Anda di halaman 1dari 14

PERIJINAN INSTITUSI DAN PEMBERI

JASA DI BIDANG KESEHATAN


PENGERTIAN PERIJINAN INSTITUSI DAN
PEMBERI JASA DI BIDANG KESEHATAN
• Perijinan: keterangan/surat yang dikeluarkan
pemerintah untuk menyelenggarakan suatu
institusi/pemberi jasa di bidang kesehatan setelah
dinilai dan memenuhi persyaratan.
• Contoh institusi dan pemberi jasa di bidang kesehatan.
Contoh: institusi di bidang Kesehatan
1. Pendidikan Diploma bidang kesehatan
2. Apotik
Contoh: pemberi jasa di bidang kesehatan
1. Praktik dokter
2. Praktik bidan
PERSYARATAN DAN PROSEDUR PERIJINAN
INSTITUSI DIBIDANG KESEHATAN
1. Pendidikan Diploma bidang Kesehatan Persyaratan
Pendidikan tinggi di bidang kesehatan, Izinnya Menteri Pendidikan Nasional
yang mempersiapkan peserta didik, dengan surat persetujuan untuk
untuk memiliki keahlian tertentu menyelenggarakan pendidikan
maksimal setara dengan program (rekomendasi) dari Menteri
sarjana. Jenis: Kesehatan/pejabat ditunjuk dengan
• Keperawatan melampirkan:
• Kebidanan
• Keperawatan Gigi a.Surat permohonan dari Menteri Pendidikan Nasional.
• Kesehatan Lingkungan b.Rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
• Gizi
• Fisioterapi c.Studi kelayakan
• Okupasi TerapiTerapi Wicara d.Rencana Induk Pengembangan merupakan pedoman
• Ortotetik Prostetik
• Farmasi
dasar pengembangan untuk jangka waktu minimal 5
• Analis Farmasi dan Makanan tahun.
• Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi e.Status tanah.
• Analis Kesehatan
• Teknik Gigi f. Akte pendirian badan hukum perguruan tinggi sesuai
• Teknik Elektromedik dengan ketentuan yang berlaku.
• Refraksi Optisi
• Perekam dan Informasi Kesehatan Teknologi Transfusi Darah
• Akupunktur
• Teknik Kardiovasculer
Studi kelayakan mencakup:
1. Latar belakang dan tujuan penyelenggaraan
2. Bentuk dan nama pendidikan diploma.
3. Bidang ilmu yang diselenggarakan.
4. Kurikulum yang diabarkan dalam Garis Besar Program Pengajaran.
5. Lembaga penunjang kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, administrasi dan perangkat
teknis lainnya seperti laboratorium dan perpustakaan.
6. Dosen biasa dan luar biasa:
Dosen biasa pada pendidikan diploma yang baru didirikan untuk setiap program studi minimal 6 orang dengan
latar belakang pendidikan sesuai dengan jenis pendidikan, kualifikasi pendidikan setingkat lebih tinggi dari
pendidikan diploma dan mempunyai pengalaman kerja minimal 1 tahun. Dosen luar biasa dapat diangkat oleh
Direktur berdasarkan kebutuhan kurikulum.
7. Tenaga administrasi.
8. Tanah/bangunan yang digunakan untuk kampus.
Tanah dan bangunan/gedung milik sendiri dibuktikan dengan Sertifikat, apabila disewa/kontrak minimal dalam
waktu 5 tahun sejak pengajuan izin dan dibuktikan dengan surat perjanjian.
9. Fasilitas fisik: ruang kuliah, ruang dosen, ruang laboratorium, studio, ruang unit pelaksana teknis, ruang
instalasi dan ruang kantor.
10.Lahan praktek yang sesuai dengan jenis pendidikan. Lahan praktek ini dibuktikan dengan perjanjian
kerjasama dengan institusi lahan praktek (misalnya: RS, Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, dll).
11.Sumber pembiayaan dan proyeksi keuangan.
12.Sumber pembiayaan yang dapat menjamin kelancaran penyelenggaraan pendidikan berupa deposit
minimal 25% dari keseluruhan pembiayaan pendidikan selama 1 tahun. Rencana cash flow pembiayaan
selama 5 tahun. Biaya visitasi Tim Ahli saat melakukan penilaian lapangan ditanggung oleh perakasa.
13.Daya tampung mahasiswa dalam 5 tahun mendatang.
TAHAPAN PEMBERIAN REKOMENDASI:
1.Permohonan rekomendasi penyelenggaraan oleh pemrakasa kepada Menteri melalui
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
2.Penilaian Lapangan oleh Tim Penilai Propinsi yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan
dan Organisasi Profesi terkait (paling lambat 3 bulan permohonan diterima).
3.Pemberian pertimbangan (berdasarkan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan).
4.Penetapan nilai (paling lambat 3 bulan setelah pertimbangan diterima).
5.Penetapan rekomendasi penyelenggaraan berdasarkan hasil penilaian.

Pengawasan terhadap pelaksanaan institusi yang telah memperoleh


rekomendasi penyelenggaraan pendidikan diploma, dilakukan secara periodik
oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan dan atau Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
2. Apotik
• Apotik: suatu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyalur sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
• Persyaratan Apoteker Pengelola Apotik:
a.Ijazah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b.Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai Apoteker.
c.Memiliki Surat Izin kerja dari Menteri Kesehatan.
d.Sehat fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.
e.Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotik di
apotik lain.
• Untuk mendapatkan izin apotik, Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan
milik sendiri atau milik pihak lain. Sarana Apotik dapat didirikan pada lokasi yang
sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Apotik
dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasiIzin
Apotik diberikan oleh Menteri Kesehatan.
• Izin Apotik diberikan oleh Menteri Kesehatan
• Menteri Kesehatan melimpahkan izin apotik kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
• Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melapor pelaksanaan izin,
pembakuan izin, dan pencabutan izin apotik sekali setahun kepada
Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi.
Tata cara pemberian izin Apotik
1.Permohonan Izin Apotik diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1.
2.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan, melakukan pemeriksaan terhadap
kesiapan Apotik untuk melakukan kegiatan. Dalam pemeriksaan dapat meminta bantuan Kepala Balai POM, dengan menggunakan Formulir APT-2
3.Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis, melaporkan
hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3. (terlampir)
4.Apabila tidak dilakukan pemeriksaan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4.
5.Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelam menerima laporan hasil pemeriksaan, atau surat pernyataan siap melakukan kegiatan dari
Apoteker, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model APT- 5.
6.Apabila dari hasil pemeriksaan masih belum memenuhi syarat, dalam waktu 12 hari kerja Kepala Dinas KesehatanKabupaten /Kota setempat,
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT- 6.
7.Surat Penundaan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi, diberi kesempatan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
sejak tanggal Surat Penundaan.
8.Permohonan izin Apotik yang tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan, dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 12 (dua belas) hari kerja Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya
dengan mempergunakan contoh Formulir Model APT- 7.
9.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin Apotik apabila:
–Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan.
–Apoteker tidak memenuhi kewajiban.
–Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus.
–Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang obat keras Nomor. St. 1937 No. 541, Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 5
tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang N0. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundangan-undangan lain yang berlaku.
–Surat Izin kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut dan atau;
–Pemilik sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundang-undangan di bidang obat, dan atau;
–Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan
PERSYARATAN DAN PROSEDUR PERIJINAN
PEMBERI JASA DIBIDANG KESEHATAN
• Praktik Kedokteran Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan
praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik
• Surat izin praktik dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang
di Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran gigi
dilaksanakan.
• Surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat.
• Persyaratan untuk mendapatkan surat izin praktik kedokteran yaitu:
– Memiliki surat tanda registrasi kedokteran atau surat tanda registrasi dokter
gigi yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia, yang masih berlaku.
– Mempunyai tempat praktik.
– Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi
• UU no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
Persyaratan untuk memperoleh surat tanda registrasi:
• Memiliki ijasah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis.
• Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau
dokter gigi.
• Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental.
• Memiliki sertifikat kompetensi.
• Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Setelah mempunyai surat izin praktik dan menyelenggarakan praktik kedokteran,
wajib memasang papan nama praktik kedokteran. Dokter dan dokter gigi yang
berpraktik di sarana pelayanan kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan
wajib membuat daftar dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang:
• Surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih berlaku.
• Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin praktik.
Praktik Bidan
Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki Surat Izin Praktik Bidan
(SIPB). Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau
perorangan.
Untuk mendapat SIPB, Bidan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :
• Fotocopy Surat Izin Bidan (SIB) yang masih berlaku
• Fotocopy ijasah bidan.
• Surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai
pegawai negeri atau pegawai pada sarana kesehatan.
• Surat keterangan sehat dari dokter.
• Rekomendasi dari organisasi profesi.
• Pas foto 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar
• SIB adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah
RI, yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi pendidikan berada
• Rekomendasi diberikan setelah dilakukan penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan kode etik
profesi serta kesanggupan melakukan praktik bidan.
Penyelenggaraan Praktik Bidan
1. Bidan dalam menjalankan praktiknya harus:
• Memiliki tempat dan ruangan praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Menyediakan tempat tidur untuk persalinan 1 (satu), maksimal 5 (lima) tempat tidur.
• Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap
(protap) yang berlaku.
• Menyediakan obat-obatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan Surat Izin Praktik Bidan atau fotocopy
Izin Praktiknya di ruang praktik, atau tempat yang mudah dilihat.
3. Bidan yang dalam praktiknya menyediakan lebih dari 5 (lima) tempat tidur, harus
mempekerjakan tenaga bidan yang lain yang memiliki SIPB untuk membantu tugas
pelayanannya.
4. Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, bidan harus melaksanakan pencatatan hasil
pelayanan, baik berupa rekam medis kebidanan untuk setiap pasien maupun rekapitulasi hasil
pelayanan dasar untuk pembuatan laporan.
5. Pelaporan yang dilakukan dengan mengikuti ketentuan program Pemerintah, khususnya dalam
pelayanan KIA dan KB, Pelaporan ditujukan kepada Puskesmas setempat
Registrasi Dan Praktik Bidan
• Registrasi: proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti
atau standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik
dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
• Pimpinan penyelenggara pendidikan Bidan wajib menyampaikan laporan
secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta
didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan
lulus
• Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi pendidikan berada, guna memperoleh SIB selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah menerima ijasah bidan.

Anda mungkin juga menyukai