Anda di halaman 1dari 22

PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH

UNTUK MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Yuli Yulianti

Abstrak

Pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) adalah pendayagunaan BMD yang tidak
digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
dan/atau optimalisasi Barang Milik Daerah dengan tidak mengubah status
kepemilikannya. Pemanfaatan BMD memberikan peluang bagi daerah untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta meningkatkan fasilitas publik.
Rumusan masalah dalam kajian ini adalah konsep pemanfaatan aset dalam
peningkatan pendapatan asli daerah, metode pemanfaatan aset, penetapan kontribusi,
dan studi kasus pemilihan metode pemanfaatan aset dalam pengembangan kawasan
pariwisata pantai. Kajian ini menggunakan pendekatan teoritis dalam menjelaskan
konsep dan metode pemanfaatan BMD serta menggunakan data hasil penelitian
dalam membahas studi kasus pemilihan metode pemanfaatan BMD. Paper ini
bertujuan memberikan gambaran dalam pemanfaatan barang milik daerah serta
manfaatnya dalam peningkatan PAD. Hasil pembahasan menunjukan bahwa terdapat
5 merode pemanfaatan aset yaitu sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan,
bangun guna serah, bangun serah guna, dan kerja sama infrastruktur yang satu sama
lain memiliki tujuan, keunggulan dan karakteristik tersendiri. Dalam rangka
peningkatan pendapatan asli daerah, setiap metode pemanfaatan aset (kecuali pinjam
pakai) memiliki bentuk kontribusinya masing-masing yang mampu meningkatkan
pendapatan daerah dan/atau peningkatan aset daerah.. Pemilihan metode
pemanfaatan aset hendaknya didasarkan pada visi dan misi daerah serta metode yang
paling memberikan dampak rentetan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Kata Kunci : Pemanfaatan, Barang Milik Daerah, PAD, Sewa, Pinjam Pakai, Kerja Sama
Pemanfaatan

1. PENDAHULUAN Kesadaran pentingnya pengelolaan


aset bagi pemerintah daerah
Saat ini, aset daerah atau yang semakin hari semakin meningkat
dikenal sebagai barang milik seiring dengan perbaikan regulasi
daerah (BMD) tidak hanya pengelolaan aset di tingkat pusat
dipandang sebagai sarana dan dan daerah, tuntutan pelaporan
prasarana agar urusan pemerintah keuangan serta tuntutan otonomi
daerah dapat diwujudkan namun daerah. Otonomi daerah
aset dapat dioptimalkan guna mengharuskan suatu daerah untuk
menggerakan perekonomian mandiri dalam melakukan
daerah. Melalui manajemen aset, pendanaan termasuk
pemerintah daerah diharapkan mengoptimalkan sumber-sumber
mampu mengoptimalkan pendapatan asli daerah (PAD).
pengelolaan aset sehingga mampu Pemanfaatan aset memberikan
menwujudkan pembangunan yang peluang bagi daerah untuk
berkelanjutan. meningkatkan PADnya serta

1
meningkatkan fasilitas publik. 2. TELAAH LITERATUR
Namun faktanya banyak aset yang 2.1 Pengertian Barang Milik
dimiliki oleh pemerintah daerah Daerah/Negara
yang belum mampu menghasilkan Menurut Siregar, “aset merupakan barang
keuntungan bagi daerah. Melalui (thing) atau sesuatu barang (anything)
mekanisme pemanfaatan aset yang mempunyai nilai ekonomi, nilai
inilah diharapkan dapat menjadi komersial, atau nilai tukar yang dimiliki
peluang bagi daerah untuk oleh badan usaha, instansi, atau individu
mengoptimalisasi aset yang (178).” Aset daerah dalam ketentuan
dimiliki sehingga mampu peraturan perundangan dikenal juga
meningkatkan PADnya. sebagai Barang Milik Daerah. Berdasarkan
Definisi Pemanfaatan menurut PP Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
27/2014 Pasal 1 adalah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
pendayagunaan barang milik Barang Milik Negara/Daerah, Barang
negara/daerah yang tidak Milik Daerah adalah semua barang yang
digunakan untuk penyelenggaraan dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
tugas dan fungsi Pendapatan dan Belanja Negara atau
Kementerian/Lembaga/satuan berasal dari perolehan lainnya yang sah.
kerja perangkat daerah dan/atau Dalam penyelenggaraan pemerintah
optimalisasi Barang Milik Negara/daerah aset merupakan salah satu
Negara/Daerah dengan tidak unsur penting yang harus dikelola dengan
mengubah status kepemilikannya. baik untuk menunjang kegiatan
Pemanfaatan merupakan tahapan operasional pemerintah.
keempat dalam pengelolaan BMD Pengertian aset ini mengacu pada
jika mengacu kepada Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
Pemerintah Republik Indonesia 2010 tentang Standar Akuntansi
Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pemerintahan. Dalam peraturan tersebut,
pengelolaan barang milik barang yang diberi nama aset lebih
negara/daerah pasal 3 ayat (2) tepatnya disebut aset tetap. Sedangkan
setelah perencanaan kebutuhan dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27
penganggaran, pengadaan dan Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
penggunaan. Milik Negara/Daerah, yang diberi nama
Rumusan masalah dalam kajian ini aset adalah barang.
adalah bagaimana konsep Pengertian Barang menurut Peraturan
pemanfaatan aset dalam serta Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah
metode, penetapan kontribusi, dan setiap benda baik berwujud maupun tidak
studi kasus dalam pemilihan berwujud, bergerak maupun tidak
metode pemanfaatan aset. Kajian bergerak, yang dapat diperdagangkan,
ini menggunakan pendekatan dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan
teoritis dalam menjelaskan konsep, oleh Pengguna Barang. Namun demikian
metode dan penetapan kontribusi pengertian barang pada manajemen
serta menggunakan data hasil pengelolaan BMN/BMD sesuai Peraturan
penelitian dalam membahas studi Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 hanya
kasus pemilihan metode dibatasi yang berwujud (tangible)
pemanfaatan aset. Paper ini sebagaimana dimaksud Bab VII Pasal 42
bertujuan memberikan gambaran sampai dengan Pasal 49 Undang-Undang
dalam pemanfaatan barang milik Nomor 1 Tahun 2004 tentang
daerah serta manfaatnya dalam Perbendaharaan Negara.
peningkatan PAD. Menurut Pasal 1 Ayat (1) dan Ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2
2014 ini yang dimaksud dengan : Daerah) merupakan semua kekayaan
1) Barang milik negara adalah semua daerah yang dimiliki maupun dikuasai oleh
barang yang dibeli atau diperoleh atas pemerintah daerah yang dibeli atas beban
beban APBN atau berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
perolehan lainnya yang sah. Daerah), atau atas dasar perolehan lainnya
2) Barang milik daerah adalah semua yang sah. Yang dimaksud aset tetap di sini
barang yang dibeli atau diperoleh atas hanyalah sebatas barang yang berwujud
beban APBD atau berasal dari saja.
perolehan lainnya yang sah. 2.2 Pemanfaatan Barang Milik Daerah
Adapun Ruang Lingkup Barang Milik Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Negara/Daerah Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2007, yang dimaksud dengan
Nomor 27 Tahun 2014 meliputi: istilah pemanfaatan adalah pendayagunaan
barang milik daerah yang tidak
1) Barang yang dibeli atau diperoleh atas dipergunakan sesuai dengan tugas pokok
beban APBN/D. dan fungsi Organisasi Perangkat Daerah
2) Barang yang berasal dari perolehan (OPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai,
lainnya yang sah, yaitu: kerja sama pemanfaatan, bangun guna
a) Barang yang diperoleh dari serah, dan bangun serah guna dengan tidak
hibah/sumbangan atau yang mengubah status kepemilikan.. Dalam
sejenis; istilah pendayagunaan barang milik daerah
b) Barang yang diperoleh sebagai terkandung makna bahwa tujuan
pelaksanaan dari perjanjian atau pemanfaatan barang milik daerah adalah
kontrak; optimalisasi pemanfaatan barang milik
c) Barang yang diperoleh daerah guna mendorong peningkatan
berdasarkan ketentuan undang- penerimaan daerah.
undang; Selain itu tujuan menyeluruh dari
d) Barang yang diperoleh pemanfaatan barang milik daerah yaitu
berdasarkan putusan pengadilan bertujuan untuk:
yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. 1) Mengoptimalkan daya guna dan hasil
guna barang milik daerah;
Barang Milik Negara/Daerah 2) Meningkatkan penerimaan atau
dikategorikan sebagai aset tetap apabila pendapatan daerah;
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 3) Mengurangi beban Anggaran
(dua belas) bulan, tidak dimaksudkan Pendapatan dan Belanja Daerah
untuk dijual dalam operasi normal Kuasa (APBD) khususnya biaya
Pengguna Barang, dan diperoleh atau pemeliharaan;
dibangun dengan maksud untuk 4) Mencegah kemungkinan adanya
digunakan. Barang milik Negara/Daerah penyerobotan dari pihak lain yang
yang memenuhi kriteria tersebut bisa tidak bertanggung jawab;
meliputi Tanah; Peralatan dan Mesin; 5) Meningkatkan pendapatan
Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan masyarakat.
Jaringan; Aset Tetap lainnya; serta
kontruksi dalam pengerjaan. Sedangkan Pendayagunaan barang milik daerah
Barang Milik Negara/Daerah berupa aset dilakukan melalui bentuk-bentuk
tetap yang sudah dihentikan dari pemanfaatan yaitu :
penggunaan aktif pemerintah digolongkan 1) Sewa. Sewa adalah pemanfaatan
aset lain-lain. barang milik daerah oleh pihak lain
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dalam jangka waktu tertentu dengan
disimpulkan bahwa Aset daerah termasuk menerima imbalan uang tunai.
di dalamnya aset tetap (Barang Milik 2) Pinjam Pakai. Pinjam pakai adalah

3
penyerahan penggunaan barang e. Pengamanan dan pemeliharaan;
antara pemerintah pusat dengan f. Penilaian;
pemerintah daerah dan antar g. Pemindahtanganan;
pemerintah daerah dalam jangka h. Pemusnahan;
waktu tertentu tanpa menerima i. Penghapusan;
imbalan dan setelah jangka waktu j. Penatausahaan; dan
tersebut berakhir diserahkan kembali k. Pembinaan, pengawasan, dan
kepada pengelola. pengendalian.
3) Kerjasama Pemanfaatan. Kerjasama Sesuai dengan ketentuan tersebut,
pemanfaatan adalah pendayagunaan pemanfaatan merupakan tahapan
barang milik daerah oleh pihak lain keempat dalam pengelolaan
dalam jangka waktu tertentu dalam BMN/D.
rangka peningkatan penerimaan Dalam skema pemanfaatan, Savas
daerah bukan pajak atau pendapatan bentuk-bentuk pemanfaatan yang
daerah dan sumber pembiayaan dikenal dengan the spectrum of
lainnya. public and private partnership.
4) Bangun Guna Serah. Bangun Guna Adapun model-model privatisasi
Serah adalah pemanfaatan barang infrastruktur dikategorikan dalam
milik daerah berupa tanah oleh pihak 3 jenis fasilitas, yakni fasilitas
lain dengan cara mendirikan yang ada, fasilitas yang
bangunan atau sarana berikut membutuhkan investasi untuk
fasilitasnya, kemudian ekspansi atau rehabilitasi dan
didayagunakan oleh pihak lain fasilitas yang baru akan dibangun.
tersebut dalam jangka waktu tertentu Untuk jenis fasilitas yang ada,
yang telah disepakati, untuk model privatisasinya dilakukan
selanjutnya diserahkan kembalitanah dengan dijual, sewa, dan kontrak/
beserta bangunan atau sarana berikut perjanjian operasional dan
fasilitasnya setelah pemeliharaan. Selanjutnya untuk
berakhirnyajangka waktu. fasilitas yang membutuhkan
5) Bangun Serah Guna. Bangun Serah investasi untuk ekspansi atau
Guna adalah pemanfaatan barang rehabilitasi, model privatisasi
milik daerah berupa tanah oleh pihak adalah dengan Lease-Build-
lain dengan cara mendirikan Operate (LBO) atau Buy-Build-
bangunan dan atau sarana berikut Operate (BBO) dan wraparound
fasilitasnya, dan setelah selesai addition dimana Perusahaan
pembangunannya diserahkan untuk swasta menyewa atau membeli
didayagunakan oleh pihak lain fasilitas dari pemerintah,
tersebut dalam jangka waktu tertentu beroperasi di bawah kesepakatan
yang disepakati. dan membayar biaya tertentu.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Sedangkan untuk fasilitas yang
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 akan baru dibangun, model
tentang Pengelolaan Barang Milik privatisasi dengan cara Build-
Negara/Daerah Pasal 3 ayat (2) terdapat 11 Transfer-Operate (BTO), Build-
siklus dalam pengelolaan barang Operate-Transfer (BOT) dan
diantaranya adalah: Build Own Operate (BOO).
a. Perencanaan kebutuhan dan
penganggaran;
b. Pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;

4
Apabila digambarkan the private developer finances and builds
spectrum of public and private a facility and, upon completion,
partnership adalah sebagai transfers legal ownership to the
berikut: sponsoring government agency. The
Gambar 1 The Spectrum of agency then leases the facility back to
Public and Private Partnership developer under a long-term lease,
during which the developer operates
Berdasarkan gambar tersebut the facility and has the opportunity to
semakin ke kiri maka peran recover his investment and earn a
pemerintah dalam pemanfaatan resonable return from user charges
aset semakin besar. Sedangkan and commercial activities.
semakin ke kanan maka peran 8. Build-Operate-Transfer (BTO); a
badan usaha yang semakin besar. private developer is awarded a
Adapun keterangan setiap model franchise (concession) to finance,
privatisasi adalah sebagai berikut: build, own, and operate a facility
(hence this is sometimes referred to as
1. Government Departement; the BOOT- build, own, operate, and
traditional method of providing transfer), and to collect user fees for a
infrastructure based services is specified period, after which
directly through government ownership of the facility is transferred
department to the public sector. Similar to BTO
2. Public Authority; these are being but may encounter legal, regulatory,
formed by commercialization and liability issues arising during the
(managerial and finan- cial long period of private ownership
authonomy and separate budgets before the transfer.
based on user charges) and 9. Wraparound adition; a private
corporatization (legal company status developer finances and constructs an
with separation of ownership and addition to an existing public facility,
management). and then operates the combined
facility either for a fixed period or
3. Service Contract; specific services until he recovers costs plus a
associated with infrastructure may be reasonable return on his invested
contracted out to private firms. capital. He may on the addition.
4. Operations and Maintenance Contract 10. Buy-Build-Operate (BBO); an existing
Lease; a private partner operates and public facility is sold to a private
maintains a publicly owned facility partner who renovates or expands it
under a management contract with the and operates it in perpetuity under a
sponsoring government, which owns franchise. This is equivalent to
the facility. divesting a company, which then
5. Cooperative; non profit, voluntary, operates under a franchise.
cooperative association assumes 11. Build-Own-Operate (BOO); a private
responsibility for the service. developer finances, builds, owns, and
6. Lease Build Operate (LBO); a private operates a facility in perpetuity under
firm is given a long-term lease to a franchise, subject to regulatory
develop (with its own funds) and constrains on pricing and operations.
operate an expanded facility. It The long-term property rights provide
recovers its investment plus a a significant financial incentive for
reasonable return over the term of the capital investment in the facility.
lease and pays a rental fee.
7. Bulid-Transfer-Operate (BTO); a 2.3 Pendapatan Asli Daerah

5
Sesuai dengan UU No. 33 Tahun berdasarkan peraturan daerah
2004, apabila kebutuhan sesuai dengan peraturan
pembiayaan suatu daerah lebih perundang-undangan”.
banyak diperoleh dari subsidi atau Pasal 157 UU No. 23 Tahun 2014
bantuan dari pusat, dan nyatanya dan pasal 6 UU No. 33 Tahun
kontribusi PAD terhadap 2004 menjelaskan bahwa sumber
kebutuhan pembiayaan sangat Pendapatan Asli Daerah terdiri :
kecil, maka dapat dipastikan 1) Pajak Daerah
bahwa kinerja keuangan daerah itu Menurut Ahmad Yani (2013)
masih sangat lemah. Kecilnya menyatakan bahwa :
kontribusi PAD kebutuhan “Pajak daerah adalah iuran wajib
pembiayaan sebagaimana yang yang dilakukan oleh orang pribadi
tertuang dalam APBD merupakan atau badan kepada daerah tanpa
bukti kekurang mampuan daerah imbalan langsung yang seimbang,
dalam mengelolah sumber daya yang dapat dipaksakan
perekonomiannya terutama berdasarkan peraturan perundang-
sumber- sumber pendapatan undangan yang berlaku, yang
daerah. digunakan untuk membiayai
Pendapatan daerah adalah semua penyelenggaraan pemerintahan
hak daerah yang diakui sebagai daerah dan pembangunan daerah”.
penambah nilai kekayaan bersih Meskipun beberapa jenis pajak
dalam periode anggaran tertentu daerah sudah diterapkan dalam
(UU.No 23 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Nomor 28 Tahun
pemerintahan daerah), pendapatan 2009, daerah
daerah berasal dari penerimaan kabupaten/kota diberi peluang
dari dana perimbangan pusat dan dalam menggali potensi sumber-
daerah, juga yang berasal daerah sumber keuangnnya dengan
itu sendiri yaitu pendapatan asli menetapkan jenis pajak selain yang
daerah serta lain-lain pendapatan telah ditetapkan, sepanjang
yang sah. memenuhi kriteria yang telah
Pengertian pendapatan asli daerah ditetapkan dan sesuai dengan
menurut Undang-Undang No. 28 aspirasi masyarakat.
Tahun 2009 yaitu sumber 2) Retribusi Daerah
keuangan daerah yang digali dari Menurut Ahmad Yani (2013),
wilayah daerah yang bersangkutan pengertian retribusi secara umum
yang terdiri dari hasil pajak daerah, adalah pungutan daerah sebagai
hasil retribusi daerah, hasil pembayaran atas jasa atau
pengelolaan kekayaan daerah yang pemberian izin tertentu yang
dipisahkan dan lain-lain khusus disediakan dan/atau
pendapatan asli daerah yang sah. diberikan oleh pemerintah daerah
Menurut Nurcholis (2007), untuk kepentingan pribadi atau
“pendapatan asli daerah adalah badan. Retribusi bersifat memaksa,
pendapatan yang diperopleh paksaan disini bersifat ekonomis
daerah dari penerimaan pajak karena siapa saja yang tidak
daerah, retribusi daerah, laba merasakan jasa balik pemerintah
perusahaan daerah, dan lain-lain dia tidak dikenakan iuran itu.
yang sah”. Menurut Yani (2013), Retribusi daerah pada umumnya
"Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan
(PAD) adalah pendapatan yang penyumbang PAD kedua setelah
diperoleh daerah yang dipungut pajak daerah.Bahkan untuk

6
beberapa daerah penerimaan daerah yang berasal dari
retribusi daerah ini lebih tinggi pengelolaan kekayaan daerah yang
daripada pajak daerah.Retribusi dipisahkan.Jenis pendapatan ini
daerah memiliki karakteristik yang dirinci menurut objek pendapatan
berbeda dengan pajak yang mencakup bagian laba atas
daerah. Pajak daerah merupakan penyertaan modal pada
pungutan yang dilakukan BUMD/BUMN/perusahaan milik
pemerintah daerah kepada wajib swasta /kelompok usaha
pajak atas pembayaran pajak masyarakat.
tersebut.Sementara itu, retribusi 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
daerah merupakan pungutan yang (PAD) yang Sah
dilakukan pemerintah daerah Pendapatan inimerupakan
kepada wajib retribusi atas penerimaan daerah yang berasal
pemanfaatan suatu jasa tertentu dari lain-lain milik Pemda. Jenis
yang disediakan pemerintah.Jadi pendapatan ini meliputi objek
dalam hal ini terdapat imbalan pendapatan berikut :
langsung yang dapat dinikmati a. Hasil penjualan aset daerah yang
pembayar. dipisahkan
Retribusi Terdapat tiga jenis b. Jasa giro
retribusi daerah yaitu, retribusi jasa c. Pendapatan bunga
umum, retribusi jasa usaha, dan d. Penerimaan atas tuntutan ganti
retribusi perizinan tertentu. kerugian daerah
Menurut Mahmudi (2010), e. Penerimaan komisi, potongan, atau
berbeda dengan pajak daerah yang bentuk lain sebagai akibat dari
bersifat tertutup, untuk retribusi ini penjualan pengadaan barang, dan
pemerintah daerah masih diberi jasa oleh daerah.
peluang untuk menambah jenisnya f. Penerimaan keuangan dari selisih
namun harus pula memenuhi nilai tukar rupiah terhadap mata
persyaratan tertentu sebagaimana uang asing.
diatur undang-undang. g. Pendapatan denda pajak
Retribusi ini terkait dengan h. Pendapatan denda retribusi
pelayanan tertentu, maka prinsip i. Pendapatan eksekusi atas jaminan
manajemen retribusi daerah yang j. Pendapatan dari pengembalian
paling utama adalah perbaikan k. Fasilitas sosial dan umum
pelayanan tersebut.Menurut l. Pendapatan dari penyelenggara
Mahmudi (2010) tentunya pendidikan dan pelatihan
selain perbaikan pelayanan, m. Pendapatan dari
pemerintah daerah juga perlu angsuran/cicilan penjualan
melakukan berbagai perbaikan Menurut Undang-Undang No. 33 tahun
sebagaimana halnya pajak daerah, 2004 pasal 1, “Pendapatan Asli Daerah
seperti perluasan basis retribusi, adalah penerimaan yang diperoleh daerah
pengendalian atas kebocoran dari sumber-sumber di dalam daerahnya
penerimaan retribusi, dan sendiri yang dipungut berdasarkan
perbaikan administrasi peraturan daerah sesuai dengan peraturan
pemungutan retribusi. perundang-undangan yang berlaku”.
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan
yang dipisahkan sumber penerimaan daerah yang asli digali
Hasil pengelolaan kekayaan di daerah yang digunakan untuk modal
milik daerah yang dipisahkan dasar pemerintah daerah dalam membiayai
merupakan penerimaan pembangunan dan usaha-usaha daerah

7
untuk memperkecil ketergantungan dana Simpulan didapatkan setelah merujuk
dari pemerintah pusat. Dalam rangka kembali pada rumusan masalah,tujuan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah penulisan, serta pembahasan. Simpulan
pemerintah daerah dilarang : yang ditarik mempresentasikan pokok
1) Menetapkan peraturan daerah tentang bahasan, serta didukung dengan saran
pendapatan yang menyebabkan prkatis sebagai rekomendasi selanjutnya.
ekonomi biaya tinggi dan,
2) Menetapkan peraturan daerah tentang
pendapatan yang menghambat
mobilitas penduduk, lalu lintas 4. PEMBAHASAN DAN DISKUSI
barang dan jasa antar daerah, dan
kegiatan import/ekspor. 4.1 Pemanfaatan Aset dan
Dari beberapa pendapat di atas maka Peningkatan Pendapatan Asli
penulis dapat menyimpulkan bahwa Daerah (PAD)
pendapatan asli daerah adalah semua
penerimaan keuangan suatu daerah, Sejak diberlakukannya Undang-
dimana penerimaan keuangan itu Undang Otonomi Daerah, Daerah
bersumber dari potensi-potensi yang ada memiliki kewenangan untuk
di daerah tersebut misalnya pajak daerah, mengatur dan mengurus urusan
retribusi daerah dan lain-lain, serta peme- rintahan dalam sistem
penerimaan keuangan tersebut diatur oleh Negara Kesatuan Republik
peraturan daerah. Indonesia atau dikenal dengan
desentralisasi. Makna dari
3. METODE PENULISAN desentralisasi seperti dikemukakan
Duncan (2007:713) ialah a process
Data-data yang dipergunakan dalam where central government
penyusunan karya tulis ini berasal dari transfers political, fiscal and
berbagai literatur kepustakaan yang administrative powers to lower
berkaitan dengan permasalahan yang levels in an administrative and
dibahas. Beberapa jenis referensi utama territorial hierarchy. Berdasarkan
yang digunakan adalah jurnal imiah edisi pengertian tersebut, desentralisasi
cetak maupun edisi online, dan artikel tidak hanya dimaknai sebagai
ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis penyerahan kewenangan secara
data yang diperoleh variatif, bersifat politik dan administratif tetapi juga
kualitatif maupun kuantitatif. penyerahan kewenangan dari
Metode penulisan bersifat studi pustaka. sektor fiskal.
Informasi didapatkan Pada dasarnya, desentralisasi fiskal
dari berbagai literatur dan disusun berdasar merupakan suatu konsep yang
kan hasil studi dari informasi yang dimaksudkan agar daerah memiliki
diperoleh. kewenangan untuk menggali
Penulisan diupayakan saling terkait antar sumber pendapatan asli daerahnya
satu sama lain dan sesuai dengan topik sendiri, mengelola keuangan
yang dibahas. sendiri dan mempergunakannya
Data yang terkumpul diseleksi dan sesuai dengan yang telah mereka
diurutkan sesuai dengan topik kajian. rencanakan sebelumnya (Soleh,
Kemudian dilakukan penyusunan karya 2010:37) artinya daerah diberikan
tulis berdasarkan data yang telah kewenangan untuk mengelola
dipersiapkan secara logis dan sistematis. daerahnya masing-masing sesuai
Teknik analisis data bersifat deskriptif dengan kebutuhan dan potensi
argumentatif. daerahnya.

8
Desentralisasi fiskal juga potensi penerimaan pajaknya
memberikan kesempatan untuk menjadi kecil.
meningkatkan kesejahteraan Salah satu strategi dalam
ekonomi. Decentralized choice in peningkatan PAD yang dapat
the public sector (as in the private dilakukan oleh Pemerintah Daerah
sector) provides an opportunity to adalah melalui pemanfaatan aset.
increase economic welfare by Melalui 5 skema dalam
tailoring levels of consumption to pemanfaatan aset ini selain dapat
the preferences of smaller, more mengoptimalkan aset yang
homogeneous groups (Oates, dimiliki, juga dapat meningkatkan
1988:5). Model Tiebout kemampuan aset untuk
menjelaskan bahwa pilihan menghasilkan keuntungan melalui
desentralisasi di sector publik beberapa kontribusi sesuai dengan
adalah untuk meningkatkan metode pemanfaatan aset. Selain
efisiensi alokasi sumber daya. itu melalui pemanfaatan aset dapat
Sebagaimana Oates juga menambah nilai aset yang juga
mengemukakan bahwa dapat menjadi trigger dalam
desentralisasi fiskal dilakukan peningkatan PAD khususnya
untuk meningkatkan kesejahteraan sektor pajak daerah dan retribusi
ekonomi. daerah.
Desentralisasi fiskal menuntut Kontribusi merupakan salah satu
daerah agar dapat meningkatkan benefit yang diperoleh dari
kreativitas dalam menghimpun pemanfaatan Barang Milik Daerah.
pendanaan sehingga dapat Terdapat beberapa jenis kontribusi,
membiayai (self financing) dimana bentuknya tergantung
pengeluaran daerah sesuai dengan dengan bentuk pemanfaatan yang
kebutuhannya. Salah satu wujud dipilih. Adapun jenis kontribusi
dari self financing ialah dengan dalam skema pemanfaatan adalah
memelihara agar kontribusi sebagai berikut:
pendapatan asli daerah, baik dari
sektor pajak daerah, retribusi
daerah, dan lain-lain pendapatan 1. Besaran nilai sewa (apabila
asli daerah yang sah, menunjukkan pemanfaatan dalam bentuk sewa).
tren yang terus meningkat terhadap Yang dimaksud dengan “formula
Pendapatan Daerah. tarif Sewa” adalah perhitungan nilai
Upaya yang dilakukan oleh Sewa dengan cara mengalikan suatu
Pemerintah Daerah untuk indeks tertentu dengan nilai Barang
meningkatkan PADnya banyak Milik Negara/Daerah. Yang
menghadapi tantangan Hal ini dimaksud dengan “besaran Sewa”
disebabkan Pendapatan Asli adalah besaran nilai nominal Sewa
Daerah khususnya pajak daerah Barang Milik Negara/Daerah yang
dan retribusi daerah cenderung ditentukan.
bias ke daerah yang tingkat 2. Kontribusi tahunan (apabila
urbanisasinya tinggi (urban- pemanfaatan dalam bentuk bangun
biased), seperti Pajak Hotel, Pajak guna serah/ bangun serah guna)
Restoran, dan Pajak Kendaraan yang besarannya ditetapkan
Bermotor, dan sebagainya. berdasarkan hasil perhitungan tim
Sehingga untuk daerah yang unsur yang dibentuk oleh pejabat yang
kekotaannya tidak terlalu tinggi berwenang.
3. Kontribusi tetap dan pembagian

9
keuntungan (apabila pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
dalam bentuk kerja- sama dilakukan dalam rangka pe-
pemanfaatan). Perhitungan besaran nyusunan neraca pemerintah,
konstribusi pembagian keuntungan Pemanfaatan dan
yang merupakan bagian Pemerintah Pemindahtanganan Barang Milik
Pusat/Daerah harus memperhatikan Negara/ Daerah. Dalam kondisi
perbandingan nilai Barang Milik tertentu, Barang Milik
Negara/Daerah yang dijadikan Negara/Daerah yang telah
objek Kerja Sama Pemanfaatan dan ditetapkan nilainya dalam neraca
manfaat lain yang diterima Pemerintah Pusat/Pemerintah
Pemerintah Pusat/Daerah dengan Daerah, dapat dilakukan Penilaian
nilai investasi mitra dalam Kerja kembali.
Sama Pemanfaatan. Besaran
kontribusi tetap dan pembagian 4.2 Metode dalam Pemanfaatan
keuntungan hasil kerja sama Barang Milik Daerah (BMD)
pemanfaatan ditetapkan berdasarkan
hasil perhitungan tim yang dibentuk Dalam konteks pemanfaatan aset
dengan Keputusan Kepala Daerah di Indonesia, beberapa konsep
dengan mem- perhatikan: E.S. Savas diadopsi dan
a. Nilai tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam Peraturan
sebagai obyek kerjasama Pemerintah Republik Indonesia
ditetapkan sesuai NJOP dan/atau Nomor 27 Tahun 2014 tentang
harga pasaran umum, apabila Pengelolaan Barang Milik
dalam satu lokasi terdapat nilai Negara/ Daerah (BMN/D) Pasal
NJOP dan/atau pasaran umum 27, bahwa pada dasarnya terdapat
yang berbeda dilakukan 5 metode pemanfaatan BMN/D,
penjumlahan dan dibagi sesuai yaitu:
jumlah yang ada
b. Kegiatan kerjasama Gambar 1 Metode Pemanfaatan Aset
pemanfaatan untuk kepentingan
umum dan/atau kegiatan
perdagangan
c. Besaran investasi dari mitra
kerja
d. Penyerapan tenaga kerja dan
pening- katan PAD.
Pembagian kelebihan keuntungan
(apabila pemanfaatan dalam Dalam gambar tersebut nampak
bentuk kerjasama infrastruktur) bahwa terdapat jenis pemanfaatan
Penetapan kontribusi dalam pinjam pakai, BGS/BSG, Sewa,
pemanfaatan Barang Milik Negara Kerja sama pemanfaatan dapat
ditentukan oleh aktivitas penilaian dilakukan atas bentuk pemanfaatan
Barang Milik Daerah. Hal ini non infrastruktur sedangkan dalam
sesuai dengan amanah Peraturan bentuk infrastruktur maka bentuk
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 pemanfaatan yang dapat dipilih
tentang Pengelolaan Barang Milik adalah sewa, kerja sama
Negara/Daerah bahwa penilaian pemanfaatan dan kerja sama
Barang Milik Negara/Daerah penyediaan infrastruktur. Adapun
dilaksanakan dalam rangka ruang lingkup kegiatan
mendapatkan nilai wajar. Penilaian infrastruktur berdasarkan Pasal 33

10
ayat (3) meliputi: bangunan yang sudah diserahkan
oleh Pengguna Barang kepada
a. infrastruktur transportasi meliputi Gubernur/ Bupati/Walikota;
pelabuhan laut, sungai dan/atau Barang Milik Daerah berupa
danau, bandar udara, terminal, sebagian tanah dan/atau yang
dan/atau jaringan rel dan/atau masih digunakan oleh pengguna
stasiun kereta api; barang; dan BMD selain tanah
b. infrastruktur jalan meliputi jalan dan/atau bangunan.
jalur khusus, jalantol, dan/atau Tujuan sewa adalah optimalisasi
jembatan tol; BMD yang belum atau tidak
c. infrastruktur sumber daya air dipergunakan dalam pelaksanaan
meliputi saluran pembawa air baku tugas pokok dan fungsi serta
dan/atau waduk/bendungan; mencegah penggunaan oleh pihak
d. infrastruktur air minum meliputi lain secara tidak sah. Penyewaan
bangunan pengambilan air baku, BMD dilakukan sepanjang tidak
jaringan transmisi, jaringan merugikan daerah dan tidak
distribusi, dan/atau instalasi menganggu pelaksanaan tugas dan
pengolahan air minum; fungsi penyelenggaraan
e. infrastruktur air limbah meliputi pemerintah daerah.
instalasi pengolah air limbah, Jangka waktu Sewa paling lama 5
jaringan pengumpul dan/atau (lima) tahun sejak
jaringan utama, dan/atau sarana ditandatanganinya perjanjian.
persampahan yang meliputi Jangka waktu sewa dapat lebih
pengangkut dan/atau tempat dari 5 tahun dan dapat
pembuangan; diperpanjang untuk:
f. infrastruktur telekomunikasi
meliputi jaringan telekomunikasi; a. Kerja sama infrastruktur;
g. infrastruktur ketenagalistrikan b. kegiatan dengan karakteristik usaha
meliputi pembangkit, transmisi, yang memerlukan waktu sewa lebih
distribusi dan/atau instalasi tenaga dari 5 (lima) tahun, atau;
listrik; dan/atau c. ditentukan dalam undang-undang
h. infrastruktur minyak dan/atau gas Adapun mitra sewa adalah:
bumi meliputi instalasi pengolahan, a. Pemerintah Daerah dalam hal
penyimpanan, pengangkutan, memanfaatkan BMD tidak
transmisi, dan/atau distribusi minyak untuk penyelenggaraan tugas &
dan/atau gas bumi. fungsi
b. Badan Usaha Milik
Berikut akan dijelaskan metode Negara/Daerah
pemanfaatan barang milik daerah c. Swasta
(BMD) berdasarkan PP 27 Tahun • Perorangan
2014 tentang pengelolaan BMN/D • Persekutuan
sebagai berikut: Perdata/Firma/Komanditer
• Perseroan Terbatas
4.2.1 Sewa • Lembaga/organisasi
internasional/
Sewa adalah pemanfaatan BMD • Yayasan
oleh pihak lain dalam jangka • Koperasi
waktu tertentu dan menerima d. Unit penunjang kegiatan
imbalan uang muka tunai. Objek penyelenggaraan pemerintahan/
sewa adalah tanah dan/atau negara

11
• Persatuan/perhimpunan Peminjam pakai dilarang untuk
PNS/TNI/POLRI melakukan pemanfaatan atas objek
• Persatuan/perhimpunan pinjam pakai. Peminjam pakai
istri dapat mengubah BMD sepanjang
tidak melakukan perubahan yang
PNS/TNI/ POLRI mengakibatkan perubahan fungsi
• Unit penunjang kegiatan dan/atau penurunan nilai BMD dan
lainnya sepanjang telah mendapat
e. Badan Hukum Lainnya persetujuan dari
• Bank Indonesia Pengguna/Pengelola Barang.
• Lembaga Penjamin Pemeliharaan dan biaya yang
Simpanan timbul selama masa pinjam
• Badan hukum yang dimiliki pakai,menjadi tanggung jawab
negara peminjampakai. Setelah masa
• Badan hukum pinjam pakai berakhir,
internasional/asing peminjampakai harus
mengembalikan BMD yang
4.2.2 Pinjam Pakai dipinjam dalam kondisi sesuai
dengan perjanjian.
Pinjam pakai adalah penyerahan
penggunaan barang antara 4.2.3 Kerja Sama Pemanfaatan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah atau antar Pemerintah Kerja sama pemanfaatan adalah
Daerah dalam jangka waktu pendayagunaan Barang Milik
tertentu tanpa menerima imbalan Daerah oleh pihak lain dalam
dan setelah jangka waktu tersebut jangka waktu tertentu dalam
berakhir diserahkan kembali rangka peningkatan pendapatan
kepada Pengelola Barang. Objek daerah dan sumber pembiayaan
pinjam pakai adalah berupa tanah lainnya. Kerja Sama Pemanfaatan
dan/atau bangunan yang sudah Barang Milik Daerah dengan
diserahkan oleh Pengguna Pihak Lain dilaksanakan dalam
Barang kepada rangka mengoptimalkan daya guna
Gubernur/Bupati/ Walikota; dan hasil guna Barang Milik
Barang Milik Daerah berupa Daerah; dan/atau meningkatkan
sebagian tanah dan/atau yang pendapatan daerah. Kondisi yang
masih digunakan oleh pengguna melatarbelakangi kerja sama
barang; dan BMD selain tanah pemanfaatan adalah tidak tersedia
dan/atau bangunan. Tujuannya atau tidak cukup tersedia dana
adalah optimalisasi BMD yang dalam Anggaran Pendapatan dan
belum/tidak dipergunakan dalam Belanja Daerah untuk memenuhi
pelaksanaan tugas pokok dan biaya operasional, pemeliharaan,
fungsi juga menunjang dan/atau perbaikan yang
penyelenggaraan pemerintah diperlukan terhadap Barang Milik
daerah. Jangka waktu pinjam pakai Daerah tersebut. Objek pinjam
paling lama 5 tahun dan dapat pakai adalah berupa tanah dan/atau
diperpanjang 1 kali. Dalam hal bangunan yang sudah diserahkan
akan diperpanjang, permintaan oleh Pengguna Barang kepada
perpanjangan diajukan paling Gubernur/Bupati/ Walikota,
lambat 2 bulan sebelum jangka Barang Milik Daerah berupa
waktu berakhir. sebagian tanah dan/atau yang

12
masih digunakan oleh pengguna yang dibangun dengan biaya
barang, dan BMD selain tanah sebagian kontribusi tetap dan
dan/atau bangunan. pembagian keuntungan dari awal
Kerja sama pemanfaatan BMD pengadaannya merupakan Barang
tidak mengubah status BMD. Milik Daerah. Dalam hal mitra
Adapun mitra Kerja Sama Kerja Sama Pemanfaatan atas
Pemanfaatan harus membayar Barang Milik Daerah untuk
kontribusi tetap setiap tahun penyediaan infrastruktur berbentuk
selama jangka waktu Badan Usaha Milik Daerah,
pengoperasian yang telah kontribusi tetap dan pembagian
ditetapkan dan pembagian keuntungan dapat ditetapkan
keuntungan hasil Kerja Sama paling tinggi sebesar 70% (tujuh
Pemanfaatan ke rekening Kas puluh persen) dari hasil
Umum Daerah. perhitungan tim
Besaran pembayaran kontribusi Jangka waktu Kerja Sama
tetap dan pembagian keuntungan Pemanfaatan paling lama 30 (tiga
hasil Kerja Sama Pemanfaatan puluh) tahun sejak perjanjian
ditetapkan dari hasil perhitungan ditandatangani dan dapat
tim yang dibentuk oleh: diperpanjang. Jangka waktu Kerja
Sama Pemanfaatan atas Barang
Milik Daerah untuk penyediaan
1. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk infrastruktur dapat diperpanjang
Barang Milik Daerah berupa tanah paling lama 50 (lima puluh) tahun
dan/atau bangunan; sejak perjanjian ditandatangani
2. Pengelola Barang Milik Daerah, untuk dan dapat diperpanjang. Adapun
Barang Milik Daerah selain tanah mitra kerjasama pemanfaatan
dan/atau bangunan. Badan Umum Milik
Besaran pembayaran kontribusi Negara/Daerah dan pihak swasta
tetap dan pembagian keuntungan kecuali perorangan. Selama jangka
hasil Kerja Sama Pemanfaatan waktu pengoperasian, mitra Kerja
harus mendapat persetujuan Sama Pemanfaatan dilarang
Pengelola Barang. menjaminkan atau menggadaikan
Dalam Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Daerah yang
Barang Milik Daerah berupa tanah menjadi objek Kerja Sama
dan/atau bangunan, sebagian Pemanfaatan. Tanah, gedung,
kontribusi tetap dan pembagian bangunan, sarana dan fasilitas
keuntungannya dapat berupa yang dibangun oleh Mitra KSP
bangunan beserta fasilitasnya yang menjadi BMN sejak diserahkan
dibangun dalam satu kesatuan kepada Pemerintah sesuai
perencanaan tetapi tidak termasuk perjanjian atau pada saat
sebagai objek Kerja Sama berakhirnya perjanjian
Pemanfaatan. Besaran nilai ba-
ngunan beserta fasilitasnya sebagai 4.2.4 Bangun Guna Serah
bagian dari kontribusi tetap dan (BGS)/Bangun Serah Guna
kontribusi pembagian keuntungan (BSG)
paling banyak 10% (sepuluh Bangun Guna Serah adalah
persen) dari total penerimaan Pemanfaatan Barang Milik Daerah
kontribusi tetap dan pembagian berupa tanah oleh pihak lain
keuntungan selama masa Kerja dengan cara mendirikan bangunan
Sama Pemanfaatan. Bangunan dan/atau sarana berikut

13
fasilitasnya, kemudian dida- perjanjian ditandatangani dan tidak
yagunakan oleh pihak lain tersebut dapat diperpanjang. Penetapan
dalam jangka waktu tertentu yang mitra Bangun Guna Serah atau
telah disepakati, untuk selanjutnya mitra Bangun Serah Guna
diserahkan kembali tanah beserta dilaksanakan melalui tender.
bangunan dan/atau sarana berikut Adapun mitra BGS/BSG adalah
fasilitasnya setelah berakhirnya Badan Umum Milik
jangka waktu. Sedangkan Bangun Negara/Daerah, pihak swasta
Serah Guna adalah Pemanfaatan kecuali perorangan, Badan
Barang Milik Daerah berupa tanah Hukum. Dalam hal mitra
oleh pihak lain dengan cara BGS/BSG membentuk
mendirikan bangunan dan/atau konsorsium, mitra BGS/BSG harus
sarana berikut fasilitasnya, dan membentuk badan hukum
setelah selesai pembangunannya Indonesia sebagai pihak yang
diserahkan untuk didayagunakan bertindak untuk dan atas nama
oleh pihak lain tersebut dalam Mitra BGS/BSG dalam perjanjian
jangka waktu tertentu yang BGS/BSG
disepakati. Mitra Bangun Guna Serah atau
Bangun Guna Serah atau Bangun mitra Bangun Serah Guna yang
Serah Guna Barang Milik telah ditetapkan, selama jangka
Negara/Daerah dilaksanakan waktu pengoperasian memiliki
dengan pertimbangan: kewajiban sebagai berikut:
a. Pengguna Barang memerlukan a. wajib membayar kontribusi ke
bangunan dan fasilitas bagi rekening Kas Umum Negara/Daerah
penyelenggaraan pemerintahan setiap tahun, yang besarannya
negara/daerah untuk kepentingan ditetapkan berdasarkan hasil
pelayanan umum dalam rangka perhitungan tim yang dibentuk oleh
penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan pejabat yang berwenang;
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia b. wajib memelihara objek Bangun Guna
dana dalam Anggaran Pendapatan dan Serah atau Bangun Serah Guna; dan
Belanja Negara/Daerah untuk c. dilarang menjaminkan,
penyediaan bangunan dan fasilitas menggadaikan, atau
tersebut. memindahtangankan:
Barang Milik Daerah berupa tanah 1. tanah yang menjadi objek
yang status penggunaannya ada Bangun Guna Serah atau Bangun
pada Pengguna Barang dan telah Serah Guna;
direncanakan untuk 2. hasil Bangun Guna Serah yang
penyelenggaraan tugas dan fungsi digunakan langsung untuk
Pengguna Barang yang penyelenggaraan tugas dan fungsi
bersangkutan, dapat dilakukan Pemerintah Pusat/Daerah;
Bangun Guna Serah atau Bangun dan/atau
Serah Guna setelah terlebih dahulu 3. hasil Bangun Serah Guna.
diserahkan kepada: Dalam jangka waktu
a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik pengoperasian, hasil Bangun Guna
Negara; atau Serah atau Bangun Serah Guna
b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk harus digunakan langsung untuk
Barang Milik Daerah penyelenggaraan tugas dan fungsi
Jangka waktu Bangun Guna Serah Pemerintah Pusat/ Daerah paling
atau Bangun Serah Guna paling sedikit 10% (sepuluh persen).
lama 30 (tiga puluh) tahun sejak Mitra Bangun Guna Serah Barang

14
Milik Daerah harus menyerahkan Infrastruktur atas Barang Milik
objek Bangun Guna Serah kepada Negara/Daerah dilakukan antara
Gubernur/Bupati/Walikota pada Pemerintah dan Badan Usaha.
akhir jangka waktu pengoperasian, Badan Usaha sebagaimana
setelah dilakukan audit oleh aparat dimaksud adalah badan usaha yang
pengawasan intern Pemerintah berbentuk:
dengan tata cara sebagai berikut: a. perseroan terbatas;
a. mitra Bangun Serah Guna harus b. Badan Usaha Milik Negara;
menyerahkan objek Bangun Serah c. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau
Guna kepada Gubernur/Bupati/ d. koperasi
Walikota setelah selesainya Jangka waktu Kerja Sama
pembangunan; Penyediaan Infrastruktur paling
b. hasil Bangun Serah Guna yang lama 50 (lima puluh) tahun dan
diserahkan kepada dapat diperpanjang. Penetapan
Gubernur/Bupati/Walikota ditetapkan mitra Kerja Sama Penyediaan
sebagai Barang Milik Daerah; Infrastruktur dilaksanakan sesuai
c. mitra Bangun Serah Guna dapat ketentuan peraturan perundang-
menda- yagunakan Barang Milik undangan. Mitra Kerja Sama
Daerah sebagaimana dimaksud pada Penyediaan Infrastruktur yang
huruf b sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, selama jangka
ditetapkan dalam perjanjian; dan waktu Kerja Sama Penyediaan
d. setelah jangka waktu pendayagunaan Infrastruktur:
berakhir, objek Bangun Serah Guna a. dilarang menjaminkan,
terlebih dahulu diaudit oleh aparat menggadaikan, atau
pengawasan intern Pemerintah memindahtangankan Barang Milik
sebelum penggunaannya ditetap- kan Negara/ Daerah yang menjadi objek
oleh Gubernur/Bupati/ Walikota. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur;

4.2.5 Kerja Sama Penyediaan b. wajib memelihara objek Kerja Sama


Infrastruktur Penyediaan Infrastruktur dan barang
Kerja sama penyediaan hasil Kerja Sama Penyediaan
infrastruktur adalah kerja sama Infrastruktur; dan
antara Pemerintah dan Badan c. dapat dibebankan pembagian
Usaha untuk kegiatan penyediaan kelebihan keuntungan sepanjang
infrastruktur sesuai dengan terdapat kelebihan keuntungan yang
ketentuan Peraturan Perundang- diperoleh dari yang ditentukan pada
undangan. Kerja Sama Penyediaan saat perjanjian dimulai (clawback).
Infrastruktur atas Barang Milik Pembagian kelebihan keuntungan
Negara/Daerah dilaksanakan disetorkan ke Kas Umum
terhadap: Negara/Daerah dengan formula
a. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau besaran pembagian
dan/atau bangunan pada Pengelola kelebihan keuntungan ditetapkan
Barang/Pengguna Barang; oleh:
b. Barang Milik Daerah berupa sebagian a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik
tanah dan/atau bangunan yang masih Negara; atau
digunakan oleh Pengguna Barang; b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk
atau Barang Milik Daerah.
c. Barang Milik Daerah selain tanah Mitra Kerja Sama Penyediaan
dan/atau bangunan. Infrastruktur harus menyerahkan
Kerja Sama Penyediaan objek Kerja Sama Penye- diaan

15
Infrastruktur dan barang hasil X di Kabupaten Y. Pada saat
Kerja Sama Penyediaan dilakukan penelitian, terdapat
Infrastruktur kepada Pemerintah sejumlah permasalahan yang
pada saat berakhirnya jangka ditemui dalam pengelolaan
waktu Kerja Sama Penyediaan kawasan pantai salah satunya
Infrastruktur sesuai perjanjian. akses jalan menuju Pantai X masih
Barang hasil Kerja Sama dimiliki masyarakat. Masyarakat
Penyediaan Infrastruktur menjadi yang membangun jalan menuju ke
Barang Milik Negara/Daerah sejak pantai merasa memiliki jalan
diserahkan kepada Pemerintah tersebut sehingga setiap wisatawan
sesuai perjanjian. yang masuk dipungut uang masuk
ke kawasan Pantai X. Akibat dari
4.3 Studi Kasus Pemilihan Metode kondisi ini adalah terjadi potential
Pemanfaatan Barang Milik lost dari sektor retribusi tempat
Daerah dalam Pengembangan rekreasi dan oleh raga.
Kawasan Pariwisata Pantai X Sesungguhnya pemerintah daerah
Pengembangan kawasan wisata di dapat memanfaatkan kondisi ini
era otonomi daerah menjadi salah namun terdapat beberapa
satu potensi dalam peningkatan persyaratan yang harus dipenuhi
Pendapatan Asli Daerah (PAD). agar pemerintah daerah dapat
Hal ini disebabkan Pendapatan mengambil manfaat khususnya
Asli Daerah khususnya Pajak dari sektor retribusi tempat
Daerah dan Retribusi Daerah rekreasi dan olah raga. Pemerintah
cenderung bias ke daerah yang Kabupaten Y harus membangun
tingkat urbanisasinya tinggi sarana dan prasarana yang
(urban-biased), seperti Pajak memadai sehingga menjadi
Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak legitimasi untuk memungut
Kendaraan Bermotor. Sehingga retribusi. Pemerintah dapat
untuk daerah yang unsu adanya mengoptimalkan aset kawasan
fakta tersebut, maka salah satu wisata tersebut perlu membuka
sektor strategis yang dapat akses jalan menuju pantai.
dijadikan trigger peningkatan Pengadaan sarana dan prasarana
PAD adalah sektor pariwisata. dalam mengembangkan sektor
Pengembangan sektor pariwisata pariwisata bisa di lakukan melalui
harus mampu mendatangkan dua cara yaitu pengadaan dengan
wisatawan baik dalam dan luar pendanaan sendiri atau pengadaan
negeri yang potensial.Wisatawan yang melibatkan pihak ke-3 yang
yang tidak sekedar mengunjungi secara teoritis dikenal dengan
pantai dan berlalu begitu saja istilah public and private
tetapi wisatawan yang partnership. Mekanisme ini
keberadaannya dapat kemudian dalam Peraturan
menguntungkan perekonomian Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
masyarakat setempat.Wisatawan dikenal dengan istilah
tertarik untuk menginap dilokasi pemanfaatan.
setempat, makan di restoran Berdasarkan hasil wawancara
setempat, membeli aneka souvenir diketahui bahwa tujuan
hasil masyarakat setempat. pemanfaatan Kawasan Wisata
Berikut akan dibahas studi kasus Pantai X yaitu kawasan perhotelan
pemilihan metode pemanfaatan bertaraf internasional maka bentuk
BMD pada kawasan wisata Pantai pemanfaatan termasuk pada

16
bentuk pemanfaatan non- Bangun Guna Serah/Bangun Serah
infrastruktur. Berdasarkan hasil Guna adalah pengguna barang
wawancara diketahui bahwa pihak memerlukan bangunan dan
ketiga yang melakukan fasilitas bagi penyelenggaraan
pemanfaatan adalah pihak swasta. pemerintahan negara/daerah untuk
Dengan demikian maka model kepentingan pelayanan umum
pemanfaatan yang memungkinkan dalam rangka penyelenggaraan
adalah sewa, bangun guna tugas dan fungsi dan tidak tersedia
serah/bangun serah guna, dan kerja atau tidak cukup tersedia dana
sama pemanfaatan. dalam APBD untuk penyediaan
Jika dilihat dari sisi jangka waktu bangunan dan fasilitas tersebut.
pemanfaatan maka bentuk kerja Dasar pertimbangan
sama sewa memiliki kelemahan penyelenggaraan pemanfaatan
sebab jangka waktu pemanfaatan menimbulkan konsekuensi yang
paling lama 5 tahun dan dapat berbeda baik dalam hal jangka
diperpanjang jika memenuhi 3 waktu dan jenis kontribusi.
syarat: Pemilihan bentuk pemanfaatan
1. Kerja sama infrastruktur harus didasarkan pada visi dan
2. Kegiatan dengan karakteristik usaha misi kepariwisataan pemerintah
yang memerlukan waktu sewa lebih daerah serta mampu menimbulkan
dari 5 tahun, atau efek rentetan (multiplier effect)
3. Ditentukan lain dengan undang- terhadap perekonomian
undang. masyarakat. Untuk itu terdapat dua
Mengacu pada ketentuan tersebut, model kebijakan pemanfaatan
bentuk pemanfaatan sewa yang dapat diajukan:
dianggap kurang sesuai mengingat
jangka waktu pemanfaatan yang 1. Model Bangun Guna Serah atau
relatif singkat menimbulkan resiko Bangun Serah Guna (BGS/BSG)
keamanan investasi bagi pihak
investor. Jangka waktu a. Motif Pemanfaatan dengan Bentuk
pemanfaatan yang akan dievaluasi Bangun Guna Serah atau Bangun
setiap 5 tahun sekali memberikan Serah Guna
potensi ketidakpastian investasi
perhotelan pada kawasan tersebut Model pemanfaatan BGS/BSG
Berdasarkan pertimbangan dipersyaratkan ketika pengguna
tersebut maka bentuk pemanfaatan barang memerlukan bangunan dan
yang paling memungkinkan adalah fasilitas bagi penyelenggaraan
Bangun Guna Serah/Bangun Serah pemerintahan negara/daerah untuk
Guna dan Kerja Sama kepentingan pelayanan umum
Pemanfaatan. Adapun pemilihan dalam rangka penyelenggaraan
bentuk kerja sama akan sangat tugas dan fungsi dan tidak tersedia
tergantung dengan dasar atau tidak cukup tersedia dana
pertimbangan Pemerintah Daerah dalam APBD untuk penyediaan
Kabupaten Y. Dasar dari kerja bangunan dan fasilitas tersebut.
sama pemanfaatan Barang Milik Berdasarkan hal tersebut, jika
Daerah (BMD) dalam rangka Pemerintah Kabupaten Y
mengoptimalkan daya guna dan memerlukan bangunan dan
hasil guna BMD dan fasilitas untuk penyelenggaraan
meningkatkan penerimaan daerah. tugas pokok dan fungsi maka
Adapun dasar pertimbangan pemanfaatan Kawasan Wisata

17
Pantai X dapat berupa studi penelitian yang dilakukan
menggunakan mekanisme melalui kajian benchmarking
BSG/BGS. Adapun pihak yang dengan Pemerintah Kabupaten
dapat menjadi mitra BGS/BSG Kepulauan Seribu bentuk
adalah BUMN/D, Swasta (kecuali pemanfaatan lebih difokuskan
perorangan). kepada BSG hal ini disebabkan
berdasarkan pengalaman kerja
b. Perbedaan Bangun Guna Serah dan sama pemanfaatan yang terjadi
Bangun Serah Guna selama ini bahwa kondisi
bangunan pada akhir masa kontrak
Pada dasarnya BGS adalah tidak terpelihara. Atas
pemanfaatan tanah pemerintah pertimbangan itulah, saat ini
pusat oleh pihak lain dengan bentuk pemanfaatan pada
mendirikan bangunan dan/atau Pemerintah Kabupaten Kepulauan
sarana berikut fasilitasnya, Seribu diarahkan kepada model
kemudian didayagunakan oleh Bangun Serah Guna (BSG).
pihak lain tersebut dalam jangka Fakta Kedua terkait dengan
tertentu yang telah disepakati dan pengalaman Pemerintah
selanjutnya diserahkan kembali Kabupaten Y atas Pengelolaan
kepada Pengelola Barang setelah Pantai Z yang menggunakan
jangka waktu berakhir. Sedangkan mekanisme BGS dimana
BSG adalah pemanfaatan tanah terjadinya permasalahan pada saat
milik pemerintah pusat oleh pihak penyerahan bangunan kepada
lain dengan mendirikan bangunan pemerintah daerah setelah
dan/atau sarana berikut berakhirnya masa kontrak.
fasilitasnya, kemudian diserahkan Mekanisme BGS memberikan efek
kepada Pengelola Barang untuk lain dimana pihak ketiga merasa
kemudian didayagunakan oleh memiliki bangunan tersebut
pihak lain tersebut dalam jangka setelah 30 tahun memanfaatkan
yang telah disepakati. Perbedaan aset daerah tanpa melakukan audit
yang mendasar antara BGS dan aset diawal pembangunan. Atas
BSG terkait dengan sistem beberapa fakta tersebut maka jika
audit.Pada BSG audit dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Y
awal sebelum dioperasikan. hendak memilih model ini dalam
Keuntungannya Pemerintah Darah melakukan pemanfaatan Kawasan
dapat mengetahui nilai bangunan Pantai X, maka seyogyanya
sehingga memiliki legitimasi menggunakan mekanisme Bangun
hukum yang tinggi. Mitra BSG Serah Guna (BSG).
berkewajiban untuk menyerahkan
bangunan hasil BSG ketika c. Keunggulan Model Bangun Guna
kontrak berakhir dengan nilai Serah dan Bangun Serah Guna
bangunan yang sesuai dengan
audit di awal. Sedangkan pada 1) Keamanan Aset Terjaga
BGS audit dilakukan di akhir. Keamanan aset menggunakan
Sistem BGS memiliki kelemahan model BGS/BSG lebih tinggi
terkait dengan willingness dalam dibandingkan dengan kerjasama
pemeliharaan ba- ngunan. pemanfaatan disebabkan oleh
Beberapa fakta empiris beberapa hal:
menunjukan bahwa BSG lebih  Pasal 36 ayat (1) bahwa jangka
efektif dari pada BGS. Salah satu waktu BGS/BSG paling lama 30

18
tahun sejak perjanjian Rekening Kas Umum Daerah
ditandatangani. Jangka waktu yang setiap tahunnya yang besarannya
ditetapkan paling lama 30 tahun ditetapkan berdasarkan hasil
merupakan sebuah konsekuensi perhitungan tim yang dibentuk oleh
jika me- ngacu kepada motif pejabat yang berwenang.
pemanfaatan menggunakan  Terdapat keuntungan lain dari
mekanisme BSG/BGS. Pada model BGS/BSG dimana 10%
dasarnya mekanisme ini ditujukan hasil Bangun Guna Serah atau
ketika pemerintah daerah Bangun Serah Guna harus
memerlukan aset dalam digunakan langsung untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan penyeleng- garaan tugas dan fungsi
fungsi namun tidak memiliki cukup Pemerintah Pusat/Daerah paling
dana. Oleh karena itulah, sifat sedikit 10% (sepuluh persen).
dasar jangka waktu pemanfaatan Klausul ini memberi ruang bagi
aset dibatasi agar sesegera pemerintah daerah mendapatkan
mungkin dapat digunakan dalam bangunan di awal masa
pe- nyelenggaraan tugas pokok dan pembangunan. Jika peman- faatan
fungsi. kawasan wisata pantai, maka
 Pasal 36 ayat (3) huruf b dan c, bangunan tersebut dapat
bahwa Mitra BGS/BSG selama diperuntukan bagi SKPD yang
jangka waktu pengoperasian 1) terkait dengan pengembangan
wajib memelihara objek BGS/BSG wisata atau SKPD lain yang
dan 2) dilarang menjaminkan, berfungsi menunjang
menggadaikan, atau pemngembangan sektor pariwisata,
memindahtangankan tanah yang misalnya Dinas Koperasi, UMKM,
menjadi objek BGS/BSG; hasil dan sebagainya. Besarnya bagian
BGS yangdigunakan langsung objek BGS/BSG yang digunakan
untuk penyelenggaraan tugas dan untuk tugas dan fungsi ditetapkan
fungsi Pemerintah Daerah, dan oleh Pengelola Barang/ Pengguna
hasil Bangu Serah Guna. Barang.
 Pasal 36 ayat (6) bahwa “Izin
mendirikan bangunan dalam 2. Model Kerja Sama Pemanfaatan
rangka Bangun Guna Serah atau
Bangun Serah Guna harus diatas a. Motif Pemanfaatan Kerja Sama
namakan Pemerintah Daerah untuk Pemanfaatan
Barang Milik Daerah”. Kondisi ini
mengandung keunggulan juga Model Kerja Sama Pemanfaatan
kelemahan. Keung- gulannya dapat digunakan jika objeknya
bahwa pemerintah daerah memiliki berupa tanah/bangunan, sebagian
legitimasi hukum dalam perijinan tanah/bangunan dan selain tanah/
mendirikan bangun melalui bangunan. Terkait dengan ruang
mekanisme BGS/BSG. Atas lingkup objek pemanfaatan, model
keunggulan tersebut pemerintah kerja sama pemanfaatan lebih
perlu mengalokasikan sejumlah fleksibel dari pada BGS/BSG
dana untuk membiayai sebab mencakup objek selain tanah
kepengurusan perijinan tersebut. dan bangunan. Model kerja sama
memiliki keunggulan dari sisi
2) Sifat Kontribusi Jangka waktu kerjasama
 Mekanisme ini mewajibkan pihak pemanfaatan paling lama 30 (tiga
ketiga membayar kontribusi ke puluh) tahun sejak ditan-

19
datanganinya perjanjian KSP dan kontribusi tetap dan pembagian
dapat diperpanjang. keuntungannya dapat berupa
bangunan beserta fasilitasnya yang
b. Karakteristik dari model dibangun dalam satu kesatuan
kerja sama pemanfaatan perencanaan tetapi tidak termasuk
sebagai objek Kerja Sama
Karakteristik kerja sama Pemanfaatan
pemanfaatan adalah sebagai  Besaran nilai bangunan beserta
berikut: fasilitasnya sebagai bagian dari
a. Tanah, gedung, bangunan, sarana, kontribusi tetap dan kontribusi
dan fasilitas yang dibangun oleh pembagian keuntungan paling
mitra KSP menjadi BMD sejak banyak 10% (sepuluh persen) dari
diserahkan kepada pemerintah total penerimaan kontribusi tetap
sesuai dengan perjanjian atau pada dan pembagian keuntungan selama
saat berakhirnya perjanjian masa Kerja Sama Pemanfaatan
b. Biaya persiapan KSP yang bangunan yang dibangun dengan
dikeluarkan oleh Pengelola Barang biaya sebagian kontribusi tetap dan
atau Pengguna Barang s.d. pembagian keuntungan dari awal
Penunjukan Mitra KSP dibe- pengadaannya merupakan Barang
bankan pada APBD Milik Negara/Daerah.
c. Biaya persiapan KSP yang terjadi Kontribusi dalam bentuk bangunan
setelah ditetapkannya Mitra KSP dapat diperuntukan bagi
dibebankan pada mitra KSP dan pembangunan sarana dan
tidak diperhitungkan dalam prasarana fasilitas publik dan tidak
pembagian keuntungan terikat pada pembangunan dalam
d. Mitra KSP ditentukan melalui rangka menunjang tugas pokok
tender, kecuali BMD yang bersifat dan fungsi SKPD tertentu
khusus sebagaimana yang dipersyaratkan
e. Pihak yang dapat menjadi mitra dalam BGS dan BSG
adalah BUMD dan Swasta kecuali Pada akhirnya baik BGS/BSG
perorangan ataupun Kerja Sama Pemanfaatan
akan diserahkan kepada daerah
c. Jenis kontribusi adalah: pada akhir masa kontrak. Setiap
Terdapat dua jenis kontribusi, bentuk kerja sama memiliki sisi
yaitu keuntungan dan kelemahannya dan
 Kontribusi tetap bersifat trade off sehingga
Perhitungan kontribusi tetap = pemilihan model sangat tergantung
Besaran persentase kontribusi pada motif pemerintah daerah
tetap x nilai wajar objek KSP dalam pengembangan wisata. Jika
 Pembagian keuntungan hasil urgensinya terletak pada
pendapatan KSP penambahan fasilitas untuk
Perhitungan pembagian penyelenggaraan tupoksi namun
keuntungan = Perhitungan Pemda belum memiliki dana yang
Pembagian Keuntungan x Besaran cukup maka bentuk pemanfaatkan
Keuntungan Pelaksanaan KSP dapat diarahkan kepada BGS/BSG.
Kontribusi dapat berbentuk Namun jika urgensinya terletak
bangunan pada peningkatan PAD maka
 Kerja Sama Pemanfaatan Barang bentuk pemanfaatan dapat
Milik Negara/Daerah berupa tanah diarahkan kepada kerja sama
dan/atau bangunan, sebagian pemanfaatan.

20
Pada prinsipnya, pembangunan Setiap bentuk kerja sama memiliki sisi
wilayah harus menjadi stimulus keuntungan dan kelemahannya dan bersifat
bagi masyarakat untuk trade off sehingga pemilihan model sangat
meningkatkan perekonomian di tergantung pada motif pemerintah daerah
wilayah Kabu- paten Y. Dengan dalam pengembangan wisata. Jika
adanya pengembangan sektor urgensinya terletak pada penambahan
wisata ini diharapkan akan fasilitas untuk penyelenggaraan tupoksi
memberikan trickle down effect namun Pemda belum memiliki dana yang
terhadap peningkatan PAD. Peran cukup maka bentuk pemanfaatkan dapat
pemerintah selain sebagai diarahkan kepada BGS/BSG. Namun jika
regulator juga berperan sebagai urgensinya terletak pada peningkatan PAD
stimulator. Dana yang dimiliki maka bentuk pemanfaatan dapat diarahkan
pemerintah daerah dapat kepada kerja sama pemanfaatan. Selain itu,
digunakan sebagai stimulan untuk Pemilihan metode pemanfaatan aset
mengarahkan investasi swasta/ hendaknya didasarkan pada visi dan misi
masyarakat ke arah yang daerah serta metode yang paling
diinginkan oleh pemerintah memberikan dampak rentetan terbesar
daerah. Untuk menarik wisatawan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
mengunjungi Kabupaten Y dapat
dilakukan melalui beberapa aspek REFERENSI
seperti sektor pariwisata,
kebudayaan, serta industri kreatif. Afifuddin, Beni Ahmad Saebani. 2009.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung
5. KESIMPULAN DAN : Pustaka Setia
REKOMENDASI Ahmad, Yani. 2013. Hubungan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) Indonesia.Jakarta : Raja Grafindo Persada
adalah pendayagunaan BMD yang tidak Basuki. 2011. Pengelolaan Keuangan
digunakan untuk penyelenggaraan tugas Daerah. Yogyakarta : Karya Tulis
dan fungsi satuan kerja perangkat daerah Widyaiswara Pundiklat Pegawai BPK
dan/atau optimalisasi Barang Milik Daerah Duncan CR. 2007. Mixed outcomes: The
dengan tidak mengubah status impact of regional autonomy and
kepemilikannya. Pemanfaatan BMD decentralization on indigenous ethnic
memberikan peluang bagi daerah untuk minorities in Indonesia. Dev. Change
meningkatkan PADnya serta Devi Listya Nurina. 2014. Strategi
meningkatkan fasilitas publik. Terdapat Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah
jenis pemanfaatan pinjam pakai, untuk Meningkatkan Pendapatan Asli
BGS/BSG, Sewa, Kerja sama pemanfaatan Daerah (Studi pada Badan Pengelolaan
yang dapat dilakukan atas bentuk Keuangan dan Aset Daerah Kota Batu),
pemanfaatan non infrastruktur sedangkan Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 2
dalam bentuk infrastruktur maka bentuk No. 11
pemanfaatan yang dapat dipilih adalah Hanif, Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik
sewa, kerja sama pemanfaatan dan kerja Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
sama penyediaan infrastruktur. Dalam Jakarta : Grasindo
rangka peningkatan pendapatan asli Hayes, R., Pisano, G., Upton, D., dan
daerah, setiap metode pemanfaatan aset Wheelwright, S. 2008.Operation, Strategy,
(kecuali pinjam pakai) memiliki bentuk and Technology Pursuing the Competitive
kontribusinya masing-masing yang mampu Edge. Hoboken,NJ: John Wiley
meningkatkan pendapatan daerah dan atau dan Sons, Inc., Danvers
peningkatan aset daerah.

21
Kaye, Michel Allison Jude. 2007.
Perencanaan Strategis. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia
Oates, Wallace E & John Joseph Wallis.
1988. Decentralization in the Public
Sector: An Empirical Study of State and
Local Government. Chicago: University of
Chicago Press

Oates, William E. 2005. Toward a Second


Generation Theory of Fiscal Federalism.
International Tax and Public Finance

Savas, E. S. 2000. Privatization and


Public Private Partnership. London:
Chantam House Publisher

Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset.


Jakarta: Gramedia

Soleh, Chabib dan Heru Rochmansjah.


2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah. Bandung: Fokus Media
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun


2010 tentang Standar Akuntansi Publik

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 78/PMK.06/2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan Barang Milik Negara

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor


19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah

22

Anda mungkin juga menyukai