Bernegara
• Pancasila sebagai DASAR NEGARA
Peranan Pancasila :
1. Pancasila sebagai dasar filsafat negara.
Pancasila adalah suatu hasil usaha pemikiran manusia Artinya Pncasila menjadi dasar dan isi serta
Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai pola pikir bangsa/negara baik sebagai
mendekati kebenaran yang sesungguhnya yang seirama
mahkluk individu maupun sebagai mahkluk
dengan perkembanan ruang lingkup dan waktu.
sosial. Pancasila sebagai landasan dalam
Hasil usaha pemikiran manusia indonesia yang sesungguh menjalani hidup dan kehidupan bangsa
ini kemudian dituangkan dalam satu perumusan yang Indonesia termasuk dalam melakukan
mengandung satu pengertian yang bulat untuk dijadikan hubungan dengan antar bangsa.
dasar, pedoman dan norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan negara indonesia
merdeka yang diberi nama pancasila.
4. Sebagai kepribadian bangsa
6. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma
pancasila.
7. Membentuk watak /karakter pribadi dan
bangsa, memupuk sikap dan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
Pancasila
•
SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Sejarah Perumusan
Dari beberapa sumber, setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah atau
pernah muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang
berbeda namun ada pula yang sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan
dari Muh Yamin, Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD
Sementara, UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), Versi Berbeda, dan Versi populer
yang berkembang dimasyarakat.
1.Peri Kebangsaan
2.Peri Kemanusiaan
3.Peri ke-Tuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Rakyat
USULAN Mr. SOEPOMO (31 Mei 1945)
1. Persatuan Indonesia
2. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Kerakyatan yang berdasarkan
permusyawaratan perwakilan
4. Pemerataan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
5. Kemakmuran dalam ikatan asia timur raya.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan Trisila
Rumusan Pancasila :
1.Socio-nationalisme
1.Kebangsaan Indonesia
2.Socio-demokratie
2.Internasionalisme,-atau peri-
3.ke-Tuhanan
kemanusiaan
3.Mufakat,-atau demokrasi
4.Kesejahteraan sosial
5.ke-Tuhanan yang
berkebudayaan
Rumusan Ekasila
1.Gotong-Royong
SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan III: Piagam Jakarta
Usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota BPUPKI pada sesi
pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli 1945, delapan
orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas untuk menampung dan
menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk.
Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI
dalam rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda
(kemudian dikenal dengan sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas untuk menyelaraskan
mengenai hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara golongan
Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang
menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak
di bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan
tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”.
SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Dokumen ini pula yang disebut Piagam Jakarta Alternatif pembacaan
(Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Yamin. Adapun
rumusan rancangan dasar negara terdapat di Alternatif pembacaan rumusan kalimat
akhir paragraf keempat dari dokumen rancangan dasar negara pada Piagam Jakarta
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”
dimaksudkan untuk memperjelas persetujuan
(paragraf 1-3 berisi rancangan pernyataan
kemerdekaan/proklamasi/ declaration of
kedua golongan dalam BPUPKI sebagaimana
independence). terekam dalam dokumen itu dengan
menjadikan anak kalimat terakhir dalam
Rumusan ini merupakan rumusan pertama paragraf keempat tersebut menjadi sub-sub
sebagai hasil kesepakatan para “Pendiri anak kalimat.
Bangsa”.
Rumusan kalimat “… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan
[A] dengan kewajiban menjalankan syari’at
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar dasar,
kemanusiaan yang adil dan beradab, [A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang [A.2] persatuan Indonesia, dan
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam [A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
permusyawaratan perwakilan serta dengan kebijaksanaan dalam permusyawaratan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi perwakilan[;] serta
seluruh rakyat Indonesia.”
[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia
SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan populer
Versi populer rumusan rancangan Pancasila
menurut Piagam Jakarta yang beredar di
masyarakat adalah:
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli 1945,
dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta) dibahas
kembali secara resmi dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945.
Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya
sedikit berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan menghilangkan
kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir. Rumusan rancangan dasar negara
hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi pertama, jarang dikenal
oleh masyarakat luas.
SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan V: PPKI
PEMBUKAAN/MUKADIMAH UUD-RIS
Maka demi ini kami menjusun kemerdekaan
kami itu dalam suatu Piagam negara jang
berbentuk republik-federasi, berdasarkan
pengakuan :
1. ke-Tuhanan Jang Maha-Esa,
2. peri-kemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakjatan dan
5. keadilan sosial..
VI- PANCASILA DALAM UUDS 1950
• Sistem:
– suatu keseluruhan yang terdiri dari aneka bagian
yg bersama-sama merupakan satu kesatuan, satu
keseluruhan yang bagian-bagiannya mempunyai
Hubungan Satu dengan lainnya; tiap bagian
merupakan tatarakit yang teratur.
– Tata rakit ini adalah sesuai, selaras dengan tata
rakit keseluruhan.
Syarat Sistem
SISTEM
Segala sesuatunya mengarah Ada kaitan antara bagian
Pada tujuan yang satu dan sama Yang satu dengan lainnya
Makhluk P
Hakikat Individu
Manusia Sifat L
Kodrat Monodualis U
R
Makhluk
A
Sosial
L
I
S
Makhluk
Otonom
Kedudukan
Kodrat Monodualis
Makhluk
Tuhan
Kunci
Manusia seutuhnya untuk dapat memahami
arti makna Pancasila sebagai ideologi
pembangunan (Paradigma Pembangunan)
serta tujuan jangka panjang yang hendak
dicapai bersama.