Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANTROPOLOGI HUKUM

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD FAUZAN MUFADHDHAL
STAMBUK : 04020230413
KELAS : D1

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT sebab dengan kehadirat-
Nya lah sehingga penulis dapat menuntaskan tugas berupa makalah yang berjudul
“ANTROPOLOGI HUKUM”.
Kemudian, tak lupa penulis panjatkan salam, taslim serta shalawat atas junjungan
kita, Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang seperti saat ini. Terima Kasih sebesar-besarnya penulis
ucapkan kepada Bapak Dr. A. Istiqlal Assaad, S.H.,M.H. selaku Dosen Mata Kuliah
Antropologi Hukum yang telah memberikan tugas ini untuk memperdalam ilmu dan
wawasan penulis.

Selanjutnya, juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis melalui ilmu yang dimiliki sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis sangat menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

28 Oktober 2023,

MUHAMMAD FAUZAN MUFADHDHAL

2
DAFTAR ISI

JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4-5
A. Latar Belakang Masalah 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6-13
A. Definisi Ideologi 6-8
B. Sejarah Pancasila Sebagai Ideologi Negara 8-10
C. Pancasila Sebagai Ideologi Negara 10-13
BAB III PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pancasila yang telah disepakati oleh rakyat Indonesia sebagai ideologi negara dalam
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara seringkali menghadapi berbagai tantangan
dan ujian pada situasi sosial-politik dan kondisi zaman yang terus berubah. Sebagai ideologi
terbuka, Pancasila menyiratkan bahwa nilai-nilai dasar Pancasila diharapkan dapat
berkembang dan membentuk dasar perumusan kebijakan pemerintah sesuai dengan
dinamika kehidupan masyarakat dan bangsa untuk mencapai tujuan negara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari
nilai-nilai budaya milik bangsa sendiri yang diyakini kebenarannya. Pancasila digali dari
budaya bangsa yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh
karena itu, Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak keberadaannya sebagai
sebuah bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-
istiadat, kebudayaan, dan agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai
pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat diartikan sebagai suatu konsensus
mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan
negara, dalam hal ini sering juga disebut philosofische grondslg atau weltanschuung yang
merupakan pikiran-pikiran terdalam, hasrat terdalam warga negaranya, untuk diatasnya
didirikan suatu negara. Dalam hal ini, Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup
sehari-hari, yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai pedoman dalam semua
kegiatan/aktivitas hidup di segala bidang, tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
agama, hukum, kesusilaan, dan norma sopan santun. Jadi, Pancasila sebagai ideologi negara
menjadi sarana ampuh dalam mempersatukan bangsa Indonesia dan dapat memberi petunjuk
dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin bagi masyarakat Indonesia yang
beraneka ragam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Antropologi Hukum?
2. Apa saja peranan Antropologi Hukum?

4
3. Apa saja objek-objek Antropologi Hukum?
4. Dimana saja letak perbedaan Antropologi Hukum dan Disiplin Ilmu lainnya?
5. Apa saja manfaat Antropologi Hukum?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Agar Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai
Ideologi Negara.
2. Agar Mahasiswa mampu mengetahui peran Pancasila sebagai Ideologi Negara di setiap
lapisan masyarakat.
3. Agar Mahasiswa mampu mengetahui tantangan apa saja yang dihadapi Pancasila dalam
perannya sebagai Ideologi Negara.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi Hukum


Antropologi Hukum adalah bagian dari antropologi yang mempelajari perilaku
hukum masyarakat, budaya hukum masyarakat, dan cara pandangnya terhadap hukum
dan produk-produk turunannya. Hukum-hukum itu bukan hanya yang tertulis dan
diundangkan oleh pemerintah, tetapi juga hukum yang tidak tertulis dan disepakati
masyarakat setempat. Antropologi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain
sebagainya. Istilah antropologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata
anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita, atau kata,
atau ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial.
Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Ia lahir atau muncul bermula
dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang
berbeda yang ada pada masyarakat Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk
yang merupakan masyarakat tunggal, dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di
daerah yang sama. Antropologi mirip dengan sosiologi tetapi sosiologi lebih
menitikberatkan pada pola interaksi masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi Hukum sebagai ilmu dipengaruhi oleh Antropologi dan Ilmu Hukum,
sehingga sebagai “anak”, ia memiliki “bapak”Antropologi dan “ibu” Ilmu Hukum, maka
memahami Antropologi dan Ilmu Hukum adalah prasayrat untuk dapat mengerti
Antropologi Hukum. Antropologi Hukum sebagai Ilmu mempelajari perilaku manusia
dengan segala aspeknya yang terkait dengan norma-norma hukum tertulis dan tidka
tertulis secara empiris. Antropologi hukum mempelajari hukum dari latar belakang kultur
masyarakat tertentu, baik pada masyarakat sederhana maupun masyarakat modern.
Dengan kata lain, Antropologi Hukum merupakan Antropologi yang mempelajari Hukum
sebagai salah satu aspek dari kebudayaan.
Antropologi Hukum sebagai ilmu mempelajari perilaku dari manusia dengan segala
macam aspeknya terkait norma-norma hukum tertulis maupun tidak tertulis secara
empiris. Dalam perspektif antropologis, hukum merupakan aktifitas kebudayaan yang
berfungsi sebagai sarana pengendalian sosial (social control), atau bisa dekatakan juga

6
sebagai alat untuk menjaga keteraturan sosial (social order) dalam lingkungan
masyarakat.Pengkajian Antropologi Hukum telah memberikan telaah akan hasil kreasi,
distribusi dan transmisi hukum yang ada. Kajian mengenai bagaimana kekuasaan hukum
berproses dan memberi dampak dalam masing-masing masyarakat. Selanjutnya akan
menampilkan bagaimana feed back dan pengaruh masyarakat-masyarakat.
Berdasarkan pendekatan Antropologi Hukum, hukum pada dasarnya berbasis pada
masyarakat. Hal itulah, yang membuat Antropologi Hukum dibagi ke dalam beberapa
model-model populer, antara lain yaitu kerja lapangan (fieldwork methodology),
penggunaan pendekatan holistik (holistic approach), model atau metode perbandingan
hukum (comparative method) dan model yang fokus terhadap proses-proses mikro (micro
processes).
Antropologi hukum mempelajari hukum dari konteks kultur masyarakat tertentu,
baik pada masyarakat modern, maupun masyarakat sederhana. Dengan kata lain,
Antropologi Hukum adalah Antropologi yang mempelajari Hukum sebagai salah satu
aspek dari kebudayaan (J. B. Daliyo cs : 1992 : 139). Itulah sebabnya penelitian
antropologis terhadap hukum sebagai salah satu aspek budaya dibedakan menjadi dua
kelompok tujuan, yaitu: penelitian untuk kepentingan pengembangan Antropologi, dan
penelitian untuk pengembangan Ilmu Hukum. Antropologi Hukum menekankan pada
penelitian untuk pengembangan Ilmu Hukum (J.B.Daliyo cs : 1992 : 140). Berdasarkan
uraian tersebut di atas, dapat dipahami bila perkembangan Antropologi Hukum di
Indonesia berkorelasi positif dengan perkembangan Ilmu Hukum Adat, sehingga antara
keduanya dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan.

B. Sejarah Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Secara luas, pengertian Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia adalah visi atau
arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, yaitu
terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran
akan kesatuan, berkerakyatan, serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Keputusan bangsa Indonesia mengenai Pancasila sebagai ideologi negara tercantum
dalam Ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pencabutan dari Ketetapan MPR
Nomor 2 Tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada Pasal 1 Ketetapan
MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik

7
Indonesia (NKRI) yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Dari ketetapan MPR tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia kedudukan Pancasila
adalah sebagai ideologi negara, selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana
yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional
aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam Ketetapan MPR tersebut
dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten
dalam kehidupan bernegara.
Pada awalnya, konsep Pancasila dapat dipahami sebagai common platform atau
platform bersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia.
Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan ideologis di kalangan
anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh Soekarno pada waktu itu yaitu sebagai asas
bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok yang terdapat di Indonesia dapat bersatu
dan menerima asas tersebut.
Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi Pancasila sebagai
ideologi negara. Pancasila sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokratis bagi
semua golongan di Indonesia. Perkembangan doktrinal Pancasila telah mengubahnya dari
fungsi awal Pancasila sebagai platform bersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran
sesuai dengan rumusan pertama yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang
komprehensif integral. Ideologi Pancasila menjadi ideologi yang khas, berbeda dengan
ideologi lain.
Pancasila dilihat dari sudut pandang politik merupakan sebuah konsensus politik,
yaitu suatu persetujuan politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan
masyarakat di Negara Indonesia. Dengan diterimanya Pancasila oleh berbagai golongan
dan aliran pemikiran, maka mereka bersedia bersatu dalam negara kebangsaan Indonesia.
Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan common platform masyarakat Indonesia
yang plural. Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang
ini. Jadi, sebenarnya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan pandangan dunia yang
khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.
Banyak para pihak yang sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara merupakan
kesepakatan bersama, common platform, dan nilai integratif bagi bangsa Indonesia.
Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah yang harus kita
pertahankan dan ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bangsa yang plural ini.

8
Berdasarkan uraian di atas, maka makna Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
Negara Indonesia yaitu:
1. Nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari
penyelenggaraan bernegara di Indonesia.
2. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan
oleh karenanya menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat
Indonesia.
Perwujudan Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita
penyelenggaraan bernegara terwujud melalui Ketetapan MPR Nomor 7 Tahun 2001
mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam Ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa
Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas tiga visi, yaitu:
1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea kedua dan alinea keempat.
2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun
2020.
3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi, demokratis,
bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan nilai-nilai
Pancasila sebagai cita-cita bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri dari
masyarakat madani Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai Pancasila diambil
dimensi idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggaraan negara hendaknya
berupaya bagaimana menjadikan kehidupan bernegara Indonesia ini semakin dekat dengan
nilai-nilai ideal tersebut.
Nilai integratif Pancasila mengandung makna bahwa Pancasila dijadikan sebagai sarana
pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik. Masyarakat Indonesia
telah menerima Pancasila sebagai sarana pemersatu, yang artinya sebagai suatu
kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui sebagai
milik bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethic dalam masyarakat yang
heterogen.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pengertian ideologi, yaitu keseluruhan pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan yang
ingin diwujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit (Soerjanto Poespowardojo,

9
1991:44). Dengan demikian ideologi diyakini mampu memberikan semangat dan arahan
yang positif, bagi kehidupan masyarakat untuk berjuang melawan berbagai penderitaan,
kemiskinan dan kebodohan. Dengan pemahaman yang baik mengenai ideologi, maka
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai
baik dan tidak baik. Misalnya, dalam ideologi Pancasila nilai kekeluargaan atau
kebersamaan yang diutamakan, maka seorang yang memahami dengan baik nilai
kekeluargaan akan menolak nilai individualisme karena nilai ini melahirkan liberalisme,
kapitalisme, kolonialisme, imperilaisme, monopoli,otoriterianisme dan totaliterisme.
Dalam kaitan ini Bung Hatta dalam “Kearah Indonesia Merdeka” menyatakan bahwa
“Kedaulatan Rakyat Barat” didasarkan pada pendapat J.J.Rousseau yaitu individualisme,
sedangkan Kedaulatan Indonesia adalah “rasa bersama”, kolektiviteit. Dengan memahami
ideologi Pancasila juga dapat untuk menilai misalnya , bahwa kejujuran sesuatu yang
baik karena sesuai dengan nilai kemanusiaan dan sebaliknya berbuat curang, menipu
sesuatu yang tidak baik, karena bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Ideologi negara merupakan perkembangan dari ideologi bangsa. Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) (1991:163), menyatakan Pancasila sebagai ideologi bangsa artinya
setiap warga negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat
mendasar yang tertuang dalam sila yang lima. Kadang-kadang kedua istilah tersebut,
disatukan menjadi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan,
2010: 30-31). Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dimaksdukan
bahwa Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau
pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi –ideologi lain di dunia,
namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-
nilai relegius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara. Dengan perkataan lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan)
Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,
sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asala bahan) Pancasila. Unsur-unsur
Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara. Sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan ideologi negara dihubungkan dengan fungsinya
sebagai dasar negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan negara
Republik Indonesia dapat disebut pula sebagai Ideologi Nasional atau lebih tepat lagi
ideologi negara. Artinya Pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh negara atau
pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau dapat dimonopoli

10
oleh seseorang, ataupun sesuatu golongan masyarakat tertentu. Sebagai dasar filsafat atau
dasar kerohanian negara, yang merupakan cita-cita bangsa, Pancasila harus dilaksanakan
atau diamalkan.
Pancasila di era globalisasi merupakan realitas kontemporer memperlihatkan bahwa
tantangan terhadap ideologi Pancasila, baik kini maupun nanti, beberapa diantaranya
telah tampak di permukaan. Tantangan dari dalam diantaranya berupa berbagai gerakan
separatis yang hendak memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Apa yang pernah terjadi di Aceh, Maluku, dan Papua merupakan sebagian
contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan tegas dalam menghadapi gerakan-
gerakan tersebut akan menjadi ancaman serius bagi tetap eksisnya Pancasila di bumi
Indonesia.
Tidak kalah seriusnya dengan tantangan dari dalam, Pancasila juga kini tengah
dihadapkan dengan tantangan eksternal berskala besar berupa mondialisasi atau
globalisasi. Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi,
komunikasi dan transportasi, secara drastis telah mentransendensi batasbatas etnis bahkan
bangsa. Jadi bangsa Indonesia kini, tanpa bisa dihindari dan menghindari menjadi bagian
dari arus besar berbagai perubahan yang terjadi di dunia. Sekecil apapun perubahan yang
terjadi di belahan dunia lain akan langsung diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya
oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apapun peristiwa yang terjadi di Indonesia secara
cepat akan menjadi bagian dari konsumsi informasi masyarakat dunia. Pengaruh dari
globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan mendalam.
Implikasi dari dijadikannya Pancasila sebagai ideologi maka bangsa yang besar ini
harus mempunyai rasa kepemilikan dan rasa bangga atas Pancasila. Untuk
menumbuhkembangkan kedua rasa tersebut maka melihat realitas yang tengah
berkembang saat ini setidaknya dua hal mendasar perlu dilakukan. Pertama, penanaman
kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara.
Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa
mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangungan kembali kesadaran
akan Pancasila sebagai identitas nasional.
Dalam hal Pancasila sebagai suatu ideologi terbuka pun harus dipahami. Suatu
ideologi disebut terbuka bila ideologi tersebut dapat menerima dan bahkan
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru sejauh tidak bertentangan dengan nilai- nilai
dasarnya. Ideologi yang dapat menerima pemikiran-pemikiran baru tentang nilai dasar
yang terkandung pada dirinya, tanpa harus khawatir kehilangan jati dirinya. Ideologi

11
seperti ini disebut ideologi yang demokratis, yang berlawanan dengan ideologi tertutup
atau tidak demokratis (otoriter/totaliter).
Pancasila sebagai ideologi jelas mempunyai nilai demokratis. Hal ini telah
ditunjukkan oleh asas sila keempat yaitu : “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Suatu ideologi yang demokratis
adalah ideologi terbuka, yaitu mampu menerima pemikiran-pemikiran baru dalam rangka
pengembangan atau penyempurnaan perwujudan nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya. Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak sekedar dapat menerima, bahkan
mendorong untuk dapat menciptakan pemikiran-pemikiran baru tersebut dalam rangka
lebih menyegarkan dan memperkuat relevansinya dengan perkembangan spirit zaman.
Suaitu ideologi yang dalam kenyataannya tidak mampu lagi menerima pemikiran-
pemikiran baru atau metode baru yang berbeda, yang demikian disebut ideologi tertutup
atau ideologi otoriter/totaliter, walaupun dapat saja penganutnya menyatakan ideologinya
demokratis.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, mengandung arti bahwa nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila bersifat tetap atau abadi, namun dalam penjabarannya dapat
dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan kebutuhan dinamika
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Inilah yang dimaksudkan dengan nilai
instrumental yang dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan spirit zaman.
Sebagai ideologi terbuka, dalam batas-batas tertentu Pancasila dapat menerima dan
menampung pengaruh-pengaruh dari nilai-nilai yang berasal dari luar sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang ada. Lebih dari itu justru memperkaya bentuk
perwujudan yang beraneka ragam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dengan tidak harus mengorbankan nilai-nilai dasarnya yang bersifat tetap.
Dengan demikian, perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah dalam tata
kehidupan Negara kita yang dinyatakan, bahwa Negara kita berdasar atas hukum, bukan
atas kekuasaan belaka.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila itu adalah hasil usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari
kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menganggap sebagai suatu kesanggupan
yang digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu. Hasil pemikiran manusia
Indonesia yang secara sungguh-sungguh dan sistematis, kemudian dituangkan dalam
suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung satu pemikiran yang bermakna bulat
dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, dan pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan suatu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama
Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, mengandung arti bahwa nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila bersifat tetap atau abadi, namun dalam penjabarannya dapat
dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan kebutuhan dinamika

13
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Inilah yang dimaksudkan dengan nilai
instrumental yang dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan spirit zaman.
Atas segala tantangan yang akan dihadapi Pancasila sebagai Ideologi Negara baik
secara internal maupun eksternal, eksistensi Pancasila sebagai ideologi terbuka
diharapkan mampu bersikap fleksibel dalam menghadapi tantangan tersebut yang mana
lebih jauh lagi masyarakat mambu menumbuhkembangkan rasa bangga atas Pancasila
sebagai Identitas negara dan menjadikan pedoman dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada.

B. Saran
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari
nilai-nilai budaya milik bangsa sendiri yang diyakini kebenarannya. Pancasila digali dari
budaya bangsa yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia wajib mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila karena
Pancasila mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Andrew Shandy Utama, Sandra Dewi. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Serta
Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Era Reformasi.

Rowland Bismark Fernando Pasaribu. 2013. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.

Cholisin. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Relevansinya Dengan Kondisi Saat Ini.

Andi Azikin. Konsep Dan Implementasi Ideologi Pancasila Dalam Perumusan Kebijakan
Pemerintahan.

Dra. Luh Suryatni, MSi. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Hak Asasi Manusia Dalam
Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

14
Widiatama,Hadi Mahmud,Suparwi. 2020. Ideologi Pancasila Sebagai Dasar Membangun
Negara Hukum Indonesia. Jurnal USM Law Review 3 (2) : 315.

15

Anda mungkin juga menyukai