Anda di halaman 1dari 25

KAPITA SELEKTA

HUKUM PERDATA

DISUSUN OLEH :
• IMAM FAUZI (18110110446)
• RISMAN (18110110458)
• SUGIRO (18110110465)
• TRI NENDRO (18110110467)
• WAHYU ZUHRI NURCAHYO (18110110470)
CESSIE

NOVASI
KAPITA SELEKTA
SUBROGASI
HUKUM PERDATA
KONFISIO

KOMPENSASI
Pengertian
Cessie merupakan cara pengalihan piutang
atas nama dengan cara membuat akta

CESSIE
otentik/di bawah tangan kepada pihak lain,
dimana perikatan lama tidak hapus, hanya
beralih kepada pihak ketiga sebagai
kreditur baru. 
S
Y C Cessie dapat dilakukan melalui akta otentik atau akta bawah
tangan. Syarat utama keabsahan cessie adalah pemberitahuan

A E cessie tersebut kepada pihak terutang untuk disetujui dan

R
diakuinya. Pihak terutang di sini adalah pihak terhadap mana si
S berpiutang memiliki tagihan. Pengaturan mengenai cessie diatur

A S dalam Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


Indonesia.
T I
E
S 1. Dari segi individu (Person) yang menjadi Subjek
Cessie adalah :

U C a)Orang Perorangan;
b)Korporasi
B E
J S 2. Para Pihak yang menjadi Subjek Cessie adalah:
a) Cedent yaitu Kreditur, Pihak yangmengoperkan
E S hak tagihannya;

K I
b) Cessus yaitu Debitur
c) Cessionaris yaitu Pihak Ketiga Pihak yang

E menerima penyerahan hak tagihan dari kreditur


lama.
P Dalam praktik transaksi bisnis di Indonesia saat ini, akta cessie biasa dibuat dalam bentuk

E
"Assignment Deed". Hal pokok yang diatur dalam Assignment Deed adalah sebagai berikut :

L C Para pihak, yaitu pihak yang memiliki piutang (Transferor) dan pihak yang akan menerima
pengalihan piutang (transferee).

A
K
E Pernyataan pengalihan piutang oleh Transferor kepada Transferee dan pernyataan penerimaan
pengalihan piutang tersebut oleh Transferee dari Transferor.

S S Syarat adanya pemberitahuan dari Transferor kepada pihak yang berhutang dan penegasan si
berhutang ini bahwa ia menerima pengalihan hutangnya (atau piutang si Transferor) kepada

A S Transferee.

N
Akta cessie biasanya dibuat dalam hubungan dengan perjanjian hutang piutang biasa dalam

A I konteks perdagangan (pembelian dan penjualan barang dagangan secara cicilan), perjanjian
pinjaman (kredit), dan anjak piutang (factoring).

A E
N
Novasi Pengertian
Novasi diatur dalam Pasal 1413 s.d. 1424 KUH Perdata
yang merupakan pembaruhan hutang atau suatu perikatan
yang bersumber dari kontrak baru yang mengakhiri atau
menghapuskan perikatan yang bersumber dari kontrak
lama dan pada saat bersamaan menimbulkan perikatan
baru yang bersumber dari kontrak baru yang
menggantikan perikatan yang bersumber dari kontrak
lama tersebut.
Jenis Novasi
Terdapat 3 (tiga) jenis novasi, yaitu sebagai berikut:
A. Novasi objektif, apabila seorang debitur membuat perikatan utang baru bagi kreditur untuk
menggantikan perikatan yang lama yang dihapuskan karenanya.
B. Novasi subjektif pasif, apabila seorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan seorang debitur lama
yang dibebaskan dari perikatannya.
C. Novasi subjektif aktif, Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, ditunjuk seorang kreditur baru,
untuk menggantikan kreditur lama terhadap siapa si debitur dibebaskan dari perikatannya.
Novasi pada hakikatnya merupakan hasil perundingan segitiga yaitu antara Pihak Kreditur, Debitur dan
Pihak Ketiga,dimana Para Pihak tersebut bersifat aktif.
Terjadinya Novasi
A. Novasi obyektif :
Novasi obyektif berarti perikatan yang terjadi di antara kreditur dan debitur digantikan dengan
perikatan yang baru. Ini berarti terjadi perubahan pada kausa, yaitu isi dan maksud perjanjian.
Misalnya dari sewa menyewa menjadi jual beli. 8 Namun apabila perubahan hanya terjadi pada
besarnya utang pokok, bunga dan jangka waktu, maka tidak terjadi novasi.

B. Novasi subyektif :
1) Expromissio (Pasal 1416 KUH Perdata). Yaitu terjadinya pembaruan utang dengan penunjukan
debitur baru untuk menggantikan debitur lama. Pembaruan utang ini dapat terjadi tanpa melibatkan
debitur lama. Karena inisiatif untuk mencari debitur baru berasal dari pihak kreditur.
Terjadinya Novasi
2)Delegasi (Pasal 1417 KUH Perdata). Adalah novasi yang terjadi karena debitur lama menawarkan
debitur baru kepada kreditur. Dalam hal ini debitur baru bersedia untuk membayar dan menggantikan
kedudukan debitur lama. Terdapat dua bentuk delegasi, yaitu:
• Delegasi imperfek (delegatio imperfecta), terjadi apabila di samping debitur lama, debitur baru juga
diwajibkan untuk membayar utang. Dalam hal ini tidak terjadi pembaruan utang.
• Delegasi perfek (delegatio perfecta), terjadi apabila kreditur dengan tegas menyetujui penggantian
debitur dan membebaskan debitur lama dari kewajibannya untuk membayar utang kepada kreditur.
• Novasi subyektif aktif. Pada novasi subyektif aktif, terjadi penggantian kreditur dari kreditur yang
lama kepada kreditur yang baru. Dengan penggantian kreditur tersebut, debitur dibebaskan dari
perikatan dengan kreditur lama.
Akibat Novasi
Akibat hukum dari dilakukannya novasi atau persetujuan pembaruan utang berdasarkan Pasal
1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah persetujuan yang dilakukan oleh debitur
dengan kreditur menjadi undang-undang atau aturan yang mengikat yang harus dilaksanakan
oleh kedua belah pihak.
Dalam delegasi, kreditur tidak dapat menuntut debitur lama jika ternyata debitur baru jatuh
pailit, kecuali pada saat delegasi debitur baru memang sudah pailit (KUHPerdata 1418).
Pengertian
Subrogasi merupakan penggantian hak-hak (piutang)
kreditur lama oleh pihak ketiga/kreditur baru yang telah
membayar, sehingga dapat disimpulkan bahwa subrogasi
SUBORGASI terjadi karena adanya pembayaran yang dilakukan oleh
pihak ketiga kepada Kreditur sebelumnya.
• Harus ada lebih dari 1 ( satu ) Kreditur dan 1 (satu)
orang Debitur yang sama
UNSUR-UNSUR • Adanya pembayaran oleh Kreditur Baru kepada
SUBORGASI Kreditur Lama.
1) Dari segi individu (Person) yang menjadi Subjek
Subrogasi adalah setiap orang yang dinyatakan cakap
sesuai ketentuan Pasal 1329 KUH Perdata;
2) Para Pihak Yang menjadi subjek Subrogasi terdiri
dari :
a) Pihak Berutang atau Debitur;
b) Pihak Berpiutang atau Kreditur;
SUBJEK
c) Pihak Ketiga yaitu pihak yang
SUBORGASI memberikan pinjaman kepada Debitur
untuk membayar utangnya kepada
Kreditur sekaligus sebagai pengganti
Kreditur Lama.
Subrogasi terjadi karena pembayaran yang dilakukan
oleh pihak ketiga kepada kreditur (si berpiutang) baik
secara langsung maupun secara tidak langsung yaitu
melalui debitur (si berutang) yang meminjam uang
TERJADINYA dari pihak ketiga. Pihak ketiga ini menggantikan

SUBORGASI kedudukan kreditur lama, sebagai kreditur yang baru


terhadap debitur.
Untuk Subrogasi yang timbul karena Perjanjian, Supaya
subrogasi kontraktual dianggap sah, harus diikuti tata cara
sebagai berikut:
• Pinjaman uang harus ditetapkan dengan akta autentik
• Dalam akta harus dijelaskan besarnya jumlah pinjaman, dan
diperuntukkan melunasi utang debitur
• Tanda pelunasan harus berisi pernyataan bahwa uang
TERJADINYA
pembayaran utang yang diserahkan kepada kreditur adalah
SUBORGASI uang yang berasal dari pihak ketiga.
Subrogasi yang timbul karena undang-undang,terjadi
disebabkan adanya pembayaran yang dilakukan pihak
ketiga untuk kepentingannya sendiri dan seorang kreditur
melunasi utang kepada kreditur lain yang sifat utangnya
mendahului. Oleh karena itu Subrogasi menurut undang-
undang terjadi tanpa perlu persetujuan antara pihak ketiga
TERJADINYA dengan kreditur lama, maupun antara pihak ketiga dengan
debiturdan persyaratannya ditentukan dari jenis peristiwa
SUBORGASI hukum yang telah ditentukan dalam Pasal 1402 BW.
Akibat adanya subrogasi adalah beralihnya hak tuntutan
dari kreditur kepada pihak ketiga.Oleh karena itu Pihak
ketiga sebagai kreditur baru berhak melakukan penagihan
utang terhadap debitur dan jika debitur wanprestasi, maka
AKBIBAT kreditur baru mempunyai hak untuk melakukan eksekusi

SUBORGASI atas benda-benda debitur yang dibebani dengan jaminan


seperti gadai, hipotek, dan hak tanggungan.
Pengertian

KONFISIO Konfisio/ Percampuran percampuran utang menurut KUH


Perdata pasal 1436 adalah “Bila kedudukan sebagai kreditur
dan debitur berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi
hukum suatu percampuran utang dan oleh sebab itu piutang
dihapuskan”. Dari ketentuan diatas, dapat disimpulkan bahwa
percampuran utang dapat terjadi apabila kedudukan orang
berpiutang (kreditur) dan orang yang berhutang (debitur)
berkumpul pada 1 orang (atau menjalin sebuah hubungan
perkawinan atau sedarah) maka secara otomatis terhapusnya
piutang.
Contoh Konfisio/ PercampuranUtang

Contoh 1 :
Misalnya, A punya utang kepada B. Ternyata karena berjodoh A akhirnya menikah dengan B. Dalam
kondisi demikian maka terjadilah percampuran utang karena antara A dan B telah terjadi suatu persatuan
harta kawin akibat perkawinan. Padahal dulunya A mempunyai utang kepada B. Bisa juga percampuran
terjadi berdasarkan alasan hak khusus seperti dilakukannya jual beli atau leegat.
Contoh Konfisio/ PercampuranUtang

Contoh 2 :
Yaitu ketika seorang bapak (kreditor) meminjamkan sejumlah uang kepada anaknya (debitor). Ketika
kreditor meninggal dunia, maka debitor akan berkedudukan selaku ahli waris dari kreditor, yang menerima
boedel waris dari pewaris. Maka ahli waris yang awalnya berkedudukan sebagai debitor setelah kreditor
meninggal dunia, secara otomatis menurut hukum menggantikan kedudukan pewaris sebagai kreditor
termasuk utang piutang dengan dirinya sendiri. Dalam hal demikian maka perjanjian utang piutang antara
bapak dengan anaknya tersebut otomatis berakhir menurut hukum.
KOMPENSASI
Kompensasi / Perjumpaan utang menurut KUH Perdata Pasal 1425 KUH Perdata menjelaskan :
“Jika dua orang saling berutang antara mereka suatu perjumpaan, dengan mana utang-utang
antara kedua orang tersebut dihapuskan, dengan cara dan adalah hal-hal yang akan disebutkan
sesudah itu”.
±Mariam Darus menterjemahkan pasal tersebut yaitu “kompensasi terjadi apabila dua orang saling
berhutang pada yang lain dengan mana hutang-hutang antara kedua orang tersebut dihapuskan,
oleh undang-undang ditentukan bahwa di antara mereka telah terjadi suatu perhitungan
menghapuskan perikatannya”.
SYARAT TERJADINYA KOMPENSASI
syarat-syarat untuk terjadinya perjumpaan utang atau kompensasi adalah sebagai berikut :
• Dua orang secara timbal balik merupakan debitur satu daripada yang lain.
• Obyek perikatan berupa sejumlah uang, atau barang yang sejenis yang dapat dipakai habis.
• Piutang-piutangnya dapat ditagih.
• Piutang-piutangnya dapat diperhitungkan dengan segera.
TERJADINYA KOMPENSASI
ketentuan pasal 1426 KUH Perdata, menyatakan :
Perjumpaan terjadi demi hukum, bahkan dengan tidak setahunya orang-orang yang berutang, dan kedua
utang itu yang satu menghapuskan yang lain dan sebaliknya, pada saat utang-utang itu bersama-sama ada,
bertimbal balik untuk suatu jumlah yang sama.
Ketentuan pasal 1426 KUH Perdata tersebut menerangkan bahwa perjumpaan utang atau kompensasi
terjadi demi hukum, bahkan dengan tidak sepengetahuan orang-orang yang berutang, hal ini bukan berarti
bahwa perjumpaan utang atau kompensasi terjadi secara otomatis, tanpa usaha dari pihak yang
berkepentingan. Perjumpaan utang atau kompensasi dapat terjadi apabila kedua utang tersebut seketika
dapat dapat ditentukan atau ditetapkan besarannya dan seketika pula dapat ditagih. Sehingga apabila utang
yang satu dapat ditagih sekarang, sedangkan utang yang satunya tidak dapat ditagih sekarang atau
bersamaan dengan utang yang satunya, maka perjumpaan utang atau kompensasi tersebut tidak dapat
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai