Anda di halaman 1dari 6

RESUME NOVASI

Muhammad Atmakeno Daniswara


11000121130378
Hukum Perdata (K)

Novasi (pembaharuan utang) adalah sebuah persetujuan, di mana suatu perikatan telah
dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat
yang asli. Suatu perikatan timbul bukan karena adanya perjanjian saja, akan tetapi dapat pula
timbul karena undang – undang, yang di atur di dalam Pasal 1233 KUH Perdata. Pasal 1233
KUH Perdata dinyatakan bahwa: “Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan,
baik karena undang-undang”. Dalam hal perikatan lahir karena undang–undang para pihak
yang bersangkutan terikat karena undang–undang, diluar kemauannya. Berbeda dengan
perikatan yang lahir karena perjanjian, yang mementingkan kemauan para pihak.
Pembaharuan utang terjadi dengan cara mengganti utang lama dengan utang baru,
debitur lama dengan debitur baru. Novasi juga dapat diartikan sebagai pembaharuan hutang
atau suatu perikatan yang bersumber dari kontak baru yang mengakhiri atau menghapuskan
perikatan yang bersumber dari kontrak lama. Novasi juga dapat disebut sebagai bentuk
hapusnya perikatan karena terwujud dalam lahirnya perikatan baru.
Novasi dapat diartikan sebagai penggantian partai kontrak, penggantian utang atau
tanggungan sebelumnnya oleh utang atau tanggungan yang baru. Pembaruan utang atau
novasi ini merupakan suatu kontrak atau perjanjian yang tertulis yang dibuat atas dua subjek
hukum atau beberapa subjek hukum yang dapat melengkapi tuntutan atau permintaan yang
tertuang dalam hukum suatu persetujuan. Novasi atau pembaruan utang sering dilakukan oleh
masyarakat di Indonesia untuk memnuhi kebutuhan modal dan kepentingan para pihak yang
membuat pembaruan utang tersebut. Persetujuan pembaruan utang ini sering dilakukan oleh
para pelaku usaha untuk mendapatkan modal menjalankan usahanya atau untuk mendirikan
perusahaan baru.
Pembaharuan utang (novasi) itu pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian baru
untuk menggantikan yang lama, maka embel-embel atau sangkut paut perjanjian lama tidak
ikut serta, kecuali kalau hal itu secara tegas dipertahankan oleh si berpiutang. Segala hak
istimewa, semua penanggungan, semua hipotik pada asasnya hapus, apabila suatu piutang
diperbaharui
Novasi di Indonesia belum diberikan definisi oleh peraturan perundangundangan
namun novasi di dalam hukum perdata dikenal juga sebagai persetujuan pembaruan utang
yang di atur di dalam peraturan hukum perdata atau KUHPer Pasal 1413- Pasal 1424. Novasi
merupakan salah satu jenis perjanjian yang di kenal di dalam KUHPer yang disebut dengan
istilah perjanjian utang-piutang.
Pada KUHPerdata Pasal 1413 dijelaskan macam-macam yaitu ;
1. “Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru terhadap
orang yang menghutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang dihapuskan
karenanya”. Hal ini kemudian dikenal sebagai Novasi Objektif. Novasi Objektif adalah
ketika suatu perjanjian lama yang berisi tentang perikatan utang dianggap lenyap karena
lahirnya suatu perikatan yang baru. Pembaruan utang adalah perbuatan hukum yang
dilakukan debitur dengan menciptakan satu kontrak utang yang baru, yang memiliki fungsi
untuk merubah utang yang lampau. Dalam peristiwa hukum ini yang dirubahnya kontrak
yang lampau dengan kontrak yang baru bertujuan untuk membahas pokok persoalan
mengenai utang-utangnya tanpa memperbaharui pihak kreditur atau pihak debitur
Sebagai contoh, Saya berutang uang sebesar 20.000 kepada adik saya. Karena saya
masih membutuhkan uang, esok harinya saya meminta adik saya untuk meminjamkan
kembali uang sebesar 10.000 kepada saya. Kemudian antara saya dan adik saya membuat
perjanjian bahwa total utang saya adalah 30.000 dan harus dikembalikan sebelum hari sabtu.
2. “Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama,
yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya”. Disebut sebagai Novasi Subjektif
Pasif adalah ketika ssuai dengan isian ayat diatas, sebuah perjanjian baru dibuat antara
kreditor dan debitor dengan diganti debitor lama oleh debitor baru sehigga debitor lama
terlepas dari kewajibannya.
Sebagai contoh, saya meminjam uang kepada adik saya sebesar 20.000. Menjelang
waktu batas pembayaran saya belum memiliki uang sehingga membujuk ibu saya untuk
menggantkan saya membayarkan utang saya kepada adik saya. Ibu saya sepakat dan berjanji
kepada adik saya akan membayar utang saya sebesar 20.000 esok hari. Penggantian debitur
yang semula saya menjadi ibu saya inilah yang disebut sebagai Novasi Subjektif Pasif.
Delegasi dalam Novasi Subjektif Pasif terjadi ketika debitur lama menawarkan
debitur baru kepada kreditur. Pengaturan mengenai delegasi diatur dalam KUHPerdata
Pasal 1417 yang berbunyi “Pemberian kuasa atau pemindahan, dengan mana seorang
debitur memberikan kepada seorang kreditur seorang debitur baru yang mengikatkan
dirinya kepada kreditur, tidak menimbulkan suatu pembaruan utang, jika kreditur tidak
secara tegas mengatakan bahwa ia bermaksud membebaskan debitur yang melakukan
pemindahan itu dan perikatannya.”
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa bentuk delegasi juga dapat dibagi menjadi dua ;
-Delegasi Imperfek adalah apabila disamping debitur baru, debitur lama juga diwajibkan
membayar utang yang mana dalam hal ini tidak terjadi pembaruan utang. Hal ini sesuai
dengan ketentuan.
-Delegasi Perfek adalah apabila kreditur dengan tegas menyetujui penggantian debitur lama
dari kewajibannya untuk membayar utang kepada kreditur.
Perbedaan Novasi Subyektif Pasif dengan Subrogasi :
-Novasi hanya dapat terjadi dengan persetujuan dari kreditur yang bersangkutan, sedangkan
subrogasi juga dapat terjadi menurut undang-undang.
-Subrogasi yang berdasarkan perjanjian harus dilakukan secara tegas (uitdrukkelijk),
sedangkan bagi novasi cukup apabila maksud pada pihak dapat terang disimpulkan dari
perbuatan mereka (Pasal 1415 KUH Perdata)
-Pada subrogasi semua hak istimewa dan hipotik dari perikatan lama selalu berpindah kepada
kreditur baru, sedangkan pada novasi tidak tentu. terjadi novasi subyeksi pasif, hak-hak
istimewa dan hipotik-hipotik yang dari semula akan tetap mengikuti piutang, tidak berpindah
atas barangbarang si berutang baru. Apabila pembaharuan utang terjadi antara si berpiutang
dan salah seorang dari beberapa orang yang berutang secara tanggung-menanggung, maka
hak-hak istimewa dan hipotikhipotik tidak dapat dipertahankan selain atas benda-benda orang
yang membuat perjanjian baru.
3. “Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya”.
Novasi Subjektif Aktif adalah pergantian Kreditur lama ke kreditur baru sebab-sebab
perjanjian.
Sebagai contoh, Saya meminjam uang kepada adik saya sebesar 20.000. Namun,
karena (misal) adik saya memiliki tanggungan kepada ibu saya berupa sekian jumlah uang
sehingga kewajiban pembayaran saya beralih dari semula adik saya kepada ibu saya.
Penggantian kreditor adik saya menjadi Ibu saya inilah yang kemudian disebut sebagai
Novasi Subjektif Aktif.
Perbedaan Antara Novasi Subyektif Aktif Dengan Cessie
Beberapa perbedaan antara cessie dan novasi subyektif aktif antara lain sebagai berikut:
-Cessie memerlukan suatu surat otentik atau di bawah tangan, sedangkan novasi dapat terjadi
secara kesimpulan perbuatan mereka.
-Novasi memerlukan turut sertanya debitur dalam menentukannya, sedangkan pada cessie
cukup suatu pemberitahuan kepada debitur.
Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti pada Pasal 1318 K.U.H. Perdata menyatakan jika
seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa itu adalah untuk ahli waris-
ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan tegas
ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian, bahwa tidak sedemikianlah
maksudnya. Yang artinya adalah bila ternyata si debitur meninggal dunia padahal
perjanjiannya belum berakhir atau belum lunas sementara kreditnya masih diperlukan untuk
usahanya maka ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya
berkewajiban untuk meneruskan perjanjian tersebut. Sehingga secara otomatis ahli warisnya
berkewajiban untuk meneruskan kreditnya namun pihak bank tidak serta merta menganggap
secara otomatis bahwa ahli warisnya akan meneruskan kreditnya tetapi bank mensyaratkan
diperlukan adanya novasi.
-Pada cessie semua hak-hak istimewa dan hipotik berpindah kepada kreditur baru, sedangkan
pada novasi tidak tentu.

Sifat-Sifat Novasi
-Merupakan hasil perundingan segitiga yaitu antara pihak debitur, kreditur dan pihak ketiga.
-Perjanjian yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok turut terhapus
ketika perjanjian pokoknya hapus. Namun, hal ini dapat dikecualikan jika dinyatakan
sebaliknya dalam kesepakatan.
-Tidak mutlak harus menggunakan akta.
-Utang piutang digantikan dengan utang piutang yang baru, utang piutang lama dianggap
tidak berlaku.
-Tidak memerlukan pemberitahuan karena merupakan kesepakatan semua pihak.

Unsur-Unsur Novasi
Berdasrkan Pasal 1413-1424 KUHPerdata, unsur-unsur yang harus ada dalam Novasi
antara lain:
1. Merupakan suatu pembaharuan utang, konsep dasar novasi yang tidak bisa diubah.
2. Dibuat dalam bentuk akte notaris. Novasi harus dilakukan berupa tulisan yang dimuat
dalam suatu akta, sesuai dengan ketentuan Pasal 1415 yang menyebutkan “Pembaruan utang
tidak dapat hanya dikira-kira; kehendak seorang untuk mengadakannya harus terbukti dan
isi akta” sehingga kehendak atau keputusan untuk mengadakan perjanjian Novasi harus tegas
ternyata dari perbuatan hukumnya.
3. Dilakukan setelah ada perjanjian atau persetujuan utang-piutang. Sebelum dilakukan
perjanjian pembaruan utang atau novasi, maka terlebih dahulu harus diawali dengan adanya
perjanjian utang-piutang, jika belum ada perjanjian utang-piutang tidak dapat dilakukan
novasi atau perjanjian pembaruan utang.
4. Dilakukan jika debitur tidak dapat atau gagal dalam melaksanakan kewajibannya.
Syarat Sah Terjadinya Novasi
Untuk mengetahui syarat sah terjadinya sebuah novasi, setidaknya harus melihat beberapa
pengaturan sebagaimana yang diatur dalam KUHPerdata. Pertama secara general sesuai pada
ketentuan Pasal 1320 menentukan bahwa sebuah kesepakatan dapat terjadi jika;
1. Konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak. Yang mana para subjek hukum melakukan
kesepakatan.
2. Cakap dalam melakukan perjanjian. Dalam melakukan Novasi diperlukan suatu kecakapan
dari pihak-pihak yang sesuai dengan ketentuan Pasal 1414 yang berbunyi “Pembaruan utang
hanya dapat dilakukan antara orang-orang yang cakap untuk mengadakan perikatan”.
Kecakapan dalam hal ini ialah merujuk pada ketentuan Pasal 1330 yaitu Dewasa, tidak
berada dalam pengampuan dan tidak dilarang dalam Undang-Undang. Dari penjelasan
tersebut bahwa apabila perjanjian dilakukan dengan melibatkan atau saat seseorang sedang
cakap maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
3. Berupa bebrapa pokok persoalan. Objek yang menjadi bahan perikatan memiliki nilai bagi
para pihak.
4. Tidak melaggar norma atau ketentuan yang berlaku. Isi kesepakatan tidak boleh melanggar
norma atau peraturan yang berlaku.
Jika Terjadi Pembatalan Novasi.
Akibat Novasi seperti yang sudah dijelaskan bahwa novasi akan mengahapus
perikatan lama. Jika perjanjian Novasi dibatalkan dengan suatu sebab maka menurt pendapat
ahli seperti C. Assers dan J. Satrio akan menghidpkan kembali perikatan yang lama. Hal ini
sesuai dengan bunyi Pasal 1424 “Karena adanya pembaruan utang antara kreditur dan salah
seorang para debitur yang berutang secara tanggung-menanggung, maka para debitur
lainnya dibebaskan dan perikatan. Pembaruan utang yang dilakukan terhadap debitur utama
membebaskan para penanggung utang. Meskipun demikian, jika dalam hal yang pertama
kreditur telah menuntut para debitur lain itu, atau dalam hal yang kedua ia telah menuntut
para penanggung utang supaya turut serta dalam perjanjian baru, tetapi orang-orang itu
menolak, maka perikatan utang lama tetap berlaku “
Upaya Penyelesaian Permasalahan Perusahaan yang Mengalami Kerugian dengan
Menggunakan Upaya Hukum Novasi
Untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang mana perusahaan mengalami
kerugian dan tidak dapat membayar utang-utangnya dengan menggunakan upaya hukum
novasi, makan berdasarkan konsep novasi yang pertama harus dilakukan sebelum terjadi
permasalahan hukum dalam perusahaan yang didirikan yang mana modalnya didapat dari
kreditur, maka pada saat peminjaman modal tersebut dibuat suatu perjanjian utang-piutang
antara debitur dengan kreditur yang dituangkan di dalam akta yang dibuat oleh notaris, yang
mana di dalam akta tersebut dimuat suatu klasula mengenai “penyelesaian hukum mengenai
perjanjian utang-piutang yang akan dilakukan akan diselesaikan antara pihak terlebih
dahulu”.
Kedua, setelah dibuatnya perjanjian utang-piutang antara debitur dengan kreditur
yang dimuat di dalam akta notaris, dan setelah adanya perjanjian utang-piutang itu debitur
tidak mampu membayar utang-utangnya terhadap kreditur maka berdasarkan perjanjian
terdahulu dibuat yang memuat klausula “bahwa permasalahan hukum akan diselesaikan oleh
kedua belah pihak terlebih dahulu antara debitur dengan kreditur”, maka kreditur dengan
debitur dapat membuat perjanjian baru mengenai pembaruan utang debitur. Yang perjanjian
ini dapat dilakukan dengan menunjuk debitur yang baru maka debitur yang lama tidak ada
kaitannya lagi dengan kreditur, namun debitur lama memiliki kaitan dengan debitur yang
baru. Begitu pula sebaliknya kreditur juga dapat menunjuk kreditur yang baru untuk
menggantikan kreditur yang lama, maka debitur tidak memiliki kaitan dengan kreditur yang
lama, namun sebaliknya memiliki kaitan dengan kreditur yang baru. Hal ini sesuai dengan
ketentuan peraturan hukum perdata atau KUHper Pasal 1413 yang sudah dijelaskan di atas.
Ketiga, karena novasi atau perjanjian pembaruan merupakan suatu jenis perjanjian
maka berlaku konsep yang diatur di dalam Pasal 1320 yang memuat mengenai syarat-syarat
sahnya perjanjian. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang ditentukan bahwa perjanjian sah
apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.
2. Adanya kecakapan untuk membuat perjanjian.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.

Kesimpulan dan Catatan


Novasi adalah upaya pembaharuan perikatan utang-piutang yang terjadi apabila debitur
kesulitan atau gagal dalam melaksanakan kewajibannya. Novasi hadir sebagai mekanisme
pemecahan solusi dan saran jalan keluar yang dapat dilakukan diluar ranah pengadilan.
Novasi dapat dianggap sebagai penolong atau kesempatan bagi para pihak untuk
melaksanakan prestasi yang sebelumnya terganggu karena suatu sebab.
Dalam bahasan kali ini sudah dijelaskan secara detail dan cukup mendalam penjelasan dan
pemahaman mengenai novasi mulai dari jenis, perbedaan dengan cessie dan subograsi, sifat
novasi, syarat sah, unsur-unsur dan beberapa aspek lainnya yang berkaitan langsung dalam
pokok bahas novasi.
Perlu dipahami perbedaan-perbedaan antara Novasi, Cessie dan Subograsi yangmana
ketiganya memiliki kemiripan satu sama lainnya. Novasi dianggap sebagai pembaruan
perjanjian sehingga baik syarat dan mekanismenya memiliki kemripan dengan perikatan pada
umumnya. Penting untuk kembali diingat materi lampau untuk memudahkan belajar pada bab
materi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Permana, I Gede Angga. 2019. Penggunaan Upaya Hukum Novasi Dalam Penyelesaian
Permasalahan Hukum Perusahaan Yang Mengalami Kerugian. Acta Comitas Jurnal Hukum
Kenotariatan. Vol 4 Nomor 2.
Sriwidodo, Joko. Kristiwanto. 2021. Memahami Hukum Perikatan. Kepel Press. Yogyakarta
Amalia, Nadia. 2012. Hukum Perikatan. Unimal Press. Aceh
Putri, Corry Angelica Bintaia Dwi. Busro, Achmad. Priyono, Ery Agus. 2016. Mekanisme
Novasi Subjektif Pasif Dengan Adanya Delegasi (Studi Banding PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk Cabang Kebon Jeruk Jakarta Barat). Diponegoro Law Review.
Yasa, Gede Bangbang Mertha. Surata, I Nyoman. 2016. Penyelesaian Kredit Macet Melalui
Novasi Pada PT BPR Padma Cabang Singaraja. Kentha Widya Vol 2 Nomor 2
Oktavira, Bernadetha Aurelia. (13 April 2022). Apa itu Novasi dan Bagaimana Cara
Pelaksanaanya?. Diakses 23 Mei 2022. https://www.hukumonline.com/klinik/a/apa-itu-
novasi-dan-bagaimana-cara-pelaksanaanya-lt5113002d58b0a/

Anda mungkin juga menyukai