Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA

PERTEMUAN 2
PENDAHULUAN
Pengertian Pancasila
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari
dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah
Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad
XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan
Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular,
dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu
sendi yang lima” (dari bahasa Sansekerta) Pancasila juga
m e m p u n y a i a r t i “ Pe l a k s a n a a n k e s u s i l a a n y a n g
lima” (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:

1.Tidak boleh melakukan kekerasan


2.Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan
terlarang
Dasar-dasar Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila

Pancasila mempunyai arti yang sangat dalam dan


luhur yaitu :
1. pancasila sebagai dasar filsafat negara.
2.pancasila sebagai dasar kerohanian
fisafat adalah mendekati usaha pemikiran untuk dan pandangan hidup bangsa indonesia.
mencari kebenaran, sehingga mendekati kebenaran
yang sesunguhnya.
Artinya pola pikir bangsa/negara tidak
Pancasila adalah suatu hasil usaha pemikiran b ol e h d i p e n g a ru h i s e g a l a s e s u a t u
manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, perbedaan seperti keagamaan, kesukuan,
kemudian sampai mendekati kebenaran yang kewarga negaraan, golongan dan
sesungguhnya yang seirama dengan perkembangan sebagainya dan juga perubahan yang
ruang lingkup dan waktu.
terjadi seperti :
Hasil usaha pemikiran manusia indonesia yang
sesungguhnya ini kemudian dituangankan dalam satu - Perubahan keadaan
perumusan yang mengandung satu pengertian yang - Waktu
bulat untuk dijadikan dasar, pedoman dan norma - Susunanan masyarakat.
hidup dan kehidupan bersama dalam rangka
perumusan negara indonesia merdeka yang diberi
nama pancasila.
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila 4. Pancasila sebagai kepribadian
3.pancasila sebagai persatuan seluruh bangsa
bangsa indonesia
Kepribadian artinya ciri-ciri tanda-tanda
Artinya pancasila sebagai satu rangkaian seorang atau bangsa. Bila diteliti sila-sila
kesatuan pengertian yang bulat dan pancasila itu satu demi satu, maka
hasilnya masing-masing tidak mengenal dapatlah disimpulkan bahwa pancasila
batas-batas perbedaan agama, kesukuan, itu dapat disimpulkan bahwa pancasila
golongan, aliran-aliran, kekayaaan, politik, itu merupakan kepribadian bangsa
kedaerahan dan sebagainya. (pancasila indonesia.
merupakan suatu ideologi universalisme, Ciri-ciri kepribadian bangsa indonesia
ideologi kesatuan dan persatuan). tersebut antara lain :

1. Bangsa indonesia adalah bangsa


yang bertuhan
2. Bangsa indonesia bangsA yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Bangsa indonesia adalah bangsa
yang selalu suka rukun dan bersatu.
4. Bangsa indonesia adalah bangsa yang
bersikap keadilan sosial.
Dasar-dasar Penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila
Dasar Hukum Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila

1. UU No.12 Tahun 2012 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan bahwa :

1) Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.

2) Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikah wajib memuat :
✓Pendidikan Pancasila;
✓Pendidikan agama; dan
✓Pendidikan kewarganegaraan

2. PP No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi,


Berdasarkan ketentuan ini, khususnya pada Pasal 13 ayat (2) ditetapkan bahwa
kurikulum yang berlaku secara nasional diatur oleh menteri pendidikan dan
kebudayaan.

3. Surat Keputusan Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
38 / DIKTI / Kep./2002 yang merupakan penyempurnaan lebih lanjut dari Keputusan
Dirjen DIKTI No. 265/ DIKTI/ Kep/ 2000 dan Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 356/
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila
Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi adalah agar mahasiswa mampu
:

1. Memahami, menganalisis dan menjawab


masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya dan konsisten dengan
cita-cita yang digariskan dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2. Menghayatii filsafat dan tata nilai filsafat


Pancasila, sehingga menjiwai tingkah lakunya
selaku warga negara Republik Indonesia.

3. Menjadi warganegara yang memiliki


kesadaran kebangsaan yang tinggi dan sikap
tanggungjawab sebagai Warga Negara
Indonesia.
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila
4. Membentuk watak bangsa yang kukuh, juga
untuk memupuk sikap dan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila

5. Agar mahasiswa memahami, menghayati dan


melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupan sehari-hari sebagai warga negara RI

6. Juga menguasai pengetahuan dan pemahaman


tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
hendak diatasi dengan pemikiran yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sejarah Lahirnya Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara


Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sansekerta: pañca berarti lima
dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf
ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-
undang Dasar 1945.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sejarah Perumusan
Dari beberapa sumber, setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah
atau pernah muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain
ada yang berbeda namun ada pula yang sama. Secara berturut turut akan
dikemukakan rumusan dari Muh Yamin, Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI,
Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli
1959), Versi Berbeda, dan Versi populer
yang berkembang dimasyarakat.
Rumusan I: Muh. Yamin
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang
dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa
anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan
usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan
rancangan “blue print” Negara Republik
Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29
Mei 1945 Mr. Muh. Yamin menyampaikan usul
dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI
baik dalam pidato maupun secara tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat
menyampaikan usulan tertulis
mengenai rancangan dasar negara.
Usulan tertulis yang disampaikan kepada
BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan
rumusan kata-kata dan sistematikanya
dengan yang dipresentasikan secara
lisan, yaitu:
Rumusan Pidato
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
Baik dalam kerangka uraian
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan
pidato maupun dalam
Beradab
presentasi lisan Muh Yamin
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
mengemukakan lima calon dasar
Hikmat kebijaksanaan dalam
negara yaitu:
permusyawaratan perwakilan
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat
1.Peri Kebangsaan
Indonesia
2.Peri Kemanusiaan
3.Peri ke-Tuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Rakyat
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan II: Ir. Soekarno

Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga


menyampaikan usul dasar negara, diantaranya adalah Ir
Sukarno Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang
kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila.

Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga


buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga
prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula- lah yang
mengemukakan dan menggunakan istilah
“Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada
rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muh Yamin)
yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan
Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan
Ekasila.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan Trisila
Rumusan Pancasila :
1.Socio-nationalisme
1. Kebangsaan Indonesia
2.Socio-demokratie
2. Internasionalisme,-atau
3.ke-Tuhanan
peri-kemanusiaan
3. Mufakat,-atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. ke-Tuhanan yang
berkebudayaan

Rumusan Ekasila

1.Gotong-Royong
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan III: Piagam Jakarta
Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota BPUPKI
pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9
Juli 1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas
untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk.

Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota
BPUPKI dalam rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia
kecil berbeda (kemudian dikenal dengan sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas
untuk menyelaraskan mengenai hubungan Negara dan Agama.

Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara
golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan
yang menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak
diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang
dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar”.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Dokumen ini pula yang disebut Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Alternatif pembacaan
Yamin. Adapun rumusan rancangan dasar
negara terdapat di akhir paragraf keempat Alternatif pembacaan rumusan kalimat
dari dokumen “Rancangan Pembukaan rancangan dasar negara pada Piagam
Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi Jakarta dimaksudkan untuk memperjelas
rancangan pernyataan kemerdekaan/ persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI
proklamasi/ declaration of independence). sebagaimana terekam dalam dokumen itu
dengan menjadikan anak kalimat terakhir
Rumusan ini merupakan rumusan pertama dalam paragraf keempat tersebut menjadi
sebagai hasil kesepakatan para “Pendiri sub-sub anak kalimat.
Bangsa”.
Rumusan kalimat “… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan
[A] dengan kewajiban menjalankan syari’at
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dengan kewajiban menjalankan syari’at dasar,
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut [A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, [A.2] persatuan Indonesia, dan
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang [A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam kebijaksanaan dalam permusyawaratan
permusyawaratan perwakilan serta dengan perwakilan[;] serta
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi [B] dengan mewujudkan suatu keadilan
seluruh rakyat Indonesia.” sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA

Rumusan dengan penomoran Rumusan populer


(utuh)
Versi populer rumusan rancangan
1. Ketuhanan dengan kewajiban Pancasila menurut Piagam Jakarta
menjalankan syariat Islam bagi yang beredar di masyarakat
pemeluk-pemeluknya. adalah:
2. Menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab. 1. Ketuhanan dengan kewajiban
3. Persatuan Indonesia. menjalankan syariat Islam bagi
4. Dan kerakyatan yang dipimpin pemeluk-pemeluknya
oleh hikmat kebijaksanaan 2. Kemanusiaan yang adil dan
dalam permusyawaratan beradab
perwakilan. 3. Persatuan Indonesia
5. Serta dengan mewujudkan 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
keadilan sosial bagi seluruh hikmat kebijaksanaan dalam
rakyat Indonesia permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan IV: BPUPKI

Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli 1945, dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi
dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945.

Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua
buah dokumen berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang
diperluas menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan
sedikitpun).

Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda
dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak
kalimat terakhir. Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan
rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh masyarakat luas.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan kalimat

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam


bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh)

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan V: PPKI
Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari
kesepakatan semula dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi
darurat yang harus segera diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil
dari Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan),
diantaranya A. A. Maramis, Mr., menemui Sukarno menyatakan keberatan dengan
rumusan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
untuk ikut disahkan menjadi bagian dasar negara.

Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera


menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil
golongan Islam, diantaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus
Hadikusumo, keberatan dengan usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi
mendalam akhirnya mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit” yang hanya bersifat
sementara dan demi keutuhan Indonesia.

Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno
PPKI. Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa
“menurut dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang
Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia
hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.

Rumusan kalimat

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh)

1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa


2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5.Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai