabila perusahaan
membeli gedung sudah jadi maka harga perolehannya meliputi : harga beli, komisi
makelar, pajak dan pengeluaran untuk renovasi/perbaikan.
3. Peralatan (Equipment/properties)
Peralatan yang digunakan dalam operasional perusahaan seperti mesin pabrik,
komputerm furniture, peralatan pengiriman termasuk kendaraan penunjang (vehicles).
5.2.2 Penyusutan
Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap menjadi beban ke
dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aset tersebut.
Faktor-faktor untuk menetukan jumlah penyusutan, yaitu :
1. Harga perolehan (cost), artinya jumlah kas dan setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan
sampai aktiva tersebut siap digunakan.
2. Umur ekonomis/masa manfaat (useful life), artinya periode suatu aktiva diharapkan
digunakan oleh perusahaan. Umur ekonomis dapat ditaksir dalam kondisi yang
didasarkan pada waktu (time factor), aktivitas (unit of activity), atau jumlah output
(unit of output).
3. Nilai sisa/residu (salvage value), artinya jumlah bersih yang diharapkan dapat
diperoleh pada akhir masa manfaat sebuah aktiva setelah dikurangi taksiran biaya
pelepasan.
Modul Pengantar Akuntansi II 45
4. Jumlah yang disusutkan (depreciable amount), artinya harga perolehan sebuah aktiva
dikurangi nilai sisa.
5. Nilai buku (book value) atau jumlah tercatat (carrying value) artinya harga perolehan
sebuah aktiva dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.
6. Nilai wajar (fair value) artinya jumlah pelepasan aktiva dalam prinsip transaksi wajar
(arms length transactions).
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga beli Rp. 25.000.000,- dengan umur ekonomis
diperkirakan 10 tahun, nilai residu ditaksir Rp. 1.150.000,-. Ongkos pemasangan Rp.
150.000,-. Maka beban penyusutan per tahun adalah :
Harga perolehan = Rp. 25.000.000,- + Rp. 150.000,-
= Rp. 25.150.000
Contoh :
Sebuah peralatan kantor dibeli dengan harga perolehan Rp. 25.000.000,- nilai residu
Rp. 2.000.000,- dan umur ekonomis 5 tahun.
Penyusutan = 100%/5 = 20%
Tarif berganda = 2 x 20% = 40%
Beban penyusutan :
Tahun I = 40% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 10.000.000,-
Tahun II = 40% x (Rp. 25.000.000,- – Rp. 10.000.000,-) = Rp. 6.000.000
Tahun III = 40% x (Rp. 25.000.000,- - Rp. 16.000.000,-) = Rp. 3.600.000,-
Tahun IV = 40% x (Rp. 25.000.000,- - Rp. 19.600.000,-) = Rp. 2.160.000,-
Tahun V = 40% x (Rp. 25.000.000,- - Rp. 21.760.000,-) = Rp. 1.296.000,-
Nilai Buku
Harga Nilai Buku Beban Akumulasi
Th Tarif Akhir
Perolehan Awal Tahun Penyusutan penyusutan
Tahun
1 25.000.000,- 40% 25.000.000,- 10.000.000,- 10.000.000,- 15.000.000,-
2 25.000.000,- 40% 15.000.000,- 6.000.000,- 16.000.000,- 9.000.000,-
3 25.000.000,- 40% 9.000.000,- 3.600.000,- 19.600.000,- 5.400.000,-
4 25.000.000,- 40% 5.400.000,- 2.160.000,- 21.760.000,- 3.240.000,-
5 25.000.000,- 40% 3.240.000,- 1.296.000,- 23.000.000,- 2.000.000,-
n = Umur Ekonomis
Contoh : (contoh diatas)
5(5+1)/2 =15
Contoh :
PT. Perdana adalah sebuah perusahaan penambangan pasir yang beralokasi di purwakarta.
Pada awal tahun 2012, perusahaan itu membeli sebidang tanah yang akan dijadikan lokasi
penambangan pasir seharga Rp. 200.000.000,-. Tanah seluas 50.000 m2 tersebut
diperkirakan mengandung pasir sebanyak 100.000 m3 pasir. Diperkirakan setelah seluruh
pasir berhasil digali, tanah sisa pertambangan pasir tersebut akan dapat dijual seharga Rp.
50.000.000,-
Selama tahun 2012, perusahaan berhasil menggali pasir dari tanah pertambangan sebanyak
20.000 m3. Buatlah jurnal yang diperlukan atas aktivitas tersebut.
Awal tahun 2012 saat pembelian tanah pertambangan, maka jurnal yang perlu dibuat
adalah :
Selama tahun 2012 PT. Perdana berhasil menggali 20.000 m3, maka beban deplesi
tahun 2012 adalah :
Rp. 1.500,- x 20.000 m3= Rp. 30.000.000,-
Maka jurnal penyesuain yang diperlukan adlah sebagai berikut :
6.1 Pendahuluan
Hampir semua perusahaan dalam membiayai operasi dan nvestasinya tidak selalu
memiliki dana yang cukup untuk merealisasikan rencananya, sehingga dibutuhkan sumber
dana selain dari setoran modal pemilik, yaitu utang, yang dapat berupa utang usaha
ataupun utang bank.
Utang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang/jasa/barang
di masa yang akan datangkepada pihak lain akibat dari transaksi yang dilakukan di masa
lalu
Karena tidak semua kewajiban bisa dikelompokkan dalam utang, yang dapat
dikelompokkan dalam utang harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Jumlah Nominalnya Jelas
2. Pihak Penerima Jelas
3. Berdasarkan Transaksi Yang Telah Terjadi di Masa Lalu
Utang dicatat dan diakui sebesar nilai jatuh temponya, yaitu jumlah uang yang
harus dibayarkan kepada kreditor pada tanggal yang telah disepakati. Bunga yang
mengikuti suatu utang diakui sebagai beban bunga tahun berjalan, bukan ditambahkan
pada nilai nominal utang.
Pada tanggal 1 Oktober 2012, yaitu saat pelunasan utang usaha dilakukan :
Utang Usaha Rp. 75.000.000,-
2012
Kas Rp. 73.500.000,-
Sept 15
Potongan Tunai Rp. 1.500.000,-
Dikarenakan pembayaran pelunsan utangnya sebelum tanggal jatuh tempo dan masih
ada dijangka wkatu pemberian potongan maka PT. Tunggal mendapatkan potongan
2%. Perhitungan potongan tunainya adalah sebagai berikut :
2% x Rp. 75.000.000,- =Rp. 1.500.000,-
b. Utang Bank, yaitu utang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman bank kepada
perusahaan.
Contoh:
Pada tanggal 5 April 2012 PT. Tunggal memperoleh kredit sebesar Rp. 300.000.000,-
dari Bank ABC dengan jangka waktu 3 tahun. Sedangkan suku bunga pinjaman yang
dibebankan adalah 24% per tahun. Bunga dibayarkan secara bulanan pada setiap awal
bulan.
Maka jurnal atas transaksi PT.Tunggal diatas adalah sebagai berikut :
Pada Tanggal 5 April 2012, yaitu saat kredit bank diterima :
2012 Kas Rp. 300.000.000,-
April 5 Utang Bank Rp. 300.000.000,-
Pada tanggal 29 Juni 2012, yaitu saat jatuh tempo wesel bayar :
Beban Bunga Rp. 4.500.000,-
2012
Wesel Bayar Rp. 150.000.000,-
Juni 29
Kas Rp. 154.500.000,-
Perhitungan:
Rp. 150.000.000,- x 24% x 6/12 = Rp. 18.000.000,-
Pada tanggal 31 Desember 2012, yaitu saat bung obligasi dibayarkan
Beban Bunga Rp. 18.000.000,-
2012
Kas Rp. 18.000.000,-
Desember
Agio Obligasi Rp. 5.000.000,-
31
Beban Bunga Rp. 5.000.000,-
7.1 Pendahuluan
Struktur modal dalam perusahaan tergantung pada bentuk badan usahanya.
Sekarang ini banyak perusahaan yang berbentuk perseroan. Dalam perusahaan perseroan
ini modalnya terbagi atas saham-saham.
Seperti kita ketahu Modal adalah kontribusi pemilik pada suatu perusahaan
sekaligus menunjukkan hak pemilik atas perusahaan. Karena itu perusahaan memiliki
kewajiban untuk memberikan bagian laba yang diperoleh dan perusahaan juga memiliki
kewajiban mengembalikan modal pemilik pada saat perusahaan dilikuidasi. Gabungan dari
setoran pemilik kepada perusahaan dan bagian pemilik atas laba yang diperoleh
perusahaan akan menjadi ekuitas pemilik, yaitu perusahaan menunjukkan jumlah
kontribusi pemilik perususahaan dan bagian laba yang dihasilkan serta tidak dibagikan
sebagai dividen oleh perusahaan.
Ekuitas pemilik dalam memiliki dua sumber utama, yaitu :
1. Kontribusi Pemilik Perusahaan.
2. Akumulasi Laba Usaha Yang Belum Dibagikan Kepada Pemilik Perusahaan.
Dengan demikian perubahan ekuitas, baik bertambah maupun berkurangnya
ekuitas pemilik akan dipengaruhi oleh kedua kelompok sumber tersebut.
Perubahan ekuitas yang mempengaruhi aset dan kewajiban perusahaan disebabkan oleh
factor sebagai berikut :
1. Transder kekayaan antara perusahaan dan pemilik perusahaan.
Faktor ini disebabkan oleh :
a. Investasi awal oleh pemilik dalam berbagai bentuk.
b. Investasi tambahan oleh pemilik dalam berbagai bentuk.
2. Laba bersih usaha yang belum dibagikan kepada pemilik.
Sedangkan factor ini disebabkan oleh :
a. Besarnya pendapatan yang diperoleh perusahaan beserta besarnya beban yang
dikeluarkan pada periode yang sama.
b. Besarnya laba usaha yang dibagikan kepada pemilik perusahaan dalam bentuk
dividen.
Modul Pengantar Akuntansi II 60
7.2 Modal Saham
Modal saham adalah kontribusi pemilik kepada suatu perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas, sekaligus menunjukkan bukti kepemilikan dan hak pemilik atas
perseroan tebatas tersebut. Modal saham sebuah perusahaan di samping menunjukkan
bukti kepemilikan, tetapi juga sekaligus memberikan hak kepada pemegangnya atas
perusahaan tersebut. Pemegang saham sebuah perseroan terbatas memiliki beberapa hak
yang melekat pada kepemilikannya, yaitu :
1. Hak untuk berpartisipasi dakam menentukan arah dan tujuan perusahaan, yaitu melalui
hak suara dalam rapat pemegang saham.
2. Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh
perusahaa.
3. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi
kepemilikan saham masing-masing pemegang saham tidak berubah.
4. Hak untuk menerima pembagian aset perusahaan saat perusahaan dilikuidasi.
Perhitungan :
Dijual :
Saham 100.000 lembar @Rp. 12.500,- Rp. 1.250.000.000,-
Saham 100.000 lembar @Rp. 10.000,- Rp. 1.000.000.000,- -/-
Agio Saham Rp. 250.000.000,-
Tetapi jika seluruh saham terbut terjual dengan harga Rp. 9.500 per lembar, maka jurnal
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Kas Rp. 950.000.000,-
Disagio Saham Rp. 50.000.000,-
Modal Saham Rp. 1.000.000.000,-
Dijual :
Saham 100.000 lembar @Rp. 9.500,- Rp. 950.000.000,-
Saham 100.000 lembar @Rp. 10.000,- Rp. 1.000.000.000,- -/-
Disgio Saham Rp. 50.000.000,-
Jika Tanah tersebut tida diketahui nilai pasarnya, tetapi saham biasa terdebut dapat dijual
dengan harga Rp. 1.150,- per lembar, maka jurnal yang diperlukan adalah :
Tanah Rp. 345.000.000,-
Modal Saham Biasa Rp. 300.000.000,-
Agio Saham Biasa Rp. 45.000.000,-
Jika nilai wajar aset tidak diketahui, maka diperlukan konsultan independen untuk
menentukan nilai wajar aset tersebut.
7.4 Dividen
Dividen adalah bagian laba usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh
perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai imbalan atas ketersedian mereka
menanamkan hartanya dalam perusahaan.
2. Dividen Harta, yaitu bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan dalam bentuk
harta selain kas.
PT. Prima memiliki 200.000 lembar saham PT. Mandiri yang dibelinya di bursa efek
dengan harga Rp. 1.200,- per lembar. Kemudian PT. Prima mengumumkan kepada
seluruh pemegang 1.000.000 lembar saham bahwa akan membagikan dividen dalam
bentuk surat berharga, disebutkan pada setiap 20 lembar saham PT. Prima maka akan
memperoleh 1 lembar saham PT. Mandiri dengan harga pasar Rp. 1.400,- per lembar.
Sebanyak 50.000 lembar saham PT. Mandiri dibagikan kepada pemegang saham PT.
Prima.
Pada saat dividen diumumkan :
Dividen Rp. 70.000.000,-
Utang Dividen Harta Rp. 70.000.000,-
3. Dividen Skrip atau Dividen Utang, yaitu bagian laba usaha perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang di
masa yang akan datang.
Contoh |:
PT. Prima merencanakan membagikan dividen sebesar Rp. 100,- per lembar saham.
Tetapi ternyata pada awal bulan perusahaan tidak memiliki uang tunai yang cukup
Modul Pengantar Akuntansi II 65
untuk dibagikan sebagai dividen kepada seluruh pemegang 1000.000,- sahamnya yang
telah beredar. Maka perusahaan mengumumkan dividen skrip dengan suku bunga 2%
per bulan. Sebulan kemudian dibayarkan dividen tersebut dalam bentuk dividen tunai.
Maka jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut |:
Pada saat dividen diumumkan
Dividen Rp. 70.000.000,-
Dividen Skrip Rp. 70.000.000,-
Anthony Robert. N, James S. Reece, Julie H. Hertenstein, Accounting: Text and Cases., 9th
ed. Chicago: Richard D. Irwin, 1995
Warren, Carl S, James M Reeve & Philip E. Fess & James M Reeve, Accounting,. 4th ed.
Ohio: South Western College Publishing, 1996
Weygandt, Kimmel, Kieso, Financial Accounting Principles, IFRS Edition, New York:
John Wiley & Son, Inc, 2011
Yusuf, Al Haryono, Pengantar Akuntansi, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 1988.
Rudianto, Pengantar Akuntansi, Konsep & Teknik Penyusunan Laporan Keuangan,
Adaptasi IFRS, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012