Anda di halaman 1dari 12

Hapusnya perikatan karena

penawaran pembayaran tunai


diikuti dengan
penyimpanan/penitipan
pasal 1404 sampai pasal 1412
KUHPerdata.
Pasal 1404 KUH Perdata,
menyatakan bahwa :
• Jika si berpiutang menolak pembayaran, maka si
berutang dapat melakukan penawaran pembayaran
tunai apa yang diutangnya, dan jika si berpiutang
menolaknya, menitipkan uang atau barangnya kepada
pengadilan.
• Penawaran yang sedemikian, diikuti dengan penitipan,
membebaskan si berutang, dan berlaku baginya
sebagai pembayaran, asal penawaran itu telah
dilakukan dengan cara menurut undang-undang,
sedangkan apa yang dititipkan secara itu tetap atas
tanggungan si berpiutang.
Penawaran.
1. Penawaran :
Yang dimaksud dengan penawaran sebagaimana tercantum dalam
pasal 1404 KUH Perdata tersebut adalah suatu cara pembayaran yang
harus dilakukan apabila si berpiutang (kreditur) menolak pembayaran.

Penawaran sebagai mana dimaksud di atas, dapat dilakukan dengan


cara sebagai berikut :
•Barang atau uang yang akan dibayarkan ditawarkan secara resmi oleh
seorang notaris atau seorang juru sita pengadilan.
•Notaris atau juru sita ini untuk dan atas perintah dari yang berutang
(debitur) datang untuk membayar utang debitur, yang sebelumnya
notaris atau juru sita ini terlebih dahulu akan membuat suatu
perincian barang-barang atau uang yang akan ditawarkan kepada
kreditur.
•Pembayaran mana akan dilakukan dengan menyerahkan
(membayarkan) barang atau uang yang telah diperinci tersebut.
• Notaris atau juru sita tersebut telah menyediakan
suatu proses verbal. Apabila kreditur suka menerima
barang atau uang yang ditawarkan tersebut, maka
selesailah perkara pembayaran tersebut.
• Biasanya penawaran pembayaran diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan hanya mungkin terjadi
pada perikatan untuk membayar sejumlah uang atau
menyerahkan barang-barang bergerak.
• Ketentuan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, pasal 1404 sampai dengan pasal 1412 KUH
Perdata hanya mengatur mengenai pemberian barang-
barang bergerak dan tidak berlaku bagi perikatan-
perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu, dan untuk memberikan barang-barang tetap.
Syarat-syarat untuk sahnya suatu penawaran diatur dalam pasal 1405
KUH Perdata:

•Bahwa ia dilakukan kepada seorang berpitang atau kepada seorang


yang berkuasa menerimanya untuk dia. Atau dengan perkataan lain,
penawaran harus dilakukan kepada kreditur atau kuasanya.

•Bahwa ia dilakukan oleh seorang yang berkuasa membayar. Atau


dengan perkataan lain, dilakukan oleh orang yang berwenang untuk
membayar (notaris atau juru sita pengadilan).

•Bahwa ia mengenai semua uang pokok dan bunga yang dapat ditagih,
berserta biaya yang telah ditetapkan dan mengenai sejumlah uang
untuk biaya yang belum ditetapkan, dengan tidak mengurangi
penetapan kemudian. Atau dengan kata lain, penawaran harus
meliputi : seluruh utang pokok, bunga, biaya yang telah ditetapkan,
dan uang untuk biaya yang belum ditetapkan.
Lanjutan…
• Bahwa ketetapan waktunya telah tiba, jika itu dibuat untuk
kepentingan kreditur.

• Bahwa syarat dengan mana utang telah dibuat, telah


dipenuhi. Yang dimaksud adalah perikatan dengan syarat
yang menunda.

• Bahwa penawaran harus dilakukan di tempat di mana


menurut persetujuan pembayaran harus dilakukan. Jika
tidak ada persetujuan khusus, maka penawaran dilakukan
di tempat tinggal kreditur atau tempat yang telah dipilih
oleh kreditur.

• Bahwa penawaran dilakukan oleh seorang notaris atau juru


sita, dan harus disertai dengan dua orang saksi.
penitipan
• 2. Penitipan.
Sebagaimana diatur dalam pasal 1404 ayat (1)
KUH Perdata tersebut di atas, maka apabila
kreditur menolak penawaran yang diajukan
(yang biasanya memang sudah dapat diduga),
maka notaris atau juru sita tersebut akan
mempersilakan kreditur itu
menandatangani proses verbal tersebut dan jika
kreditur tidak mau menandatanganinya, hal itu
akan dicatat oleh notaris atau juru sita di atas
surat proses verbal tersebut. Dengan demikian
terdapatlah suatu bukti yang resmi bahwa
kreditur telah menolak pembayaran.
Lanjutan…
• Langkah selanjutnya apabila kreditur menolak cara
pembayaran seperti tersebut di atas adalah debitur
dapat menitipkan apa yang ditawarkan tersebut, dan
memohon di muka pengadilan supaya pengadilan
mengesahkan penawaran pembayaran yang telah
dilakukan itu. Setelah penawaran pembayaran
disahkan maka barang atau uang yang akan
dibayarkan tersebut, disimpan atau dititipkan kepada
Panitera Pengadilan Negeri dan dengan demikian
hapuslah utang piutang antara kreditur dan debitur
tersebut. Segala biaya yang dikeluarkan untuk
menyelenggarakan penawaran pembayaran tunai dan
penyimpanan, menjadi tanggungan dan harus dipikul
oleh debitur.
Untuk sahnya penitipan, pasal 1406 KUH
Perdata menentukan beberapa syarat yaitu :
• Sebelum penitipan, kreditur harus diberitahukan tentang hari, jam,
dan tempat dimana barang yang ditawarkan akan disimpan.
• Debitur telah melepas barang yang ditawarkan, dengan
menitipkannya kepada kas penyimpanan atau penitipan di
kepaniteraan pengadilan yang akan mengadilinya jika terjadi
perselisihan, disertai bunga sampai pada hari penitipan.
• Oleh notaris atau juru sita, keduanya disertai dua orang saksi,
dibuat surat pemberitahuan, yang menerangkan wujudnya mata
uang yang ditawarkan, penolakan kreditur atau bahwa ia tidak
datang untuk menerimanya, dan akhirnya tentang penyimpanan itu
sendiri.
• Bahwa, jika si berpiutang tidak datang untuk menerimanya,
pemberitaan penyimpanan itu diberitahukan kepadanya, dengan
peringatan untuk mengambil apa yang telah dititipkan itu.
Pembebasan sebagaimana dimaksud di atas
mengakibatkan :
•debitur dapat menolak tuntutan mengenai
pemenuhan prestasi, ganti rugi atau pembatalan
perjanjian timbal balik dari kreditur dengan
mengemukakan adanya penawaran dan
penyimpanan.
•Debitur tidak lagi berutang bunga terhitung sejak
tanggal penyimpanan.
•Sejak tanggal penyimpanan, kreditur menanggung
resiko atas barangnya.
•Pada perjanjian timbal balik, debitur dapat
menuntut prestasi kepada Kreditur.
pasal 1408 KUH Perdata, yang berbunyi :

Selama apa yang dititipkan tidak diambil oleh si


berpiutang, si berutang dapat mengambilnya
kembali, dalam hal itu orang-orang yang turut
berutang dan para penanggung utang tidak
dibebaskan.
Berdasarkan ketentuan pasal 1408 KUH Perdata tersebut,
menetapkan bahwa selama kreditur tidak mengambil apa
yang dititipkan oleh debitur, debitur dapat mengambilnya
kembali, hal tersebut berarti bahwa kewajiban debitur masih
tetap ada, dan perikatan tidak hapus.

Jadi debitur akan terbebas dari kewajibannya dan perikatan


akan hapus, jika telah ada putusan hakim yang menyatakan
bahwa penawaran pembayaran yang diikuti dengan
penyimpanan adalah berharga dan mempunyai kekuatan yang
pasti. dalam hal demikian, maka debitur tidak dapat
mengambil kembali barangnya dan utangnya pun ikut
hapus.

Anda mungkin juga menyukai