Anda di halaman 1dari 6

RESUME MENGENAI NOVASI

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Rahandy Rizki Prananda S.H., M.H.
Disusun Oleh :
Yafi’ Faris
KELAS :
K
NIM :
11000121140475

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS HUKUM

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata Kredit merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “credere’ yang
artinya kepercayaan. Karena banyaknya usaha di sector industry, dari besar maupun industry
kecil memerlukan kredit yang fungsinya untuk bantuan permodalan agar usaha dapat berjalan
lancar dan dan mencapai yang dicita-citakan. Pada umumnya, pengusaha tidak selalu bisa
menyediakan sendiri seluruh modal yang diperlukan dalam usahanya, sehingga diperlukan
adanya kredit dari pihak lain, misalnya bank. Pengajuan kredit kepada bank dimaksudkan
sebagai salah satu cara untuk mengatasi kekurangan modal di industry.
Berdasarkan praktek perbankan, untuk adanya pemberian kredit dari bank, terdapat
perjanjian kredit yang klausal-klausalnya telah disepakati antara pihak bank sebagai kreditor r
dengan debitor atau pihak lain yang mewajibkan pihak perjanjian untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Di dalam kredit terkandung pengertian tentang “Degree of Risk” yaitu suatu tingkat
resiko tentu, oleh karena pelepasan kredit mengandung suatu risiko, baik risiko bagi pemberi
kredit maupun bagi penerima kredit2 . Bagi penerima kredit, risiko yang mungkin timbul
adalah jika ia tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut, ia akan kehilangan modal.
Meskipun pengurusan piutang negara telah diambil alih oleh Kantor Pelayanan
Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), namun upaya penanganan kredit macet dapat ditempuh
melalui penjadwalan kembali (restrukturisasi), persyaratan kembali, penataan kembali
angsuran1, atau dapat pula dilakukan novasi. Pasal 1413 Burgerlijk Wetboek, menyatakan ada
3 (tiga) macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang (novasi), yaitu pertama apabila
seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang mengutangkan
kepadanya, yang mengantikan utang yang lama, yang dihapuskan karenanya, kedua apabila
seorang yang berutang baru ditunjuk untuk mengantikan orang berutang lama, yang oleh si
berpiutang dibebaskan dari perikatannya, ketiga apabila sebagai akibat suatu persetujuan
baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang lama, terhadap
siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut
pembaharuan utang (novasi) dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu debitor dan kreditor
mengadakan perjanjian baru, dengan mana perjanjian lama dihapuskan (novasi objektif),
penggantian debitor dengan ketentuan debitor lama dibebaskan dari perikatannya (novasi
subjektif pasif), dan penggantian kreditor dengan ketentuan kreditor lama dibebaskan dari
perikatannya (novasi subjektif aktif). Dengan adanya novasi subjektif aktif, maka kewajiban
pembayaran piutang negara oleh debitor lama demi hukum beralih kepada debitor baru,
dengan tidak pula mensyaratkan adanya akta, sebagaimana maksud Pasal 1416 Burgerlijk
Wetboek2

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, halaman 71.
2
Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, SH., dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, dalam rangka
menyambut masa purna bakti usia 70 tahun,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, halaman 134.
B. Pembahasan

Apa itu Novasi?

Novasi ialah suatu Langkah-langkah penggantian kontrak yang sudah lama terjadi
dengan kontrak yang baru dilakukan, sehingga mengakibatkan kontrak yang lampau tidak
berlaku, maka yang sah secara hukum berlaku selanjutnya ialah kontrak yang baru dibuat,
dengan pembaharuan mengenai klausala-klausala yang berisi tentang syarat, keadaan, dan
pembaruan tentang para pihak yang termuat di dalam kontrak tersebut. Di dalam suatu tahap
pembaruan utang, debitur dengan kreditur mencantumkan tanda tangan pada akta pembaruan
utang. Akta yang dibuat tersebut akan menjadi pedoman atau acuan untuk melakukan
tahapan-tahapan pembaruan hutang.

Novasi atau sering disebut juga sebagai pembaruan utang ada beberapa pengertian,
ialah sebagai berikut:
1. Novasi objektif Pembaruan utang ialah perbuatan hukum yang dilakukan debitur dengan
menciptakan satu kontrak utang yang baru, yang memiliki fungsi untuk merubah utang yang
lampau. Dalam peristiwa hukum ini yang dirubahnya kontrak yang lampau dengan kontrak
yang baru bertujuan untuk membahas pokok persoalan mengenai utang-utangnya tanpa
memperbaharui pihak kreditur atau pihak debitur;
2. Novasi subjektif aktif Dilakukan penggantian kreditur lampau dengan kreditur baru,
menimbulkan suatu akibat hukum antara debitur dengan kreditur lampau, sehingga kreditur
lampau tidak memiliki hubungan hukum mengenai kontrak utang-piutang itu;
3. Novasi subjektif pasif Perbuatan penggantian debitur lampau dengan debitur baru, dan
kreditur menyepakati bahwa debitur lampau dilepaskan dari hak dan kewajibannya.
Mengingat bahwa novasi merupakan suatu jenis perjanjian atau kesepakatan yang
ada, maka novasi harus sesuai dengan asas perjanjian atau kesepakatan yang diatur di dalam
peraturan hukum perdata atau KUHPer Pasal 1313, yang menentukan, ialah “perjanjian
merupakan sesuatu tindakan hukum yang dilaksanakan atas dua subjek hukum atau beberapa
subjek hukum, secara bersama-sama menyepakati kepada dua subjek hukum lainnya atau
beberapa subjek hukum”. Atas pemaparan yang telah disebutkan itu bisa dikatakan bahwa
perjanjian ialah adanya dua subjek hukum atau lebih yang mengikatkan dirinya untuk berbuat
sesuatu yang diperjanjikan dan pihak-pihak tersebut menyepakati hal tersebut.
Novasi sebagai suatu perjanjian pembaruan utang baru diakui perjanjian atau
kesepakatan setelah terpenuhinya unsur-unsur perjanjian atau kesepakatan di dalam ketentuan
Pasal 1320 peraturan hukum perdata atau KUHPer yang menentukan suatu persetujuan atau
perjanjian baru dikatakan sah, bila dipenuhi empat syarat ialah;
1. Adanya konsensus para subjek hukum yang akan melakukan persetujuan. Dalam hal ini
artinya ada subjek hukum minimal dua subjek hukum atau beberapa subjek hukum yang
melakukan suatu kesepakatan;
2. Cakap dalam melakukan persetujuan Kecakapan dalam hal ini artinya orang yang
melakukan perbuatan harus sudah dewasa menurut peraturan hukum perdata atau KUHPer;
3. Beberapa pokok persoalan Pokok persoalan tertentu ini artinya ialah adanya objek yang
diperjanjikan atau dipersetujukan oleh para pihak, bisa dalam bentuk barang yang dapat
berpindah serta barang yang tidak dapat dipindahkan, baik itu berupa ataupun tidak memiliki
rupa, yang bentuk objek diperjanjikan itu memiliki nilai bagi para pihak;
4.Beberapa faktor yang tidak diperbolehkan Bagian persoalan ini artinya apa yang disepakati
atau yang sipersetujukan tidak melanggar norma-norma atau peraturang perundang-undangan
yang ada di Indonesia.

Konsep yang mengenai novasi diatas dapat dikatakan bahwa untuk dikatan sebagai novasi
harus memenuhi beberapa unsur yaitu:
A. Merupakan suatu persetujuan pembaruan utang, Pada dasarnya novasi merupakan
kesepakatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang sepakat atas suatu hal
tertentu.
B. Dibuat dalam bentuk akta Notaris, Novasi atau persetujuan pembaruan utang ini harus
dilakukan berupa tulisan yang dimuatkan dalam suatu akta, sesuai dengan peraturan
Pasal 1415 peraturan hukum perdata atau KUHPer, yang menentukan yaitu
“kesepakatan membuat pembaharuan utang tidak boleh diperkirakan; maksud dan
tujuan seseorang untuk menyepakati persetujuan itu harus termuat dan terbukti di
dalam isi akta”.
C. Dilakukan setelah ada perjanjian atau persetujuan utang-piutang, Sebelum dilakukan
perjanjian pembaruan utang atau novasi, maka terlebih dahulu harus diawali dengan
adanya perjanjian utang-piutang, jika belum ada perjanjian utang-piutang tidak dapat
dilakukan novasi atau perjanjian pembaruan utang.
D. Dilakukan jika debitur tidak mampu membayar utang-utangnya, Novasi atau
perjanjian pembaruan utang baru dapat dilakukan jika debitur memang secara nyata
tidak dapat membayar utang-utangnya, novasi atau perjanjian pembaruan utang tidak
dapat dilakukan jika secara nyata debitur masih mampu melakukan pembayaran
utang-utangnya.
Cara terjadinya Novasi yang terdapat di dalam pasal 1413 KUH Perdata yaitu:
1. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang
mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang lama, yang dihapuskan
karenanya;
2. apabila seseorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama
yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya;
3. apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk
menggantikan orang berpiutang lama, terhadap siapa si berpiutang dibebaskan dari
perikatannya.
4. Suatu novasi hanya dapat terjadi atas kehendak yang dinyatakan dengan tegas oleh
para pihak dan tidak bisa dipersangkakan (Pasal 1415 KUH Perdata). Selain itu
novasi hanya terjadi karena perjanjian. Sehingga harus memenuhi syarat-syarat
sahnya perjanjian.
Cara Terjadinya Novasi :
 Novasi subyektif pasif
Pada novasi subyektif pasif terjadi penggantian pada pihak debitur. Di sini yang dimaksud
dengan penggantian debitur juga meliputi perubahan komposisi debitur. Misalnya semula ada
tiga orang debitur, lalu terjadi perubahan menjadi hanya dua orang debitur. Novasi subyektif
pasif terjadi karena pembaruan utang dengan penunjukan debitur baru untuk menggantikan
debitur lama. Pembaruan utang ini dapat terjadi tanpa melibatkan debitur lama. Karena
inisiatif untuk mencari debitur baru berasal dari pihak kreditur. Delegasi (Pasal 1417 KUH
Perdata). Adalah novasi yang terjadi karena debitur lama menawarkan debitur baru kepada
kreditur. Dalam hal ini debitur baru bersedia untuk membayar dan menggantikan kedudukan
debitur lama. Terdapat dua bentuk delegasi, yaitu:
1. Delegasi imperfek (delegatio imperfecta), terjadi apabila di samping debitur lama,
debitur baru juga diwajibkan untuk membayar utang. Dalam hal ini tidak terjadi
pembaruan utang.
2. Delegasi perfek (delegatio perfecta), terjadi apabila kreditur dengan tegas menyetujui
penggantian debitur dan membebaskan debitur lama dari kewajibannya untuk
membayar utang kepada kreditur.
 Novasi subyektif aktif
Pada novasi subyektif aktif, terjadi penggantian kreditur dari kreditur yang lama kepada
kreditur yang baru. Dengan penggantian kreditur tersebut, debitur dibebaskan dari perikatan
dengan kreditur lama. Seperti halnya novasi subyektif pasif, novasi subyektif aktif juga harus
diartikan secara luas, yaitu novasi juga dapat terjadi karena perubahan komposisi kreditur.
Misalnya dari satu orang kreditur menjadi dua orang kreditur. Perlu diperhatikan bahwa
penunjukan seseorang oleh kreditur untuk menerima pembayaran tidak menimbulkan novasi.
Contohnya adalah kreditur menunjuk bank untuk menerima pembayaran dari debitur.
Demikian pula apabila debitur meminta pihak ketiga untuk membayarkan sejumlah uang
kepada kreditur juga tidak menimbulkan novasi. anjing tanah sundala kotoran pepek pemai
 Novasi obyektif
Novasi obyektif berarti perikatan yang terjadi di antara kreditur dan debitur digantikan
dengan perikatan yang baru. Ini berarti terjadi perubahan pada kausa, yaitu isi dan maksud
perjanjian. Misalnya dari sewa menyewa menjadi jual beli. Namun apabila perubahan hanya
terjadi pada besarnya utang pokok, bunga dan jangka waktu, maka tidak terjadi novasi.
Singkatnya, novasi terjadi apabila Para pihak menyatakan dengan tegas keinginannya untuk
melepaskan diri dari perikatan yang lama dan secara bersamaan menyatakan bahwa
hubungan hukum di antara mereka akan ditentukan dalam suatu perikatan yang baru,
substansi maupun maksud dari perjanjian yang baru mengakibatkan perubahan yang
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dikatakan sama dengan perjanjian yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

H.S.Salim. (2007). Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHPer Buku Satu. Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum.

Mekanisme Novasi Subyektif Pasif Dengan Adanya Delegasi. (2016). 5, 1-3.

Perikatan, H. S.-1. (2022). Journal De Jure, 14, 87-89.

Permana, I. G. (2019). Penggunaan Upaya HUkum Novasi Dalam Penyelesaian


Permasalahan Hukum Perusahaan Yang Mengalami Kerugian. 4, 321-325.

Ridwan. (217). Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, halaman 71.

Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, SH., dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, dalam rangka
menyambut masa purna bakti usia 70 tahun,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, halaman
134.

Anda mungkin juga menyukai