Anda di halaman 1dari 7

SUSUNAN, KEDUDUKAN HUKUM DAN ASAS

PERADILAN AGAMA

Inisiasi Tuton Ke-7


Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
Program Studi Hukum
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penulis: Muhamad Kholid, S.H.,M.H.


E-mail : muhamadkholid270482@gmail.com
Penelaah : Megafury Apriandhini, S.H.,M.H.
E-mail :megafury@ecampus.ut.ac.id
1. Susunan dan kedudukan Peradilan Agama menurut UU No.48
Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
Menurut UU 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman tetap
mempertahankan satu atap yakni bahwa khusus untuk pengadilan di
lingkungan peradilan agama berada di bawah mahkamah agung baik
secara teknis peradilan, adminstrasi, organisasi maupun finansial. Selain
itu peradilan agama berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan
mneyelesaikan perkara antara orang yang beragama islam sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
2. Kewenangan Peradilan Agama menurut UU No.3 Tahun 2006
tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama
Yang awalnya PA berwenang menyelesaikan masalah perkawinan,
waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat infak shadaqah saja tapi berdasarkan
Pasal 49 huruf I UU No.3 Tahun 2006 kewenangan PA diperluas
termasuk menyelesaikan perkara di bidang ekonomi syariah.
3. Asas Hukum Yang Berlaku dalam Acara Peradilan Agama
• Asas personalitas keislaman
• Asas kebebasan
• Asas tidak boleh menolak perkara dengan alasan hukum yang tidak jelas/tidak ada
• Asas hakim wajib mendamaiakn
• Asas sederhana, cepat dan baiya ringan
• Asas mengadili menurut hukum dan persamaan hak
• Asas persidangan terbuka untuk umum
• Asas aktif meberi bantuan
• Asas peradilan dilakukan dengan hakim majlis
4. Asas khusus yang berlaku di lingkungan peradilan agama
• Menurut UU No 3 Tahun 2006 dan UU No 50 Tahun 2009 bahwa asas kekhususan
yang berlaku di lingkungan peradilan agama, yaitu:
• Asas personalitas keislaman, hanya berlaku di lingkungan PA
• Asas tempat pengajuan gugatan (actor sequitur forum rei) dan asas hakim wajib
mendamaikan, khusus hanya perkara di bidang perkawinan yakni perceraian.
5.Pembaharuan Pengadilan Di Lingkungan Peradilan Agama Ditinjau Dari Sisi
Absolut Peradilan Agama
• Terletak pada adanya tambahan kewenangan di bidang zakat, infak dan ekonomi
syariah. Ini berbeda dengan ketidakpastian hukum. sebelumnya dimana
pengadilan agama berwenang di bidang perkawinan kewarisan dan wakaf dengan
subjek hukum orang yang beragama islam.
6. Pembaharuan Pengadilan Di Lingkungan Peradilan Agama Ditinjau dari Sisi

Kewenangannya Di Bidang Ekonomi Syariah


• Khususnya berbankan syariah mengalami dinamika yakni diundangkannya UU No 21
Tahu 2008 tentang perbankan syariah. Pasal 55 UU tsb mengatur penyelesaian
sengketa dalam penjelasan pasal 55 ayat 2 memberikan kesempatan bagi lingkungan
peradilan umum untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah dalam hal para pihak
memperjanjikan dalam akad. Ini menurut beberapa para ahli berpotensi menimbulkan
kepastian hukum. Puncaknya di tahun 2012 pasal 55 ayat 2 dan 3 dimintakan
pembatalan oleh salah satu nasabah PT Bank mumalah karena nasabah merasa
dirugikan secara konstitusional. Putusan mahkamah konstitusi atas perkara a quo berisi
pembatalan pasal 55 ayat 2 dan pernyataan bahwa penjelasan dimaksud tidak memiliki
kekuatan hukum.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai