PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang
maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa
ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja
secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak
nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderitaanemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa
mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah
merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang
setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum
ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang kurangnya 20% wanita hamil. Wanita
ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita
hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan
jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus
anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat,
anemia sel sabit dan talasemia.
B.
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b. Tujuan Khusus
C.
MANFAAT
Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan
kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II(Sarwono P,
2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia
gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah
35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia hamil disebut potential danger to matter and child (potensial
membahayangkan ibu dan anak) , karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita
anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila
kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 15 gr % dan hematokrit
35-54 %, angka angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang
mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan
hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya
pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama
atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
B. EPIDEMIOLOGI ANEMIA
Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami
penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di
Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan
dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa
cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008),
namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007)
menjadi 48,14% (Depkes, 2008).
Umur
Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini
didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki
prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini
dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut
remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan
Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia
yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang
kurang.
b. Kelompok etnik
Berdasarkan penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ras kulit hitam
memiliki risiko anemia pada kehamilan 2 kali lipat dibanding dengan kulit putih. Hal ini juga
dihubungkan dengan status sosial ekonomi
c.
Keadaan Fisiologis
Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan
volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe yang lebih
banyak untuk eritropoesis.
d. Keadaan imunologis
Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan
dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik. Hal ini
juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari seperti
SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel darah merah.
e.
Kebiasaan
Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya
adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak. Selain itu,
kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan juga
mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi
dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga
mempengaruhi terjadinya anemia.
f.
Sosial ekonomis
Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan.
Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan mempengaruhi
kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan kesehatan untuk
mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang kurang
juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam mendapatkan informasi mengenai anemia
pada kehamilan.
g. Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatan
Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia
kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu
yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk
terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi atau
riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil menderita penyakit diabetes, ginjal,
hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis
tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).
2) Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
a.
Unsur gizi
Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat
dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang
meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.
b. Kimia dari dalam dan luar
Anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan obat.
Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan peningkatan sintesa
laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta dan eritropoetin menstimulasi
hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan tersebut
menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007).
c.
peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal tersebut
berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.
3) Lingkungan
Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial
berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan
memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi
anemia.
Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia
kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan
mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan
mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang adekuat
dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.
C.
penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai
terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya
interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya
host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia
ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu
sebagai penjamu (host).
Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume
plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%.
Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat
dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia)
sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan
meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil
lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur
gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin
B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi
pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar.
Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.
Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase
subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala
anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang lebih
hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan hipotensi.
Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah mengalami
kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika
terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital, pada trimester
II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan
janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada
trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak
spontan .
Periode Prepathogenesis dan Pathogenesis
Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini
terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis
anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma
tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu, dapat
disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya cadangan zat besi dan intake
zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam
Amiruddin et al, 2007).
Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang
menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan
sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam
plasma padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun. Hal
ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik sehingga terjadi
penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). Anemia pada
kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi
karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang
disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat
kehilangan darah akut/ kronis (Basu, 2010).
Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan
menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap
inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase
kesembuhan, kecacatan atau kematian.
serta
kembali
normal
yang m e n i n g k a t k a n volume
plasma
bulan
setelah
seperti
laktogen
partus.
Stimulasi
plasenta,
yang
makanan bergizi
s e i m b a n g dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi
dapatdiperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi.
Zat b e s i j u g a d a p a t d i t e m u k a n p a d a s a y u r a n b e r w a r n a h i j a u g e l a p s e p e r t i
b a ya m d a n kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan
bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi
padasayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat
besi. U p a ya p e n c e g a h a n d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n p e m b e r i a n s u p l e m e n F e
dosisrendah 30 mg pada trimest er ketiga ibu hamil non anemik (Hb
l e b i h / = 1 1 g / d l ) , sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat
diberikan suplemenFe sulfat 325 mg 60 -65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang
disebabkan oleh defisiensiasam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/ha ri atau
untuk dosis pencegahan dapatdiberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12
100-200 mcg/hari
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari
tiga(3) yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel
dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010).
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini,bidan komunitas dapat berperan sebagai
edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi
Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya
diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh
sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, bidanjuga dapat berperan sebagai
konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia
pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita
atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam
mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan
memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu
hamil untuk mencegah terjadinya anemia.
2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis
yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan olehbidan komunitas
diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection)
seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak,
jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu,
juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan
darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga,bidan dapat
memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor,
edukator,
motivator,
fasilitator
dan
kolaborator.
Sebagai
penemu
kasus
dan
peneliti, bidan dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di
suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan
terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai care
giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan
kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya
supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Bidan juga
dapat memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di
wilayahnya.
3.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang
lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang
dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan
kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar
hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu
hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan
yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat berperan sebagai care giver,
edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.
E. GEJALA ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Konsentrasi hilang,
Sakit kepala
Kulit pucat
Takikardi
Kurang gizi (malnutrisi) seperti zat besi, asam folat, dan B12
Penegakan DX pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa akan
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusingpusing, mata berkunang kunang, dan muntah
lebih sering dan hebat pada kehamilan muda.
Pada pemeriksaan umum didapatkan tekanan daran ibu rendah jumlah plasma darah
lebih banyak dari eritrosit sehingga darah ibu lebih encer. Nadi ibu cepat karena kerja jantung
lebih meningkat untuk membawa makanan dan oksigen keseluruh tubuh serta transportasi ke
dalam rahim
Pada pemeriksaan inspeksi, diperoleh data kalau konjungtiva ibu pucat, telapak tangan
pucat, bagian pinggir bibir pucat, karena darah ibu tidak mencukupi sampai kebagia-bagian
ujung tubuh ibu. Ibu juga terlihat lemah, letih, lesu, karena kurangnya nutrisi untuk
beraktivitas.
Sedangkan pemeriksaan HB dan pengawasan HB dapat dilakukan secara sederhana
dengan menggunakan alat Hb sahli. Hasil pemeriksaan HB dengan dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
HB 11 gr % Tidak anemia
9 10 gr % Anemia ringan
7 8 gr % Anemia sedang
H. JENIS-JENIS ANEMIA
Banyak faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut :
a.
b.
Sum-sum tulang
c.
d.
Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel sel darah merah yang
sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang
baru.
e.
Menstruasi
Berdasarkan atas faktor faktor diatas maka anemia dapat digolongkan menjadi :
membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali
sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4.
Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak
kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah HbS. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
Kejadiannya Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit. Satu dari 500
keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
I.
Persalinan Prematur
Hiperemesis Gravidarum
Perdarahan Antepartum
Pada
kala
II
berlangsung
lama
sehingga
dapat
melelahkan
Pada
kala
III
(Uri)
dapat
diikuti
Retencio
Placenta,
PPH
Pada
kala
IV
dapat
terjadi
pendarahan
Post
Partum
Sekunder
Abortus
Kematian Interauterin
BBLR
Kekurangane n e r g i
dikonsumsi
dalam
asupan
menyebabkan
makanan
yang
t i d a k tercapainya penambahan
berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14kg. Kekurangan itu akan
diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadienergi
J. KEBUTUHAN ZAT BESI PADA WANITA HAMIL
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc 80 cc setiap bulan pada wanita
dan kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 40 mg. Pada saat kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk menambahkan sel darah merah dan membentuk sel
darah merah pada janin dan placenta. Semakin sering wanita hamil dan melahirkan maka
akan semakin banyak wanita itu kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis.
Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :
akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan relatif
mengalami anemia dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran) dan
meningkatkan volume 38 % - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 34 minggu.
Jumlah pertambahan sel darah 18 % - 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum hamil
sekitar 11 gr maka dengan terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi, dan
HB Ibu akan turun menjadi kurang lebih 9,5 10 gr %.
Setelah persalinan dengan lahirnya Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat besi
kurang lebih 900 mg dari perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi Ibu
memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI unntuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat terlaksana
dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis.
K. PENGOBATAN ANEMIA
1. Anemiadefisiensi Zat Besi
Penatalaksaan :
a. Skrining rutin
Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah
sebelumnya.
Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
b. Terapi anemia:
Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
a) Berikan konseling gizi.
Tinjau diet pasien.
Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
Rujuk ke ahli gizi.
b) Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat
kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap
sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudahnya.
Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin
C atau tablet vitamin C.
Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat bes
Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak
mengkonsumsi sama sekali.
c) Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini
menurut panduan terapi anemia.
Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht 27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian
cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat.
Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi
tanpa anemia defisiensi zat besi.
b) Konseling gizi
Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan
sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S)
urine bulanan.
Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami
anemia berat.
4. Anemia: Pernisiosa
Penatalaksanaan
a) Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber
vitamin B12 berikan konseling gizi.
b) Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c) Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d) Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal
selama kehamilan dan persalinan.
b. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK
selama kehamilan.
c.
Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan
bayinya menderita penyakit ini.
BAB III
MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN VARNEY
Langkah I : Pengkajian
A.
Data Subjektif
1. Biodata atau identitas klien pasien
Yang perlu dikaji :
Hal ini diperlukan untuk mengenal pasien dan membedakan antara satu pasien dengan
pasien lain.
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh cepat lelah karena kebutuhan nutrisi ibu untuk melakukan
aktifitas tidak mencukupi
Sering
pusing,
konsentrasi
hilang,
mata
berkunang-kunang,
Nafsu makan turun (anoreksia) karena ibu kekurangan asam folat sehingga
menyebabkan ibu penurunan nafsu makan
3. Riwayat Pernikahan
Kehamilan muda
seseorang yang masih berada di usia yang muda akan membutuhkan makanan bergizi
untuk pertumbuhannya sendiri. Apalagi jika di iringi dengan kehamilan, kebutuhan
makanan bergizi akan semakin meningkat, untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
kebutuhan janin.
4. Riwayat Menstruasi
Yang dinyatakan adalah HPHT untuk menentukan tafsiran persalinan, siklus, banyak,
bau, warna, dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapat haid pertama kali.
Banyak darah haid ibu saat menstruasi
pengeluaran yang banyak saat menstruasi, kemungkinan ibu akan mengalami anemia
jika konsumsi makanan yang bergizi ibu kurang.
Siklus menstruasi
kebutuhan nutrisi ibu kurang terpenuhi, karena salah satu yang mempengaruhi
lancarnya menstruasi adalah pemenuhan gizi
5. Riwayat obstetric yang lalu
Kehamilan yang lalu, kemungkinan ibu pernah mengalami tanda-tanda dari anemia
dan mengeluhkan hal yang sama pada kehamilan sekarang.
Kehamilan yang lalu, jika ibu mengalami persalianan preterm, berat badan bayi lahir
rendah, bayi lahir dengan cacat congenital. Hal tersebut terjadi karena kekurangan
nutrisi diantaranya zat besi dan asam folat, jika kekurangan asam folat bayi akan
mengalami gangguan pertumbuhan saat masa gestasi.
6. Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan ibu merasakan pusing, cepat lelah, lemah, lesu, dan mata berkunagkunang, hal tersebut terjadi karena untuk melakukan aktifitas ibu tidak memiliki
tenaga karena hb ibu rendah dan kemampuan darah ibu untuk mengankut makanan
tidak mencukupi
7. Riwayat Kesehatan
Berkemungkinan ibu pernah mengalami penyakit gangguan darah, dan pernah
melakukan haemodialisa, karna tindakan HD akan menigkatkan pengkonsumsian
asam folat
Berkemungkinan ibu sedang menderita malaria, karena penderita yang mengalami
malaria akan mengakibatkan perdarahan
Riwayat kontrasepsi
Penggunaan KB pil dapat menebabkan kekurangan asam folat, karena pil KB
mengurangi penyerapan asam folat
8. Riwayat social, ekonomi, dan budaya,
Jika ekonomi ibu tidak memadai akan mempengaruhi terhadap pemenuhan nutrisi
Social budaya yang melarang wanita hamil untuk mengkonsumsi makanan seperti
ikan dan telur selama masa kehamilan. Serta social budaya yang beranggapan wanita
hamil beristirahat adalah tindakan negative
9. Riwayat psikologi
Pada ibu yang mengalami gangguan psikologi kebanyakan tidak memperdulikan
kehamilannya sehingga pemenuhan nutrisi tidak dicukupi
10. Kebutuhan dasar
Pemenuhan nutrisi yang tidak mencukupi sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam rahim ibu, jika pada trimester I ibu kekurangan nutrisi janin akan mengalami
gangguan congenital, sedangkan pada trimester III ibu akan mengalami pretererm dan
janin akan mengalami BBLR
Aktifitas sehari-hari ibu yang selalu dan sering yang melakukan kerja berat akan
meningkatkan kebutuhan nutrisi saat hamil
B.
DATA OBJEKTIF
a.
Pemeriksaan umum
Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah rendah, nadi cepat, suhu
normal, pernafasan normal. Hal ini terjadi karena ibu yang lelah, letih, lesu karena
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, sehingga kemampuan jantung memompa darah
semakin kuat untuk pemenuhan kebutuhan oksigen ke seluruh tubuh.
b. Pemeriksaan khusus
a.Inspeksi
Di dapatkan hasil ibu telihat pucat, konjungtiva pucat, dan ibu terlihat lemah, letih.
Kemungkinan perbesaran perut tidak sesuai dengan usia kehamilan, karena tafsiran
berat badan janin rendah.
b.
Palpasi
Leopold I : tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
c.Auskultasi
DJJ tidak teratur karena kebutuhan oksigen ke janin tidak terpenuhi sehingga
menyebabkan janin asfiksia.
d.
C.
Pemeriksaan penunjang
a.
Laboraturium
Darah : HB didapatkan Pada trimester I < 11,0 gr%, pada trimester II < 10,5 gr%,
trimester III < 11,0 gr%.
Hematokrit : pada trimester I <33%, trimester II < 32%, trimester III < 33%.
b. USG
Didapatkan hasil ukuran janin kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
A. Diaknosa
Ibu hamil G..P..A..H usia kehamilan......... janin hidup, tunggal, intrauterine, letkep, jalan
lahir normal, ku ibu dan janin baik
Diagnose ditegakkan pada ibu melalui dasar :
Anamnesa
HPHT
Pemeriksaan fisik
TTV : TD, P, N, S
Inspeksi
Terdapat chlosma gravidarum
Terdapat hiperpigmentasi areola
Terjadi perbesaran kelenjar sebasea
Perbesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
Terdapat linea nigra atau linea alba
Terdapat strie gravidarum
Palpasi
Pemeriksa merasakan pergerakan janin
Melakukan pemeriksaan leopold I, II, III, IV
Pasien tidak merasakan nyeri saat dilakukan pemeriksaan abdomen
Auskultasi
Dengan mendengarkan DJJ
B. Masalah
i. Ibu mengalami anemia
Dasar :
Pemeriksaan penunjang
anemia ringan hB 9 10 gr %
7 8 gr % Anemia sedang
< 7 gr % Anemia berat.
ii. Gangguan aktivitas
Dasar
c.
ii.
Kebutuhan
Berikan terapi
Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
Vitamin C : 3 x 1 hari
Tindakan segera pada ibu hamil dengan anemia dibutuhkan jika anemia tersebut
disebabkan oleh perdarahan mendadak dan membutuhkan kolaborasi dengan dokter.
E. Perencanaan
1) Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
Libatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4)
Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel)
oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat
berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host).
Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini
terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis
anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta. Jika penyebab yang terjadi pada ibu hamil secara beriringan
maka akan menimbulkan manifestasi klinis anemia.
Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut dengan tahap
awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan, kecacatan atau kematian.
Keparahan dari penyakit yang dialami akan ditentukan oleh faktor agent, host dan
lingkungan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. Pengantar Kuliah Obstetri.EGC.Jakarta:2007
Prawiroharjo,Sarwono. Imu
Kebidanan.PT.
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawiroharjo.Jakarta,2009
J. Lenevo,Kenneth. Obstetri Williams. EGC. Jakarta,2009
A.Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mukosa
pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit (Hm),
dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan
kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis
(destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin, 2002).
Dimana insidennya 30% pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama
tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat
infeksi parasit gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi sudah
dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya anemia yang sangat
parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh.
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi,
serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena
itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia
defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis
terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri.
Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat
mempercepat pemulihan kondisi pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada
di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit,
kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia
terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia
sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut
Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.
B. Penyebab Anemia
Penyebab Umum dari Anemia:
Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti:
Perdarahan
Akut
(mendadak),
Kecelakaan,
Pembedahan,
Persalinan,
besi,defesiensi vitamin
folat,danPenyakit
kronik.
Gangguan produksi sel darah merah seperti:
Ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel-sel darah.
C. Klasifikasi Anemia
Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:
1. Berdasarkan Morfologinya:
a). Anemia Mikrositik Hipokrom
- Anemia Defisiensi Zat besi: Adalah Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi
kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
- Anemia Penyakit Kronik: Adalah anemia pada penyakit ini merupakan jenis anemia
terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa
di Amerika Serikat.
b). Anemia Makrositik
- Defisiensi vitamin B12: Adalah Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan
vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
- Defisiensi Asam folat: Adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah
asam folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam
folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap
dalam duodenum dan yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah
dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan
habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
c). Normositik Normokron
- Anemia karena perdarahan: Adalah Perdarahan yang banyak saat trauma baik di
dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif
singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang
menyebabkan perlukaan pada dinding lambung. Serta pada wanita yang sedang
mengalami menstruasi dan post partus.
2. Berdasarkan beratnya:
a). Anemia aplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sumsum tulang belakang
membentuk sel darah merah.
b). Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit
dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
d. Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkantachikardi, dan
pingsan.
1. Akibat dari penyakit anemia yakni:
a. Anak-anak:
-Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
-Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
-Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena system imun menurun.
b. Wanita:
-Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
-Menurunkan produktivitas kerja.
-Menurunkan kebugaran.
c. Remaja putri:
-Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
-Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
-Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
-Mengakibatkan muka pucat.
d. Ibu hamil:
-Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
-Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5
kg).
-Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.
E. Kriteria Anemia
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
No
Kadar hemoglobin
laki-laki
Hb <13gr/dl
Hb <12gr/dl
Perempuan
Hb <11gr/dl
Hb <12gr/dl
Hb <11gr/dl
Kasus Anemia
Dari berbagai banyak klasifikasi atau golongan dari anemia maka sesuai dengan
bahan ini, saya mengangkut kasus mengenai anemia defisiensi besi (Fe).
An. Samson, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan
pucat. Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan lain yang menyertai adalah demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual, dan
susah makan. Sejak kecil Samson memang tidak suka makan daging. Kata guru TK-nya,
saat mengikuti pelajaran Samson sering tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva pucat, bising jantung, tidak didapatkan hepatomegali ataupun
splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8,0 g/dL. Dokter
memberikan tablettambah darah untuk Samson.
Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat
kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat
gizi berupa besi yang penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi
berbagai gejala klinis yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis
membahas perbandingan berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada
anemia defisiensi besi.
a. Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia
yang
disebabkan
oleh
kurangnya
persediaan
besi
untk
eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehingga pembentukan
hemoglobin berkurang.
b. Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh kekurangan asupan
besi, gangguan penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat penyakit tertentu.
Penyebab spesifik yang terkait dengan 3 proses diatas adalah:
c. Gejala Klini
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lain
yaitu:
1. Koilorikia: kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung sehingga menjadi
sendok.
2. Atrofi papilla lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
3. Stomatitis angularis: adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak pada
bercak berwarna pucat keputihan.
Pada kasus diatas, pasien mengalami anemia, namun hasil pemeriksaan lebih lanjut
belum didapatkan, sehingga tipe anemia yang lebih spesifik belum diketahui.
Namun berdasarkan pemeriksaan hemoglobin, Hb 8 gr/dL menunjukkan bahwa
pasien memang mengalami anemia, karena pada anak-anak, Hb dibawah 11 g/dL
dikategorikan sebagai anemia. Untuk menentukan jenis anemia yang spesifik agar
penatalaksanaannya berjalan efektif perlu dilakukan serangkaian tes lain,seperti tes
laboratorium.
Hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor di tengah eritrosit
berwarna pucat berlebihan yang lebih dari sepertiga diameternya, sehingga menimbulkan
keadaan pucat pada pasien. Sementara itu, besi dibutuhkan oleh enzim untuk sintesis
DNA dan enzim mieloperoksidase netrofil sehingga menurunkan imunitas seluler. Akan
tetapi, defisiensi besi juga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi pada bakteri
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang berakibat pada ketahanan terhadap
infeksi. Maka dari itu, timbul demam yang tidak terlalu tinggi.
Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase sehingga terjadi
penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan.
Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat, di usus halus menyebabkan mual
dan muntah. Selain itu, defisiensi besi juga dapat menyebabkan gangguan enzim
monoamino oksidase sehingga terjadi penumpukan katekolamin dalam otak. Hal inilah
yang menjadi sebab terjadinya keadaan mual dan sulit makan.
Selanjutnya, pasien sering tidur di kelas karena oksigen yang tersedia dalam darah
tidak cukup untuk menyuplai kebutuhan sel-sel otak, sehingga pasien mengantuk dan
sering tertidur. Sedangkan bising jantungdisebabkan akibat kerja jantung yang lebih kuat
karena adanya gangguan oksigenasi jaringan.
Mekanisme peningkatkan kecepatan aliran darah inilah yang menimbulkan bising
jantung. Hepatomegali terjadi pada anemia hemolitik, akibat dari kerja hati yang lebih
keras dalam merombak eritrosit karena hemolisis yang tidak wajar. Sedangkan
splenomegali juga terjadi pada anemia hemolitik, dimana eritrosit yang rapuh melewati
kapiler yang sempit dalam limpa, sehingga pecah dan menyumbat kapiler limpa sehingga
terjadi pembesaran limpa. Tidak adanya hepatomegali dan splenomegali menunjukkan
bahwa pasien dalam kasus tidak mengalami anemia jenis hemolitik.
Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien tidak suka makan daging.
Padahal, daging merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk heme yang absorpsinya
tidak dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi.
Selain besi, daging juga mengandung zat gizi lain, misalnya asam folat.
Protein daging lebih mudah diserap karena heme dalam hemoglobin dan mioglobin
tidak berubah sebagai hemin (bentuk feri dari heme). Kompleksnya nutrisi yang
terkandung dalam daging inilah yang menyebabkan pasien mengalami anemia, walaupun
yang paling dominan adalah akibat dari defisiensi besi.
Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi dan asam folat, jadi sesuai terapi
anemia defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu, apabila pasien karena hal-hal tertentu
tidak dapat menggunakan terapi besi oral, maka terapi dapat diganti dengan terapi besi
parenteral. Terapi penunjang seperti diet juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan
terapi.
Sehubungan dengan kasus tersebut maka tata laksana atau pengobatan yang kita
lakukan khusus anemia defisiensi zat gizi yaitu:
Tatalaksana dari anemia defisiensi besi meliputi tatalaksana kausa penyebab anemia
dan pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy).
Tatalaksana kausa
Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia misalnya memberikan
obat cacing pada pasien dengan infeksi cacing atau pembedahan pada pasien hemmoroid.
Iron replacement therapy
Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga mengisi
cadangan besi tubuh secara permanen. Besi yang diberikan dapat melalui pemerian oral
atau pemberian parenteral.
Suplemen besi oral
Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mengganti
defisiensi besi karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Terdapar berbagai
sediaan preparat besi oral seperti ferrous sulfas, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan
lainnya namun demikianferrous sulfat merupakan pilihan utama karena murah dan cukup
efektif.
Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat dibagikan
menjadi beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi tersebut diharapkan terserap
50 mg/hari karena besi memang diserap dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem
pencernaan manusia. Besi yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis,
hasilnya di hari ke 4-7 biasanya eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak pada
hari 8-12 setelah terapi dimulai.
Setelah terjadi penyerapan besi dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan
merespon dengan penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi,
akibatnya kadar penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang juga akan
dicapai dari terapi ini adalah mengisi cadangan besi tubuh sebanyak 0,5-1 g besi karena
itu suplementasi ini diberikan selama 6-12 bulan untuk mengatasi asorbsi usus yang telah
menurun.
Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu kewajiban
dokter. Pasien diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen tersebut dikonsumsi
sebelum pasien makan karena akan meningkatkan absorbsinya.
Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal juga perlu diberitahukan
kepada pasien. Penyebab kegagalan terapi besi oral antara lain gangguan absorbsi dan
kepatuhan minum obat pasien yang rendah. Jika defisiensi besi masih belum juga
tertangani dengan langkah-langkah tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi
parenteral.
Terapi besi parenteral
Alur terapi ini sangat efektif karena tidak melalui sistem pencernaan dan menghadapi
masalah absorbsi, namun demikian risikonya lebih besar dan harganya lebih mahal oleh
karena itu hanya diindikasikan untuk kondisi tertentu saja misalnya kepatuhan pasien
yang sangat rendah. Preparat yang tersedia untuk terapi ini misalnya Iron dextran
complex (50 mg/mL). Pemberian terapi parenteral adalah melalui IV atau IM.
G. Pencegahan Anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu
menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan
yang sehat, variasi makanan, termasuk:
1.
Besi: Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan
lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi,
sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2.
Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk
dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi
roti, sereal dan pasta.
3.
Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
4.
H. Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup
secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat)
untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi,
teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat
makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama
susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang
mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan
untuk skrining anemia defisiensi besi.
I. Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat
besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan.
Hal ini mungkin melibatkan operasi.
2.
seringkali suntikan seumur hidup, vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam
folat diobati dengan suplemen asam folat.
3.
Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun,
jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon
yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah
merah dan mengurangi kelelahan.
4.
Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi
sumsum tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat selsel darah sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi
sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang
ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
5.
penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk
transplantasi sumsum tulang.
6.
Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian
oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi
rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi
darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut
hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada
orang dewasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawaoksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal
Penyebab Umum
darah
atau
Perdarahan
hebat, Berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan Gangguan produksi sel darah
merah .
Tanda tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L), Sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat, Gejala lebih
lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, serta
Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan
pingsan.
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut:
Hb <10gr/dl, Hematokrit
Pokok Bahasan
: Sistem Imun dan Hematologi
Sub Pokok Bahasan : Anemia
Sasaran
: Pengunjung / Keluarga klien di RSUD
Wangaya, Ruang Kaswari
Target
: Pengunjung / keluarga klien
Waktu
: 09.00-10.00 wita
Hari / Tanggal
: Selasa, 13 Desember 2011
Tempat
: RSUD Wangaya, Ruang kaswari
Penyuluh
: Mahasiswa Semester III, STIKES Wira
Medika PPNI Bali
I.
LATAR BELAKANG
II.
TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan
selama 1
x 15 menit, diharapkan peserta penyuluhan diharapkan mampu
memahami tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan serta pencegahan Anemia.
3.
4.
5.
6.
IV. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
V. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Leaflet
Pengertian Anemia.
Penyebab Anemia.
Tanda dan gejala Anemia.
Penatalaksanaan medis dan pengobatan Anemia
Cara pencegahan Anemia
Prinsip mengolah dan menyajikan makanan
Respon
Waktu
Pasien/Keluarga
1
Pendahuluan:
a.
Memberi salam
Menjawab salam
Menyimak
Menyimak
Menyimak
Pengertian Anemia
Menyimak
Menyimak
Menyimak
Menyampaikan tujuan
d. Melakukan apersepsi
3 Menit
Isi:
a.
c.
Anemia
d. Cara-cara penanganan
9 Menit
-
Menyimak
Menyimak
f.
Menyimak
Diskusi
Aktif bertanya
b. Kesimpulan
Memperhatikan
c.
Menjawab
menyajikan makanan
3
Penutup
a.
Evaluasi
pertanyaan
d. Memberi salam
Menjawab salam
3 Menit
Operator
LCD
Moderator
Penyaji
Peserta
Peserta
Observer
IX. PENGORGANISASIAN
1. Ketua
: Putu Nihita Trisa
2. Moderator
: Ni Luh Putu Ayu Widyaningsih
3. Penyaji
: Luh Relo Sriningsih
4. Sekretaris
5. Observer
7. Operator
X. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Materi siap dua hari sebelum penyuluhan
b) SAP siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Media : lcd, leaflet, dan Laptop siap 1 hari sebelum
penyuluhan
d) Penyuluh melaksanakan tugasnya sesuai dengan
pembagian tugas
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Suasana penyuluhan tertib
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum penyuluhan selesai
e. 80% peserta yang dikontrak hadir dalam acara
penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien dapat :
XII REFERENSI
Brunner 7 Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Vol: 1, Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gannguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Lampiran 1:
ISI MATERI
1. PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi apabila julah sel
darah merah (eritrosit) dan atau jumlah hemoglobin dalam
darah menurun di bawah normal. Sel darah merah dan
hemoglobin ini berfungsi untuk mengantarkan oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. Tanpa kecukupan pasokan
oksigen, banyak jaringan dan organ tubuh akan terganggu.
2. PENYEBAB ANEMIA
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama
dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab
anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, di
antaranya:
Parasit. Anak-anak
dapat
mengalami
anemia
karena mengidap cacingan. Pola makan anak mungkin normal,
namun penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing
di dalam perutnya.
3.
4.
5.
6.
5. PENCEGAHAN ANEMIA
Zat Besi ( Fe )
Ati, daging (terutama daging berwarna merah), kuning telur,
sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun
ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang,
dll. ).
o
Asam Folat
Ati, jamur, pisang, apel
o
Protein
Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacang
o
Ajarkan
anak-anak
kebiasaan
hidup
sehingga terhindar dari penyakit infeksi dan parasit.
bersih
6.
PRINSIP
MENGOLAH
DAN
MENYAJIKAN
MAKANAN
- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan
- Alat-alat memasak bersih
- Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
- Sayuran dimasak, jangan terlalu lama
- Sajikan makanan bervariasi jenis makanannya
- Kombinasi makanan hewani dan nabati
- Perhatikan jadwal menu
- Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan
Lampiran 2:
1.
2.
3.
4.
1.
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi apabila julah
sel darah merah (eritrosit) dan atau jumlah hemoglobin
dalam darah menurun di bawah normal.
2. Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang
sama dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab
anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri,
di antaranya:
a.
b.
C
c.
Parasit
d.
Menstruasi
e.
Infeksi
f.
Penyakit ginjal dan penyakit kronik lain seperti
TBC.
g.
3. Anemia Ringan
Perdarahan
Zat Besi ( Fe )
Ati, daging (terutama daging berwarna merah), kuning telur,
sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun
ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang,
dll. ).
o
Asam Folat
Ati, jamur, pisang, apel
o
Protein
Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacang
o
Ajarkan
anak-anak
kebiasaan
hidup
sehingga terhindar dari penyakit infeksi dan parasit.
6.
-
bersih
Hasil Evaluasi
Penyuluhan tentang Anemia dan Penanggulangannya
Di Ruang Kaswari, RSUD Wangaya
Tanggal 13 Desember 2011
Evaluasi Struktur
a) Materi siap sudah dua hari sebelum penyuluhan
b) SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Media : lcd, leaflet, dan Laptop sudah siap 1 hari sebelum
penyuluhan
d) Penyuluh telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan
pembagian tugas
Evaluasi Proses
a) Penyuluhan telah dimulai sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan.
b) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Suasana penyuluhan sudah tertib
d) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum penyuluhan selesai
e) 80% peserta yang dikontrak telah hadir dalam acara
penyuluhan
Pertanyaan dari Peserta:
o
Penanya: Ibu Nurlaila
-
Evaluasi Hasil
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
Cepat lelah
Penurunan energi
Sesak napas ringan
Jantung berdebar-debar
Tinja hitam
Pucat
Tekanan darah rendah
Pingsan
Sesak napas
Sakit kepala
Asam Folat
Protein
Vitamin C
d. Menjaga lingkungan tetap bersih.
6) Prinsip menyiapkan makanan:
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia sering ditemukan di Indonesia, namun sebagian
besar masyarakat Indonesia menganggap anemia sebagai
penyakit yang ringan. Penyakit anemia sendiri merupakan
kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran
mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung
Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari
normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia pula merupakan penurunan kuantitas atau kualitas
sel-sel darah merah dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan
oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan
kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau
mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang