Anda di halaman 1dari 16

Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)

FENOMENA POLISI CEPEK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


(Studi Tentang Habitus Polisi Cepek di Sekitaran Jalan Afandi, Mrican,
Yogyakarta)

THE PHENOMENON OF THE POLISI CEPEK IN SPECIAL REGION YOGYAKARTA


(A Study Of The Habitus Polisi Cepek Around in The Streets Afandi, Mrican, Yogyakarta)

Oleh : Raden Prima Aziz Buntoro dan Dra. Puji Lestari, M.Hum
Email : primaaziz548@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan awal mula seseorang bekerja sebagai Polisi Cepek, faktor-
faktor pembentuk habitus Polisi Cepek, dan dampak yang dialami selama bekerja sebagai
Polisi Cepek di sekitaran Jalan Afandi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah
informan 6 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara.
Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan
teknik analisis data milik Miles dan Huberman meliputi pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan informan bekerja
sebagai Polisi Cepek bermula karena lingkungan pergaulan. Pekerjaan ini dianggap lumrah
bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan juga keluarga, meskipun di sisi
lain pekerjaan ini sifatnya illegal. Upaya untuk mempertahankan eksistensi mereka bekerja
sebagai Polisi Cepek yakni dengan mempertaruhkan modal yang dimilikinya. Modal
diantarnya berupa jaringan sosial dengan sesama Polisi Cepek dan Warga Padukuhan Mrican
agar kehadiran mereka dapat diterima di dalamnya, modal dapat juga berupa keahlian mereka
dalam mengatur lalu lintas dan menyeberangkan pengguna jalan.

Kata Kunci: Polisi Cepek, Habitus, Modal

ABSTRACT

This research describes the the beginning of someone working as a Polisi Cepek, factors
forming habitus Polisi Cepek, and impact experienced while working as a Polisi Cepek
around Jalan Afandi. The method used in this study was descriptive qualitative means. The
sample was obtained from 6 informants through the purposive sampling method. The data
was collected through observation, and interviews. The data validity used in this study was
the methodological triangulation. This research used Miles and Huberman’s model in order
to analyse the data; the method consists of data collection, data reduction, data presentation,
dan drawing conclusion. The result of this research the informant working as a Polisi Cepek
started because of the social environment. This work is considered normal for them to meet
the needs of life themselves and also the family, although on the other hand this work is
illegal. Efforts to maintain their existence work as Police Cepek by risking their capital.
Capital includes social networks with the surrounding community both with fellow Polisi
Cepek and residents of Padukuhan Mrican so that their presence can be received in it,
capital can also be in the form of their skills or expertise in managing traffic and crossing
users.
Keywords: Polisi Cepek, Habitus, Capital

Jurnal Pendidikan Sosiologi/2


Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)

A. PENDAHULUAN Munculnya sektor informal telah menjadi


Keberadaan pekerja di sektor safety belt bagi tenaga kerja yang
informal banyak ditemukan di wilayah memasuki pasar tenaga kerja. Kedua,
perkotaan, salah satunya di Yogyakara. derasnya arus mobilitas penduduk
Menurut data dari Badan Pusat Statistik berasal dari desa dan kota-kota pinggiran
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sekitar (Pitoyo, 2007:142-143).
pada Februari 2019 tercatat 1,084 juta Penelitian ini fokus mengkaji
orang (50,7%) penduduk di DIY bekerja tentang Polisi Cepek. Keberadaan Polisi
di sektor informal (Badan Pusat Statistik Cepek di Yogyakarta dapat ditemukan di
Provinsi D.I Yogyakarta, 2019:6). jalan-jalan, area persimpangan, dan area
Pekerjaan informal yang dimaksud putar balik. Polisi Cepek ini muncul pada
dalam data ini adalah penduduk yang tahun 2000 an awal kemudian
berstatus berusaha sendiri, buruh tidak berkembang di tahun 2008 keatas
tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas, dibarengi dengan semakin pesatnya
dan pekerja keluarga. Pekerjaan sektor jumlah kendaraan bermotor di suatu
informal antara lain pedagang asongan, wilayah (Wahyuningtyas, 2019:2).
pengamen, tukang parkir, termasuk Keberadaan Polisi Cepek masih menuai
Polisi Cepek yang merupakan pekerjaan pro dan kontra di masyarakat. Secara
diluar kategori buruh/karyawan/pegawai. hukum, istilah keberadaan Polisi Cepek
Menelisik faktor yang menyebabkan atau Pak Ogah tidak memiliki alas
terjadinya pertumbuhan sektor informal hukum. Tidak ada satupun kata “Pak
di kota setidaknya ada dua kemungkinan Ogah” dalam undang-undang yang
jawaban rasional, pertama, sektor menjadi acuan untuk meligitimasi
informal mampu mengatasi masalah eksistensi Pak Ogah, hanya saja
terbatasnya peluang kerja perkotaan digunakan kata Bantuan Polisi (Banpol)
akibat dominasi sektor modern. yang pendekatannya lebih kepada fungsi
Keterbatasan peluang kerja di sektor kepolisian sebagai bagian dari
modern memberikan inspirasi bagi pelaksanaan UU No.22 Tahun 2009
pencari kerja dan pekerja di kota yang tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
tidak dapat bersaing pada sektor inti Bantuan Polisi (Banpol) bahkan tidak
beralih pada kegiatan informal. ditemukan dalam undang-undang,

Jurnal Pendidikan Sosiologi/3


Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
melainkan Bantuan Polisi hanyalah tidak dapat dihindari, terlebih karena
bentuk upaya melibatkan masyarakat pertambahan jumlah kendaraan yang
sebagai bentuk upaya swakarsa dalam melaju di jalan jumlahnya meningkat
penegakan hukum. Apabila ditinjau drastis dari tahun ke tahun tanpa henti.
secara sosial, sebagian masyarakat Sehingga dapat dikatakan, bahwasanya
membutuhkan Polisi Cepek karena semakin banyak jumlah kendaraan yang
dianggap membantu pengguna jalan melaju di jalan, maka semakin banyak
dalam menghadapi kemacetan ataupun pula jumlah Polisi Cepek yang turun ke
bagi pengguna jalan yang ingin berbelok, jalan untuk membantu melancarkan lalu
berputar arah dan juga menyeberang lintas. Kedua, masalah usia rupanya
jalan. Namun, banyak juga masyarakat bukanlah penghalang seseorang untuk
yang sering dibuat resah dengan turut berperan menjadi Polisi Cepek.
keberadaan mereka karena ada yang Baik tua, muda, bahkan anak-anak pun
beranggapa Polisi Cepek lebih dengan mudah dijumpai membantu
mengutamakan pengendara roda empat mengatur lalu lintas diantara kemacetan
yang ingin berputar arah dibandingkan jalan. Mereka terlihat seperti polisi
pengendara roda dua, karena pengguna sungguhan yang sedang mengatur lalu
roda empat pasti memberikan upah. lintas dengan peluit yang digunakannya.
Selain itu, sebagian masyarakat Meskipun mereka bukanlah polisi
menganggap Polisi Cepek terhubung sungguhan, namun kehadiran mereka
dengan premanisme dan anak jalanan sudah cukup membantu pengguna jalan.
yang suka memalak para pengguna jalan Tidak ada perbedaan antara yang tua,
(Malik, 2016:57-58). muda, dan anak-anak. Pengguna jala
Novita Wahyuningtyas dalam juga tidak membedakan besarnya uang
artikelnya mengemukakan bahwa Polisi jasa yang diberikan, karena mereka
Cepek kini mulai mengalami pergeseran semua sudah sangat membantu. Ketiga,
kebudayaan yakni, pertama, dari segi tujuan mereka menjadi Polisi Cepek kini
jumlahnya, jumlah mereka dulu masih telah berubah. Pada mulanya mereka
bisa dihitung dengan jari, sekarang sudah adalah orang-orang yang tulus membantu
menjamur dimana-mana, terutama di kelancaran lalu lintas, terutama pada saat
titik-titik kemacetan yang ada di pusat jam-jam macet tiba, namun sekarang
kota. Mereka yang tadinya berjumlah mereka memanfaatkan hal ini sebagai
satu orang tiap tempat, kini jumlahnya pekerjaan yang cukup menguntungkan di
melebihi dari sebelumnya. Fenomena ini mata mereka. Mereka tidak memerlukan
Jurnal Pendidikan Sosiologi/4
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
modal untuk menjadi Polisi Cepek, yang kisaran 40 tahun ke atas. Setiap hari
mereka butuhkan hanya cukup peluit mereka bekerja secara bergantian dengan
untuk alat menghentikan kendaraan, temannya yang lain dalam satu tempat
tidak perlu pakaian khusus pula untuk seperti layaknya pekerja shift.
beraksi menjadi Polisi Cepek. Siapa saja Keberadaan mereka didukung oleh
dapat menjadi Polisi Cepek. Selain itu, kondsi jalan yang ramai, adanya area
iming-iming uang yang akan mereka putar balik kendaraan, dan adanya
dapatkan dari setiap pengendara pun persimpangan jalan, sehingga terbuka
membuat mereka dengan senang hati peluang bagi mereka untuk mencari
menjadikannya sebagai sebuah pekerjaan penghasilan di lokasi tersebut dan pada
utama. Biasanya mereka adalah akhirnya hal ini menjadi sebuah
pengangguran yang tidak memiliki kebiasaan. Oleh sebab itu, dalam
penghasilan sama sekali kemudian penelitian ini mengkaji tentang awal
menjadikan Polisi Cepek ini sebagai mula seseorang bekerja sebagai Polisi
pekerjaan pokok. Meskipun demikian, Cepek, kemudian mengkaji tentang
adapula yang menjadikan pekerjaan ini faktor-faktor apa saja yang membentuk
sebagai sampingan di luar pekerjaan habitus atau kebiasaaan seseorang
utama (Wahyuningtyas, 2019:6-8). bekerja sebagai Polisi Cepek, dan yang
Fakta yang diungkapkan dari terakhir peneliti mengkaji tentang
beberapa artikel dan jurnal mengenai dampak yang dialami seseorang selama
keberadaan Polisi Cepek baik ditinjau bekerja sebagai Polisi Cepek.
dari segi pro dan kontranya maupun dari
segi perubahan kebudayaan yang terjadi B. KAJIAN PUSTAKA
di dalamnya menggugah ketertarikan 1. Fenomena Polisi Cepek di Wilayah
peneliti untuk mengkaji lebih dalam Perkotaan
tentang keberadaan Polisi Cepek yang Yogyakarta menjadi 5 kota yang
ada di sekitaran Jalan Afandi, Mrican, paling banyak menyumbang kemacetan
Yogyakarta. Dari hasil survei peneliti lalu lintas setelah Jakarta, Surabaya,
terhadap Polisi Cepek di lokasi ini Malang, dan Medan. Dalam kurun waktu
sebelum melakukan penelitian di 1 tahun dari 2015 sampai 2016, kenaikan
lapangan, ditemukan fakta bahwa kendaraan di Indonesia mencapai
mereka adalah orang-orang yang telah 491,559 kendaraan. Hanya dengan kurun
mempunyai pengalaman cukup lama waktu 2 bulan kenaikan kendaraan
menekuni pekerjaan ini, rata-rata berusia mencapai 34,569 pada bulan Februari
Jurnal Pendidikan Sosiologi/5
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
2017. Kemacetan tak hanya dipicu oleh sering dipandang “antara ada dan tidak
kenaikan kendaraan saja, tetapi juga ada”, dalam sistem administrasi
pesatnya pembangunan hotel. Volume pemerintah, jelas keberadaan sektor ini
kendaraan di Yogyakarta sendiri tidak tercatat, tetapi realitasnnya justru
mengalami peningkatan sebesar 10-15 % sektor inilah yang berfungsi sebagai
pada tahun 2015 dan terus bertambah penopang ketika ekonomi sedang berada
hingga tahun 2017 (Pasha, 2017). di titik nadir (Haryanto, 2016: 230).
Momen kemacetan inilah yang kemudian Gilbert dan Gugler (1996),
dimanfaatkan polisi cepek untuk menandai sektor informal dengan ciri-
menjalankan pekerjaanya. ciri : (a) mudah dimasuki; (b) bersandar
Polisi Cepek adalah orang-orang pada sumber daya lokal; (c) usaha milik
random yang berusaha mengurus lalu sendiri; (d) operasinya dalam skala kecil;
lintas dengan imbalan uang seikhlasnya (e) padat karya dan teknologinya bersifat
dari pengguna jalan. Istilah Polisi Cepek adaptif; (f) keterampilan dapat diperoleh
sering disebut juga Pak Ogah, sebutan di luar sistem sekolah formal; dan (g)
untuk seseorang atau sekelompok orang tidak terkena langsung oleh regulasi dan
di luar institusi negara yang mengatur pasarnya bersifat kompetitif (Gilbert &
jalan raya dan mendapatkan imbalan Josef Gugler, 1996).
secara langsung dari pengguna Sektor informal oleh sebagian
kendaraan (Khomsiyah, 2016). ahli sering disebut sebagai “sektor
2. Pekerjaan Sektor Informal penyelamat” disebabkan oleh elastisitas
Sektor informal sering disebut sektor ini dalam menyerap lonjakan
dengan istilah black economy yang tenaga kerja terutama di wilayah
menunjuk pada ekonomi nonpasar perkotaan yang mengalami derasnya arus
berkonotasi negatif. Black economy urbanisasi (Haryanto, 2016: 235-236).
berkaitan dengan segala bentuk aktivitas Kenyataan sektor formal di negara
ekonomi ilegal yang melanggar undang- manapun, khususnya di negara-negara
undang. Istilah lain yang sering dipakai berkembang, output dan daya
untuk menunjuk sektor informal ini tampungnya terlalu kecil untuk tenaga
adalah shadow economy atau ekonomi kerja yang begitu banyak. Menurut
bayang-bayang menunjuk pada perkiraan International Labor
fenomena sektor informal yang tidak Organization (ILO), untuk menampung
mengikuti aturan-aturan yang pertambahan tenaga kerja secara
dikeluarkan pemerintah. Keberadaannya memadai, sektor formal harus tumbuh
Jurnal Pendidikan Sosiologi/6
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
paling tidak sebesar 10 persen per tahun. a. Habitus
Hal tersebut berarti tingkat outputnya Habitus adalah struktur mental
harus tumbuh lebih cepat, karena atau kognitif, yang digunakan aktor
peningkatan penawaran suplai tenaga untuk menghadapi kehidupan sosialnya.
kerja di sektor formal ini memang Habitus menggambarkan serangkaian
kurang proporsional (tidak sepenuhnya kecenderungan yang mendorong pelaku
berjalan seiring) dengan perubahan- sosial atau aktor untuk beraksi dan
perubahan tingkat output (Todaro & bereaksi dengan cara-cara tertentu.
Smith, 2006: 395-396). Dengan Habitus merupakan produk dari sejarah,
demikian, sektor informal sangat sebagai warisan dari masa lalu yang
dibutuhkan untuk menampung tenaga dipengaruhi oleh struktur yang ada.
kerja yang belum ataupun tidak terserap Habitus sebagai produk dari sejarah
ke sektor formal mengingat output dan tersebut, menciptakan tindakan individu
daya tampungnya yang terlalu kecil. dan kolektif dan karenanya sesuai
3. Kajian Teori Habitus Pierre dengan pola yang ditimbulkan oleh
Bourdieu sejarah. Kebiasaan individu tertentu
Tindakan yang dilakukan oleh diperoleh melalui pengalaman hidupnya
aktor dalam konsep habitus dilakukan dan mempunyai fungsi tertentu dalam
untuk menghadapi kehidupan sosial sejarah dunia sosial dimana kebiasaan itu
mereka. Tindakan yang dilakukan terjadi. Pengalaman hidup individu yang
berdasarkan pengetahuan serta didapat dari hasil sejarah tersebut,
pengalaman yang dimiliki oleh aktor kemudian terinternalisasi dalam dirinya,
tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh untuk kemudian mereka gunakan untuk
aktor tidak akan berjalan jika tidak merasakan, memahami, menyadari dan
memiliki modal yang cukup untuk menilai dunia sosial. Melalui pola-pola
mendukung tindakan yang dilakukan itulah individu memproduksi tindakan
tersebut. Kemudian tindakan yang mereka dan juga menilainya (habitus
dilakukan tersebut dilakukan dalam mengendalikan pikiran dan pilihan
sebuah ranah atau lingkungan yang ada tindakan individu) (Ritzer & Goodman,
di masyarakat. (Affandi dkk, 2018). Pada 2003:522-523).
dasarnya antara habitus, modal, dan b. Lingkungan (Ranah, arena, atau field)
ranah atau lingkungan ketiganya saling Bourdieu melihat arena sebagai
berkaitan satu sama lain, berikut sebuah arena pertarungan dan juga
penjelasan mengenai ketiga hal tersebut : lingkungan perjuangan, arena adu
Jurnal Pendidikan Sosiologi/7
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
kekuatan, sebuah medan dominasi, dan permainan berarti berusaha
konflik antar individu, antar kelompok menggunakan pengetahuan, keahlian,
demi mendapatkan posisinya. Posisi- dan talenta tersebut dengan cara yang
posisi ini ditentukan oleh banyaknya paling menguntungkan. Singkatnya
kapital atau modal yang mereka miliki. menginvestasikan modal seseorang
Semakin banyak jumlah dan jenis modal (akademis, kultural, simbolis) dengan
yang mereka miliki, maka ia akan cara sedemikian rupa untuk mendapatkan
mendapatkan posisi terbaik dalam arena keuntungan atau laba maksimum dari
tersebut, atau menduduki posisi yang partsipasinya di dalam arena tersebut
dominan dalam suatu arena. Meskipun (Bourdieu, 2010:xxi). Modal itu harus
demikian Bourdieu menggarisbawahi selalu diproduksi dan direproduksi
bahwa kepentingan dan sumber daya kembali. Menurut Bourdieu terdapat
yang dipertaruhkan di dalam arena tidak empat jenis modal, yaitu modal ekonomi,
selalu berbentuk materi, dan kompetisi di modal sosial, modal kultural, dan modal
antara agen-agen yang dilihat Bourdieu simbolik (Bourdieu, 1990).
sebagai salah satu ciri umum arena, serta 4. Konsep Dampak
tidak selalu didasarkan pada kalkulasi Dampak menurut Gorys Kerap
secara sadar (Bourdieu, 2010:xviii-xix). pengaruh yang kuat dari seseorang atau
c. Modal kelompok orang di dalam menjalankan
Modal merupakan aset yang tugas dan kedudukannya sesuai dengan
dimiliki individu dalam lingkungan statusnya dalam masyarakat, sehingga
sosialnya yang digunakan untuk akan membawa akibat terhadap
menentukan posisi dalam suatu ranah perubahan baik yang bernilai positif
atau arena. Untuk memasuki sebuah maupun bernilai negative (Mustafa &
arena dan untuk mengikuti permainan di Yusuf, 2018:3). Pengertian Dampak
dalamnya, seseorang harus memiliki secara umum menurut Hikmah Arif
habitus tertentu, bukan habitus yang lain, (2009), dalam hal ini adalah segala
habitus yang harus dimiliki siapapun sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya
yang ingin memasuki arena tersebut. „sesuatu‟. Dampak itu sendiri juga bisa
Seseorang paling tidak juga harus berarti, konsekuensi sebelum dan
memiliki jumlah pengetahuan, keahlian, sesudah adanya „sesuatu‟ (Supu, 2012:3).
atau talenta minimum agar diterima
sebagai seorang pemain yang legitim.
Lebih dari itu, memasuki sebuah
Jurnal Pendidikan Sosiologi/8
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
C. METODE PENELITIAN dari berbagai sumber. Beberapa hal yang
1. Lokasi Penelitian penting dari pengambilan sampel dengan
Lokasi penelitian dilakukan di teknik ini yakni „non random sampling
sekitaran Jalan Afandi, Mrican, dan menetapkan ciri khusus sesuai tujuan
Yogyakarta. Pada lokasi ini terdapat penelitian oleh peneliti itu sendiri‟ jadi
Polisi Cepek yang sudah cukup tidak ada jaminan bahwa jaminan sampel
berpengalaman menekuni pekerjaan ini, representatif dari segi jumlah (Hidayat,
rata-rata usianya diatas 40 tahun. Polisi 2017).
Cepek di lokasi ini juga bekerja seperti 5. Sumber Data Penelitian
layaknya pekerja shift. Hal inilah yang Sumber data dalam penelitian ini
kemudian menjadi ketertarikan peneliti menggunakan sumber data primer, yakni
untuk mengkaji lebih dalam Polisi Cepek data yang diambil langsung dari subyek
yang ada di lokasi ini. penelitian tanpa adanya perantara dengan
2. Waktu Penelitian cara menggali sumber asli secara
Penelitian ini dilaksanakan selama langsung melalui informan (Moleong,
2 bulan dimulai dari awal Bulan Juli 2017). Data diperoleh peneliti melalui
2019 hingga akhir Desember 2019. wawancara mendalam terhadap Polisi
3. Bentuk Penelitian Cepek yang ada di sekitaran Jalan
Bentuk penelitian ini merupakan Afandi, Mrican, Yogyakarta. Untuk
penelitian kualitatif, penelitian kualitatif melengkapi data yang ada, peneliti juga
adalah penelitian yang bermaksud untuk mewawancari Warga Padukuhan Mrican
memahami fenomena tentang apa yang dan pengguna jasa Polisi Cepek.
dialami oleh subjek penelitian misalnya 6. Teknik Pengumpulan Data
persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara Adapun teknik pengumpulan data
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu observasi dan wawancara.
konteks khusus yang alamiah dan dengan a. Observasi
memanfaatkan berbagai metode alamiah Penelitian ini menggunakan
(Moleong,2017:6). observasi non partisipan, artinya peneliti
4. Teknik Sampling hanya sebatas mengamati tanpa terlibat
Peneliti menggunakan teknik langsung dalam kegiatan narasumber
pengambilan sampel purposive sampling (Rustanto, 2015:62). Dalam penelitian
yaitu teknik yang bertujuan menjaring ini, peneliti akan mengamati kegiatan-
sebanyak-banyak mungkin informasi kegiatan Polisi Cepek dan mengamati
Jurnal Pendidikan Sosiologi/9
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
kondisi sekitar lingkungan Polisi Cepek D. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
bekerja. 1. Awal Mula Seseorang Bekerja
b. Wawancara Sebagai Polisi Cepek
Wawancara yang digunakan dalam Lingkungan pergaulan dengan
penelitian ini adalah secara langsung teman menjadi satu-satunya yang
yakni melalui tatap muka dengan mengawali perjalanan kerja informan
informan (Rustanto, 2015:58). Dalam sebagai Polisi Cepek karena melalui
penelitian ini peneliti akan melakukan lingkungan pergaulan dengan temanlah
wawancara dengan Polisi Cepek yang mereka belajar banyak mengenai
bekerja di sekitaran Jalan Afandi, pekerjaan ini, mereka juga dapat
Mrican, Yogyakarta serta Warga merasakan, memahami, menyadari dan
Padukuhan Mrican dan juga pengguna menilai mana pekerjaan yang menurut
jasa Polisi Cepek. mereka dapat memberikan rasa nyaman
7. Validitas Data serta pendapatan yang lebih baik dari
Guna mengecek keabsahan data sebelumnya. Selaras dengan konsep
hasil penelitian, maka penelitian ini habitus bahwa habitus merupakan
menggunakan teknik triangulasi sumber produk dari sejarah, sebagai warisan dari
yang mana membandingkan mengecek masa lalu yang dipengaruhi oleh struktur
ulang derajat kepercayaan suatu yang ada (Ritzer & Goodman, 2003:522-
informasi yang diperoleh melalui sumber 523). Habitus dalam hal ini adalah
yang berbeda. Misalnya membandingkan kebiasaan mereka dalam bekerja sebagai
hasil pengamatan dengan wawancara, Polisi Cepek yang dipengaruhi oleh
membandingkan hasil wawancara struktur berupa lingkungan pergaulan
dengan dokumen yang ada (Bachri, dengan teman-teman sesama Polisi
2010). Cepek.
8. Teknik Analisis Data Dalam lingkungan pergaulan
Teknik analisis data dalam dengan teman sesama Polisi Cepek
penelitian ini menggunakan teknik milik mereka berada di satu lingkup bersama
Miles dan Huberman yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kesamaan
data reduction, data display, dan kebiasaan yaitu bekerja sebagai Polisi
conlusion drawing/verification Cepek. Hal ini yang kemudian
(Sugiyono, 2010: 337). mempengaruhi pandangan mereka
terhadap pekerjaan Polisi Cepek, bahwa
apa yang mereka kerjakan merupakan
Jurnal Pendidikan Sosiologi/10
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
suatu hal yang lumrah untuk memenuhi informal yang lain sebelum menjadi
kebutuhan hidup mereka dan keluarga, Polisi Cepek ini menunjukan bahwa
meskipun di sisi lain pekerjaan ini habitus dapat dialihpindahkan dalam arti
sifatnya ilegal karena yang mempunyai sanggup melahirkan praktik-praktik di
kewajiban mengatur lalu lintas sejatinya berbagai arena aktivitas yang beragam
adalah Kepolisian Republik Indonesia (Bourdieu, 2010:xvi). Habitus dalam hal
bukan Polisi Cepek sebagaimana yang ini adalah selera mereka dalam
tercantum dalam Undang-Undang No 22 berkecimpung di pekerjaan sektor
Tahun 2009 Pasal 200 tentang Lalu infomal. Pekerjaan yang mereka tekuni
Lintas dan Angkutan Jalan (dikutip dari sekarang menjadi Polisi Cepek hanya
https://pih.kemlu.go.id,2009). Kenyataan sebuah perpindahan dari pekerjaan
yang dialami informan ini relevan sebelumnya yang jenisnnya sama, yakni
dengan konsep habitus bahwa seseorang sama-sama pekerjaan di lingkup sektor
yang menduduki posisi yang sama dalam informal.
dunia sosial, cenderung akan memiliki Terdapat beberapa alasan yang
kebiasaan yang sama. Dalam pengertian mendasari mereka tetap memilih menjadi
ini, habitus dapat pula menjadi fenomena Polisi Cepek ketimbang pekerjaan lain.
kolektif. Habitus pada akhirnya juga Adapun alasan yang mendasari mereka
mengendalikan pikiran dan pilihan menjadi Polisi Cepek yang pertama,
tindakan individu (Ritzer & Goodman, mereka menyukai pekerjaan yang tidak
2003:522-523). terikat kontrak atau perjanjian; alasan
Sebelum berkecimpung di yang kedua pekerjaan ini dianggap
pekerjaan Polisi Cepek, mereka menghasilkan pendapatan yang lebih
sebelumnya telah bekerja di berbagai banyak ketimbang pendapatan dari
pekerjaan sektor informal yang pada pekerjaan sebelumnya; dan alasan ketiga
umumnya pekerjaan tersebut tidak pekerjaan ini merupakan sarana bagi
membutuhkan keahlian dari pendidikan mereka untuk bersedekah membantu
formal dan hanya mengandalkan orang lain. Ketiga alasan ini merupakan
keahlian dari pengalaman kerja serta pengaruh lingkungan pergaulan mereka
tidak berhubungan dengan lembaga selama bekerja sebagai Polisi Cepek.
formal, seperti menjadi loper koran, Alasan inilah yang kemudian mereka
tukang parkir, penjual keliling, dan gunakan untuk membenarkan pekerjaan
pengamen. Pengalaman informan yang yang telah mereka lakukan selama ini,
pernah menjalani pekerjaan sektor hal tersebut selaras dengan konsep
Jurnal Pendidikan Sosiologi/11
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
habitus bahwa habitus menyediakan bekerja di tempat tersebut demi
prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
dasar oleh aktor dalam membuat pilihan Modal tidak hanya berwujud
dan memilih strategi yang akan materi atau uang, lebih dari itu, modal
digunakan dalam kehidupan sosial dapat pula berupa jaringan sosial dengan
(Bourdieu, 1990:92). masyarakat sekitar agar kehadiran
2. Faktor-Faktor Yang Membentuk mereka dapat diterima di dalamnya,
Habitus Seseorang Bekerja Sebagai inilah yang dinamakan modal sosial.
Polisi Cepek Modal dapat juga berupa skill atau
Bekerja sebagai Polisi Cepek keahlian mereka dalam mengatur lalu
sudah menjadi suatu kebiasaan bagi lintas dan menyeberangkan pengguna
informan untuk memenuhi kebutuhan jalan.
keluarga. Tempat mereka bekerja Beragam modal yang mereka
merupakan sebuah arena atau miliki, semua itu digunakan untuk
lingkungan, yang mana di dalamnya mempertahankan eksistensi mereka
terdapat sejumlah modal yang harus bekerja sebagai Polisi Cepek. Hal ini
mereka pertaruhkan demi keberadaannya seperti yang dikatakan Bourdieu bahwa
di tempat tersebut sebagaimana dalam singkatnya seseorang menginvestasikan
konsep Bourdieu tentang arena yang modal (akademis, kultural, simbolis)
menyatakan bahwa posisi-posisi individu dengan cara sedemikian rupa untuk
dalam sebuah ranah ditentukan oleh mendapatkan keuntungan atau laba
banyaknya kapital atau modal yang maksimum dari partsipasinya di dalam
mereka miliki. Semakin banyak jumlah arena tersebut (Bourdieu, 2010:xxi).
dan jenis modal yang mereka miliki, Sebagaimana yang dikatakan Bourdieu
maka ia akan mendapatkan posisi terbaik ada empat yaitu modal ekonomi, modal
dalam arena tersebut, atau menduduki sosial, modal kultural, dan modal
posisi yang dominan dalam suatu arena simbolik (Bourdieu, 1990). Berikut ini
(Bourdieu, 2010:xviii-xix). Posisi terbaik penjelasan mengenai keempat jenis
yang diperoleh dari usaha modal yang dimiliki oleh para informan
mempertaruhkan modal tersebut sehingga tetap dapat eksis bekerja
diantaranya adalah penerimaan sebagai Polisi Cepek :
masyarakat sekitar terhadap kehadiran a. Modal Ekonomi
mereka dan kedepannya supaya mereka Modal ekonomi merupakan jenis
tetap dapat melangsungkan kebiasaannya modal yang relatif paling independen
Jurnal Pendidikan Sosiologi/12
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
dan fleksibel karena modal ekonomi berkaitan dengan hubungan atau jaringan
secara mudah bisa digunakan atau yang dibangun oleh para informan yang
ditransformasikan ke dalam ranah-ranah digunakan untuk mereproduksi
lain serta fleksibel untuk diberikan atau kedudukan sosial mereka dalam
diwariskan pada orang lain (Krisdinanto, masyarakat di sekitar lingkungan kerja.
2014). Segala macam modal yang Dalam lingkungan kerja,
berkaitan dengan materi disebut modal informan berhadapan dengan masyarakat
ekonomi. Bentuk modal ekonomi yang sekitar baik itu teman-teman sesama
digunakan oleh para informan adalah Polisi Cepek dan juga Warga Padukuhan
kepemilikan perlengkapan kerja, seperti Mrican. Mereka berupaya untuk
peluit, bendera, rompi, dan lampu. membaur dengan keduanya karena
Perlengkapan kerja ini mereka peroleh menyangkut kepentingan mereka untuk
dari yang beli baru sampai dengan yang tetap dapat ekisis bekerja di lokasi
bekas pakai. Perlengkapan kerja berupa tersebut. Pertama, mereka harus
peluit, lampu, bendera, dan rompi membaur dengan teman sesama Polisi
menjadi suatu hal penting bagi para Cepek karena dengan cara demikian
informan untuk digunakan saat bekerja. mereka dapat memperoleh pembagian
Dengan menggunakan perlengkapan jatah jam kerja. Kemudian yang kedua,
kerja komplit akan mencegah resiko mereka membaur dengan Warga
terjadinya kecelakaan yang sewaktu- Padukuhan Mrican supaya kehadirannya
waktu dapat mereka alami. dapat diterima di tengah masyarakat.
b. Modal Sosial c. Modal Kultural
Masyarakat Modal sosial terdiri Menjalani pekerjaan sebagai
dari hubungan sosial yang bernilai antara Polisi Cepek tidak selalu berjalan mulus
individu, atau hubungan-hubungan dan dan lancar, terkadang ada saja hambatan
jaringan hubungan-hubungan yang yang para informan temui pada saat
merupakan sumberdaya yang berguna bekerja. Salah satu hambatan yang
dalam penentuan dan reporduksi dihadapi oleh para informan ketika
kedudukan-kedudukan sosial. Modal bekerja adalah resiko kecelakaan yang
Sosial atau jaringan sosial ini dimiliki sewaktu-waktu dalam mengintai mereka.
pelaku (individu atau kelompok) dalam Oleh sebab itu mereka membutuhkan
hubungannya dengan pihak lain yang modal kultural untuk dapat
memiliki kuasa (Krisdinanto, 2014). mengantisipasi hambatan tersebut.
Modal sosial dalam penelitian ini Modal kultural itu sendiri meliputi
Jurnal Pendidikan Sosiologi/13
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
berbagai pengetahuan yang sah, 3. Dampak Yang Dialami Seseorang
kompetensi-kompetensi atau disposisi- Selama Bekerja Sebagai Polisi
disposisi tertentu, modal kultural yang Cepek
dimiliki informan yakni berupa keahlian Seluruh informan menjalani
informan tentang mengatur lalu lintas pekerjaan sebagai Polisi Cepek tentu ada
dan menyeberangkan pengguna jalan. dampak yang timbul di dalam kehidupan
Hal ini mereka butuhkan untuk mereka. Dampak negatif yang dialami
menghindari resiko kecelakaan saat informan diantaranya pertama, pernah
bekerja. mendapatkan perlakuan yang tidak
d. Modal Simbolik menyenangkan dari oknum preman;
Modal simbolik mengacu pada kedua, kurangnya penerimaan keluarga
derajat akumulasi prestise, ketersohoran, terhadap pekerjaan mereka. Sedangkan
konsekrasi atau kehormatan, dan dampak positif yang dialami informan
dibangun di atas dialektika pengetahuan diantaranya adalah pertama, menambah
(connaissance) dan pengenalan relasi; kedua, menambah pendapatan
(reconnaissance) (Bourdieu, 1990). keluarga; ketiga, menambah pengalaman
Modal simbolik dalam penelitian ini kerja.
berkaitan dengan pandangan masyarakat
sekitar baik Warga Padukuhan Mrican
E. KESIMPULAN DAN SARAN
maupun pengguna jalan terhadap
1. Kesimpulan
kehadiran informan yang bekerja di
Berdasarkan hasil penelitian dan
sekitaran Jalan Afandi, Mrican,
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
Yogyakarta. Berdasarkan hasil
bahwa awal mula informan bekerja
wawancara dan observasi menunjukan
sebagai Polisi Cepek karena lingkungan
bahwa selama ini mereka dipandang oleh
pergaulan dengan teman sesama Polisi
masyarakat sekitar sebagai sosok yang
Cepek yang mendorong mereka untuk
baik karena kehadirannya di sekitaran
terlibat di dalamnya. Lingkungan
Jalan Afandi, Mrican, Yogyakarta ini
pergaulan mempengaruhi pandangan
dinilai sangat membantu masyarakat
mereka terhadap pekerjaan Polisi Cepek
sekitar yang hendak menyeberang atau
bahwa apa yang mereka kerjakan
hendak putar balik kendaraan.
merupakan suatu hal yang lumrah untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka dan
keluarga, meskipun di sisi lain pekerjaan

Jurnal Pendidikan Sosiologi/14


Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
itu sifatnya illegal. Adapun alasan yang hendak menyeberang atau hendak putar
mendasari mereka menjadi Polisi Cepek balik kendaraan
yang pertama, mereka menyukai 2. Saran
pekerjaan yang tidak terikat kontrak atau Berdasarkan hasil penelitian yang
perjanjian; alasan yang kedua pekerjaan telah disimpulkan diatas, maka penulis
ini dianggap menghasilkan pendapatan mengajukan saran ataupun rekomendasi
yang lebih banyak ketimbang pendapatan sebagai berikut:
dari pekerjaan sebelumnya; dan alasan a. Bagi Peneliti
ketiga pekerjaan ini merupakan sarana Peneliti menyadari bahwa dalam
bagi mereka untuk bersedekah penelitian ini masih banyak kekurangan
membantu orang lain. dari segi kajian penelitian, peneliti
Segala cara diupayakan untuk merekomendasikan agar penelitian
mempertahankan eksistensi mereka selanjutnya memperdalam kembali
selama bekerja sebagai Polisi Cepek kajian mengenai faktor-faktor yang
yakni dengan mempertaruhkan modal menyebabkan kemunculan sektor
yang dimilikinya. Modal tersebut informal yang ada di perkotaan.
diantaranya adalah modal ekonomi b. Bagi Informan Polisi Cepek
berupa kepemilikan perlengkapan kerja, Sebaiknya informan Polisi Cepek
seperti peluit, bendera, rompi, dan lampu lebih berhati-hati dalam menjalani
senter; modal sosial berkaitan dengan pekerjaannya karena bekerja di jalan raya
upaya mereka untuk membaur dengan memiliki resiko kecelakaan lalu lintas
masyarakat sekitar; modal kultural yang yang cukup tinggi. Alangkah lebih baik
dimiliki oleh informan diantaranya informan melengkapi diri dengan atribut
adalah keahlian mereka dalam mengatur atau perlengkapan kerja yang layak dan
lalu lintas dan menyeberangkan menjamin keselamatan diri saat bekerja
pengguna jalan; modal simbolik dalam di jalan, seperti, rompi yang berwarna
penelitian ini berkaitan dengan terang, lampu untuk menyeberangkan
pandangan masyarakat sekitar baik pengguna jalan di malam hari, dan
Warga Padukuhan Mrican maupun sempritan.
pengguna jalan terhadap kehadiran c. Bagi Masyarakat
informan yang dipandang sebagai sosok Setiap orang mempunyai latar
yang baik karena dinilai sangat belakang yang berbeda-beda dalam
membantu masyarakat sekitar yang kehidupannya, sebab itu alangkah lebih
baiknya jika kita selalu berpikiran positif
Jurnal Pendidikan Sosiologi/15
Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)
terhadap orang lain, termasuk kepada F. DAFTAR PUSTAKA
Polisi Cepek, karena penelitian ini Affandi, G. I., Chawa, A. F., & Nuryani, A.
membuka wawasan kita bahwa masih F. (2018). Strategi Paguyuban
Pancak Silat Tradisional Bintang
ada Polisi Cepek yang mempunyai itikad Timur Dalam Melestarikan Kesenian
baik untuk menolong orang lain. Can Macanan Kadduk. Jurnal
Kajian Ruang Sosial-Budaya, 1(2),
d. Bagi Pemerintah 59-69.
Bagi pemerintah sebaiknya Badan Pusat Statistik Provinsi D.I
memberdayakan Polisi Cepek yang ada Yogyakarta. (2019, Mei 6). BERITA
RESMI STATISTIK. Retrieved Mei
di Daerah Istimewa Yogyakarta ini. 11, 2019, from Keadaan
Ketenagakerjaan Yogyakarta
Sebab apabila ditinjau dari sisi Agustus 2018:
kebermanfaatannya, Polisi Cepek ini https://webcache.googleusercontent.
com
membantu pemerintah dalam
mengurangi pengangguran bagi orang- Bourdieu, P. (2010). Arena Produksi
Kultural : Sebuah Kajian Sosiologi
orang yang tidak memiliki akses untuk Budaya. (I. R. Muzir, Ed., & Y.
Santosa, Trans.) Bantul: Lembaga
mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Untuk Kreasi Penerbitan Masyarakat
Tidak perlu Polisi Cepek ini ditempatkan (LKPM).

menjadi institusi formal pemerintah, Gilbert, A., & Josef Gugler. (1996).
justru pemerintah sebaiknya Urbanisasi dan Kemiskinan Di
Dunia Ketiga. Yogyakarta: Tiara
memfasilitasi keberadaan mereka agar Wacana.
menjadi sebuah komunitas yang sifatnya
Haryanto, S. (2016). Sosiologi Ekonomi. (M.
legal, diakui dari segi hukum sebagai Sandra, Ed.) Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA.
bagian dari kelompok masyarakat yang
membantu institusi Kepolisian Republik Khomsiyah, H. (2016). Strategi Bertahan
Indonesia dalam pengaturan lalu lintas. Hidup Sukarelawan Lalu Lintas
Jalan (Pak Ogah) di Kabupaten
Dengan demikian pemerintah juga dapat Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Skripsi.
mengontrol keberadaan mereka agar
segalanya berjalan dengan tertib dan Krisdinanto, N. (2014, Maret). Pierre
Bourdieu, Sang Juru Damai. Kanal,
kondusif.
2(2), 107-206.

Malik, N. F. (2016). Tinjauan Sosio Yuridis


Tentang Keberadaan Bantuan Polisi
(BANPOL atau Pak Ogah) di Kota
Makasar. Skripsi.

Moleong, L. J. (2017). Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Jurnal Pendidikan Sosiologi/16


Fenomena Polisi Cepek … (Raden Prima Aziz Buntoro)

Mustafa, L., & Yusuf, M. (2018). DAMPAK Wahyuningtyas, N. (2019, April 9). Polisi
PEMEKARAN WILAYAH Cepek. Retrieved April 19, 2019,
TERHADAP PELAYANAN from Academia:
PUBLIK STUDI PADA KANTOR https://www.academia.edu
CAMAT MORAMO UTARA
KABUPATEN KONAWE
SELATAN. 3-4.

Pasha, A. C. (2017, November 15). Supeltas


Bertanya: Siapa sebenarnya
pengatur lalu lintas? Retrieved
Maret 11, 2019, from
Koranyogya.com:
https://koranyogya.com

Pitoyo, A. J. (2007). DINAMIKA SEKTOR


INFORMAL DI INDONESIA :
Prospek, Perkembangan, dan
Kedudukannya dalam Sitem
Ekonomi Makro. Jurnal Populasi,
18(2).

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2003). Teori


Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada
Media.

Rustanto, B. (2015). Penelitian Kualitatif


Pekerjaan Sosial. Bandung: PT
Remaja Rosydakarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.

Supu, A. (2012). DAMPAK


PENGEMBANGAN
AGROINDUSTRI TERHADAP
PEREKONOMIAN WILAYAH (Studi
Kasus di Desa Lakyea Kecamatan
Tolangohula Kabupaten Gorontalo).
Retrieved Desember 30, 2019, from
Agribisnis_Makalah_Seminar_MK.
Penyajian Ilmiah: http://agribisnis-
faperta-ung.blogspot.com/

Todaro, M., & Smith, S. (2006).


PEMBANGUNAN EKONOMI/Edisi
Kesembilan, Jilid 1. (D. Barnadi, S.
Saat, W. Hardani, Eds., & H.
Munandar, Trans.) PT Gelora
Aksara Pratama.

Jurnal Pendidikan Sosiologi/17

Anda mungkin juga menyukai