Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

ANALISIS PENERAPAN SISTEM TARIF PAJAK TETAP

Disusun Oleh :

Rizka Belinda Utami (145030401111021)

Ikrimah Fairuz Zahiroh (145030401111063)

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
1. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Perpajakan merupakan salah satu sektor penting
dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam sumber pendanaan
APBN/APBD. Jika dilihat dari komposisi penerimaan negara, maka akan
terdapat dua sumber yaitu, sumber penerimaan negara pajak dan sumber
penerimaan negara bukan pajak. Mengingat hampir 85% target
penerimaan APBN 2016 bersumber dari penerimaan pajak. Dengan kata
lain, pajak belum bisa digantikan peranannya karena akan memngaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perpajakan di Indonesia diatur oleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) sebagai lembaga pemerintah yang bertugas melakukan pemungutan
pajak. Dengan berdasarkan kepada Undang-undang Perpajakan Republik
Indonesia. Pemungutan pajak di Indonesia terbagi menjadi 2 jenis pajak
diantaranya, yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Adapun pajak pusat
termasuk di dalamnya, yaitu Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Dalam Mardiasmo (2011 : 9-10) terdapat 4
macam jenis tarif pajak, yaitu :
a. Tarif Proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapa pun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
b. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapa pun
jumlah yang dikenakan pajak sehingga besarnya pajak yang
terutang tetap.
c. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
d. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.

Ada pun Indonesia memberlakukan beberapa jenis tarif pajak,


yaitu tarif proporsional, tarif tetap dan tarif progresif. Apabila di Indonesia
yang dimaksud dengan tarif pajak tetap adalah yang jumlah pajak
terutangnya sama, lain halnya dengan di Rusia. Rusia menafsirkan tarif
pajak tetap adalah jumlah persentase yang sama bagi suatu jenis pajak
berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Lalu sebenarnya apa yang
dimaksud dengan pajak tetap dan bagaimana penerapannya ? Oleh karena
itu, makalah ini akan membahas mengenai penerapan pajak tetap di
masing-masing negara (Indonesia dan Rusia) dengan penafsiran yang
berbeda mengenai pajak tetap, dampak yang diakibatkan dari penerapan
pajak tetap di Indonesia dan Rusia.
2. Rangkuman
2.1 Flat Tax : Prinsip-prinsip dan Pengalaman
(Oleh : Michael Keen, Yitae Kim, Ricardo Varsano)
Estonia merupakan negara pelopor yang melakukan penerapan tarf
pajak tetap (flat tax) pada tahun 1994. Kemudian pada tahun 2001
Rusia mulai menerapkan flat tax. Latar belakang adopsi flat tax oleh
Rusia adalah karena bergesernya rezim kebijakan ke arah berorientasi
pada pasar. Sehingga muncul anggapan bahwa dengan flat tax akan
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dalam reformasi flat tax
Rusia juga mengkombinasikan tidak hanya perataan struktur tarif
tetapi ternyata berdampak signifikan pada Pajak Panghasilan (PPh)
orang pribadi. Terjadi peningkatan lebih dari seperempat jumlah PPh
orang pribadi. Sehingga reformasi tersebut masih terus dilanjutkan
pada gelombang kedua.
Setelah diterapkan selama hampir satu dekade negara-negara
tersebut butuh melakukan evaluasi terhadap penerapannya, terutama
dampaknya pada pemerataan distribusi pendapatan. Terdapat beberapa
aspek kunci dalam dampak flat tax, yaitu keadilan, insentif/pendorong
kerja, kepatuhan dan administrasi, dan otomatis stabilisasi. Flat tax
yang diadopsi telah bervariasi, ciri umumnya adalah tarif pajak tunggal
ketat pada pendapatan tenaga kerja. Penggunaannya umum hanya
merujuk PPh orang pribadi. Dalam prakteknya, pajak yang efektif pada
pendapatan tenaga kerja juga tergantung pada pola kontribusi asuransi
sosial. Di banyak negara-negara yang telah mengadopsi PPh tetap
orang pribadi atas penghasilan tenaga kerja, secara substansial lebih
banyak pendapatan yang berasal dari kontribusi sosial.
Meskipun pajak tetap dikenakan pada tarif rendah, keseluruhan
tarif yang efektif dari pajak atas penghasilan tenaga kerja mungkin
cukup tinggi dan memang pajak yang tinggi ini tetap menjadi perhatian
yang signifikan terhadap kebijakan di negara yang menganut flat tax.
Dalam beberapa kasus terbaru, adopsi dari pajak tetap disertai oleh
reformasi sumbangan/kontribusi sosial. Di beberapa negara penerapan
pajak tetap adalah bagian dari paket yang lebih luas dari reformasi
pajak, cukup sering termasuk upaya untuk meningkatkan administrasi
pajak. Penting juga untuk memahami politik dari flat tax, diasumsikan
aspek administrasi dan kepatuhan hanya sejauh mereka berhubungan
dengan reformasi flat tax.
2.2 Efek Reformasi Flat Tax pada Negara Eropa Barat
(Oleh Alari Paulus dan Andreas Peichl)
Sebelum pertengahan 1990 hanya beberapa negara dan wilayah
yang benar-benar telah mengimplementasikan pajak tetap, paling
menonjol yaitu Hongkong dan Kepulauan Channel. Sejak 1994,
setelah diperkenalkan pajak tetap di Estonia, banyak negara yang
akhirnya mengikuti. Pada awal 2009, terdapat hampir tiga puluh
negara di seluruh dunia dengan sistem pajak tetap, dimana separuhnya
berada di Eropa Timur.
Pajak tetap dipercaya dapat meningkatkan insentif pasokan tenaga
kerja dan menurunkan penghindaran pajak. Argumen untuk
meningkatkan kepatuhan pajak mungkin lebih lemah di negara maju,
namun sering terpusat pada reformasi di negara berkembang dan yang
sedang bertransisi menuju negara maju. Poin argumen ini ditujukan
pada kemungkinan keuntungan efisiensi dan potensi pendapatan pajak
yang lebih tinggi dan kesejahteraan sosial. Di sisi lain, dampak dari
pajak tetap pada distribusi beban pajak dapat menggambarkan
kelemahan yang serius dan dapat menjadi alasan utama membatasi
penyebarannya di negara maju dengan kelas menengah yang mapan.
Perhatian banyak ditujukan pada reformasi pajak tetap Rusia pada
2001 dan ada beberapa bukti bahwa hal itu terkait dengan kepatuhan
pajak yang meningkat (Gorodnichenko, Martinez-Vazquez, & Peter,
2007). Hal itu juga diikuti oleh pertumbuhan riil yang signifikan pada
pendapatan pajak tetap, namun tidak ada bukti kuat bahwa hal ini
disebabkan oleh reformasi itu sendiri atau oleh peningkatan penegakan
hukum, maupun respon pasokan tenaga kerja positif yang
teridentifikasi (Ivanova, Keen, & Klemm, 2005).
Secara keseluruhan temuan mengindikasikan bahwa pengenalan
pajak tetap akan meredistribusi dukungan terhadap rumah tangga
untuk berpenghasilan tinggi (karena berkurangnya beban pajak, oleh
karena itu dapat melakukan saving lebih) dan meningkatkan pasokan
tenaga kerja (insentif). Pendapatan tarif pajak tetap telah secara
meningkat menjadi populer di Eropa Timur. Meskipun demikian,
popularitas ini masih belum tercapai seperti negara Eropa Barat yang
tidak dapat dipungkiri mempunyai kelas menengah yang baik. Analisis
kami menunujukkan bahwa terdapat dua dimensi yang saling
menguntungkan yang dipastikan untuk memperbaiki tarif pajak:
pertama, desain pajak tetap (parameter seperti tarif pajak tetap dan
batas bebas pajak) dan kedua, isi dari perbaikan (distribusi pendapatan
pokok dan latar belakang institusional).
Implementasi kebijakan dari analisis kami adalah sebagai berikut,
dampak dari mengenalkan pajak tetap secara krusial bergantung pada
rincian rincian perbaikan dan negara yang dalam observasi.
Implementasi ini lebih untuk negara-negara dengan tingginya
polarisasi distribusi pendapatan (Negara mediterania).
Karena polarisasi distribusi pendapatan yang tinggi hanya terjadi
pada beberapa negara di Eropa Barat serta kepatuhan wajib pajak
masih tergolong rendah meskipun mempunyai kelas menengah yang
baik. Sedangkan, di Eropa timur dan beberapa negara lain, pajak tetap
memiliki dampak positif terhadap kepatuhan wajib pajak, wajib pajak
dapat melakukan saving lebih karena pajak yang dibayarkan tidak
sesuai dengan penghasilan yang diterima oleh kelas menengah,
menurunkan penghindaran pajak, dan dapat meningkatkan insentif
pasokan tenaga kerja.
2.3 Respon Prilaku dan Efek Distribusi dari Flat Tax di Rusia
(Oleh : Denvil Duncan)
PPh tetap orang pribadi relatif mengurangi distribusi beban pajak
yang kaya kepada yang miskin, sehingga meningkatkan ketimpangan
laba bersih. Secara bersamaan, beban pajak yang lebih rendah
menginduksi respon perilaku yang tidak hanya meningkatkan efisiensi,
tetapi juga meningkatkan pendapatan relatif sebelum pajak dari yang
kaya dengan yang miskin, yang kenaikan lebih lanjut ketimpangan
pendapatan bersih. Akibatnya, para pembuatan kebijakan dengan
preferensi yang kuat untuk kesetaraan cenderung menentang upaya
untuk meratakan daftar PPh orang pribadi.
Penulis menguraikan perubahan dalam distribusi pendapatan bersih
menjadi efek langsung (pajak) dan efek tidak langsung, di mana efek
tidak langsung ini meliputi penggelapan dan produktivitas. Seperti
yang dijelaskan bahwa pengaruh pajak langsung meningkatkan
ketimpangan pendapatan bersih. Perubahan dalam distribusi sebelum
pajak (efek tidak langsung), di sisi lain memiliki dampak negatif yang
besar pada ketidaksetaraan sehingga mengarah ke sebuah penurunan
keseluruhan dalam ketidaksetaraan pendapatan bersih. Respon
penghindaran pajak diindikasikan meningkat, terkait laporan
ketimpangan pendapatan aktual yang dilaporkan. Faktor non-pajak,
reformasi memiliki sedikit efek keseluruhan pada ketimpangan
pendapatan.
Namun, pernyataan bahwa reformasi pajak di Rusia memiliki efek
yang dijelaskan seperti di atas belum lah terbukti. Hal tersebut karena
dalam menganalisis mengabaikan fakta bahwa respon prilaku pajak
yang dibuktikan termasuk penggelapan dan penghindaran. Selanjutnya,
pergeseran pendapatan bukan perubahan nyata dalam pendapatan.
Dampak redistributif reformasi flat tax harus juga mempertimbangkan
dampak dari daftar PPh tetap orang pribadi pada laba bersih tersbut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa respon prilaku tidak langsung
memiliki efek yang lebih besar pada distribusi pendapatan dari
pengaruh pajak langsung. Penulis mengidentifikasi bahwa komponen
pajak yang diinduksi efek tidak langsung dan menunjukkan bahwa
respon penghindaran memiliki dampak yang lebih besar pada
ketidaksetaraan dari respon produktivitas. Tren penurunan
ketimpangan pendapatan yang dimulai sebelum reformasi pajak tidak
terpengaruh oleh reformasi pajak tetap. Hasil menunjukkan bahwa
biaya yang sebenarnya dari efisiensi yang diperoleh dari beralih ke
daftar pajak tetap cenderung jauh lebih rendah dari yang diharapkan.
Dengan kata lain, ketimpangan dapat meningkat apabila tarif pajak
yang lebih rendah. Efek ini diperkuat oleh dua respon perilaku: pajak
yang lebih tinggi mengurangi pendapatan yang diperoleh melalui efek
produktivitas dan peningkatan pendapatan tersembunyi melalui efek
penggelapan. Bahwa efek dari tarif pajak atas sebenarnya ketimpangan
pendapatan bersih tidak hanya ambigu, tetapi juga cenderung lebih
kecil dari efek pada dilaporkan ketimpangan pendapatan bersih.
Sementara efek penggelapan berkurang dalam laporan ketimpangan
pendapatan, sebenarnya meningkatkan ketimpangan pendapatan bersih
karena pangsa pendapatan sebelum kenaikan pajak antara yang kaya.
Selain itu, dampak distribusi reformasi Pajak Penghasilan Orang
Pribadi Rusia adalah relevansi praktis yang besar ke negara-negara
Eropa Timur lainnya yang memiliki, atau berencana untuk, mengikuti
jejak Rusia dan mengadopsi kebijakan serupa. Meskipun efek
langsung menyebabkan peningkatan ketimpangan pendapatan, ada
efek tidak langsung negatif yang jauh lebih besar, Pertama, respon
perilaku tidak langsung pajak yang diinduksi memiliki efek yang lebih
besar pada distribusi pendapatan dari pengaruh pajak langsung. Kedua,
respon perilaku tidak langsung pajak yang diinduksi memiliki efek
yang lebih besar pada distribusi laba bersih yang dilaporkan dari pada
distribusi laba bersih yang sebenarnya.
2.4 Apakah Penyediaan Tenaga Kerja Dipengaruhi Flat Tax ?
(Oleh : Denvil Duncan dan Klara Sabirianova Peter)
Pada 1 Januari 2009, daftar tarif tetap PPh orang pribadi yang
dilaksanakan oleh 24 negara, 20 diantaranya dari yang sebelumnya
rencana pusat ekonomi Eropa Tengah dan Timur dan reformasi pajak
tetap Eurasia. Misalnya, tarif PPh tetap disederhanakan.
Penyederhanaan tersebut bersamaan dengan tingkat yang lebih rendah
ini diharapkan dapat menurunkan biaya kepatuhan untuk kedua
pembayar pajak serta pajak administrator (Slemrod, 1992). Biaya
kepatuhan yang lebih rendah dan tingkat pajak yang lebih rendah bisa
berpotensi mengurangi penghindaran, pendapatan pergeseran dan
aktivitas penghindaran lainnya.
Banyak perhatian yang diterima oleh Reformasi Rusia adalah
sebagai akibat dari peningkatan dramatis penerimaan PPh orang
pribadi yang mengikuti reformasi. Menurut Ivanova et al. (2005;
hereafter IKK), penerimaan riil PPh orang pribadi meningkat sebesar
26% pada tahun 2001 dan terus bertumbuh dalam tahun-tahun
berikutnya. Dari sudut pandang teoritis, menurunkan tarif pajak akan
mempengaruhi penerimaan PPh melalui dua saluran. Pertama adalah
saluran langsung dihasilkan dari tingkat yang lebih rendah, yang dalam
hal ini berarti pendapatan pajak yang lebih rendah. Yang kedua adalah
efek tidak langsung pada berbagai komponen dasar karena perilaku
respon individu untuk menurunkan tarif dan insentif lain yang
diakibatkan dari reformasi.
Kami percaya ada beberapa alasan untuk mengambil melihat
respon penyediaan tenaga kerja. Pertama, konsumsi yang kecil
merespon pada perubahan pajak di tingkat rumah tangga seperti GMP
(2009) dapat menghindari efek signifikan penyediaan tenaga kerja
pada tingkat individu. Kedua, perkiraan agregat dari efek menurunkan
tarif pajak pada jam kerja seperti IKK (2005) dapat menyembunyikan
variasi besar dalam bagaimana jam kerja direspon pada jenis kelamin,
jenis pekerjaan, penghasilan dan karakteristik individu lain. Ketiga,
IKK (2005) fokus pada efek jangka pendek reformasi pajak tetap,
karena mereka menggunakan hanya dua tahun data pra- dan pasca
reformasi (2000 dan 2001).
Dalam bagian ini, kita secara singkat menggambarkan struktur
pajak Rusia dan membahas efek yang reformasi telah tentang pasokan
tenaga kerja menggunakan model penyediaan tenaga kerja statis.
Seperti banyak negara lain, Rusia punya daftar PPh orang pribadi yang
lulus sebelum tahun 2001. Daftar pajaknya adalah progresif dengan
kedua tingkat pajak marjinal dan rata-rata meningkat dengan
menyatakan pendapatan. Dalam salah satu reformasi pajak yang paling
berani abad ke-21, daftar yang lulus digantikan oleh daftar tarif tetap
PPh orang pribadi di 2001. Pentingnya reformasi ini kemudian
diperkuat oleh peningkatan dramatis yang diikuti penerimaan PPh
orang pribadi. Hal ini membuat PPh tetap Rusia populer antara negara-
negara lain yang mencari untuk meningkatkan pendapatan pajak
mereka.
Reformasi mungkin juga memiliki dampak pada tingkat partisipasi
mengingat tingkat yang lebih rendah dan pengurangan standar yang
lebih tinggi. Asumsi implisit bahwa individu dapat dengan bebas
mengubah jam mereka ini tidak berbahaya karena majikan umumnya
mengatur paket fixed jam dan upah (Altonji dan Paxson, 1992).
Daripada memilih jumlah jam untuk memasok di pekerjaan utama dari
pekerjaan, pekerja dapat memilih untuk memiliki beberapa pekerjaan
atau lembur (Matveenko dan Saveliev, 2005). Namun, efek reformasi
pajak tetap pada beberapa pemegang pekerjaan sulit untuk
memprediksinya.
Kami juga menemukan bukti bahwa individu menanggapi tingkat
tarif pajak tetap beserta luas margin penyediaan tenaga kerja.
Probabilitas pencarian pekerjaan yang meningkat untuk pria dan
wanita, dan lebih banyak perempuan beralih dari satu ke beberapa
pekerjaan setelah reformasi. Hasil kami menunjukkan bahwa agregat
perkiraan efek penyediaan tenaga kerja mungkin untuk
menyembunyikan variasi dalam respon di seluruh individu dan
berbagai margin. Ini berarti bahwa negara-negara dengan tingkat tinggi
ketidakpatuhan yang lebih mungkin untuk mendapatkan keuntungan
dari perataan daftar pajak mereka daripada kepatuhan relatif tinggi.
Karena itu penting bahwa pembuat kebijakan mempertimbangkan
dengan hati-hati konteks kelembagaan negara mereka masing-masing
sebelum mengadopsi kebijakan pajak serupa.
3. Perbandingan dengan Kondisi di Indonesia
Menurut Hall dan Rabushka (1983, 1985; HR) pajak tetap adalah
jenis konsumsi, pajak pertambahan nilai berbasis asal (PPN) yang
dikumpulkan dengan metode pengurangan, ditambah oleh (non-
refundable) kredit pajak terhadap pendapatan tenaga kerja. Sedangkan
menurut Mardiasmo (2011 : 9) tarif pajak tetap adalah tarif berupa jumlah
yang tetap (sama) terhadap berapa pun jumlah yang dikenakan pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Dapat dilihat di atas
merupakan perbandingan pendapat ahli mengenai definisi pajak tetap.
Definisi pajak tetap disesuaikan dengan penerapan di masing-masing
negara sehingga timbul perbedaan penafsiran diantara para ahli.
Dalam sistem perpajakan Indonesia penerapan tarif pajak tetap
hanya berlaku bagi bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai
nominal berapa pun adalah Rp3.000,- (Mardiasmo, 2011). Adapun untuk
PPh orang pribadi, Indonesia memberlakukan tarif pajak progresif.
Semakin tinggi jumlah pendapatan yang diterima maka akan semakin
besar tarif yang dikenakan. Sedangkan untuk PPh badan maka akan
dikenakan tarif sebesar 25%, namun terdapat fasilitas pengurangan
tergantung jumlah omset dan laba usahanya sehingga untuk PPh badan
dikategorikan tarif progresif.
Ada pun di Rusia, pajak tetap diberlakukan pada PPh orang
pribadi. Di mana, yang dimaksud dengan pajak tetap versi Rusia adalah
persentase tarif yang sama atau tetap. PPh orang pribadi di Rusia
dikenakan pajak tetap sebesar 13% berapa pun jumlah penghasilan yang
didapat oleh subjek pajak. Berbeda dengan Indonesia yang menganggap
bahwa pajak tetap adalah jumlah pajak terutang yang tetap. Dengan
perbedaan penafsiran sudah pasti penerapan di masing-masing negara juga
akan berbeda. Dampak yang akan dihasilkan di tiap-tiap negara pun akan
berbeda.
4. Analisis Penerapan Sistem Tarif Pajak Tetap
Pajak tetap merupakan salah satu jenis pajak yang mulai diterapkan
di banyak negara diantaranya yaitu, di Indonesia dan Rusia. Rusia
memulai reformasi pajaknya dengan menerapkan pajak tetap bagi PPh
orang pribadi pada tahun 2001. Seperti telah disebutkan sebelumnya,
bahwa terdapat perbedaan penafsiran mengenai apa yang dimaksud
dengan pajak tetap itu sendiri. Hal itu disebabkan karena adanya
penafsiran oleh masing-masing negara pembuat regulasi terkait
perpajakan. Jika pemerintah Rusia berasumsi bahwa pajak tetap yang
mereka terapkan berupa pajak yang tarifnya sama, maka lain dengan
pemerintah Indonesia yang berasumsi bahwa pajak tetap yang mereka
terapkan adalah yang jumlah pajak terutangnya sama atau tetap berapa pun
jumlah dasar pengenaan pajaknya. Hal tersebut menjadi sebuah
permasalahan dalam perbandingan pajak untuk masing-masing negara,
karena tentu akan menimbulkan penerapan yang berbeda di tiap negara.
Namun, perbedaan penafsiran mengenai suatu jenis pajak dianatara
negara-negara tersebut memang dimungkinkan terjadi.
Sejauh ini penerapan pajak tetap di Indonesia baru berlaku pada
bea materai, sedangkan di Rusia penerapan pajak tetap di mulai dengan
PPh orang pribadi yang kemudian menyeluruh di semua jenis pajak. Hal
itu menunjukkan belum menyeluruhnya penerapan pajak tetap di
Indonesia seperti yang dilakukan Rusia dalam reformasi pajak yang
dilakukan tahun 2001. Yang berarti Indonesia masih belum menganut
sistem pajak tetap secara keseluruhan. Selama hampir 15 tahun penerapan
pajak tetap di Rusia hingga tahun 2016 lalu, sistem pajak tetap yang
diterapkan oleh Rusia menuai banyak sekali evaluasi dari dampak yang
ditimbulkannya. Dalam perumusan awal pajak tetap ini diasumsikan akan
meningkatkan jumlah penerimaan pajak terutama pada sektor PPh orang
pribadi serta akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Hal itu diasumsikan karena pemerintah Rusia
berpendapat bahwa penerapan pajak tetap menyederhanakan sistem
perpajakan yang akan memudahkan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajibannya.
Pada awal penerapan pajak tetap, penerimaan pajak dari sektor PPh
orang pribadi memang meningkat secara signifikan. Peningkatan
penerimaan PPh orang pribadi menyentuh angka 26% di tahun pertama
dari periode sebelumnya dan peningkatan tersebut terus bertambah dari
tahun ke tahun. Selain itu pemerintah Rusia mengklaim bahwa efek dari
penerapan pajak tetap juga meningkatkan pertumbuhan riil Rusia, tapi itu
semua belum dapat dibuktikan sebagai efek dari pajak tetap. Seperti
prediksi sebelumnya, penerimaan PPh orang pribadi dan kepatuhan wajib
pajak meningkat dan itu dibuktikan dengan penjelaskan data di atas. Hal
tersebut sangat menguntungkan pemerintah Rusia. Pajak tetap juga
memberikan kesederhanaan dalam penerapannya, sehingga memudahkan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal itu lah yang
memicu kepatuhan wajib pajak sehingga penerimaan PPh orang pribadi
dapat meningkat secara signifikan.
Di sisi lain juga terdapat efek negatif yang dirasakan oleh
masyarakat. Jika sebelumnya dijelaskan efek positifnya banyak
menguntungkan pihak pemerintah, dan bahwa penerapan pajak tetap
mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
karena azas kesederhanaan yang ada dalam sistem pajak tetap. Efek
negatif yang cukup signifikan dirasakan oleh masyarakat adalah timbulnya
kesenjangan ekonomi, dalam distribusi pendapatan. Dengan kondisi
jumlah pendapatan yang didapat setiap orang berbeda dengan pengenaan
tarif pajak yang sama yaitu 13% dirasa tidak memenuhi azas keadilan
dalam pemungutan pajak. Orang-orang dengan penghasilan yang besar
dapat lebih sedikit membayar beban pajak, sedangkan orang-orang dengan
penghasilan yang lebih kecil mendapat persentase yang sama dengan
orang-orang berpenghasilan besar. Walau secara jumlah pajak terutang
akan berbeda, namun beban pajak yang ditanggung setiap orang akan
sama. Hal itu lah yang dimaksud dengan pemerataan, namun tidak
berkeadilan. Ada pun efek penerapan pajak tetap di Indonesia tidak terlalu
signifikan, hal ini disebabkan karena penerapan pajak tetap Indonesia
belum menyeluruh dan terbatas pada bea materai. Dengan penerapan yang
masih sangat terbatas maka efek yang ditimbulkan juga tidak akan terlalu
signifikan memengaruhi perekonomian dan penerimaan pajak di
Indonesia. Selain itu, penurunan tarif pajak oleh Rusia dengan menerapkan
tarif tetap sebesar 13% akan berdampak pada tenaga kerja dan jam
kerjanya. Dengan tarif yang turun maka jumlah take home pay akan
semakin meningkat sehingga mengakibatkan para pekerja akan
mengurangi jam kerja dan tidak mengambil lembur.
Sistem perpajakan Indonesia saat ini dirasa sangat rumit, sistem
yang menganut banyaknya jenis pajak dan tingkat pajak yang berbeda
menghasilkan kerumitan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.
Sehingga akan ada banyak celah yang muncul dalam melakukan
penghindaran pajak. Untuk mengatasi hal tersebut Indonesia disarankan
untuk mengadopsi sistem pajak tetap. Berkiblat juga pada keberhasilan
yang diraih oleh Rusia dapat menjadi pedoman Indonesia dalam
menerapkan sistem pajak tetap agar diperoleh kemudahan dan kepastian
dalam perpajakan. Sedangkan dilansir dari news.ddtc.co.id akibat adanya
evaluasi penerapan pajak tetap, tahun 2016 pemerintah Rusia
mempertimbangkan untuk mengubah sistem pajak tetap untuk PPh orang
pribadi ke sistem pajak progresif hal tersebut disampaikan oleh wakil
perdana menteri Olga Golodets. Rencana tersebut disebabkan adanya
kesenjangan dalam distribusi beban pajak antara masyarakat
berpenghasilan besar dan masyarakat berpenghasilan kecil, serta bertujuan
untuk mengentaskan kemiskinan dengan memberi keringanan PPh untuk
kelompok masyarakat kecil. Perubahan sistem pajak Rusia diperkirakan
akan dilaksanakan setelah tahun 2018. Menurut Prof. Lyudmila Dukanich,
Rusia membutuhkan jenis sistem pajak progrsif untuk PPh orang pribadi
karena dinilai akan lebih adil. Kesenjangan distribusi beban pajak karena
rata-rata orang terkaya di Rusia saat ini 14 kali lebih besar dari pendapatan
orang-orang termiskin, jadi dengan jumlah pendapatan yang berbeda maka
harus dikenakan tarif yang berbeda atau tidak boleh dikenakan tarif yang
sama agar tercipta keadilan dalam pemungutan pajak.
5. Kesimpulan
Penerapan sistem pajak tetap diprediksi akan meningkatkan
penerimaan pajak dari jenis PPh orang pribadi dan meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Namun, ada masalah kesenjangan distribusi beban pajak antara
masyarakat berpenghasilan besar dan masyarakat berpenghasilan kecil.
Penerapan sistem pajak seharusnya tidak hanya menimbang keuntungan
dari segi penerimaan pajak tetapi juga dari kesejahteraan masyarakat.
Ternyata penerapan sistem pajak tetap tidak selalu baik, tetapi perlu
disesuaikan dengan jenis pajak yang dikenakan dan selalu
mempertimbangkan azas keadilan dalam pemungutan. Sistem pajak
Indonesia dirasa lebih tepat dalam pengenaannya, meski pun Indonesia
memiliki berbagai jenis tarif pajak dan aturan yang rumit.
Daftar Pustaka

Aeny, Suci Noor. 2016. Pemerintah Ubah Tarif PPh OP jadi Progresif. Diakses
melalui news.ddtc.co.id pada 11 Maret 2017 Pukul 22.08 WIB
Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Undang-undang KUP. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pajak
Duncan, Denvil. 2014. Behavioral Responses and The Distributional Effect of The
Russian ‘Flat Tax’. USA : Science Direct
Duncan, Denvil dkk. 2009. Does Labour Supply Respond to A Flat tax ?. USA :
Blackwell Publishing
Kee, Michael dkk.2007. The “Flat Tax(es)” : Principle and Experience. Springer
Science
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi.Jakarta : Andi Publisher

Paulus, Alari dkk. 2009. Effect of Flat Tax Reform in Western Europe.United
Kingdom : Science Direct

Anda mungkin juga menyukai