Anda di halaman 1dari 12

2.

1 Pengertian
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang
berarti bentuk. Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang
bentuk tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang.
2.2 Habitat dan Penyebaran
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang
parasit (merugikan karena menempel pada inangnya) dengan menempel pada
vertebrata, termasuk manusia. Habitat Annelida umumnya berada di dasar laut
dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-
tempat lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang
sendiri. Adapun penyebaran terdapat di beberapa daerah, diantaranya yaitu
Indonesia, Finlandia, dan Rusia.
2.3 Klasifikasi
Phylum Annelida dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
2.3.1 Kelas Polychaeta
Polychaeta, dalam bahasa Yunani poly berarti banyak, chaetae =
rambut kaku, merupakan Annelida berambut banyak. Anggota kelas polychaeta
dikenal dengan sebutan umum cacing laut, cacing sikat, cacing ruas.
2.3.1.1 Ciri-ciri Morfologi
Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku
atau setae yang dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Panjang tubuh
umumnya kurang dari 10 cm dengan garis tengah 2-10 mm.
Warna tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda, hijau ataupun
kombinasi warna-warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan tiap
segmen silindris identik, kecuali bagian kepala dan ekor. Dibagian anterior
terdapat kepala yang sempurna, disebut prostomium. Pada kepala terdapat
mata, antena, sepasang palpus dan mulut di bagian ventral.
Gambar 1. A. Polychaeta dengan parapodia
B. Polychaeta dengan bagian tubuh.
2.3.1.2 Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2. Struktur Anatomi Lubricus terrestris


2.3.1.3 Sistem Gerak
Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak
atau alat berenang yang disebut parapodia. Alat ini pun berperan sebagai alat
pernafasan. Setae berupa berkas, biasanya ada dua berkas: notosetae (di bagian
dorsal) dan neurosetae (di bagian ventral), parapodia menonjol, tipenya
bernacam-macam (biramus, uniramus), kadang-kadang tereduksi, prostomium
pada umumnya berkembang baik, mempunyai mata dan tentakel, namun sangat
termodifikasi pada hewan sedentaria. Pergerakan disebabkan oleh perpaduan
gerak antar parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh. Gerak
undulating mengakibatkan cacing dapat menjalar dan berenang dengan cepat.
Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Setae
adalah bulu-bulu yang melekat pada parapodia, yang membantu polychaeta
melekat pada substrat dan juga membantu mereka bergerak.
2.3.1.4 Sistem Respirasi
Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang
sekaligus bertindak sebagai alat pernafasan. Polychaeta bernafas dengan insang
ketika di perairan, namun pertukaran gas via permukaan tubuh juga terjadi
secara difusi. Beberapa jenis tiap ruas terdapat insang, kecuali ujung anterior &
posterior. Pada Polychaeta mengalami modifikasi, jumlah & letak insang
terbatas pada ruas tertentu.
2.3.1.5 Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Polychaeta, terdapat ruas pada anterior yang
mengandung mulut disebut peristomium. Ruas terakhir atau pigidium
mengandung anus. Sistem pencernaan terdiri atas beberapa tipe yaitu :
1.) Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap dengan pharink/probosis
yang dijulurkan, terdapat rahang kitin
2.) Deposit feeder: menelan pasir & lumpur dalam lorong; bahan organik
dicerna & partikel mineral dikeluarkan via anus, atau melalui tentakel cilia yang
berlendir.
3.) Filter feeder: tidak punya probosis tutup kepala dilengkapi radiola untuk
menyaring detritus & plankton.
2.3.1.6 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi belum sempurna, dan masih menggunakan organ-organ
khusus sebagai alat ekskresi. Polychaeta tidak mempunyai pembuluh darah
berupa protonefridia solenosit, namun mempunyai pembuluh darah berupa
metanefridia. Alat ekskresi terdiri dari nefrostom yaitu corong bersilia, nefridial
kanal yaitu pembuluh ekskresi, nefridiophor yaitu lubang ekskresi, bermuara
pada neuropodium. Nefridia juga berfungsi sebagai alat osmoregulasi.
2.3.1.7 Sistem Saraf
Sistem saraf Polychaeta berupa sistem saraf tangga tali. Alat indera
utama terdiri dari mata, nuchal organ dan statocyst. Mata berkembang baik
(errantia), bintik mata/tidak ada (sedentaria) dan berfungsi sebagai fotoreseptor.
Nuchal organ berfungsi sebagai kemoreseptor untuk mendeteksi
makanan. Sel peraba terdapat diseluruh tubuh, terutama parapodia dan kepala.
2.3.1.9 Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi dari Polychaeta terdiri dari reproduksi seksual dan
reproduksi aseksual.
1.) Reproduksi Seksual Polychaeta yaitu secara diocious dan monocious.
Seksual via fertilisasi eksterna (ovum dan sperma di lepas di air). Feritilisasi
dari zigot trokofor juvenile. Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur
yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang disebut trakofora, yang
kemudian menjadi juvenile.
2.) Reproduksi Aseksual Polychaeta biasanya dengan cara membelah diri.
Pada Cirratulidae, Sabellidae, Spionidae & Syllidae (Tunas/Budding) dari
parapodia. bagian tubuh menjadi dua bagian. Dalam reproduksi aseksual
Polychaeta dikenal Epitoksi yaitu pembentukan individu reproduktif yang
merupakan fenomena reproduksi khas polychaeta, hewan tampak jadi dua
bagian.
2.3.1.10 Habitat
Habitatnya di lautan, Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-
batuan di daerah pasang surut air laut ataupun membentuk tabung. Cara
hidupnya yang bersembunyi menyebabkan mereka luput dari pengamatan biasa.
Polychaeta dibagi dalam dua Ordo : Erratia dan Sedentaria.
Penggolongan itu di dasarkan perkembangan anterior dan cara hidup hewan dari
masing-masing kelompok.
Ordo Sedentaria, segmen tubuh & parapodium tidak sama; faring tidak punya
rahang, bersembunyi dalam lumpur / hidup dalam tabung di lumpur; parapodia
dan organ saraf mereduksi; bentuk kepala mengalami berbagai modifikasi
sesuai fungsinya sebagai ciliary feeder.
Famili 1 Sabella (cacing kipas), struktur dikepala seperti bulu yang disebut
radiola.
Famili 2 Chaetopterus, hidup dalam tabung berbentuk huruf U; notopodium
mengsekresi kantong lendir yang menjaring makanan dari air. Kantong secara
periodik akan masuk ke dalam mulut ventral suckers.
Famili 3 Arenicola, hidup dalam tabung berbentuk huruf J.
Ordo Errantia, segmen tubuh sama dari kepala hingga ekor; parapodia sama
dari depan hingga belakang; pelagis; merayap; lubang organ indera berkembang
baik.
Famili 1 Tomopteris, berenang bebas dan bioluminescen.
Contoh polychaeta yang terkenal:
1) Sabellastarte indica (cacing kipas)
2) Marphysa sanguinea
3) Eunice viridis (cacing wawo)
4) Lysidice oele (cacing palolo)
5) Nereis virens (kelabang laut)
Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa yang aktif. Banyak yang
memiliki kepala yang berkembang baik, dengan rahang bagus, mata dan organ
peraba lainnya.

Gambar 3. Nereis virens


2.3.2.1 Kelas Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa Yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut
kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.
2.3.2.2 Ciri-ciri Morfologi
Cacing ini memiliki sedikit setae pada tubuhnya, segmen pada tubuhnya
mencapai 200 segmen, panjang tubuh mulai 1cm- 3 m, kulit dilapisi kutikula.
Setae tidak membentuk berkas, tunggal dan membentuk rangkaian tertentu,
tidak memiliki parapodia, jarang mempunyai insang (kecuali yang akuatik),
prostomium kecil, berbentuk kerucut, tanpa mata atupun tentakel, organ
reproduksi hermafrodit (pembuahan silang), susunan gonad dan saluran-saluran
reproduksi khas, metamerisme terbatas, sejumlah segmen membentuk clitellum
untuk menyekresikan cocoon.
2.3.2.3 Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
2.3.2.4 Sistem Respirasi
Kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas
polychaeta, pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu
sebabnya mengapa tubuh kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah
tertutup oleh selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu
lembap dan basah. Melalui selaput inilah cacing bernapas. Kutikula
menyebabkan udara di dalam tanah dapat masuk ke pembuluh darah cacing.
Setelah masuk ke pembuluh darah, udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh.
Tetapi ada juga Oligochaeta yang bernafas dengan menggunakan insang, yakni
kelas Oligochaeta yang hidup akuatik.
2.3.2.5 Sistem Pencernaan
Kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan yang lengkap mulai dari
rongga mulut terletak pada ruas 1 sampai dengan 3, pharinx terletak pada ruas
ke 4 sampai dengan 6, oesophagus pada ruas ke 6 sampai dengan 14, crop
(proventriculus) terdapat pada ruas 15 sampai dengan 16, Gizzard (ventriculus)
berdinding tebal terletak pada ruas 17 sampai dengan 18, intestinum terletak
pada ruas-ruas 19 dan berakhir pada anusyang terdapat disegmen terakhir.
Makanannya adalah sisa dedaunan. yang dikeluarkan oleh getah pencernaan
secara ekstrasel. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut
menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa
pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
2.3.2.6 Sistem Ekskresi
Anelida dan moluska mempunyai organ nefridium yang disebut
metanefridium. Pada cacing tanah yang merupakan anggota annelida, setiap
segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada
tiga segmen pertama dan terakhir. Nephridia menempati dua ruas berbatasan,
saluran nephridium yang bersilia yang disebut nephrostome pada ruas sebelah
muka, sedang saluran lain-lainnya berbelit-belit pada ruas yang belakang. Silia
pada nephrostome menggiring cairan didalam coelom dan masuk ke saluran
yang yang membelit yang selanjutnya akan dibuang di muara pada permukaan
tubuh.
2.3.2.7 Sistem saraf
Sistem saraf Oligochaeta terdiri dari otak (ganglion cerebral), dua lobus
di atas faring, dua saraf penghubung disekitar faring menuju ke ganglia sub
paringeal, tali saraf ventral (sepanjang dasar selom ke arah somit anal) yang
beberapa saraf menuju ke prostomium & daerah mulut, dan tali saraf ventral
dalam tiap somit mempunyai ganglion membesar dan memberikan 3 pasang
saraf lateral, serta tiap saraf lateral membentang setengah somit terdiri dari
serabut sensoris dan motoris. Sel perasa dilengkapi dengan dengan rambut saraf
yang menerobos kutikula sehingga bisa mencapai dunia luar. Alat perasa itu
peka terhadap sinar dan rangsangan lain.
2.3.2.8 Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan
sendiri. Hal itu karena, matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya
dengan matangnya sel kelamin jantan. Organ reproduksi betina terdapat di
segmen ke 9 sampai ke 14 dan organ reproduksi jantan terdapat di segmen ke 10
sampai ke 15. Di segmen ke 32 sampai ke 37 terdapat klitelum, yaitu penebalan
epidermis sebagai penghasil lendir. Sewaktu sepasang cacing berkopulasi maka
akan keluar lendir yang akan membungkus kedua cacing dan menjaga sperma
dari kekeringan. Selubung (coccon) lendir tadi akan maju mundur di sepanjang
kedua tubuh cacing. Setelah itu, sel telur dari masing-masing cacing keluar dan
memasuki coccon. Jika melewati lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di
dalam coccon akan dibuahi oleh sperma dari cacing yang berlainan. Setelah
selesai pembuahan, coccon akan lepas ke arah depan. Sekarang di dalam coccon
terdapat telur-telur yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan
menetas menjadi cacing.
2.3.2.9 Habitat
Sebagian besar cacing tanah hidup di tanah, tetapi beberapa lebih
memilih lumpur di sepanjang tepi badan segar atau asin air. Tergantung pada
spesies, cacing tanah banyak hidup di lapisan serasah daun atas, humus, atau di
lapisan dalam tanah. Lainnya tinggal di tanah yang menumpuk antara cabang-
cabang pohon kanopi di hutan hujan tropis.
Ordo 1. Lumbriculida, gonopore jantan dan testis terletak pada ruas yang sama.
Contoh famili Lumbriculus

Gambar 4. Lumbricus terrestris


Ordo 2. Moniligastrida, gonopore jantan terletak di belakang ruas yang
mengandung testis. Contoh famili Moniligaster
Ordo 3. Haplotaxida, gonopore jantan sedikit satu ruas di belakang ruas yang
mengandung testis. Contoh famili Limnodrillus, Chaetogaster.

2.3.3.1 Kelas Hirudinea


Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan
Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.
Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah). Saat
merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang
sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada
lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin.
2.3.3.2 Ciri-ciri Morfologi
Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula, tubuh relatif pipih, tubuh terdiri dari
34 segmen, tidak mempunyai parapodia dan setae, mempunyai alat penghisap
(sucker) di bagian anterior maupun posterior. Sekalipun dikenal dengan nama
umum lintah pengisap darah, bagian terbesar di antaranya tidak hidup sebagai
ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya dari 1-2cm atau 5cm, walau
ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria ghiliani dari daerah
Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-segmen ujung anterior
(biasanya kecil) dan posterior (lebih besar) termodifikasi manjadi alat penghisap
yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34,
walau lapisan cincin sekunder di luarnya (annuli) menyamarkan segmentasi
primer tersebut. Clitellum dibentuk segmen-segmen 9, 10 atau11.
2.3.3.3 Sistem Gerak
Sistem Gerak Hirudinae, jika didarat bergerak dengan cara melekukkan
badan, serta melekat dengan sucker namun jika diair berenang dengan cara
menggelombangkan badan.
2.3.3.4 Sistem Respirasi
Sistem respirasi Hirudinae, jika didarat menggunakan anyaman kapiler
di bawah epidermis yang terdapat pada kulit, namun jika diair Hirudinae
dengan menggunakan insang, contoh Piscicolidae.

2.3.3.5 Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung,

rektum, anus. Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap
anterior terdapat mulut menuju faring kemudian tembolok dlanjutkan keusus
keluar pada anus dan kembali ke penghisap posterior.
Pada faring, otot yang dilengkapi rahang bergigi atau probocis berotot. Di
kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti
setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit
lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml kuota yang cukup untuk hidupnya
selama setengah tahun. Air ludahnya pun mengandung zat aktif yang sekurang-
kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur hirudin yang bermanfaat
untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
Lintah hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan
larva, keong, serangga, cacing. 75% penghisap darah, melekat/nempel pada
permukaan tubuh vertebrata (ikan-manusia). Darah dihisap oleh faring otot &
menampung dalam tembolok. Enzim saliva (hirudin) mencegah koagulasi
darah. Dalam 1 kali makan, lintah mengisap darah 10 kali berat tubuhnya.
2.3.3.6 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi Hirudinae terdapat organ khusus yaitu nephridia yang
di bagian tubuhn terdapat 10-17 pasang nephridia. Sistem ekskresi sama dengan
Annelida pada umumnya, dan zat yang diekskresikan berupa ammonia.
2.3.3.7 Sistem Saraf
Sistem saraf Hirudinae terdiri atas ruas 5 dan 6 terdapat lingkar saraf
ganglia otak. Alat indera berupa mata yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan
papilla serta sensila yang berupa tonjolan kecil pada epidermis yang berfungsi
sebagai alat peraba dan perasa.
2.3.3.8 Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi Hirudinae berjenis monocious. Alat kelamin jantan
terdiri atas 4-12 pasang testis dan 1 pasang ductus spermaticus. Alat kelamin
betina yang terdiri atas 2 ovarium dan oviduct yang berhubungan dengan
kelenjar albumin dan vagina di median yang bermuara di belakang porus
genitalia jantan. Dalam fertilisasi tidak ada tingkat larva. Lintah membentuk
kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan kokon akan diletakkan
dalam air atau tanah.
2.3.3.9 Habitat
Hirudinae berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun
sungai. Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inang.
Kelas Hirudinae, terbagi atas beberapa ordo yaitu sebagai beikut :
Ordo 1. Acanthobdellia, mempunyai setae; hanya satu marga yang ada,
ditemukan di Finlandia dan Rusia, tidak punya alat isap pada anterior, pada
segmen 2-4 terdapat dua pasang setae tiap ruas. Contoh famili Acanthobdella
Ordo 2. Gnathobdellia, punya alat isap anterior dan posterior; lintah bergigi tiga
buah (walau kadang-kadang tereduksi); mulut lebar, hampir menyatu denga
bibir batil isap oral; biasanya barmata 5 pasang; punya 3 buah rahang, pharink
tidak dapat dijulurkan. Contoh famili Haemadipsa, dan contoh spesies Hirudo
medicinalis.
Gambar 5. Hirudo medicinalis
Ordo 3. Rhynchobdellida, lintah degan probocis yang eversible; mulut kecil, di
tengah batil isap oral; kelompok glossiphoniid hidup di air tawar, kelompok
piscicolid hidup sebagai parasit ikan.
Famili Galssiphonia, mempunyai anterior sucker atau tidak; tidak punya
rahang, tapi punya belalai. Contoh: Piscicola, Helobdella.
Ordo 4. Pharyngobdellida, mirip dengan Gnathobbdellida, tetapi faring tidak
bergigi; bermata 6-8 pasang; kebanyakan berhabitat air tawar, pemakan larva
insecta dan moluska.
Famili Erphobdella, pharinks tidak dapat dijulurkan, tidak mempunyai gigi, tapi
punya 1-2 stylet.

Daftar Pustaka
http://amintabin.blogspot.com/filum-annelda.html.
Referensi

Anda mungkin juga menyukai