Anda di halaman 1dari 3

Nama: JENNIFER THOMASYADI 1 NPM: 1206308015

CESSIE, SUBROGASI, DAN NOVASI


CESSIE Diatur dalam ketentuan Pasal 613 KUH Perdata. Cessie ialah suatu pengalihan atau pengoperan hak tagih. Merupakan penyerahan piutang atas nama atau hak atas benda tak bertubuh lainnya, dengan pengalihan atau pengoperan hak tagih dari kreditur (cedent) awal kepada pihak ketiga (cessionaris), sehingga terjadi pelimpahan hak atas benda itu kepada pihak lain, dan pihak ketiga tersebut menggantikan kedudukan kreditur awal, menjadi kreditur baru bagi debitur (cessus). Namun tidak semua hak tagih dapat dialihkan, seperti: Alimentasi, Uang pensiun atau tunjangan sosial, dan Hak tagih yang dijanjikan tidak dapat dialihkan. Cessie mempunyai sifat yang dualistis, maksudnya dapat dipandang dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu: dari sudut pandang hukum benda dalam Pasal 613 KUH Perdata yang merupakan bagian dari Buku Kedua KUH Perdata yang mengatur mengenai kebendaan; dan dari sudut pandang hukum perikatan, cessie dapat dikategorikan sebagai suatu lembaga dan sarana hukum untuk terjadinya pergantian kreditur. Terkait dengan itu, cessie dibutuhkan dalam perjanjian jual-beli piutang dalam hal penyerahannya agar hak kepemilikan dapat berpindah kepada pembeli. Terjadi karena adanya peristiwa perdata (Pasal 584 KUHPerdata), yakni : - Jual-beli, sesuai dengan ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata, bahwa dalam jual-beli piutang atas nama hak milik baru beralih ke pembeli jika telah dilakukan penyerahan (cessie); - Utang-piutang, dalam praktek perbankan, bank menuntut adanya cessie atas tagihan atas nama milik debitur sebagai jaminan kreditnya; - Hibah, pemberian cuma-cuma diantara pihak-pihak semasa hidupnya. Oleh sebab itu, dikatakan cessie terjadi karena perjanjian. Yang menjadi dasar/motivasi pengalihan piutang atas nama tersebut, terutama melalui jual-beli ialah kreditur lama membutuhkan uang, tetapi piutang tersebut belum jatuh tempo, makanya dijual kepada pihak ketiga yang biasanya dengan harga di bawah nominal. Utang-piutang yang lama tidak berakhir, hanya penggantian kreditur karena peralihan hak atas piutang atas nama. Jadi, tidak menyebabkan hapusnya perikatan walaupun menimbulkan kreditur baru, dan hak atas perjanjian accesoir ikut beralih kepada pihak ketiga sebagai kreditur baru. Untuk beralihnya hak kebendaan harus dipenuhi tiga syarat, yakni: kewenangan dari pihak yang menyerahkan, alas hak yang sah, dan penyerahan. Formalitas untuk sahnya cessie harus dilakukan dengan membuat akta cessie dalam bentuk akta otentik atau di bawah tangan. Cessie barulah berlaku bagi cessus setelah diberitahukan (betekend) kepadanya atau secara tertulis disetujui atau diakuinya. Betekend berarti resmi memberitahukan, namun bukan sebagai unsur untuk terjadinya cessie, melainkan hanya agar cessus mengetahui kepada siapa ia harus membayar utangnya. Oleh sebab itu, hak tagih dianggap telah berpindah pada waktu akta cessie itu dibuat, jadi tidak pada waktu cessie itu diberitahukan pada cessus. Inilah yang berbeda dengan gadai terhadap hak atas tagih, yang tidak diharuskan adanya akta sehingga hanya sebagai fungsi alat bukti, serta pemberitahuan merupakan unsur untuk terpasangnya gadai itu. Adapun isi dari akta cessie harus memuat: Hak tagih yang dialihkan; Nama-nama dari cedent, cessionaris, dan cessus; Keterangan/pernyataan dari cedent dan cessionaris atas pengalihan hak tagih; Tanda tangan dari cedent dan cessionaris. Sehingga dikatakan kreditur aktif sedangkan debitur selalu pasif dalam cessie. Berdasarkan Putusan HR 29 Mei 1981, NJ 1982, 25, maka dapat dilakukan cessie atas hak tagih yang akan ada, dengan syarat dilakukan oleh kreditur berdasarkan pada suatu hubungan hukum yang telah ada dengan debitur pada waktu akta cessie dibuat. Jadi, menurut Van Creveld, hak tagih itu telah ada, tetapi belum dapat ditagih. SUBROGASI

Nama: JENNIFER THOMASYADI 2 NPM: 1206308015


Diatur dalam ketentuan Pasal 1400 sampai dengan Pasal 1403 KUH Perdata. Merupakan penggantian hak-hak oleh seorang pihak ketiga yang membayar kepada kreditur, sehingga dengan dipenuhinya prestasi tersebut, maka kreditur digantikan oleh pihak ketiga itu, yang kemudian menjadi kreditur baru. Terjadi karena adanya pembayaran yang didasarkan oleh: - Perjanjian, pembayaran oleh pihak ketiga kepada kreditur atas utang debitur tidak terjadi begitu saja, melainkan harus diperjanjikan terlebih dahulu dengan pihak ketiga itu dan terjadi pada saat dilakukan pembayaran, baik dengan cara: Inisiatif dari kreditur, dalam hal menerima pembayaran dari pihak ketiga dan menetapkannya sebagai orang yang akan menggantikan hak-hak, gugatan, hak-hak istimewa, dan jaminan yang dipunyainya terhadap debitur. Dinyatakan secara tegas, tepat pada waktu pembayaran dilakukan.

Inisiatif dari debitur, dalam hal meminjam uang pada pihak ketiga untuk membayar
utangnya pada kreditur dan debitur menetapkannya sebagai kreditur baru. Terdapat dua hubungan hukum, yaitu: hubungan hukum pertama adalah pinjam-meminjam uang antara debitur dan kreditur baru; dan hubungan hukum kedua adalah pelunasan utang debitur kepada kreditur baru dengan menyebutkan telah menggunakan uang pinjaman tersebut. Subrogasi atas inisiatif debitur harus dilakukan dengan akta otentik, yakni perjanjian yang memuat: Perjanjian pinjam uang dari kreditur baru; dan Tanda pelunasan utang yang menerangkan dilakukan dengan uang yang dipinjam serta diperjanjikan bahwa kreditur baru akan menggantikan kedudukan kreditur lama. Dengan terjadinya subrogasi itu, maka kreditur membebaskan debitur dari kewajiban untuk membayar utangnya kepada kreditur, tetapi timbul kewajiban membayar utang kepada kreditur baru. - Undang-undang, terjadi subrogasi demi hukum tanpa perlu diperjanjikan, yakni: karena pembayaran dari kreditur pada kreditur lain yang mempunyai hak lebih tinggi karena hak istimewa atau hak tanggungan; orang yang bersama-sama dengan atau untuk orang lain diwajibkan membayar utang, berkepentingan untuk melunasi, seperti pembayaran seorang kreditur pada utang tanggung renteng atau oleh borg; seorang ahli waris yang menerima dengan hak istimewa (beneficiaire) tetapi telah membayar seluruh utang pewaris, dan sebagainya (pasal 1402 KUH Perdata). Utang-piutang yang lama hapus biarpun hanya satu detik, untuk kemudian dihidupkan kembali bagi kepentingan kreditur baru menyebabkan hapusnya perikatan, sebab kewajiban debitur tidak berakhir, tetapi ia tetap harus memenuhi prestasinya kepada kreditur baru. Perjanjian yang bersifat accesoir ikut beralih kepada kreditur baru, mengikuti perjanjian pokoknya yang beralih kepada kreditur baru. Posisi Debitur adalah pasif, dalam hal subrogasi yang terjadi karena inisiatif kreditur. Subrogasi itu terjadi sebab pihak ketiga membayar kepada kreditur, sedangkan debitur tidak melakukan apapun. Terkait posisi kreditur, tidak selalu dibutuhkan bantuannya, dalam hal subrogasi atas inisiatif debitur dan karena undang-undang. NOVASI (PEMBARUAN UTANG) Diatur dalam ketentuan Pasal 1413 sampai dengan Pasal 1424 KUH Perdata. Novasi diartikan sebagai perjanjian yang menggantikan perikatan lama dengan perikatan yang baru. Novasi merupakan salah satu sebab hapusnya perikatan. Novasi hanya dapat terlaksana atas kehendak yang tegas dinyatakan oleh para pihak dan tidak dapat dipersangkakan, serta hanya mungkin terjadi karena adanya perjanjian. Berdasarkan terjadinya Novasi, maka dibedakan atas dua bagian, yaitu: - Novasi Subjektif Ialah pembaruan utang yang terjadi karena penggantian pada salah satu subjek perjanjian, yakni pihak kreditur atau pada pihak debitur. Dalam hal penggantian

Nama: JENNIFER THOMASYADI 3 NPM: 1206308015


kreditur, maka kreditur lama akan selalu dilibatkan karena dalam hal perikatan untuk memberikan sesuatu, daya tanggung keuangan dari debitur sangat penting. Penggantian debitur tidak dapat berlangsung tanpa keikutsertaan dari kreditur. a. Novasi subjektif pasif, terjadi penggantian pada pihak debitur. Di sini yang dimaksud dengan penggantian debitur juga meliputi perubahan komposisi debitur. Novasi subyektif pasif terjadi karena: Expromissio (Pasal 1416 KUH Perdata). Yaitu terjadinya pembaruan utang atas prakarsa kreditur dengan penunjukan debitur baru untuk menggantikan debitur lama. Novasi ini dapat terjadi tanpa melibatkan debitur lama, karena inisiatif untuk mencari debitur baru berasal dari pihak kreditur; Delegatie (Pasal 1417 KUH Perdata), novasi yang terjadi karena debitur lama menawarkan debitur baru yang bersedia membayar utang dan menggantikan kedudukan debitur lama kepada kreditur. Terdapat dua bentuk delegasi, yaitu: imperfek (delegatio imperfecta), terjadi apabila di samping debitur lama, debitur baru juga diwajibkan untuk membayar utang, tanpa terjadi novasi; dan Delegasi perfek (delegatio perfecta), apabila kreditur dengan tegas menyetujui penggantian debitur dan membebaskan debitur lama dari kewajibannya untuk membayar utang kepada kreditur. b. Novasi subjektif aktif, terjadi penggantian pihak kreditur, yang juga termasuk perubahan komposisi kreditur. Dengan menempatkan kreditur baru sebagai pengganti yang lama, debitur dibebaskan dari kewajibannya. Dalam hal ini dibutuhkan kerja sama dari tiga pihak: debitur, kreditur lama dan baru. Yang tidak termasuk dalam novasi ini ialah penunjukan seorang lain oleh kreditur untuk menerima pembayaran untuknya, misalnya bank menerima pembayaran dari debitur dan dibukukan dalam rekening kreditur. Novasi dapat terjadi karena penggantian dari debitur yang waktunya bertepatan dengan penggantian dari kreditur, atau novasi subjektif waktunya bertepatan dengan novasi objektif sebagai akibat adanya suatu pembaruan utang aktif dan pasif yang timbul dari perjanjian timbal balik. - Novasi Objektif Perikatan yang terjadi di antara kreditur dan debitur digantikan dengan perikatan yang baru. Ini berarti terjadi perubahan pada kausa, yaitu isi dan maksud perjanjian. Misalnya dari sewa menyewa menjadi jual beli. Namun apabila perubahan hanya terjadi pada besarnya utang pokok, bunga dan jangka waktu, maka tidak terjadi novasi, melainkan merupakan perubahan utang saja. Pada intinya, pembaruan utang terjadi karena: - Apabila para pihak menyatakan dengan tegas keinginan untuk melepaskan diri mereka dari perikatan yang lama dan hubungan hukum mereka akan ditentukan oleh perikatan yang baru; atau - Baik substansi maupun maksud dari perjanjian baru yang dibuat, mengakibatkan perubahan sedemikian rupa sehingga tidak lagi dapat dikatakan perjanjian baru memuat perikatan yang sama. Akibat dari novasi ialah: Utang-piutang yang lama menjadi hapus, digantikan oleh utang-piutang yang baru. Oleh karena perjanjian pokoknya hapus, maka hak istimewa dan perjanjian accesoir-nya juga hapus, kecuali para pihak dengan tegas menyatakan bahwa hak-hak yang bersifat accesoir dan hak istimewa dalam perjanjian lama tidak ikut hapus, namun hanya dalam penggantian kreditur; Bagi novasi di antara kreditur dan salah seorang debitur tanggung-renteng, maka hak istimewa dan hak yang bersifat accesoir hanya melekat pada benda milik debitur baru dan yang lainnya dibebaskan. Jika debitur yang telah dibebaskan itu tetap hendak menjaminkan hartanya untuk perjanjian novasi, harus dilakukan pengikatan jaminan baru; Untuk perjanjian utang yang debiturnya juga pemilik jaminan tidak lagi menjadi peminjam atau pemilik jaminan meninggal dunia, maka harus dilakukan novasi dan jaminan tidak dapat dipertahankan; dan Novasi antara kreditur dan debitur utama membebaskan borg.

Anda mungkin juga menyukai