Anda di halaman 1dari 2

AKIBAT HUKUM SUBROGASI TERHADAP PERJANJIAN JAMINAN

(HAK TANGGUNGAN)

Subrogasi adalah pengalihan kreditur kepada pihak ketiga yang telah melakukan
pembayaran atas utang debitur sehingga pihak ketiga tersebut menggantikan kedudukan
sebagai kreditur, dengan demikian segala hak dan kewajiban debitur beralih kepadanya.
subrogasi dapat dilakukan oleh pihak ketiga dengan cara membayar lunas hutang-hutang
debitur sehingga jaminan yang melekat pada benda tersebut hapus kerena hapusnya hutang
piutang. Pelunasan tersebut bukan melunasi atas nama debitur melainkan atas nama sendiri,
maka disini pihak ketiga akan menggantikan kedudukan kreditur lama sebagai kreditur baru.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata subrogasi diatur dalam Pasal 1400 -
Pasal 1403 KUHPerdata. Dalam isinya, pada Pasal 1400 menjelaskan tentang Subrogasi atau
penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga, yang membayar kepada
siberpiutang itu, terjadi baik karena perjanjian atau karena undang-undang. Subrogasi yang
terjadi karena perjanjian di atur dalam Pasal 1401 KUHPerdata, ada dua kemungkinan
terjadinya subrogasi yaitu:

Pertama, Seorang pihak ketiga datang kepada debitur dan mengutarakan untuk
melunasi hutan hutang debitur. Bila kreditur menerima pembayaran dari pihak ketiga
tersebut, maka menurut hukum seorang pihak ketiga tersebut menggantikan kedudukan dan
hak-hak kreditur termasuk jaminan-jaminan yang ada seperti hak tanggungan. Undang -
undang tidak menentukan cara tertentu untuk terjadinya subrogasi itu sehingga bebas bagi
seorang pihak ketiga yang akan membayar kepada kreditur

Kedua, Si debitur meminjam uang kepada pihak ketiga. Uang pinjaman tersebut oleh
debitur digunakan untuk membayar hutangnya kepada kreditur. Agar pihak ketiga yang
meminjamkan uang kepada debitur menggantikan kedudukan dan hak-hak kreditur
(subrogasi terjadi), maka:

1) Harus dirumuskan dalam akta notaris.


2) Dalam perjanjian pinjam meminjam antara debitur dan seorang pihak ketiga juga harus
dirumuskan bahwa uang pinjaman tersebut digunakan untuk melunasi hutang Debitur
3) Dan pelunasan kepada krediturnya harus ditegaskan bahwa pelunasan hutang ini berasal
dari pinjaman pihak ketiga ini yang akan menggantikan hak-hak kreditur.
Jika berbicara mengenai akibat hukum yang kemudian muncul terhadap jaminan (hak
tanggungan) tentunya harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan akibat
hukum, Akibat hukum menurut Syarifin merupakan segala akibat yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-
akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang
bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.

Kita lihat dalam kasus terhadap hak tanggungan yang biasa terjadi di perbankan,
dalam hal ini debitur yang menjaminkan tanahnya sebagai jaminan atas pinjamannya kepada
kreditur (pihak bank) namun dalam perjalanan ternyata debitur tidak melaksanakan
kewajibannya membayar pinjaman sebagaimana mestinya (wanprestasi). Dalam hal ini tentu
sangat merugikan pihak kreditur(pihak bank), oleh karenanya dibentuklah sebuah aturan
yang dapat memungkinkan terjadinya pergantian kedudukan kreditur lama ke kreditur yang
baru dengan cara sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya.

akibat hukum subrograsi terhadap kreditur (pihak bank), yakni beralihnya posisi
kreditur bank kepada pihak ketiga (kreditur yang baru). Sehingga pihak berhak memperoleh
pelunasan kredit dari debitur melalui pembayaran klaim dari pihak ketiga yang menjadi
kreditur baru dan menyebabkan bank tidak berhak lagi memperoleh pelunasan kredit dari
debitur.

Jadi dapat dikatakan dengan adanya hukum subrogasi menjadi tameng baru dalam
upaya menekan kerugian akibat wanprestasi yang dilakukan oleh pihak debitur atau pun hal-
hal yang dapat merugikan kreditur dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai