PERTEMUAN 2
PENDAHULUAN
Pengertian Pancasila
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari
dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah
Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad
XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan
Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular,
dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu
sendi yang lima” (dari bahasa Sansekerta) Pancasila juga
m e m p u n y a i a r t i “ Pe l a k s a n a a n k e s u s i l a a n y a n g
lima” (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:
1) Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2) Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikah wajib memuat :
✓Pendidikan Pancasila;
✓Pendidikan agama; dan
✓Pendidikan kewarganegaraan
3. Surat Keputusan Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
38 / DIKTI / Kep./2002 yang merupakan penyempurnaan lebih lanjut dari Keputusan
Dirjen DIKTI No. 265/ DIKTI/ Kep/ 2000 dan Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 356/
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila
Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi adalah agar mahasiswa mampu
:
Rumusan Ekasila
1.Gotong-Royong
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan III: Piagam Jakarta
Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota BPUPKI
pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9
Juli 1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas
untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk.
Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota
BPUPKI dalam rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia
kecil berbeda (kemudian dikenal dengan sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas
untuk menyelaraskan mengenai hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara
golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan
yang menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak
diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang
dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar”.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Dokumen ini pula yang disebut Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Alternatif pembacaan
Yamin. Adapun rumusan rancangan dasar
negara terdapat di akhir paragraf keempat Alternatif pembacaan rumusan kalimat
dari dokumen “Rancangan Pembukaan rancangan dasar negara pada Piagam
Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi Jakarta dimaksudkan untuk memperjelas
rancangan pernyataan kemerdekaan/ persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI
proklamasi/ declaration of independence). sebagaimana terekam dalam dokumen itu
dengan menjadikan anak kalimat terakhir
Rumusan ini merupakan rumusan pertama dalam paragraf keempat tersebut menjadi
sebagai hasil kesepakatan para “Pendiri sub-sub anak kalimat.
Bangsa”.
Rumusan kalimat “… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan
[A] dengan kewajiban menjalankan syari’at
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dengan kewajiban menjalankan syari’at dasar,
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut [A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, [A.2] persatuan Indonesia, dan
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang [A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam kebijaksanaan dalam permusyawaratan
permusyawaratan perwakilan serta dengan perwakilan[;] serta
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi [B] dengan mewujudkan suatu keadilan
seluruh rakyat Indonesia.” sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli 1945, dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi
dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945.
Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua
buah dokumen berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang
diperluas menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan
sedikitpun).
Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda
dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak
kalimat terakhir. Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan
rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh masyarakat luas.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan kalimat
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno
PPKI. Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa
“menurut dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang
Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia
hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”