PENDAHULUAN
Notaris merupakan salah satu profesi hukum yang tertua di dunia. Jabatan
satu dari ketiga badan negara tersebut maka Notaris tidak lagi dapat dianggap
netral. Notaris diharapkan untuk memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas
akta notaris sendiri atau dengan menggunakan Blanko akta yang dikeluarkan oleh
dalam hal pengisian Blanko Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan tersebut
ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah
atau yang dikenal dengan Undang-Undang Hak Tangungan (UUHT), maka Hak
1
Ima Erlie Yuana. Tanggung Jawab Notaris Setelah Berakhir Masa Jabatannya
Terhadap Akta Yang Dibuatnya Ditinjau Dari Undang-Undang N0m0r 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris. (Semarang, Universitas Diponegoro, 2010). hlm. 1.
1
Tanggungan merupakan satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah dalam
hukum tanah nasional yang tertulis, dimana sebelumnya masih dikenal dua
macam jaminan atas tanah yaitu lembaga jaminan Hipotik dan Credietverband.
Dengan adanya unifikasi jaminan atas tanah ini, maka dapat lebih menjamin
Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT). Pembuatan APHT tersebut wajib dihadiri oleh pemberi Hak
Tanggungan, Kreditur sebagai penerima Hak Tanggungan dan dua orang saksi.
Pada asasnya pemberian Hak Tanggungan ini wajib dihadiri dan dilakukan sendiri
hadir sendiri dihadapan PPAT untuk membuat APHT, maka pemberi Hak
SKMHT.
Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan akta notaris atau akta
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan akta notaris atau akta
oleh undang-undang untuk membuat SKMHT. Sesuai dengan bunyi dari Pasal 15
(1) UUHT tersebut maka kewenangan notaris untuk membuat SKMHT ini dapat
2
dilakukan dengan membuat akta notaris ataupun dengan menggunakan blanko
1 angka 1 (satu) disebutkan definisi notaris, yaitu notaris adalah pejabat umum
hukum perdata. Definisi yang diberikan oleh UUJN ini merujuk pada
tugas dan wewenang yang dijalankan oleh notaris. Artinya notaris memiliki
tugas sebagai pejabat umum dan memiliki wewenang untuk membuat akta
UUJN. Maka dari itu dengan adanya perbedaan pengangkatan ataupun syarat-
syarat untuk menjadi Notaris atau Notaris Pengganti seharusnya ada perbedaan
2
Abdhul Ghofur, Lembaga Kenotariatan Indonesia, (Yogyakarta : UUI Press Yogyakarta,
2009), hlm. 13
3
Habieb Adjie, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, (Bandung,PT. Citra
Aditya Bakti, 2009), hlm. 43
3
karena dari syarat dan kriteria dalam hal pengangkatan yang di atur UUJN,
pula kewenangan dan tanggung jawab Notaris Pengganti harus memiliki aturan
menggantikan Notaris yang sedang cuti, sakit ataupun berhalangan atau tidak
sebagaimana mestinya4.
UUJN. Maka dari itu dengan adanya perbedaan pengangkatan ataupun syarat-
syarat untuk menjadi Notaris atau Notaris Pengganti seharusnya ada perbedaan
karena dari syarat dan kriteria dalam hal pengangkatan yang di atur UUJN,
pula kewenangan dan tanggung jawab Notaris Pengganti harus memiliki aturan
4
Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang- undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
5
Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, ( Malang, Bayu Media Publishing,
2003), hlm. 77-78.
4
Tanggung jawab Notaris pengganti sebagai profesi lahir dari
kewenangan tersebut secara sah dan terikat mulai berlaku sejak Notaris
yaitu apabila penipuan atau tipu muslihat itu bersumber dari notaris sendiri.
Salah satu kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 1545 K/PDT/2011 yang
Tanggungan dimana dianggap cacat yuridis, tidak sah dan batal hukum. Contoh
kasus notaris pengganti dalam kasus Budiyanto yang menggunakan notaris pengganti
dimana dianggap cacat yuridis, tidak sah dan batal hukum yang dilakukan
mengikat7
Budiyanto dalam SKMHT Nomor 114 tanggal 6 Agustus 2004 telah dipalsukan
sebagaimana dimuat dalam butir gugatan. Dengan demikian jelas bahwa gugatan
peradilan adalah prematur atau belum waktunya untuk diajukan peristiwa dan
6
Raden Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu Penjelasan, (Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 229.
7
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1545 KPDT/2011
5
fakta hukum lain yang juga tidak dicermati dengan hati-hati, teliti dan seksama,
Bukti tersebut diperkuat oleh Badan Pertanahan Nasional dan PT. Bank
Nasional dan juga ke PT. Bank Mandiri saat itu bila diteliti dan dilihat secara
seksama, maka foto orang yang tercantum dalam KTP BUDIYANTO (palsu)
dengan foto pada KTP BUDIYANTO (asli) sangat berbeda sekali, artinya tidak
identik.
pengganti karena cacat yuridis akta yang dibuat Notaris pengganti serta
adalah:
Tanggungan?
6
Jabatan Notaris?
Tujuan yang dicapai dalam penulisan tesis ini terbagi menjadi dua yaitu
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini merupakan tujuan yang bersifat akademis, yaitu:
2. Tujuan Khusus
Jabatan Notaris
7
membebankan hak tanggungan yang cacat hukum.
Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan tesis ini adalah:
yang akan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi para
tanggung jawab notaris pengganti secara perdata terhadap akta yang dibuat.
c. Bagi para akademisi semoga penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terhadap akta yang dibuat notaris sehingga
keabsahan dan tanggung jawab notaris menjadi lebih jelas dan tegas.
suatu proses penelitian yang berupa penyelesaian suatu permasalahan yang akan
doktrin hukum, dimana metode penelitian merupakan cara yang bertujuan untuk
mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang akan dihadapi. Metode
8
penelitian hukum merupakan prosedur atau langkah-langkah yang dianggap
harus tepat agar dapat menjadi acuan yang sistematis dan terarah dalam
menghasilkan suatu argumentasi, teori atau konsep baru sebagai pretesis dalam
prosedur pengumpulan bahan hukum dan pengolahan serta analisis bahan hukum9.
Sejalan dengan uraian di atas, maka sebagai pedoman dalam penulisan tesis
ini digunakan metode penelitian sebagaimana tertulis dalam uraian di bawah ini.
Hukum yang dihadapi.10 Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini
adalah yuridis normatif (Legal Research), yakni penelitian yang difokuskan untuk
mengkaji berbagai macam aturan Hukum yang bersifat formil seperti Undang-
ini.
8
Soerjono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2003).
hlm.. 45
9
Herowati Poesoko, Diktat Mata Kuliah Metode Penulisan dan Penelitian Hukum, (Fakultas
Hukum Universitas Jember, 2010), hlm. 34-35
10
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2010) hlm. 35
9
1.5.2. Pendekatan Penelitian
informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari
jawabnya.11 Pendekatan yang dilakukan oleh penulis dalam tesis ini adalah
sebagai berikut :
tersangkut paut dengan isu hukum yang sedang dihadapi. Dasar dari penelitian
ini adalah untuk kegiatan akademis, maka peneliti perlu mencari ratio legis dan
yang berkembang dalam ilmu hukum, penulis dapat menemukan ide-ide yang
yang relevan dengan isu yang dihadapi.13 Terkait dengan tesis ini merujuk pada
10
3. Pendekatan kasus (case approach) adalah suatu pendekatan yang mengkaji
beberapa kasus dikaji untuk referensi bagi suatu isu hukum. Berbeda dengan
berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum.
Bahan hukum tersebut merupakan sarana bagi suatu penulisan yang digunakan
seharusnya. Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan tesis ini
adalah :
Herowati Poesoko, Diktat Metode Penulisan dan Penelitian Hukum (Jember Fakultas
14
11
undangan dan putusan-putusan hakim.16 Bahan Hukum primer yang digunakan
dalam penulisan tesis ini diantaranya menggunakan buku-buku teks hukum dan
tulisan-tulisan tentang hukum yang relevan dengan isi hukum yang dihadapi.
Bahan hukum tersier merupakan penunjang dari bahan hukum primer dan
laporan penelitian non hukum dan jurnal-jurnal non hukum sepanjang mempunyai
Bahan non hukum dapat berupa buku-buku di luar ilmu hukum, akan
tetapi masih ada kaitannya isu hukum yang dibahas. Selain itu sumber bahan non
16
Peter Mahmud Marzuki. Op.Cit. hlm. 141.
17
Ibid. hlm. 180
18
Peter Mahmud Marzuki. Loc cit. hlm. 35
12
hukum juga dapat di peroleh melalui internet, kamus, atau pun buku pedoman
wawasan penulis.
penulis dalam menentukan jawaban atas permasalahan yang dibahas. Untuk dapat
beberapa langkah dalam penelitian Hukum agar menentukan hasil yang tepat
untuk menjawab masalah yang ada. Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa
dan
dalam kesimpulan.
atas isu Hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah untuk menarik
19
Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,, hlm. 171.
13
kesimpulan berdasarkan bahan-bahan hukum yang sudah terkumpul
menggunakan metode analisa bahan hukum deduktif yaitu berpangkal dari suatu
permasalahan yang secara umum sampai dengan hal-hal yang bersifat khusus. 20
Terkait demikian, maka dapat dicapai tujuan yang diinginkan dalam penulisan
tesis, yaitu untuk menjawab isu hukum yang ada. sehingga pada akhirnya penulis
dapat memberikan pretesis mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan dapat
diterapkan.
1.6. Orisinalitas
14
Nida'ul Tesis Universitas Kedudukan Hukum Dan
Khairiyah Hassanudin Tanggung Jawab Notaris
(2011) Banjarmasin Pengganti Dalam
Pembuatan Akta Di Kota
Banjarmasin.
penelitian sebelumnya terletak pada tanggung jawab pembuatan akta yang dibuat
oleh notaris. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain
kasus yang diangkat dalam tesis ini berdasarkan putusan Mahkamah Agung
adalah notaris pengganti dan batalnya akta otentik dikarenakan surat kuasa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
15
Tanggung jawab secara etimologi adalah kewajiban terhadap segala
atau pihk lain. Sedangkan pengertian tanggung jawab menurut kamus besar
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti
bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang
dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa) walaupun tidak sekeras
21
Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai
Pustaka, 2002) hlm 1139
22
Somardi, General Teori Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara. Dasar-
Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik (Jakarta: BEE Media
Indonesia, 2007). Hlm 81
23
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Jakarta: Citra Aditya Bakti,
2010). Hlm.530
16
b. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang
perbuatannya
24
Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni, (Nuansa dan Nusa Media, Bandung, 2006)
hlm 140
17
Prinsip-prinsip tanggung jawab hukum dibedakan menjadi 2 macam yaitu
(1) Liability based on fault; dan (2) strict Liabiliti.25 Prinsip dasar pertanggung
dimaksud dalam UUJN. Definisi yang diberikan oleh UUJN ini merujuk pada
tugas dan wewenang yang dijalankan oleh notaris. Artinya notaris memiliki
tugas sebagai pejabat umum dan memiliki wewenang untuk membuat akta
otentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh UUJN. Pembuatan akta
bahwa, yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
25
Koesnadi Hardja Soemantri, Hukum Tata Lingkungan (Yojakarta; Gadjah Mada University
Press, 1988) hlm 334-335
18
menjabat sebagai notaris untuk menjalankan jabatan notaris yang
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang
pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau
sementara diangkat sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris yang sedang cuti,
Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah (Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia) dan diberikan wewenang serta kewajiban untuk melayani publik
(kepentingan umum) dalam hal-hal tertentu, oleh karena itu Notaris ikut
19
Notaris berhenti atau diberhentikan dari jabatannya dengan hormat karena hal-hal
sebagai berikut :
a. Meninggal dunia;
b. Telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun;
Ketentuan ini dapat diperpanjang sampai berumur 67 (enam puluh tujuh)
tahun dengan mempertimbangkan kesehatan Notaris yang bersangkutan;
c. Permintaan sendiri;
d. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun; atau
e. Merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g (sebagai
pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau jabatan lain yang dilarang
oleh undang-undang).
tahun (atau diperpanjang sampai umur 67 tahun) maka Notaris tersebut wajib
menyerahkan Protokol Notaris kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh Menteri
bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya meskipun Protokol Notaris
Notaris tidak serta merta berakhir begitu saja pada saat Notaris tersebut telah
27
Habieb Adjie, Op.Cit. hlm. 43
20
Notaris juga tidak luput dari kesalahan dan kelalaian. Kesalahan dan kelalaian
UUJN dalam membuat akta baik secara lahiriah, formil, maupun materiil serta
28
Terkait hal ini Pasal 65 UUJN menilai bahwa
pengganti khusus, dan pejabat sementara notaris harus bertanggung jawab atas
akta yang dibuat dihadapan atau dibuat olehnya, maka harus dikaitkan dengan
bidang apapun sebagai pelaksanaan dari suatu struktur Negara, pemerintah atau
organisasi mempunyai batasan. Ada batasan dari segi wewenang dan ada juga
batasan dari segi waktu, artinya sampai kapan jabatan yang diemban atau
dipangku oleh seseorang harus berakhir. Khusus untuk notaris, notaris pengganti,
28
Ibid. hlm..24
29
Ibid, hlm. 44
21
notaris pengganti khusus, dan pejabat sementara notaris pertanggung jawabannya
mempunyai batas sesuai dengan tempat kedudukan dan wilayah jabatan dan juga
Tanggungan.30
wajib dilakukan sendiri oleh pemberi Hak Tanggungan dengan cara hadir di
hadapan PPAT. Hanya apabila sesuatu sebab tidak dapat hadir sendiri di hadapan
PPAT, ia wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya, dengan Surat Kuasa
otentik.
Indonesia, maka PPAT hanya boleh membuat SKMHT untuk tanah-tanah yang
Notaris yang bertugas. Sepertinya tidak logis, kalau untuk SKMHT, kewenangan
PPAT harus dibatasi sampai seluas wilayah kerjanya, karena kuasa itu pada
hadapan PPAT lain yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah. Pemberian kuasa
30
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Jaminan, ( Mandar Maju, Bandung,
2009). hlm. 76
22
tidak ada kaitannya dengan letak tanah, karena bukan merupakan transaksi tanah.
Suatu kuasa justru sangat dibutuhkan kalau letak tanah berjauhan dengan tempat
tinggal si pemilik. Kalau dekat, mungkin adanya kuasa tidak dibutuhkan atau
perbuatan hukum yang lain baik berupa menjual, menyewakan obyek Hak
Tanggungan atau memperpanjang hak atas tanah yang di atur dalam Pasal 15
tetapi sebagai upaya awal bagi debitur untuk memberikan kepercayaan kepada
pihak bank bahwa debitur mempunyai itikad baik dalam perjanjian kredit dengan
dari Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan menjadi Akta Pemberian Hak
mempunyai hak untuk melakukan eksekusi atas tanah yang dijaminkan karena
Seperti yang kita ketahui bahwa untuk masalah penjaminan tanah terhadap
utang-utang, dalam KUH Perdata yang berlaku adalah hipotek. Pada tahun 1960
31
Satrio, hlm. 308-309, Dalam Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan,
(Jakarta, Sinar Grafika, 2009). hlm. 441
23
berdasarkan perintah pasal 57 Undang-Undang no 5 tahun 1960 sebelum adanya
undang-undang baru yang khusus mengatur tentang hak tanggungan, hipotek atas
tanah masih berlaku.Tentu saja dlm pemikiran kita berlakunya hipotek atas tanah
hanya sementara saja, yakni sebelum adanya undang-undang baru yang khusus
Undang Hak Tanggungan adalah Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah
hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
lain.
b. Hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
24
d. Memberikan kedudukan yang utama kepada kreditur tertentu terhadap
kreditur-kreditur lainnya.32
tergantung adanya tergantung pada perjanjian pokok, dan akan hapus dengan
b. Selalu mengikuti objek yang dijamin dalam tangan siapapun benda itu berada
(droit de suit)
a. Hak Milik, Hak Guna Usaha. Hak Guna Bangunan (pasal 25, 33, dan 39
UUPA)
b. Hak Pakai atas tanah Negara, yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
c. Bangunan rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun yang berdiri
diatas tanah hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai yang diberikan
32
Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Sinar Grafika, hlm 112.
Dalam buku DR. Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H., Hukum Perdata dalam Sistem Hukum
Nasional, Jakarta: Kencana Prenad Media Group, 2008, hlm.182
33
Ibid. hlm 115.
25
d. Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang merupakan
antara lain:
Pada praktek pemberi hak tanggungan disebut debitur yaitu yang meminjam
kreditur, yaitu orang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak
berpiutang.34
point penting dalam lahirnya suatu perjanjian, kata sepakat harus lahir dari para
pihak yang membuat perjanjian dalam keadaan sadar dan bebas dari suatu apapun,
sehingga para pihak dapat memenuhi hak dan kewajibanya dan bertanggung
Para pihak bebas dari tekanan yang mengakibatkan adanya “cacat” bagi
perwujudan kehendak tersebut35. Kata sepakat harus lahir dalam keadaan bebas
dari para pihak, dalam perjanjian seringkali di temukan kehendak yang dapat
mempengaruhi kata sepakat, hal tersebut sering disebut dengan cacat kehendak.
34
Ibid,hlm. 186
35
Mariam Darius Baruszman, Op.Cit. hlm. 87
26
Cacat kehendak (wilsgebreken atau defect of consent) adalah kecacatan
dalam pembentukan kata sepakat dalam suatu kontrak atau perjanjian. Cacat
kehendak ini adalah tidak sempurnanya kata sepakat. 36 Dalam Pasal 1321 KUH
Perdata menjelaskan bahwa “ Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan
tersebut dalam ilmu hukum dikenal dengan cacat kehendak klasik karena selalu
sebagai berikut :
a. Kedua syarat pertama yang ditentukan di dalam Pasal 1320 KUH Perdata
syarat objektif, yaitu mengenai objek perjanjian dan kausa, yakni tujuan
kesepakatan, yaitu seseorang yang belum dewasa dan sesorang yang berada di
bawah pengampunan, mereka ini tidak cakap untuk membuat suatu perikatan.
kebatalan perikatan itu dalam waktu lima tahun. Untuk mereka yang belum
dewasa, berlaku sejak hari kedewasaan; dalam hal pengampuan sejak, hari
27
dalam kekhilafan atau penipuan , sejak hari diketahui penipuan atau
kekhilafan.
d. Pembatalan itu tidak dapat diajukan jika orang tua wali, atau pengampu dari
mereka yang tidak cakap menguatan perikatan yang diadakan mereka (Pasal
e. Jika perjanjian itu diadakan oleh seorang yang tidak cakap, maka yang dapat
sendiri, apabila ia sudah cakap. Perjanjian ini tetap sah sampai pembatalanya
di ajukan.
2.6 Kewenangan
kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak,
kepada orang/badan lain.37 Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang
hukum publik.38
Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan
37
Kamal Hidjaz. Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintahan
Daerah Di Indonesia, (Makasar, Pustaka Refleksi, 2010). hlm. 35.
38
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2013),
hlm. 71.
28
berbuat.Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.39 Kewenangan adalah
kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal yang dimiliki oleh
dan J.G. Steenbeek menyebut sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan
baru. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh
Badan atau Jabatan TUN yang telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan
secara atributif kepada Badan atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu delegasi
39
Nurmayani S.H.,M.H. Hukum Administrasi Daerah (Lampung, Universitas Lampung
Bandar 2009). hlm. 26.
40
Ridwan HR. Op.Cit. hlm. 99.
29
selalu didahului oleh adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak
disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh
melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan atribusi
perbedaan antara delegasi dan mandat. Dalam hal delegasi mengenai prosedur
wewenang itu lagi, kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang dengan asas
peraturan dimaksud, dan dilakukan dengan peraturan yang setaraf atau yang lebih
tinggi. Dalam hal mandat, prosedur pelimpahan dalam rangka hubungan atasan
bawahan yang bersifat rutin. Adapun tanggung jawab dan tanggung gugat tetap
pada pemberi mandat. Setiap saat pemberi mandat dapat menggunakan sendiri
30
mengandungarti hak dan kewajiban. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan
melekat terus menerus dan dapat dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap
a. Original legislator, dalam hal ini di tingkat pusat adalah MPR sebagai
43
Bagir Manan. Wewenang Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam Rangka Otonomi
Daerah. (Bandung, Fakultas Hukum Unpad. 2000). hlm. 1-2.
31
b. Delegated legislator, dalam hal ini seperti presiden yang berdasarkan suatu
telah ada oleh badan atau jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh
usaha negara lainnya. Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu
(1) Pejabat struktural eselon I diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
struktural eselon III ke bawah dapat diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat
tanggung jawab.
pemerintahan secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan
44
Ibid. hlm. 104-105
45
Ibid
32
perundang-undangan. Penerima dapat menciptakan wewenang baru atau
memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggung jawab intern dan ekstern
wewenang (atributaris).46
Pada hukum perdata istilah tanggung jawab lebih sering disebut dengan
tanggung gugat. Tanggung jawab lebih sering digunakan dalam hukum pidana.47
kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa – apa boleh dituntut,
suatu keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan
Dictionary adalah tanggung jawab. Definisi tanggung jawab dalam Kamus Besar
46
Ibid. hlm. 109.
47
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Erlangga, 1976),
hlm. 1014
48
Ibid. hlm. 1015
49
Ibid. hlm. 1015
50
Ibid. hlm. 1015
51
Andi Hamzah, Kamus Hukum, (jakarta, Ghalia Indonesia, 2005). hlm.75
33
Bahasa Indonesia berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya ( bila
terjadi sesuatu boleh dituntut, diperkarakan dan lain sebagainya).52 Menurut pakar
Saat yang dimaksud dengan tanggung gugat adalah vjijwaring maka itu
berarti jaminan, akan tetapi istilah vjijwaring tidak ditemui padan katanya dalam
antara tanggung jawab dan tanggung gugat memiliki arti yang sama tetapai hanya
penggunaan istilah saja yang berbeda diantara hukum pidana dan hukum perdata.
karena perbuatan tersebut seseorang harus bertanggung jawab dalam gugatan yang
melawan hukum adalah perbuatan yang melanggar hak subyektif orang lain atau
Kerugian yang muncul karena kelalaian diatur dalam Pasal 1366 Kitab
untuk kerugian yang disebabkan perbuatanya, tetapi juga untuk kerugian yang
52
http://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl5934/apa-arti-tanggung-gugat, diakses pada
pukul 22.30 WIB, 19 Januari 2018
53
Ibid
54
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta, Pasca Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2013), hlm 37
34
1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat diketahui terdapat 4 (empat)
hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang
luas yang menunjukan resiko atau tanggung jawab. Meliputi hak dan kewajiban
secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, dan penipuan Liability.
dilaksanakan55.
tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan
prinsip – prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:56
berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata, khususnya Pasal
1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan,
55
Ibid, hlm. 38
56
Kelik Wardiono, Hukum Perlindungan Konsumen, (Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2014),
hlm.77-83
35
seseorang baru dapat dimintakan pertanggung jawaban secara hukum jika ada
(Presumption of Liability)
tergugat. Dalam prinsip ini tampak beban pembuktian terbalik, dimana dasar
Bersadarkan asas ini, beban pembuktian ada pada tergugat. Berkaitan dengan
prinsip ini pelaku usaha dapat membebaskan diri dari tanggung jawab, kalau ia
36
c. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga selalu tidak bertanggung jawab
(presumption of nonliability)
Prinsip ini kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduka untuk tidak selalu
kerusakan kabin/bagasi tangan, yang biasa dibawa dan diawasi penumpang yang
jawab absolut. Kendati demikan ada pula para ahli yang membedakannya. Ada
pendapat yang mengatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang
jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualinya. Selain itu, ada pandangan
yang agak mirip, yang mengaitkan perbedaan keduanya pada ada atau tidak
kesalahannya. Pada strict liability hubungan itu harus ada, sementara pada
37
e. Prinsip tanggung jawab berdasarkan pembatasan tanggung jawab (limitation
liability)
Prinsip ini sangat disukai oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai
klausula eksonerasi dalam perjanjian standart yang dibuatnya. Dalam prinsip ini
dianut system pembuktian terbalik, maka setiap terjadi sengketa perdata antara
konsumen dengan pelaku usaha, atau apabila terjadi pelanggaran atau kejahatan
yang dilakukan pelaku usaha, maka pelaku usaha dianggap bertanggung jawab
keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru.
hukum yang didasari oleh adanya hubungan keperdataan antar subyek hukum.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Penulis memberikan konsep untuk menjawab isu hukum yang ada dalam
penelitian tesis ini sebagaimana telah dijabarkan dalam rumusan masalah serta
untuk mempermudah alur pikir. Adanya perbedaan pandangan dari bergabai pihak
terhadap suatu objek akan melahirkan teori-teori yang berbeda, oleh karena itu
38
dalam suatu penelitian termasuk penelitian hukum pembatasan-pembatasan atau
kerangka baik teori maupun konsepsi merupakan hal yang penting agar tidak
terjebak dalam polemik yang tidak terarah. Pentingnya kerangka konseptual dan
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, bahwa kedua kerangka tersebut merupakan
Hak Tanggungan sebagai pemberi kuasa kepada penerima kuasa khusus untuk
kreditur-kreditur lainnya dari hasil penjualan jaminan), lain halnya jika SKMHT
tetapi masuk dalam jaminan umum seperti yang diatur dalam Pasal 1131 KUH
lainnya (konkuren).
Pengganti, dan Pejabat Sementara Notaris bertanggung jawab atas setiap akta
57
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta RajaGrafindo Persada, 2003) Hlm. 7.
58
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI press, 1986) hlm.6
39
yang dibuatnya meskipun Protokol Notaris telah diserahkan atau dipindahkan
kepada pihak penyimpan Protokol Notaris. Dalam hal ini termasuk juga
menjawab permasalahan yang menjadi isu hukum dalam penelitian tesis ini.
sebagai batu uji atau pisau analisisnya, Kemudian untuk permasalahan yang kedua
penulis menggunakan teori tanggung jawab hukum sebagai batu uji atau pisau
Decidentie Judex factie dan judex juris Putusan MA Nomor 1545 K/PDT/2011
sebagai batu uji atau pisau analisisnya. Baru kemudian diambil kesimpulan dan
40
SKEMA KERANGKA KONSEPTUAL
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Penafsiran Hukum
Asas Kehendak Para Teori Kewenangan Konstitusi Hukum
Pihak Teori Tanggung Logika Hukum
Asas Kepastian Hukum Jawab Hukum
Prinsip Pemberian
Kewenangan
Analisis
Kesimpulan
Saran
BAB 4
PEMBAHASAN
42
merupakan suatu persetujuan (overenkoms) dengan mana seseorang memberi
kuasa atau kekuasaan (macht) kepada orang lain, yang menerimanya untuk dan
atas nama pemberi kuasa (latsgever). Cara pemberian dan penerimaan kuasa dapat
Menurut Mahadi60 kata prinsip atau asas identik dengan principle dalam
bahasa Inggris yang erat kaitannya dengan istilah principium (kata latin).
Principium permulaan, awal, mula, sumber, asal, pangkal, pokok, dasar, sebab.
Adapun prinsip atau asas adalah sesuatu yang dapat kita jadikan alas, sebagai
mengembalikan sesuatu hal, yang hendak kita jelaskan. Dalam arti tersebut, kata
principle difahamkan sebagai sumber yang abadi dan tetap dari banyak hal, aturan
atau dasar bagi tindakan seseorang, suatu pernyataan (hukum, aturan, kebenaran)
sehingga terpengaruh oleh waktu dan tempat. Pembentuk hukum praktis perlu
berorientasi pada asas-asas hukum tersebut, sebab asas hukum sebagai dasar-dasar
43
tetapi di dalamnya juga sudah tersimpul adanya “sepakat”, yang merupakan ciri
daripada perjanjian (dalam Pasal 1320 KUHPerdata), yang tidak mungkin ada
Prinsip kehendak para pihak dalam hal ini kreditor dan debitor yang
keduanya. Surat Kuasa merupakan surat yang berisi tentang pemberian kuasa
kepada seseorang untuk mengurus sesuatu. Definisi tentang surat kuasa pada
dasarnya tidak ada aturan hukum apapun yang memberikan definisi tentang surat
kuasa, sehingga untuk lebih memahaminya perlu diketahui dahulu apa itu
pemberian kuasa. Berdasarkan KUH Perdata pada Pasal 1792, pemberian kuasa
seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas nama menyelenggarakan suatu
kuasa. Menurut Nieuw Burgerlik Wetboek Nederland (NBW), sebuah kitab revisi
BW, telah diatur pengertian kuasa (volmacht) dan pemberian kuasa (lastgeving).
kepada penerima kuasa untuk mewakili pemberi kuasa dalam melakukan suatu
tindakan hukum tertentu. Tindakan hukum sepihak adalah tindakan hukum yang
timbul sebagai akibatari perbuatan satu pihak saja, misalnya pengakuan anak dan
pembuatan wasiat.
kewajiban untuk melaksanakan prestasi hanya terdapat pada satu pihak. Pada
44
melaksanakan kuasa, sedangkan volmacht merupakan kewenangan mewakili.
Menurut Pasal 1792 KUHPerdata ada beberapa hal yang menjadi unsur dari
Pemberian kuasa terdiri dari pemberi kuasa dan penerima kuasa, hubungan
perikatan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Pemberian kuasa
tersebut dapat juga dituangkan dalam akta otentik atau dibawah tangan
maupun dengan lisan. Dalam Pasal 1793 ayat (2) KUHPerdata, penerimaan
kuasa dapat terjadi secara diam-diam dan hal itu dapat disimpulkan dari
pelaksanaan kuasa itu oleh pemberi kuasa. Akan tetapi, cara diam-diam ini
45
Kekuasaan yang dilimpahkan oleh pemberi kuasa mutlak dari dirinya.
Unsur atas nama pemberi kuasa berarti bahwa penerima kuasa diberi
pemberi kuasa dan apabila kuasa bertindak melampaui batas mandat maka
tanggung jawab pemberi kuasa hanya sebatas tindakan yang sesuai dengan
Adapun penerimaannya selain dari secara tegas dapat pula secara diam-
Surat kuasa khusus hanya berisi tugas tertentu, pemberi kuasa hanya
menyuruh penerima kuasa untuk melaksanakan suatu atau beberapa hal tertentu
saja, misalnya kuasa untuk menjual rumah atau kuasa untuk menggugat seseorang
tertentu saja sesuai dengan pasal 1795 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
46
Sedangkan surat kuasa umum mengandung isi dan tujuan untuk melakukan
menyangkut adanya ketegasan kata-kata dalam hal mengalihkan hak atas benda,
menjaminkan suatu benda atau tanah, membuat suatu perdamaian atau suatu
perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh pemilik benda yang
penerima kuasa tidak boleh bertindak melampaui batas yang diberikan kepadanya
oleh penerima kuasa. Oleh karena tindakan dari pemegang kuasa itu sebenarnya
mewakili, demikian untuk dan atas nama pemberi kuasa, maka pemberi kuasa
dapat dalam arti kata. Oleh karena tindakan dari pemegang kuasa itu sebenarnya
mewakili, demikian untuk dan atas nama pemberi kuasa, maka pemberi kuasa
dapat dalam arti kata berhak untuk menggugat secara langsung dan menuntut
sesuai dengan kekuasaan yang telah diberikan olehnya kepada pemegang kuasa
itu. Penerima kuasa berkewajiban untuk antara lain terus melaksanakan tugasnya
61
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Ilmu Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, Hlm.308-
309
47
penerima kuasa bertanggung jawab atas kelalaian dalam menjalankan kuasanya
perhitungan kepada pemberi kuasa atas apa yang telah dikerjakannya sebagai
orang ketiga yang telah ditunjuknya untuk melaksanakan kekuasaan yang telah
diberikan oleh pemberi kuasa akan tetapi orang yang ditunjuknya itu ternyata
untuk melakukan satu urusan tertentu. Urusan tertentu (kuasa khusus) ini sudah
harus dibuat dengan akta notariil, menurut Pasal 15 ayat (1) UUHT No. 4 Tahun
menjadi agunan kredit. Pihak kreditor hanya meminta (menguasai) SKMHT saja
48
untuk mengikat objek jaminan berupa tanah untuk memenuhi piutang kreditor
saja meminta SKMHT dari pemberi Hak Tanggungan dengan alasan biaya
kredit (pinjaman) yang diberikan tidak terlalu besar dan jangka waktunya juga
tidak lama. Alasan lain yaitu tanah yang dijadikan agunan masih belum terdaftar
memakan waktu yang lama sementara kredit (pinjaman) sudah segera diperlukan.
dengan SKMHT.
merupakan akta yang dibuat oleh pejabat umum yaitu Notaris atau PPAT,
sebagai alat bukti yang kuat.63 SKMHT didasarkan atas prinsip pemberian
membawa konsekuensi yang besar sekali, yaitu bisa kehilangan hak atas tanah
yang dijaminkan, karena setelah dibebani Hak Tanggungan, maka sipemberi Hak
62
Sutan Remy Sjahdeini, Hak tanggungan Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan
Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak
tanggungan) ,(Bandung : Alumni, 1999), hal. 11
63
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 1998), hal. 169
49
Pada pasal 15 ayat (1) UUHT No. 4 Tahun 1996 menentukan persyaratan
SKMHT wajib dibuat dengan akta Notaris atau akta PPAT. Dengan kata lain,
Pada Pasal 15 ayat (1) huruf a UUHT No. 4 Tahun 1996 juga diatur bahwa
SKMHT tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain daripada
yaitu untuk membebankan Hak Tanggungan, tidak memuat kuasa untuk menjual,
menyewakan objek Hak Tanggungan, memperpanjang hak atas tanah. Hal ini juga
menjadikan SKMHT juga tidak dapat disatukan dengan perjanjian kredit. Pada
Pada Pasal 15 ayat (1) huruf b UUHT No. 4 Tahun 1996 juga diatur bahwa
adanya penggantian figur penerima kuasa kepada orang lain atas dasar
perlimpahan kuasa yang diterima oleh penerima kuasa dari pemberi kuasa atau
inisiatif penerima kuasa sendiri. Pasal 1803 KUH Perdata disimpulkan bahwa
pada asasnya seorang kuasa berhak mensubsitusikan kuasanya kepada orang lain,
kecuali pemberi kuasa secara tegas menyatakan atau penerima kuasa tidak boleh
mensubsitusikan kuasa itu kepada orang lain. Selanjutnya pada Pasal 1803 ayat
kepada orang lain. Adanya kewenangan subsitusi ini merupakan ketentuan umum,
50
dikesampingakan pada Pasal 15 ayat (1) huruf b UUHT No. 4 Tahun 1996,
Pada pasal 15 ayat (1) huruf c UUHT No. 4 Tahun 1996 dijelaskan pula
jumlah hutang, dan nama serta identitas kreditornya, nama identitas debitor
apabila debitor bukan pemberi Hak Tanggungan. Objek Hak Tanggungan adalah
tanah, bangunan beserta segala sesuatu yang telah ada dan/atau akan ada dan
tertanam diatas tanah tersebut yang menurut sifat, guna, tujuan dan peruntukannya
atau menurut undang-undang dapat dianggap sebagai harta tetap yang diberikan
sebagai jaminan.
Tanggungan, hanya apabila benar-benar diperlukan dan apabila tidak dapat hadir
Tanggungan (SKMHT) dan surat kuasa tersebut harus diberikan langsung oleh
pemberi Hak Tanggungan dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Pasal 15 ayat 1 UU No. 4 tahun 1996 (UUHT) menentukan bahwa " Surat Kuasa
Untuk Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan akta notaris atau akta
51
pemberian kuasa dalam rangka pemberian Hak Tanggungan (SKMHT) harus
dibuat dengan akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris atau PPAT. Sudah tentu
Notaris atau PPAT yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat 1 UUHT tersebut adalah
oleh setiap Notaris atau PPAT yang akan membuat SKMHT tersebut atau harus
dipatuhi oleh PPAT yang dibuat berdasarkan SKMHT. Jika Notaris atau PPAT
yang akan membuat SKMHT atau PPAT yang akan membuat APHT menemukan
undangan yang berlaku maka Notaris atau PPAT tersebut harus menolak
undangan yang berlaku dapat berakibat SKMHT tersebut batal demi hukum dan
karenanya dapat membawa akibat hukum tertentu kepada Notaris atau PPAT yang
SKMHT tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab
apapun, kecuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau karena habis jangka
waktunya.
Pedoman yang digunakan ada pada Peraturan Menteri Negara Agraria atau
52
Peraturan Menteri tersebut. Kalau pemberi kuasa adalah debitor sendiri, biasanya
jaminan bukan debitor sendiri, tetapi seorang pihak ketiga atau pihak ketiga
pihak ketiga tidak bisa/dapat hadir sendiri, karena kesibukannya, ataupun karena
sarana kuasa untuk memberikan jaminan. Pemberian kuasa demikian itu sifatnya
wajib ataupun imperatif jika calon pemberi Hak Tanggungan tidak dapat hadir
penjaminan kepada kreditor. Pada asasnya suatu kuasa tidak terikat kepada suatu
bentuk tertentu, bisa dalam bentuk lisan, bisa tertulis, di bawah tangan maupun
akta notaril atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Kata “wajib” disini harus
64
Habib Adjie, Hak Tanggungan Sebagai Lembaga Jaminan Atas Tanah, Mandar Maju,
Bandung, 2000. Hlm. 10
53
dalam praktek pelaksanaan penjaminan atas tanah selama ini telah terjadi hal-hal
yang tidak mendukung keberadaan suatu lembaga hak jaminan yang kuat dengan
Tanggungan yang kuat yang didalamnya antara lain menegaskan atau meluruskan
persepsi yang isinya serta syarat berlakunya berbeda dengan Surat Kuasa
Tanggungan atau UUHT, jarang sekali atau bahkan tidak terjadi pihak-pihak
b. Biaya mahal.
c. Pihak Kreditur yang sudah mengenal debitur dengan baik merasa tidak
Lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 15 ayat (2) Undang Undang Hak
ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga kecuali karena
kuasa tersebut telah dilaksanakan atau karena telah habis jangka waktunya….”
54
Tanggungan (APHT).
b. SKMHT harus dalam bentuk akta otentik yang dibuat oleh
notaris atau PPAT Substansi SKMHT dibatasi, yaitu hanya
memuat perbuatan hukum
penerima kuasa melalui pengalihan dan memuat nama serta identitas kreditur,
debitur, jumlah utang, juga obyek Hak Tanggungan. Untuk mencegah berlarut-
dibatasi jangka waktu berlakunya. Ketentuan tersebut tidak berlaku dalam hal
SKMHT yang diberikan untuk menjamin kredit tertentu, seperti kredit program,
kredit usaha kecil dan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit yang sejenis.
Penentuan batas waktu berlakunya SKMHT untuk jenis kredit tertentu tersebut
diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.4 tahun 1996
jenis kredit tertentu. Pasal 1 ayat (20) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Hak Tanggungan.
65
H. Salim HS. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada.
2007. Hlm. 187
55
c. Biaya pembuatan Hak Tanggungan cukup tinggi.
dipercaya/bonafid.
c. Objek kuasa, yaitu berupa hak atas tanah, yang akan dibebankan Hak
tidak tersangkut dalam sengketa, bebas dari sitaan dan beban-beban apa
56
menyetujui syarat-syarat aturan-aturan serta janji- janji yang disetujui
tersebut;
d. Memuat janji-janji, baik dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa, atau
e. Saksi-saksi, serta
a. Tempat atau bagian formulir akta yang sudah disediakan yang tidak
bagian pinggir akta dan disahkan dengan paraf para penandatangan akta.
tambahan.
Hak Tanggungan (SKMHT) seharusnya dibuat hanya oleh Pejabat Pembuat Akta
57
dituangkan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan,
yang menentukan bahwa Surat Membebankan Hak Tanggungan
(SKMHT) dapat dibuat dalam bentuk akta Notaris atau akta Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT). Seharusnya bentuk yang ditentukan
didalam kedua pasal itu sama, yaitu berbentuk akta Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT), karena keduanya berkaitan dengan hak atas tanah
yang dijaminkan sebagai Hak Tanggungan. Dikemukanan lebih lanjut
bahwa mengingat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
(SKMHT) berkaitan dengan Hak Tanggungan, yang objeknya berupa
hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda yang ada
diatasnya, maka bentuknya lebih tepat bila memakai akta Pejabat
Pembuat Akta Tanah”.
Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) harus mengambil sikap yaitu
harus fokus pada objek (Hak Atas Tanah), objek Hak Tanggungan ada dimana,
objek Hak Tanggungan, kalau Objek Hak Tanggungan ada di dalam wilayah kerja
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) maka dibuat Surat Kuasa Membebankan
akan tetapi objek Hak Tanggungan berada diluar wilayah kerja Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) maka dibuat secara notaril sehingga fungsi Surat
Ada 2 (dua) unsur yang menonjol di sini, yaitu harus tertulis dari kata surat
kuasa dan di hadapan pejabat umum yaitu Notaris atau Pejabat Pembuat Akta
58
Tanah (PPAT). Pemberian kewenangan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah
Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebagai pejabat umum (Pasal 1 ayat (4) Undang-
(SKMHT) harus diberikan langsung oleh pemberi Hak Tanggungan dan harus
mengakibatkan surat kuasa yang bersangkutan akan batal demi hukum, yang
berarti pula surat kuasa yang bersangkutan tidak dapat digunakan sebagai dasar
69
Op.Cit. Habib Adjie, Hlm. 17
70
Ibid, Hlm.18
59
a. Wajib dibuat dengan akta Notaris dan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain
daripada membebankan hak tanggungan.
2. tidak memuat kuasa substitusi.
3. Mencantumkan secara jelas objek Hak Tanggungan, jumlah
hutang, dan nama serta identitas kreditornya, nama identitas
debitor apabila debitor bukan pemberi Hak Tanggungan.
b. Tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun
kscuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau karena telah habis
jangka waktunya.
c. Mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan
pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan berkas-berkas yang
diperlukan.
d. Mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan
pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diberikan berkas-berkas yang
diperlukan.
e. Prosedur pada angka 3 (tiga) dan 4 (empat) diatas tidak berlaku dalam
hal Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) diberikan
untuk menjamin kredit tertentu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
f. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang tidak
diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
dalam waktu yan ditentukan pada angka 3 (tiga), 4 (empat) dan 5 (lima)
adalah batal demi hukum.
lanjut mengenai isi Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi, untuk itu kita harus memperhatikan
antara lain, persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a
60
kaitannya langsung dengan tindakan membebankan Hak Tanggungan. Didalam
kewenangan yang dilarang untuk dimasukan adalah memuat kuasa untuk menjual,
Tanggungan.
Tanggungan. Pada penjelasan Pasal 15 ayat (1) huruf a Undang- Undang Hak
satu akta dengan perjanjian kredit, sepanjang perjanjian kredit dibuat dengan akta
terutama Pasal 15 ayat (1), maka kuasa membebankan Hak Tanggungan tidak lagi
disatukan dengan perjanjian kredit, tetapi wajib dibuat terpisah secara khusus.
61
Apabila syarat ini tidak dipenuhi mengakibatkan surat kuasa yang
Pembuatan SKMHT ini wajib dilakukan dengan akta notaris atau akta
PPAT sebagaimana diatur dalam Pasal 15 (1) UUHT. Dari bunyi ketentuan
Pasal 15 (1) tersebut maka yang berwenang membuat suatu SKMHT adalah
notaris dan PPAT yang dilakukan dengan membuat akta notaris atau dengan akta
PPAT, namun dalam praktek hal ini belum dapat dilaksanakan, karena akta
notaris yang dimaksud dalam Pasal 15 (1) UUHT tersebut hanya dapat dilakukan
dengan cara mengisi blanko SKMHT yang telah diterbitkan oleh BPN RI.
Seorang notaris tidak dapat membuat SKMHT lain, selain dengan mengisi blanko
Bagi sahnya suatu SKMHT selain wajib dibuat dengan akta notaris
atau akta PPAT, menurut pasal 15 (1) UUHT harus pula dipenuhi persyaratan
hukum lain dalam ketentuan ini, misalnya tidak memuat kuasa untuk menjual,
dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan. Jakarta: Alumni, 1999. Hlm.104
62
Ketentuan Pasal 15 (1) ini menuntut agar SKMHT dibuat secara khusus hanya
dengan demikian juga terpisah dari akta-akta lain.72 Apabila syarat ini tidak
dipenuhi atau dilanggar maka SKMHT yang bersangkutan batal demi hukum,
pembuatan APHT.
memberikan kuasa kepada pihak lain dalam rangka penugasan untuk bertindak
pada huruf ini adalah jumlah utang sesuai dengan yang diperjanjikan
“SKMHT yang telah dibuat tidak dapat ditarik kembali atau tidak
dapat berakhir oleh sebab apapun juga, dengan demikian ketentuan
mengenai berakhirnya kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal 1813,
1814 dan 1816.”
berakhir apabila kuasa tersebut telah dilaksanakan atau apabila jangka waktu
SKMHT telah berakhir.. Secara umum jangka waktu berlakunya suatu SKMHT
72
Ibid. Hlm.107
73
Ibid. hlm.107
63
a. Untuk SKMHT mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib
diikuti dengan pembuatan APHT selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah ditandatanganinnya SKMHT
b. Untuk SKMHT mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar wajib
diikuti dengan pembuatan APHT selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah ditandatanganinya SKMHT.
namun belum atas nama dari pemegang hak wajib diikuti dengan pembuatan
diatur dalam Pasal 15 (3) dan (4) UUHT tersebut tidak berlaku dalam hal
dimaksud adalah kredit program, kredit kecil, kredit kepemilikan rumah dan
kredit lainnya yang sejenis. Penentuan berlakunya batas waktu SKMHT untuk
Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan pejabat lain yang terkait. Mengenai
hal ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan maka SKMHT tersebut menjadi batal
64
demi hukum. Meskipun demikian, menurut penjelasan Pasal 5 (6) UUHT, tidak
menutup kemungkinan untuk membuat SKMHT baru apabila SKMHT yang lama
Bentuk dan tata cara pengisian blanko SKMHT telah diatur dalam huruf h
Suatu SKMHT dapat dibuat dengan akta notaris atau dengan akta PPAT
namun ada beberapa perbedaan SKMHT yang dibuat notaris dengan SKMHT
notaris letak tanahnya tidak harus berada di wilayah kerjanya asal para
bersangkutan.
perjanjian utang piutang dengan sekedar menunjuk bidang tanah tertentu sebagai
65
tanah, karena dengan dilakukannya perbuatan pembuatan tersebut tidak terjadi
perubahan apapun pada hak atas tanah yang bersangkutan. Perbuatan pembuatan
Tanggungan75.
karena adanya pengecualian yang terdapat dalam Pasal 15 ayat (5), hal ini
sebab hukum itu terikat oleh dinamika sosial yang berkembang, begitu juga
terhadap bentuk SKMHT yang bersifat perjanjian baku khusus karena blanko
sedangkan yang diberi kuasa apabila tidak bisa melaksanakan kuasa tersebut
atau wanprestasi maka penerima kuasa dapat dipaksa atau diharuskan untuk
kekuasaan itu mengikat pihak ketiga yang telah mengadakan perikatan dengan
penerima kuasa, sebaiknya penarikan kembali kuasa itu selain kepada penerima
75
Ibid. hlm.59
66
kuasa, maka diberitahukan pula kepada pihak ketiga.
suatu urusan yang sama (dezelfde zaak), maka terhitunglah mulai saat
diberitahukannya hal itu kepada penerima kuasa yang pertama. Hal tersebut
kuasa kepada penerima kuasa yang pertama tersebut. Merupakan suatu keharusan
bagi para ahli waris dari penerima kuasa yang meninggal untuk memberitahukan
peristiwa meninggalnya penerima kuasa itu kepada pemberi kuasa dan mengambil
Bila ahli waris lalai dalam hal ini, mereka dapat (bila beralasan) dituntut untuk
“Jika si kuasa meninggal dunia, para ahli warisnya harus memberitahukan hal
itu kepada si pemberi kuasa, jika mereka tahu tentang adanya pemberian
kuasa dan sementara itu mengambil tindakan-tindakan yang perlu menurut
keadaan bagi kepentingan si pemberi kuasa, atas ancaman mengganti biaya,
kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu”
Ada suatu ketentuan umum tentang kuasa yaitu bahwa keabsahan suatu
kuasa tidak tergantung dari keabsahan perjanjian untuk pelaksanaan mana ada
ada diberikan kuasa, kemudian ternyata perjanjian pokok itu tidak sah, tidak harus
berakibat bahwa pemberian kuasanya juga menjadi tidak sah. Bisa saja perjanjian
pokoknya tidak sah, tetapi pemberian kuasanya tetap sah. Dikatakan bahwa
pemberian kuasa merupakan suatu tindakan hukum yang mandiri dalam arti,
76
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan Buku 2, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1998, Hlm. 137.
67
untuk itu tidak dibutuhkan title.
praktek pemberian kuasa memasang hipotik (SKMH), di waktu yang lalu dan
latar belakang. Itulah sebabnya bahwa dalam pembicaraan kita lebih lanjut, kita
pada asasnya SKMHT terhadap tanah-tanah yang sudah terdaftar hanya berlaku
1 (satu) bulan dan wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak
bulan dan wajib diikuti dengan pembuatan Pembuatan Akta Pemberian Hak
(kreditur) tidak bisa berpegang pada kuasa itu saja, tetapi terpaksa harus dalam
jangka waktu berlakunya kuasa tersebut, atas nama pemberi kuasa melaksanakan
Akta Pemberian Hak Tanggungan. Jadi Hak Tanggungan, yang pada asasnya
68
yang berwenang di bidang pertanahan setelah mengadakan koordinasi dan
konsultasi dengan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan pejabat lain
yang terkait.
ketetapan batas waktu SKMHT ini mempunyai kekuatan yang mengikat, maka
dikenal adanya lembaga jaminan berupa hipotik yang diatur dalam Buku II
KUH Perdata Bab XXl Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232. Dalam Pasal
1162 KUH Perdata menentukan: Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-
suatu perikatan.
kesatuan dan kesederhanaan hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyak
seluruhnya.78
kreditur bahwa dengan ketentuan batas waktu ini adanya suatu kewajiban
bagi kreditur agar sebelum masa habis waktu yang telah ditentukan SKMHT
69
Nasional, sehingga memenuhi asas spesialiatas dan asas publisitas, maka
kreditur setelah sebagai pemegang Hak Tanggungan bukan lagi sebagai kreditur
konkuren tetapi sebagai kreditur preferent, namun sebaliknya jika kreditur lalai
keuntungan karena jika kreditur lalai membebankan secara nyata, maka benda
jaminan debitur tidak dapat dieksekusi, dan sebaliknya kerugian bagi debitur,
dibebankan pada debitur, hal ini dilakukan oleh kreditur karena sertipikat hak
atas tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan belum terbit atau masih dalam
proses pengurusan.
Notaris
Karakteristik adalah ciri atau karateristik yang secara alamiah melekat pada
diri seseorang79 Notaris ialah pejabat umum yang memiliki wewenang untuk
Notaris. Jika melihat penjelasan dan menganalisis dari pasal perpasal mengenai
Notaris pengganti, Pasal yang menjelaskanya antara lain pasal 33, mengenai hal
ini Notaris, Notaris pengganti memiliki kewenangan yang sama terkait pembuatan
79
Kamus Bahasa Indonesia
70
akta otentik yang dibuat olehnya. Disisi lain dalam pasal 65, Notaris, Notaris
pengganti memiliki tanggung jawab yang sama dalam pembuatan akta otentik
dengan Notaris. Sebaiknya harus ada aturan tersendiri mengenai kewenangan dan
tanggung jawab Notaris pengganti. Harus ada penambahan syarat dan pembatasan
karakteristik:80
1. Sebagai jabatan;
Jabatan Notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh negara.
Menempatkan Notaris sebagai pejabat merupakan suatu bidang pekerjaan
atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi
tertentu (kewenangan tertentu) serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu
lingkungan pekerjaan tetap
2. Notaris mempunyai kewenangan tertentu;
Setiap wewenang yang diberikan kepada Jabatan harus dilandasi aturan
hukumnya sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik dan tidak
bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya. Dengan demikian jika
seorang pejabat (Notaris) melakukan suatu tindakan di luar wewenang yang
telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar
wewenang. Dalam UUJN wewenang Notaris dicantumkan dalam Pasal 15.
3. Diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah;
Pasal 2 UUJN menentukan bahwa Notaris diangkat dan diberhentikan oleh
menteri (pemerintah), dalam hal ini menteri yang membidangi kenotariatan
(Pasal 1 angka 14 UUJN). Meskipun Notaris secara administratif diangkat
dan diberhentikan oleh pemerintah, tidak berarti Notaris menjadi subordinasi
(bawahan) dari yang mengangkatnya. Dengan demikian Notaris dalam
menjalankan tugas jabatannya:
a. Bersifat mandiri (autonomous);
b. Tidak memihak siapa-pun (impartial);
c. Tidak tergantung kepada siapa-pun (independent), yang berarti dalam
menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh pihak yang
mengangkatnya atau oleh pihak lain.
4. Tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya;
Notaris meskipun diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah tetapi tidak
menerima gaji dan pensiun dari pemerintah. Notaris hanya menerima
honorarium dari masyarakat yang telah dilayaninya atau dapat memberikan
pelayanan cuma-cuma untuk mereka yang tidak mampu.
5. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat.
80
Habib Adjie I, op.cit, hal.32-36
71
Kehadiran Notaris untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan
dokumen hukum (akta) otentik dalam bidang hukum perdata, sehingga notaris
mempunyai tanggung jawab untuk melayani masyarakat yang dapat
menggugat secara perdata, menuntut biaya, ganti rugi dan bunga jika ternyata
akta tersebut dapat dibuktikan dibuat tidak sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku. Hal ini merupakan bentuk akuntabilitas notaris kepada masyarakat.
Profesi Notaris merupakan salah satu profesi yang ikut andil dalam proses
kebutuhan akan suatu alat bukti yang mengikat selain alat bukti saksi, yaitu
dalam rangka mengisi kekosongan pejabat Notaris, yang sedang cuti, sakit, atau
2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris, serta Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
72
yang untuk sementara diangkat sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris yang
dibuatnya. Untuk itu agar tetap terjaminnya kepastian hukum bagi masyarakat
khususnya terhadap setiap akta yang dibuat oleh Notaris Pengganti, tentunya
masyarakat luas perlu untuk mengetahui bagai mana bentuk dan karakteristik
Pengganti atas setiap akta yang dibuatnya. Untuk mengetahui bagai mana
wewenang dan tanggung jawab Notaris Pengganti terhadap akta yang dibuatnya
Pengganti :
kantor Notaris.
Protokol Notaris kepada Notaris Pengganti yang dibuatkan berita acara dan
73
b. Notaris / Notaris Pengganti mengajukan permohonan pelantikan ke Kepala
sebagai berikut:
1. fotokopi ijazah minimal sarjana hukum yang sudah dilegalisir oleh perguruan
4. fotokopi Buku Nikah bagi yang sudah kawin yang sudah dilegalsir oleh
Notaris;
sementara dengna tujuan menggantikan notaris yang sedang sakit, cuti, atau buat
kepada peraturan jabatan notaris, definisi dari Notaris adalah pejabat umum
khusus dan keputusan yang oleh perundang-undangan umum diwajibkan atau para
74
grosse, salinan dan kutipannya, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu
diangkat sebagai Notaris khusus dengna tujuan untuk membuat akta tertentu
dalam satu daerah kota atau kabupaten hanya terdapat seorang Notaris, sedangkan
mempunyai tanggung jawab pada seluruh Akta yang telah dibuatnya meskipun
Protokol Notaris telah dipindahkan atau diserah teimakan kepada pihak lain yang
75
administrative) Notaris dan PPAT tidak mungkin dijadikan sebagai pejabat publik
sebagaimana dalam praktik dan kebiasaan pejabat Notaris ? merupakan tugas dan
Notaris juga sudah dijabatnya. Dengan demikian atas dasar keyakinan PPAT
sebagai pejabat yang akan mengirim APHT dan warkah serta surat lainnya
(seperti Sertifikat hak milik, warka, persil dll) sudah lengkap, maka tidak ada
note, agar dengan kepercayaan dari Notaris dan debitor pemberi hak tanggungan
Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah (disingkat PJPPAT). Dalam pasal 15 ayat
76
2 huruf f UUJN ditegaskan Notaris berwenang membuat akta yang berkaitan
Beberapa literatur dan artikel yang ditulis oleh Habib Adjie (2008: 86 &
untuk pembuatan SKMHT juga menjadi sengketa antara Notaris dan PPAT,
SKMHT bagi pihak yang ingin mengajukan kuasa membebankan hak tanggungan
(habib Adjie mengomentari (2009: 31), bahwa kata yang lebih tepat adalah bukan
wilayah terpencil (seperti pedesaan yang tidak ada Notaris) maka PPAT dapat
saja membuat SKMHT untuk kepentingan para pihak. Pejabat Notaris sebagai
pejabat yang akan mengeluarkan akta, agar dapat dipercaya.Seperti apa yang
77
diuraikan oleh Tan Thong Kie (2007: 445) untuk pembuatan akta yang otentik
maka jabatan Notaris adalah jabatan yang mulia yang membuktikan bahwa
kekuasaan (power) merajaikewajiban (obligatory).
Oleh karena fungsi Notaris banyak terlibat dalam beberapa lingkungan dan
oleh Tan Tong Kie (2007: 451 s/d 455) dengan mengutip pendapat A. W. Voors
keluarga dan tugas jabatan dengan objektif/ tidak memihak dan mampu
menyimpan rahasia bagi keluarga yang pemboros, dalam hal membuat surat
wasiat, dan perjanjian nikah. Dalam soal warisan, dengan akta warisan yang
dibuatnya maka seorang dapat mencairkan rekening yang tersimpan dalam suatu
Bank. Dalam bidang usaha seperti pembuatan kontrak anatara para pihak yang
dimulai dengan akta dan juga diakhiri dengan akta, kejadian terutama dapat dilihat
Terlepas dari fungsi Notaris yang dikemukakan panjang lebar oleh Tan
Tong Kie, jelasnya tugas dan kewenangan dari pada Notaris telah ditegaskan
78
3. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan.
4. Melakukan pengesahan kecocokan foto kopi dengan surat aslinya.
5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan.
7. Membuat akta risalah lelang
selanjutnya Habib Adjie (2008: 78) membagi dalam tiga ranah kewenangan yakni
Namun ada juga wewenang dari pada Notaris untuk membuat akta otentik
2. Akta berita acara tentang kelalaian penyimpan jabatan hipotik (Pasal 1127
BW).
4. Akta protes wesel dan cek (Pasal 143 dan 218 Wvk).
79
5. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (Pasal 15 ayat 1 UUHT)
yang ditambah lagi melalui kewajiban Notaris (Pasal 16 ayat 3 UUJN) untuk
yang akan ditentukan berdasarkan aturan hukum lain yang akan datang
dapat saja melalui tindakan hukum tertentu yang harus di buat dengan akta
Notaris seperti pendirian partai politik yang wajib dibuat dengan akta Notaris.
kewenangan kepada notaris untuk membuat suatu dokumen berupa akta notaris
dibidang hukum perdata81. Bagi masyarakat, notaris muncul sebagai sosok yang
mempunyai dua ciri dan sifat essensil yaitu ketidakmemihakan (impartiality) dan
81
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan,
(Bandung, PT Citra Aditya Bakti 2011), hlm 219.
80
kemandirian atau ketidaktergantungan (independency) didalam memberikan
Jabatan Notaris dan pada pasal 1868 KUHPerdata. Akta-akta yang dibuat oleh
notaris terdiri dari akta anggaran dasar atau akta pendirian, dan akta
perjanjian.
d. Membuat salinan dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat
e. Membetulkan kesalahan tulis dan/ atau kesalahan ketik yang terdapat pada
nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang dimaksud dengan notaris
pengganti adalah seorang yang sementara diangkat sebagai notaris yang sedang
cuti, sakit atau untuk berhalangan menjalankan jabatannya sebagai notaris. Ada
batasan dari segi wewenang dan ada juga batasan dari segi waktu, artinya sampai
kapan jabatan yang diemban atau dipangku oleh seseorang harus berakhir.
81
4.2.4 Batas Kewenangan Notaris Pengganti Terhadap Kewenangan Notaris
Yang Digantikannya
Kewenangan utama dari Notaris adalah untuk membuat akta otentik, untuk
dapat suatu akta memiliki otensitasnya sebagai akta otentik maka harus memenuhi
ketentuan sebagai akta otentik yang diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata. Notaris
yaitu:
a. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang harus dibuat itu;
c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat;
Menurut Ir. Anna Sagita, S.H., M.Kn, batas kewenangan notaris pengganti
berbatas dengan kewenangan yang diberikan oleh notaris yang melakukan cuti,
dari notaris kepada notaris pengganti tersebut sesuai dengan kewenangan yang
protokol itu, maka notaris pengganti diberikan kewenangan dari notaris yang
ketika batas yang tercantum dalam surat jabatannya telah berakhir, sedangkan
82
kewenangan notaris akan tetap ada sampai pada saat masa jabatannya telah
berakhir82.
asalnya. Dalam hukum administrasi wewenang bersumber pada 3 (tiga) cara, yaitu
:83
1. Atribusi
Dasar84
2. Delegasi
yang telah ada oleh badan atau jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh
wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usaha
negara lainnya.
3. Mandat
pemberi mandat, dan tidak terjadi peralihan tanggung jawab. Berdasarkan uraian
82
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif.. Op.Cit, hlm 57.
83
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2006).
hlm 108.
84
Philipus M. Hadjon, Op.Cit, hlm 2.
83
tersebut, apabila wewenang yang diperoleh organ pemerintahan secara atribusi itu
bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang-undangan, yaitu dari redaksi
administrasi yang dibagi menjadi 3 (tiga) cara, yaitu atribusi, delegasi dan mandat.
Pembuatan SKMHT wajib dibuat dalam akta notariil atau akta PPAT.
Oleh karena itu yang berwenang membuat SKMHT adalah notaris dan PPAT.
Namun demikian, dalam pembuatan SKMHT seorang PPAT tunduk pada tata
cara pengisian SKMHT sebagaimana diatur dalam huruf h (lampiran 23) Pasal 96
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Sedangkan untuk Notaris sendiri, selain
tunduk pada PMNA/KaBPN No.3/1997 tersebut diatas juga harus tunduk pada
UUJN, karena UUJN ini adalah panduan utama seorang notaris dalam membuat
suatu akta notaris, sehingga setiap akta yang dibuat seorang notaris harus
sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan dalam UUJN supaya akta tersebut
84
dapat dinyatakan sebagai akta notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian
Pasal 1868 KUHPerdata jo Pasal 1 (1) jo Pasal 1 (7) jo Pasal 38 UUJN. Menurut
tatacara dari akta notaris tersebut harus sesuai dengan yang diatur dalam UUJN.
Oleh karena itu, seorang notaris ketika menjalankan jabatannya tidak terlepas
dari segala ketentuan yang diatur dalam UUJN, begitu juga mengenai bentuk dan
tata cara pembuatan setiap akta harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh UUJN, meskipun dalam hal ini notaris tersebut mengisi suatu blanko
menjalankan jabatannya. Hal ini diatur dalam Pasal 16 UUJN yang berbunyi:
85
Tanggungan tidak dapat hadir dihadapan PPAT atau notaris, Pasal 15 ayat (1)
dimungkinkan dalam hal hak atas tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan
debitur penerima kredit memberikan jaminan berupa rumah dan tanah yang
dibeli dari fasilitas kredit bank tersebut. Pihak bank pemberi kredit biasanya
hanya sebagai pemegang SKMHT saja, karena sertifikat hak atas tanah yang
Undang Pokok Agraria sudah disediakan lembaga hak jaminan yang kuat, yaitu
Hak Tanggungan yang dapat dibebankan pada hak atas tanah sebagai pengganti
hypotheek dan credietverband. Selama 30 (tiga puluh) tahun lebih sejak mulai
hukum tanah adat yang berlaku sebelum adanya hukum tanah nasional. Oleh
yang terjadi dalam bidang perkereditan dan hak jaminan sebagai akibat dari
85
Tan Thong kie, Studi Notarist & Serba-Serbi Praktek Notaris ( Jakarta:PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve 2000) hal 2
86
kemajuan pembangunan ekonomi.86
Notaris (selanjutnya akan disingkat menjadi PJN), dan dilanjutkan diatur dengan
peran yang lebih jelas dalam Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), Hal
kenotariatan dewasa ini. NP yang ada dibahas dalam penulisan ini adalah
adalah sebagaimana yang dimasksud dalam UUJN pasal 1 nomor (3) yang
berbunyi:
tidak dapat menjalankan jabatannya sebagai notaris karena beberapa hal yang
disebut dalam pasal tersebut. Seperti yang kita ketahui dalam prakteknya
jabatannya pun juga seperti pekerja pada umumnya, dia memerlukan waktu
tersebut, tentunya dengan beberapa ketentuan juga yang harus dipenuhi dan
87
memasukan pasal mengenai NP adalah sangat baik yaitu dapat:
menjadi NP.
masyarakat di bidang keperdataan secara baik dan sah. Selanjutnya untuk lebih
modal maka ada baiknya kita juga dapat melihat bagaimanakah peraturan atau
dunia kenotariatan pada umumnya terlebih dahulu. Bab ini ditulis dengan
PJN, dimana akan coba ditelusuri peraturan awal yang mengatur mengenai
keberadaan NP, Kedua akan melihat bagaimana UUJN mengatur mengenai NP,
dengan peran dan kewenangan NP. Ketiga baru akan melihat peran dan
88
di bidang pasar modal.
positif yang yang menyangkut Notaris, maka ada baiknya diuraikan aturan
mengenai NP dalam PJN untuk lebih memahami peran dan keweangan seorang
NP lebih dalam, karena secara hstoris PJN ini juga tetap menjadi latar belakang
timbulnya UUJN.
Seorang NP dalam PJN diatur mulai dari pasal 6 huruf B sampai dengan
huruf 6 (P), lalu juga diatur dalam pasal 12 huruf (A) dan pasal 17,
kejelasan dari tiap-tiap pasalnya. Konteks pasal 6 dalam UUJN adalah mengenai
dalam hal tempat tingal dan kedudukan kantor Notaris tersebut. Munculnya NP
dalam UUJN dimulai pada saat pembahasan mengenai cuti Notaris dalam pasal
6 huruf (A), oleh sebab itu pengaturan mengenai NP dimulai dalam pasal 6
huruf (B) yang kalau dijabarkan secara singkat mengatakan dalam hal seorang
diambil sumpahnya seperti yang ditentukan dalam pasal 17 PJN yang akan
Selanjutnya adalah pasal 6 huruf L dan huruf (M), pasal ini masih
hanya saja dalam pasal ini PJN juga memberikan semacam hak untuk
89
mengambil cuti kepada NP maksimal selama 6 bulan, hal ini karena seringkali
seorang Notaris mengambil cuti cukup lama dan penggantinya tersebut juga
saja durasinya tentu saja tidak boleh terlau lama karena NP merupakan orang
lebih lanjut dalam pasal 6 huruf (M) diatur dalam hal Pengganti tersebut
rangkaian pasal 6 paling banyak diatur dalm pasal 6 huruf (P), diman diatur
Sama seperti yang termaktub dalam PJN peran dan kedudukan seorang
NP dalam UUJN juga diletakan dalam Bab mengenai cuti Notaris, yaitu
dalam Bab V pasal 25, 27, 32 dan 33, selain itu ada juga beberapa ayat dalam
pasal-pasal tertentu yang juga mengatur tentang NP diluar bab tersebut, yang
nanti akan ikut disinggung juga karena masih menyangkut dengan kewajiban
NP. Peran seorang NP mulai timbul jika seorang Notaris mengajukan cuti, hal
Pengganti”
Jadi masih sama dengan PJN, bahwa seorang NP timbul karena dua
unsur, yaitu Notaris yang digantikan tersebut menjalankan atau mengajukan cuti
dirinya, yang mana hal ini dikuatkan dalam pasal 27 ayat (1) yang mengatakan:
90
“Notaris mengajukan permohonan cuti secara tertulis disertai usulan
dalam pasal 70 huruf (D) dan diangkat sumpahnya juga oleh MPD. Masih sama
dengan PJN, kewajiban dari seorang Notaris yang akan digantikan oleh NP
cutinya berakhir. Hal ini tersebut dalam pasal 32 ayat (1) dan (2). Pasal ini dapat
tercantum dalam pasal 16 ayat (1) huruf (F) sampai dengan (J), selain tentu saja
UUJN adalah mengenai syarat untuk menjadi seorang NP, dalam UUJN pasal 33
91
sekarang telah diatur secara lebih ekplisit dan detail, dimana untuk menadji NP
orang tersebut harus memegang gelar sarjana hukum dan telah bekerja sebagai
pegawai Notaris minimal selama 2 tahun. Hal ini berdampak sangat besar yang
mana mengakibatkan tidak sembarangan orang dapat menajdi NP. Pasal ini
menurut hemat penulis ini bertujuan selain untuk menyaring orang yang
pertama untuk mengetahui dengan pasti syarat apa sajakah untuk menjadi
seorang NP dan yang kedua untuk menjamin lebih baiknya praktek Kenotaritan
walaupun dijalankan oleh seorang NP. Adanya pasal tersebut di atas tentunya
adanya UUJN syarat untuk menjadi seorang NP tidaklah diatur jelas sehingga
seorang NP dilakukan oleh Notaris yang sudah mengenal NP terkait jadi dia
pasti akan memilih dengan sebaik-baiknya karena juga menyangkut nama baik
seperti yang tertulis dalam pasal 15 pasal 16 dan pasal 17 UUJN juga berlaku
terhadap NP, hal ini terdapat dalam pasal 33 ayat (2) dari UUJN. Selain itu
angka (5) UUJN yang mana dalam hal akta tersebut dibuat oleh NP maka
87
Op.Cit. Tan Thong kie. Hlm.4
88
Ibid. hlm. 5
92
dalam kepada aktanya harus ditambahkan juga nomor dan tanggal penetapan
salinan akta, kutipan akta Notaris atau pengesahan surat dibawah tangan
(legalisasi atau warmeking) yang dilekatkan pada akta yang disimpan dalam
protokol Notaris dalam hal dia sedang menjalankan jabatannya sebagai NP.
Nilai otentik suatu akta notaris tidak terlepas dari dipenuhi atau tidaknya
suatu prosedur yang telah ditentukan dalam peraturan yang mengaturnya yang
dalam hal ini adalah Peraturan Jabatan Notaris. Suatu akta dapat dikatakan
bersangkutan sendiri.
e. Kalau ada yang menyangkal kebenaran akta itu, maka yang menyangkal
apa-apa.
93
diketahui dengan jelas bahwa setiap akta notaris sebelum dilakukannya
penghadap dan para saksi, baik itu akta pihak (partij acte) maupun akta
nama serta identitas kreditomya, nama dan identitas debitor apabila debitor
atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga kecuali karena kuasa tersebut
telah di laksanakan atau karena telah habis jangka waktunya. Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar
Tanggungan mengenai hak atas tanah yang belum terdafar wajib di ikuti dengan
sesudah diberikan.
Bentuk dan isi Akta Pemberian Hak Tanggungan, bentuk dan isi buku-
90
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris, (Bandung PT. Refika Aditama,2011), hlm. 78.
94
tanah Hak Tanggungan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tata cara
Surat.
dengan kewenangan merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan
secara atribusi adalah pemberian wewenang yang baru kepada suatu jabatan
dari UUJN itu sendiri. Kewenangan notaris diatur dalam Pasal 15 UUJNP dibagi
membuat SKMHT didasari pada ketentuan Pasal 15 ayat (1) UUHT. Ketentuan
91
Ibid, hlm. 88.
95
pasal tersebut menegaskan bahwa SKMHT dapat dibuat dalam dua bentuk yaitu
akta notaris atau akta PPAT. Selanjutnya berdasarkan Pasal 15 ayat (1) UUJNP
akta ittidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepadpejabat lain atau orang lain
Konsekuensi logis dari ketentuan Pasal 15 ayat (1) UUHT adalah pejabat
yang berwenang membuat SKMHT dengan akta notaris adalah notaris yang
dalam menjalankan jabatannya tunduk pada tata cara bentuk sesuai dengan
untuk membuat akta otentik. Berkaitan dengan itu, SKMHT merupakan suatu
surat kuasa yang dibuat oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk
jaminan kredit.
dalam SKMHT harus didasarkan pada dimana yang luas yang menunjukan resiko
atau tanggung jawab. Meliputi hak dan kewajiban secara aktual atau potensial
seperti kerugian, ancaman, dan penipuan Liability. Notaris pengganti juga harus
96
meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang
dilaksanakan92.
bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu
atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti bahwa dia
bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentanga. Hans
sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa) walaupun tidak sekeras kesalahan
Prinsip ini harus ada pada notaris pengganti dalam SKMHT dicantumkan
prinsip ini dianut system pembuktian terbalik, maka setiap terjadi sengketa
perdata antara konsumen dengan pelaku usaha, atau apabila terjadi pelanggaran
atau kejahatan yang dilakukan pelaku usaha, maka pelaku usaha dianggap
melanggar. Pada dasarnya dalam hukum perdata bentuk sanksi hukumnya dapat
keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru.
92
Ibid, hlm. 38
93
Somardi, General Teori Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara. Dasar-
Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik (Jakarta: BEE Media
Indonesia, 2007). Hlm 81
97
Pertanggungjawaban hukum dibidang perdata merupakan pertanggungjawaban
hukum yang didasari oleh adanya hubungan keperdataan antar subyek hukum.
Hukum
keputusan hakim yang terlebih dahulu (precedent), akan tetapi juga di negara
bertradisi civil law system seperti Indonesia. Istilah hukum ini digunakan dalam
masyarakat hukum yang merujuk prinsip hukum, moral, politik dan sosial yang
kasus memiliki Ratio decidendi, alasan yang menentukan atau inti-inti yang
sebuah istilah latin yang sering di terjemahkan secara harfiah sebagai “alasan
itu)95
Kadang Ratio decidendi jelas terlihat, akan tetapi terkadang pula perlu
dijelaskan. Biasanya memang dalam praktek, hal-hal yang essensiil ini menjadi
94
Ranuhandoko, Terminologi Hukum Inggris-Indonesia, (jakarta, Sinar Grafita, 2003),
hlm.475
95
Ibid. hlm.476
98
berdiri sebagai dasar hukum atas dasar putusan dijatuhkan. Ratio decidendi
secara hukum mengikat pengadilan yang lebih rendah melalui doktrin "stare
dengan kasus yang mungkin relevan atau menarik, tetapi tidak menarik dari
pernyataan yang tidak membentuk bagian dari putusan pengadilan pada isu-isu
a. Duduk Perkara
Termohon Kasasi dan para Turut Termohon Kasasi sebagai para Tergugat
dan dikenal dengan Jalan Kemandoran VIII No. 6 RT. 007 RW. 003,
1. Sertifikat Hak Milik No. 231/Grogol Utara, yang semula atas nama SUANDI
m2, atas dasar Akta Jual Beli No. 15/Kebayoran Lama/2003 tertanggal 5
96
Ibid, hlm.476
99
September 2003 yang dibuat di hadapan Notaris MIRAH DEWI RUSLIM
SUKMADJAJA, SH., M.Hum., yang kemudian telah dibalik nama atas nama
BUDIYANTO;
2. Sertifikat Hak Milik No. 1680/Grogol Utara, yang semula atas nama SUANDI
HARTONO, sesuai dengan Gambar Situasi No. 25/266/1980, seluas 890 m2,
SUKMADJAJA, SH., M.Hum., yang kemudian telah dibalik nama atas nama
BUDIYANTO;
3. Sertifikat Hak Milik No. 2070/Grogol Utara, yang semula atas nama SUANDI
HARTONO, sesuai dengan Surat Ukuran No. 01154/2002, seluas 201 m2,
SUKMADJAJA, SH., M.Hum., yang kemudian telah dibalik nama atas nama
BUDIYANTO;
bangunannya tersebut di atas dan hingga sampai dengan saat ini sama sekali
Bahwa Penggugat kenal dengan Tergugat I hanya sebatas teman dan tidak
kepemilikan;
100
Bahwa pada awal bulan Desember tahun 2003, Penggugat sedang
Bank;
yang akan diperlihatkan terlebih dahulu oleh Tergugat I kepada relasinya yang ada
di bank, agar relasi tersebut percaya kepada Tergugat I dan dalam tempo 3 (tiga)
ditunjukkan kepada relasi Tergugat I dengan janji Tergugat I dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan dana segar akan bisa didapatkan, maka kemudian
Penggugat bersedia menyerahkan 3 (tiga) buah Sertifikat Hak Milik (asli) kepada
101
untuk menanyakan apakah sudah diproses dengan adanya jaminan sertifikat asli
milik Penggugat serta apakah dana yang dimaksud bisa didapatkan, namun
sudah tidak ada di alamat tersebut, sehingga sampai dengan gugatan ini
Bahwa pada bulan Desember 2005, Penggugat sangat terkejut dan shock
dengan adanya Surat Tagihan Hutang dari Tergugat II serta adanya surat dari
Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara Jakarta V perihal permintaan lelang
terhadap tanah dan bangunan milik Penggugat dengan Sertifikat Hak Milik No.
231, Sertifikat Hak Milik No. 1680, Sertifikat Hak Milik No. 2070 dari Tergugat
1. Akta Hak Tanggungan No. 4/2004 tanggal 8 Januari 2004 yang dibuat oleh
Tanggungan No. 8 tanggal 15 Desember 2003 yang dibuat oleh Tergugat III;
2. Akta Hak Tanggungan No. 116/2004 tanggal 24 September 2004 yang dibuat
Tanggungan No. 114 tanggal 6 Agustus 2004 yang dibuat oleh Tergugat IV;
Bahwa sampai dengan saat ini, Penggugat sama sekali tidak pernah
menerima sejumlah uang sepersen pun besarnya dari Tergugat I maupun dari
Tergugat II, selain itu Penggugat juga tidak pernah menghadap Tergugat III untuk
No. 8 tanggal 15 Desember 2003 dan tidak pernah menghadap Tergugat IV untuk
102
membuat dan menandatangani Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
tanda tangan Penggugat yang tertera pada Minute Akta Surat Kuasa
Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan No. 114 tanggal 6 Agustus
Agustus 2007 adalah dibuat oleh instansi yang berwenang, maka dengan demikian
No. 114 tanggal 6 Agustus 2004 serta tanda tangan Penggugat telah dipalsukan,
maka dengan demikian Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan No. 8
tanggal 15 Desember 2003 yang dibuat oleh Tergugat III dan Akta Surat Kuasa
103
Membebankan Hak Tanggungan No. 114 tanggal 6 Agustus 2004 yang dibuat
oleh Tergugat IV adalah cacat yuridis, tidak sah dan batal demi hukum;
Bahwa oleh karena Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan No.
8 tanggal 15 Desember 2003 yang dibuat oleh Tergugat III dan Akta Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan No. 114 tanggal 6 Agustus 2004 yang dibuat
oleh Tergugat IV adalah cacat yuridis, tidak sah dan batal demi hukum, maka
dengan demikian pula Akta Hak Tanggungan No. 4/2004 tanggal 8 Januari 2004
yang dibuat oleh Turut Tergugat I dan Akta Hak Tanggungan No. 116/2004
Bahwa Penggugat adalah pemilik sah atas tanah dan bangunan di atasnya
dengan Sertifikat Hak Milik No. 231/Grogol Utara, Sertifikat Hak Milik No.
1680/Grogol Utara dan Sertifikat Hak Milik No. 2070/Grogol Utara, dimana
Penggugat merasa khawatir bahwa tanah dan bangunan milik Penggugat tersebut
akan segera dialihkan, dijual ataupun dilelang ketika menghadapi gugatan ini dan
selain itu cukup beralasan untuk meletakkan sita jaminan (conservatoir beslaag)
atas tanah dan bangunan di atasnya dengan Sertifikat Hak Milik No. 231/Grogol
Utara, Sertifikat Hak Milik No. 1680/ Grogol Utara dan Sertifikat Hak Milik No.
Kemandoran VIII No. 6 RT. 007 RW. 003, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan
104
b. Sebelah selatan : Jalan penduduk;
Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV telah mengakibatkan kerugian besar
yang dialami Penggugat berupa kerugian usaha bengkel dan body repair, oleh
karenanya patut dan layak jika Penggugat mengajukan tuntutan ganti rugi, dengan
dengan pihak ketiga selama jangka waktu 3 (tiga) tahun dengan harga
sewa/kontrak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per tahun, sehingga total
Bahwa untuk menjamin agar Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan
Tergugat IV taat terhadap putusan, maka diwajibkan untuk membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) setiap hari jika lalai
melaksanakan putusan;
Bahwa gugatan ini diajukan berdasarkan alat bukti kuat yang diakui
keberadaannya dan tidak akan terbantahkan dalam perkara ini, maka dengan
putusan perkara ini dapat segera dilaksanakan (serta merta) meskipun adanya
Duduk Perkara :
105
1. Bahwa pada tanggal 19 Januari 2009 orang tua Penggugat yang bernama
Sukadi dan Sri Supadmi telah meminjam sejumlah uang kepada Tergugat I
2009 tersebut menyatakan jaminan berupa Sertipikat Hak Milik No. 2223
luas ± 166 m² atas nama Retno Dwi Mintarsih (Penggugat) yang terletak di
dengan jelas nama penjamin serta tanda tangannya, padahal jaminan bukan
2. Bahwa didalam perjanjian kredit tersebut, tidak ada pasal dan atau ayat
3. Bahwa pada akhir bulan Januari 2009 Penggugat diminta oleh Tergugat I
Penggugat tidak mengetahui isi dan apa saja yang telah ditandatangani;
berupa Sertipikat Hak Milik No. 2223 luas ± 166 m² yang terletak di
penerima kuasa;
106
No. 41/ MSR/2009 tertanggal 14 Pebruari 2009 dan Sertipikat Hak
6. Bahwa Penggugat lahir pada tanggal 14 Januari 1990 dan pada bulan
dan belum kawin, jadi tidak cakap melakukan perbuatan hukum (Pasal
1330 KUHPerdata);
10. Bahwa oleh karena perbuatan SKMHT (Surat Kuasa Membebankan Hak
tanggungan terhadap Sertipikat Hak Milik No. 2223 luas ± 166 m² atas
107
Masaran Sragen dan segala produk hukum atas dasar SKMHT (Surat
11. Bahwa atas perbuatan Tergugat I dan II yang tersebut di atas, maka
rupiah);
berikut:
Semarang dan Majelis Hakim Tingkat Pertama tidak teliti dalam memeriksa
dipersengketakan;
2. Bahwa Judex Facti dalam pertimbangannya, telah salah dan tidak cermat
dalam memeriksa atau bahkan tidak memeriksa sama sekali memori banding
3. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama dan Banding telah keliru dalam
asas nebis in idem dalam perkara a quo. Majelis Hakim Tingkat Pertama dan
108
4. Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama dan Banding mengenai
asas nebis in idem adalah keliru. Dengan alasan sebagai berikut: gugatan
c. Objek sengketa
Januari 2009;
109
Bahwa perkara No. 23/Pdt. G/2012/PN. Srg. ini adalah tidak sama dengan perkara
dalil hukum di dalam Pasal 1917 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu
gugatan yang diajukan kedua kalinya secara bersamaan pada waktu bersamaan
dimana para pihaknya sama, objknya sama, dan tuntutan didasarkan pada
alasan yang sama serta pihak-pihaknya juga mempuyai hubungan yang sama.
Di sini terlihat Majelis Hakim Tingkat Pertama dan Banding tidak cermat
6. Bahwa Pemohon Kasasi tetap pada dalil-dalil gugatan dan memori banding
serta mohon agar bukti tertulis Pemohon Kasasi dalam persidangan tingkat
pertama tetapmenjadi kesatuan yang tak terpisahkan dalam memori kasasi ini;
Bahwa walaupun dalam perkara a quo terdapat subjek hukum yang berbeda
namun status objek perkara telah ditetapkan oleh putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap yaitu melalui Putusan Pengadilan Negeri Sragen No.
No. 41/MSR/2009 tanggal 14 Februari 2009 dan Sertifikat Hak Tanggungan No.
284/2009 atas objek jaminan berupa Sertifikat Hak Milik No. 2223 luas ± 166 m²
110
yang terletak di Sokowinatan Karang Malang Masaran Sragen atas nama Retno
ditolak dan Pemohon Kasasi ada di pihak yang kalah, maka Pemohon Kasasi
2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta
MENGADILI:
tersebut;
perkara dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah);
111
Proses ratio decindendi melalui penafsiran hukum dalam kasus Penafsiran
sesuatu. Pandangan kata dari penafsiran adalah interpretasi. Bila dikaitkan dengan
ilmu hukum, maka penafsiran hukum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
ahli hukum atau pengadilan dalam memberikan kesan atau makna dari suatu
juga dapat berfungsi sebagai metode perubahan konstitusi dalam arti menambah,
mengurangi, atau memperbaiki makna yang terdapat dalam suatu teks Undang
hakim berhak dalam melakukan penafsiran konstitusi, sehingga suatu saat para
perkara tertentu.
tunduk kepada pembuat undang-undang. Dalam hal kehendak itu tidak dapat
97
Soedikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Sebuah Pengantar, (Yogyajarta,Penerbit
Liberty, 2001). Hlm. 57-61.
112
undang-undang, karena ia tidak boleh membuat tafsiran yang tidak sesuai dengan
boleh menafsirkan kaidah yang mengikat, kecuali penafsiran yang sesuai dengan
dalam penjalanan isi muatan pasal kostitusi merujuk pada penafsiran lembaga
satu cabang kekuasaan dan untuk melindungi setiap individu warga negara dari
113
Cacat hukum dapat diartikan suatu perjanjian, kebijakan atau prosedur
yang tidak sesuai dengan hukum berlaku, sehingga dikatakan cacat dan tidak
sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 UUHT, SKMHT dapat dibuat oleh PPAT
atau notaris. Dalam praktek, jika seseorang merangkap jabatan selaku notaris dan
PPAT maka jika tanahnya terletak di dalam wilayah jabatannya maka ia akan
terletak di luar wilayah jabatannya selaku PPAT maka ia akan bertindak dalam
memenuhi syarat suatu akta agar menjadi akta otentik harus memenuhi ketentuan
yang diatur dalam pasal 1868 KHUPerdata antara lain harus memenuhi syarat
bentuk akta yang ditetapkan dalam UU. Untuk akta notaris tentunya harus dibuat
sesuai UUJN, khususnya pasal 38. Sedangkan untuk akta PPAT, pembuatannya
harus memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala BPN atau
Perkaban. Dan disini timbul masalah ternyata sebagian Kantor Pertanahan tetap
menginginkan bahwa SKMHT yang dibuat secara notaril harus tetap mengikuti
cara pembuatan akta SKMHT yang ditetapkan dalam Perkaban, yang jika hal
tersebut dituruti oleh notaris akan terjadi pelanggaran bentuk akta notaris yang
Adapun cacat hukum akta notaris ialah jika notaris membuat SKMHT
99
Mariam Darius Baruszman, Op.Cit. hlm. 87
114
Artinya akta tersebut dapat dibuat dalam bentuk "minuta akta".100 Asli akta
“salinan" atau dibuat dalam bentuk "originali". Artinya asli akta yang dibuat
tersebut diserahkan kepada para pihak. Jika notaris mengikuti pembuatan akta
SKMHT yang ditetapkan dalam Perkaban atau peraturan pertanahan lainnya maka
akta yang dibuat tersebut bukan dalam bentuk minuta akta maupun originali
karena originali tidak dikenal adanya salinan dan hal lain berkenaan dengan
kewajiban adanya foot-note serta bentuk akhir akta yang bertentangan dengan
UUJN. Maka bila pelanggaran itu dilakukan, akta tersebut tidak memenuhi syarat
sebagai akta otentik sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1868 KUHPerdata dan
akibatnya Hak tanggungan yang dibebani atas tanah tersebut menjadi bermasalah.
Jika dasar pembebanannya tidak memenuhi syarat sebagai akta otentik tentunya
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Prinsip dalam surat kuasa membebankan hak tanggungan antara lain 1) prinsip
kehendak dimana para pihak yang menjelaskan bahwa bahwa pada prinsipnya
115
Membebankan Hak Tanggungan yang memberikan pengertian tentang akibat
hukum tertentu.
Notaris dituntut juga untuk berkesinambungan, yang berarti bahwa siapa yang
pada masyarakat.
mengikat pengadilan yang lebih rendah melalui doktrin "stare decisis", tidak
yang mungkin relevan atau menarik, tetapi tidak menarik dari keputusan
pernyataan yang tidak membentuk bagian dari putusan pengadilan pada isu-
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan antara lain untuk berbagai pihak sebagai berikut:
116
ketentuan dan peraturan sendiri yang harus dipatuhi. Peraturan atau
b. Bagi pejabat PPAT, pelaksanaan pendaftaran tanah harus sesuai dan sejalan
oleh BPN. Seringkali sebagai PPAT kita telah menerapkan apa yang
ditentukan atau diatur dalam peraturan tapi justru kantor pertanahan menolak
tanggungan.
117
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulkadir Muhammad, 2001. Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung,
Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legisprudence), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
118
Habieb Adjie, 2009, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung
Habieb Adjie, 2009. Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, Citra
aditya Bakti, Bandung
Ima Erlie Yuana. 2010. Tanggung Jawab Notaris Setelah Berakhir Masa
Jabatannya Terhadap Akta Yang Dibuatnya Ditinjau Dari Undang-
Undang N0m0r 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Tesis.
Universitas Diponegoro
Ledeng Marpaung, 1997. Azas Teori Praktek Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia
Indonesia
Munir Fuady, 2005. Profesi Mulia Etika (Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa,
Advokat,Notaris, Kurator, dan Pengurus), PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung
Raisul Mutaqien, 2006. Teori Hukum Murni, Nuansa & Nusamedia, Bandung,
Salim HS, 2006, Hukum Kontrak-Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, Jakarta
Salim HS.,S.H. M.S. dan Erlies Septiana Nurbaini, S.H., LLM, Penerapan Teori
Hukum pada Penelitian Desertasi dan Tesis (Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada, 2014)
119
Somardi, General Teori Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara.
Dasar-dasar ilmu Hukum normatif sebagai ilmu hukum deskriptif empirik
(Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007).
Supriadi, 2008, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta
Tan Thong Kie, Studi Notariat-Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta
Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H., Hukum Perdata dalam Sistem Hukum
Nasional, Jakarta: Kencana Prenad Media Group, 2008
Makalah
Dyah Ochtorina Susanti, 2011. Teori Perlindungan Hukum. Bahan ajar mata
kuliah Teori Hukum, Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Islam
Kadiri (UNISKA). Kediri
Herowati Poesoko, 2010. Diktat Mata Kuliah Metode Penulisan dan Penelitian
Hukum, Nakalah. Fakultas Hukum Universitas Jember
Peraturan perundang-undangan
120
121