Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang

maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa
ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja
secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak
nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderitaanemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa
mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah
merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang
setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum
ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang kurangnya 20% wanita hamil. Wanita
ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita
hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan
jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus
anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat,
anemia sel sabit dan talasemia.
B.

TUJUAN

a.

Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b. Tujuan Khusus

Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan

Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan

Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan

Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan

Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan

Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan

Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C.

MANFAAT

Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan
kebidanan.

Bagi Petugas Kesehatan


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan
khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

BAB II
ISI
A. PENGERTIAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan
kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II(Sarwono P,
2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia
gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah
35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia hamil disebut potential danger to matter and child (potensial
membahayangkan ibu dan anak) , karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita
anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila
kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 15 gr % dan hematokrit
35-54 %, angka angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang
mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan
hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya
pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama
atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
B. EPIDEMIOLOGI ANEMIA
Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami
penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di
Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan
dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa
cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008),
namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007)
menjadi 48,14% (Depkes, 2008).

Frekuensi timbulnya anemia dalam kehamilan tergantung pada suplementasi


besi. Taylor dkk melaporkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada

wanita yang mengkonsumsi suplemen besi sementara rata-rata hemoglobin sebesar


11,2 g/dl pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen.
Karakter Trias Epidemiologi
1) Host
Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang terdiri dari:
a.

Umur
Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini

didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki
prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini
dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut
remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan
Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia
yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang
kurang.
b. Kelompok etnik
Berdasarkan penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ras kulit hitam
memiliki risiko anemia pada kehamilan 2 kali lipat dibanding dengan kulit putih. Hal ini juga
dihubungkan dengan status sosial ekonomi
c.

Keadaan Fisiologis
Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan

volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe yang lebih
banyak untuk eritropoesis.
d. Keadaan imunologis
Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan
dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik. Hal ini
juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari seperti
SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel darah merah.
e.

Kebiasaan
Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya

adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak. Selain itu,
kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan juga
mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi
dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga
mempengaruhi terjadinya anemia.
f.

Sosial ekonomis

Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan.
Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan mempengaruhi
kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan kesehatan untuk
mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang kurang
juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam mendapatkan informasi mengenai anemia
pada kehamilan.
g. Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatan
Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia
kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu
yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk
terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi atau
riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil menderita penyakit diabetes, ginjal,
hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis
tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).
2) Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
a.

Unsur gizi
Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat

dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang
meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.
b. Kimia dari dalam dan luar
Anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan obat.
Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan peningkatan sintesa
laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta dan eritropoetin menstimulasi
hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan tersebut
menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007).
c.

Faktor faali/ fisiologis


Faktor fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan Hb tidak sebanyak dengan

peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal tersebut
berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.
3) Lingkungan
Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial
berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan

memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi
anemia.
Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia
kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan
mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan
mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang adekuat
dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.
C.

PATOGENESA ANEMIA PADA KEHAMILAN


Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan

penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai
terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya
interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya
host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia
ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu
sebagai penjamu (host).
Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume
plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%.
Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat
dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia)
sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan
meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil
lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur
gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin
B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi
pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar.
Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.
Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase
subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala
anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang lebih

hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan hipotensi.
Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah mengalami
kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika
terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital, pada trimester
II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan
janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada
trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak
spontan .
Periode Prepathogenesis dan Pathogenesis
Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini
terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis
anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma
tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu, dapat
disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya cadangan zat besi dan intake
zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam
Amiruddin et al, 2007).
Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang
menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan
sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam
plasma padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun. Hal
ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik sehingga terjadi
penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). Anemia pada
kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi
karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang
disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat
kehilangan darah akut/ kronis (Basu, 2010).
Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan
menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap
inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase
kesembuhan, kecacatan atau kematian.

Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan


kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya,
janinnya, persalinannya dan bayi nantinya.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume
plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan,dan maksimum terjadi
pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterem

serta

kembali

normal

yang m e n i n g k a t k a n volume

plasma

bulan

setelah

seperti

laktogen

partus.

Stimulasi

plasenta,

yang

menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.


D. PENCEGAHAN DAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi

makanan bergizi

s e i m b a n g dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi
dapatdiperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi.
Zat b e s i j u g a d a p a t d i t e m u k a n p a d a s a y u r a n b e r w a r n a h i j a u g e l a p s e p e r t i
b a ya m d a n kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan
bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi
padasayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat
besi. U p a ya p e n c e g a h a n d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n p e m b e r i a n s u p l e m e n F e
dosisrendah 30 mg pada trimest er ketiga ibu hamil non anemik (Hb
l e b i h / = 1 1 g / d l ) , sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat
diberikan suplemenFe sulfat 325 mg 60 -65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang
disebabkan oleh defisiensiasam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/ha ri atau
untuk dosis pencegahan dapatdiberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12
100-200 mcg/hari
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari
tiga(3) yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel
dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010).
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini,bidan komunitas dapat berperan sebagai
edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi
Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya

diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh
sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, bidanjuga dapat berperan sebagai
konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia
pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita
atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam
mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan
memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu
hamil untuk mencegah terjadinya anemia.
2.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis

yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan olehbidan komunitas
diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection)
seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak,
jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu,
juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan
darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga,bidan dapat
memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor,
edukator,

motivator,

fasilitator

dan

kolaborator.

Sebagai

penemu

kasus

dan

peneliti, bidan dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di
suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan
terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai care
giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan
kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya
supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Bidan juga
dapat memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di
wilayahnya.
3.

Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang

lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah

terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang
dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan
kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar
hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu
hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan
yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat berperan sebagai care giver,
edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.
E. GEJALA ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang,

Nafsu makan turun (anoreksia), mual, muntah

Konsentrasi hilang,

Nafas pendek (pada anemia parah)

Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Keletihan, malaise, atau mudah megantuk

Pusing atau kelemahan

Sakit kepala

Lesi pada mulut dan lidah

Kulit pucat

Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat

Dasar kuku pucat

Takikardi

perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular

disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.

F. ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :

Kurang gizi (malnutrisi) seperti zat besi, asam folat, dan B12

Kemampuan perombakan sel darah merah yang terlalu cepat


Malabsorpsi
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria,

G. DIAGNOSA ANEMIA KEHAMILAN

Penegakan DX pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa akan
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusingpusing, mata berkunang kunang, dan muntah
lebih sering dan hebat pada kehamilan muda.
Pada pemeriksaan umum didapatkan tekanan daran ibu rendah jumlah plasma darah
lebih banyak dari eritrosit sehingga darah ibu lebih encer. Nadi ibu cepat karena kerja jantung
lebih meningkat untuk membawa makanan dan oksigen keseluruh tubuh serta transportasi ke
dalam rahim
Pada pemeriksaan inspeksi, diperoleh data kalau konjungtiva ibu pucat, telapak tangan
pucat, bagian pinggir bibir pucat, karena darah ibu tidak mencukupi sampai kebagia-bagian
ujung tubuh ibu. Ibu juga terlihat lemah, letih, lesu, karena kurangnya nutrisi untuk
beraktivitas.
Sedangkan pemeriksaan HB dan pengawasan HB dapat dilakukan secara sederhana
dengan menggunakan alat Hb sahli. Hasil pemeriksaan HB dengan dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :

HB 11 gr % Tidak anemia

9 10 gr % Anemia ringan

7 8 gr % Anemia sedang

< 7 gr % Anemia berat

H. JENIS-JENIS ANEMIA
Banyak faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut :
a.

komponen (bahan) yang berasal dari makanan

Protein, glukosa, lemak

Vitamin B12, asam falat, Vit C

Elemen dasar : Fe, Ion Cu, Zink

b.

Sum-sum tulang

c.

Kemampuan reabsorpsi usus terhadap bahan yang diperlukan

d.

Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel sel darah merah yang
sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang
baru.

e.

Terjadinya perdarahan yang kronik (menahun)

Menstruasi

Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri,


Polip Serviks, penyakit darah.

Berdasarkan atas faktor faktor diatas maka anemia dapat digolongkan menjadi :

1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)


Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi.
Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan,
gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik. Zat besi serum menurun dan kapasitas
pengikat zat besi meningkat. Merupakan anemia yang paling seringdijumpai pada kehamilan.
Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan
resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui b a n y a k n y a b e s i k e l u a r d a r i
b a d a n , m i s a l n y a p a d a p e r d a r a h a n . K e p e r l u a n b e s i bertambah dalam
kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besiuntuk wanita hamil 17 mg
2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)
Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah SDM (sel
darah merah) dan hipokrom makrositik Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan
karena defisiensi asam folat. Umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang
dijumpai kasus anemia megaloblastik saja
3.

Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)


Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu

membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali
sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4.

Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)


Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat,

yaitu penyakit malaria.


Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan
ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai
katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada
keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania. Kejadiannya Dua persen dari semua
wanita keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
penyebabnya Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan
memicu hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
5. Anemia Pernisiosa
Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat diabsorbsi, SDM
tidak matang dengan normal. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.
6. Anemia Sel Sabit

Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak
kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah HbS. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
Kejadiannya Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit. Satu dari 500
keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
I.

PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN DAN JANIN.


a.

Bahaya selama kehamilan

Persalinan Prematur

Mudah terjadinya Infeksi

Ancaman Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)

Hiperemesis Gravidarum

Perdarahan Antepartum

KPD ( Ketuban Pecah Dini )

b. Bahaya saat persalinan

Gangguan his kekuatan mengejan

Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar

Pada

kala

II

berlangsung

lama

sehingga

dapat

melelahkan

dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.

Pada

kala

III

(Uri)

dapat

diikuti

Retencio

Placenta,

PPH

karena Atonnia Uteri

Pada

kala

IV

dapat

terjadi

pendarahan

Post

Partum

Sekunder

dan Atonia Uteri


c.

Bahaya pada saat Nifas

Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan

Memudahkan infeksi Puerpurium

Berkurangnya pengeluaran ASI

Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin

Memudahkan terjadi Infeksi mamae

d. Pengaruh Anemia Terhadap Janin


Meskipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika anemia
akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Pengaruh pengaruhnya terhadap janin diantaranya :

Abortus

Kematian Interauterin

Persalinan Prematuritas tinggi

BBLR

Kelahiran dengan anemia

Terjadi cacat kongenital

Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian

Intelegensi yang rendah

Kekurangane n e r g i
dikonsumsi

dalam

asupan

menyebabkan

makanan

yang

t i d a k tercapainya penambahan

berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14kg. Kekurangan itu akan
diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadienergi
J. KEBUTUHAN ZAT BESI PADA WANITA HAMIL
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc 80 cc setiap bulan pada wanita
dan kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 40 mg. Pada saat kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk menambahkan sel darah merah dan membentuk sel
darah merah pada janin dan placenta. Semakin sering wanita hamil dan melahirkan maka
akan semakin banyak wanita itu kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis.
Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :

Meningkatkan sel darah Ibu 500 mg Fe

Terdapat dalam placenta 300 mg Fe

Untuk darah janin 100 mg Fe + Jumlah 900 mg Fe


Jika persediaan Fe minimal, maka disetiap kehamilan akan menguras Fe dan

akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan relatif
mengalami anemia dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran) dan
meningkatkan volume 38 % - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 34 minggu.
Jumlah pertambahan sel darah 18 % - 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum hamil
sekitar 11 gr maka dengan terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi, dan
HB Ibu akan turun menjadi kurang lebih 9,5 10 gr %.
Setelah persalinan dengan lahirnya Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat besi
kurang lebih 900 mg dari perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi Ibu
memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI unntuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat terlaksana
dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis.

K. PENGOBATAN ANEMIA
1. Anemiadefisiensi Zat Besi
Penatalaksaan :
a. Skrining rutin
Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah
sebelumnya.
Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
b. Terapi anemia:
Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
a) Berikan konseling gizi.
Tinjau diet pasien.
Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
Rujuk ke ahli gizi.
b) Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat
kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap
sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudahnya.
Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin
C atau tablet vitamin C.
Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat bes
Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak
mengkonsumsi sama sekali.
c) Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini
menurut panduan terapi anemia.
Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht 27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian
cairan IV atau heparin lock saat persalinan.

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek


samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero
bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50g asam folat untuk
profilaksis anemia.
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat
yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama
ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak
ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
2. Anemia Megaloblastik.
Penatalaksanaan
a) Suplemen

Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi

Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat.

Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi
tanpa anemia defisiensi zat besi.

b) Konseling gizi

Kaji diet pasien

Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet

Rujuk ke ahli gizi

c) Hitung darah lengkap

Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.

Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan
sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.

3. Anemia hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)


Penatalaksanaan
a) Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap
mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
b) Terapi

Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.

Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.

Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S)
urine bulanan.

Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami
anemia berat.

4. Anemia: Pernisiosa
Penatalaksanaan
a) Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber
vitamin B12 berikan konseling gizi.
b) Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c) Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d) Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.

Kondisinya membaik bila


o Morfologi normal
o Kadar Ht meningkat

Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.

5. Anemia Sel Sabit


Penatalaksanaan
a.

Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:

Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.

Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.

Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.

Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal
selama kehamilan dan persalinan.

b. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK
selama kehamilan.
c.

Beri konseling kepada pasien:

Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.

Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan
bayinya menderita penyakit ini.

Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.

BAB III
MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN VARNEY
Langkah I : Pengkajian
A.

Data Subjektif
1. Biodata atau identitas klien pasien
Yang perlu dikaji :

nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

Hal ini diperlukan untuk mengenal pasien dan membedakan antara satu pasien dengan
pasien lain.
2. Keluhan utama

Ibu mengeluh cepat lelah karena kebutuhan nutrisi ibu untuk melakukan
aktifitas tidak mencukupi

Sering

pusing,

konsentrasi

hilang,

mata

berkunang-kunang,

malaise disebabkan karena kerja jantung yang meningkat untuk memompa


darah keotak karna otak kekurangan oksigen

Nafsu makan turun (anoreksia) karena ibu kekurangan asam folat sehingga
menyebabkan ibu penurunan nafsu makan

Nafas pendek (pada anemia parah)

Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

3. Riwayat Pernikahan
Kehamilan muda

Usia dapat mempengaruhi kebutuhan makanan pada wanita,

seseorang yang masih berada di usia yang muda akan membutuhkan makanan bergizi
untuk pertumbuhannya sendiri. Apalagi jika di iringi dengan kehamilan, kebutuhan
makanan bergizi akan semakin meningkat, untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
kebutuhan janin.
4. Riwayat Menstruasi
Yang dinyatakan adalah HPHT untuk menentukan tafsiran persalinan, siklus, banyak,
bau, warna, dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapat haid pertama kali.
Banyak darah haid ibu saat menstruasi

: karena apabila ibu selalu mengalami

pengeluaran yang banyak saat menstruasi, kemungkinan ibu akan mengalami anemia
jika konsumsi makanan yang bergizi ibu kurang.
Siklus menstruasi

: Apabila siklus menstruasi ibu tidak lancar, berkemungkinan

kebutuhan nutrisi ibu kurang terpenuhi, karena salah satu yang mempengaruhi
lancarnya menstruasi adalah pemenuhan gizi
5. Riwayat obstetric yang lalu

Kehamilan yang lalu, kemungkinan ibu pernah mengalami tanda-tanda dari anemia
dan mengeluhkan hal yang sama pada kehamilan sekarang.
Kehamilan yang lalu, jika ibu mengalami persalianan preterm, berat badan bayi lahir
rendah, bayi lahir dengan cacat congenital. Hal tersebut terjadi karena kekurangan
nutrisi diantaranya zat besi dan asam folat, jika kekurangan asam folat bayi akan
mengalami gangguan pertumbuhan saat masa gestasi.
6. Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan ibu merasakan pusing, cepat lelah, lemah, lesu, dan mata berkunagkunang, hal tersebut terjadi karena untuk melakukan aktifitas ibu tidak memiliki
tenaga karena hb ibu rendah dan kemampuan darah ibu untuk mengankut makanan
tidak mencukupi
7. Riwayat Kesehatan
Berkemungkinan ibu pernah mengalami penyakit gangguan darah, dan pernah
melakukan haemodialisa, karna tindakan HD akan menigkatkan pengkonsumsian
asam folat
Berkemungkinan ibu sedang menderita malaria, karena penderita yang mengalami
malaria akan mengakibatkan perdarahan
Riwayat kontrasepsi
Penggunaan KB pil dapat menebabkan kekurangan asam folat, karena pil KB
mengurangi penyerapan asam folat
8. Riwayat social, ekonomi, dan budaya,
Jika ekonomi ibu tidak memadai akan mempengaruhi terhadap pemenuhan nutrisi
Social budaya yang melarang wanita hamil untuk mengkonsumsi makanan seperti
ikan dan telur selama masa kehamilan. Serta social budaya yang beranggapan wanita
hamil beristirahat adalah tindakan negative
9. Riwayat psikologi
Pada ibu yang mengalami gangguan psikologi kebanyakan tidak memperdulikan
kehamilannya sehingga pemenuhan nutrisi tidak dicukupi
10. Kebutuhan dasar
Pemenuhan nutrisi yang tidak mencukupi sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam rahim ibu, jika pada trimester I ibu kekurangan nutrisi janin akan mengalami
gangguan congenital, sedangkan pada trimester III ibu akan mengalami pretererm dan
janin akan mengalami BBLR
Aktifitas sehari-hari ibu yang selalu dan sering yang melakukan kerja berat akan
meningkatkan kebutuhan nutrisi saat hamil

B.

DATA OBJEKTIF
a.

Pemeriksaan umum
Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah rendah, nadi cepat, suhu
normal, pernafasan normal. Hal ini terjadi karena ibu yang lelah, letih, lesu karena
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, sehingga kemampuan jantung memompa darah
semakin kuat untuk pemenuhan kebutuhan oksigen ke seluruh tubuh.

b. Pemeriksaan khusus
a.Inspeksi
Di dapatkan hasil ibu telihat pucat, konjungtiva pucat, dan ibu terlihat lemah, letih.
Kemungkinan perbesaran perut tidak sesuai dengan usia kehamilan, karena tafsiran
berat badan janin rendah.
b.

Palpasi
Leopold I : tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan.

c.Auskultasi
DJJ tidak teratur karena kebutuhan oksigen ke janin tidak terpenuhi sehingga
menyebabkan janin asfiksia.
d.

Pemeriksaan tafsiran berat badan janin


TBBJ tidak sasuai dengan usia kehamilan ibu, karena pertumbuhan janin terganggu
akibat nutrisi ibu yang kurang.

C.

Pemeriksaan penunjang
a.

Laboraturium
Darah : HB didapatkan Pada trimester I < 11,0 gr%, pada trimester II < 10,5 gr%,
trimester III < 11,0 gr%.
Hematokrit : pada trimester I <33%, trimester II < 32%, trimester III < 33%.

b. USG
Didapatkan hasil ukuran janin kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Langkah II : Interpretasi Data


Data dasar yang diinterprestasikan menjadi masalah atau diaknosa spesifik yang sudah
diidentifikasikan. Di dalam interprestasi data, terdapat tiga komponen penting didalamnya
yaitu :

A. Diaknosa
Ibu hamil G..P..A..H usia kehamilan......... janin hidup, tunggal, intrauterine, letkep, jalan
lahir normal, ku ibu dan janin baik
Diagnose ditegakkan pada ibu melalui dasar :
Anamnesa

Ibu mengatakan ini kehamilan ke berapa

Ibu mengatakan pernah menjalani persalinan atau tidak

Ibu pernah mengalami keguguran atau tidak

Ibu mengatakan jumlah anak yang hidup

HPHT

Kapan ibu merasakan pergerakan janin pertama kali

Pemeriksaan fisik

TTV : TD, P, N, S

Inspeksi
Terdapat chlosma gravidarum
Terdapat hiperpigmentasi areola
Terjadi perbesaran kelenjar sebasea
Perbesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
Terdapat linea nigra atau linea alba
Terdapat strie gravidarum

Palpasi
Pemeriksa merasakan pergerakan janin
Melakukan pemeriksaan leopold I, II, III, IV
Pasien tidak merasakan nyeri saat dilakukan pemeriksaan abdomen

Auskultasi
Dengan mendengarkan DJJ

Pengukuran ukuran panggul


Lakukan pengukuran distansia spinarum
Lakukan pengukuran distansia cristarum
Lakukan pengukuran conjugata eksternal
Lakukan pengukuran lingkar panggul

B. Masalah
i. Ibu mengalami anemia
Dasar :

Pemeriksaan penunjang

anemia ringan hB 9 10 gr %
7 8 gr % Anemia sedang
< 7 gr % Anemia berat.
ii. Gangguan aktivitas
Dasar

Ibu merasakan kram pada kaki

Ibu mengatakan cepat lelah

iii. Gangguan rasa nyaman


Dasar

Ibu merasa cemas menjelang persalinan

Ibu mengatakan cepat lelah

Ibu mengatakan kurang istirahat

c.

Gangguan pemenuhan nutrisi

Ibu terlihat pucat

Ibu mengatakan tidak nafsu makan

Ibu tampak lemas

ii.

Kebutuhan

Penyuluhan tentang senam hamil dan latihan relaksasi.

Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil

Penyuluhan tentang persiapan persalinan.

Penyuluhan tentang pentingnya istirahat yang cukup saat hamil

Berikan terapi
Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
Vitamin C : 3 x 1 hari

Anjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi

C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Potensial terjadi persalinan lama, terjadi infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini (KPD), terjadi sub involusi uteri yang menimbulkan perdarahan antepartum,
pengeluaran ASI kurang
D. Tindakakn segera

Tindakan segera pada ibu hamil dengan anemia dibutuhkan jika anemia tersebut
disebabkan oleh perdarahan mendadak dan membutuhkan kolaborasi dengan dokter.
E. Perencanaan
1) Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini

Ajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil

2) Jelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil

Ajarkan bagaimana cara breast care dan senam hamil

Evaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil

Libatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil

3) Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil

Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang

Anjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering

Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang

4)

Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat

5) Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan


6) Berikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7) Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel)
oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat
berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host).
Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini
terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis
anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta. Jika penyebab yang terjadi pada ibu hamil secara beriringan
maka akan menimbulkan manifestasi klinis anemia.
Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut dengan tahap
awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan, kecacatan atau kematian.
Keparahan dari penyakit yang dialami akan ditentukan oleh faktor agent, host dan
lingkungan.
B. Saran

Diperlukannya penangangan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik, biologis


dan sosial ekonomi), terlebih faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari
keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga
mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam
memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. Pengantar Kuliah Obstetri.EGC.Jakarta:2007
Prawiroharjo,Sarwono. Imu

Kebidanan.PT.

Bina

Pustaka

Sarwono

Prawiroharjo.Jakarta,2009
J. Lenevo,Kenneth. Obstetri Williams. EGC. Jakarta,2009

A.Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mukosa
pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit (Hm),
dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan
kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis
(destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin, 2002).
Dimana insidennya 30% pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama
tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat
infeksi parasit gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi sudah
dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya anemia yang sangat
parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Anemia

menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh.

Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi,
serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena
itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia
defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis
terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri.
Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat
mempercepat pemulihan kondisi pasien.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada
di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit,
kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia
terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia
sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut
Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.

B. Penyebab Anemia
Penyebab Umum dari Anemia:
Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti:

Perdarahan

Akut

(mendadak),

Kecelakaan,

Pembedahan,

Persalinan,

Pecah pembuluh darah, perdarahan Kronik (menahun), Perdarahan menstruasi yang


sangat banyak, serta hemofilia.
Berkurangnya pembentukan sel darah merah seperti:
Defesiensi zat

besi,defesiensi vitamin

B12, defesiensi asam

folat,danPenyakit

kronik.
Gangguan produksi sel darah merah seperti:
Ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel-sel darah.

C. Klasifikasi Anemia
Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:
1. Berdasarkan Morfologinya:
a). Anemia Mikrositik Hipokrom
- Anemia Defisiensi Zat besi: Adalah Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi
kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
- Anemia Penyakit Kronik: Adalah anemia pada penyakit ini merupakan jenis anemia
terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa
di Amerika Serikat.
b). Anemia Makrositik
- Defisiensi vitamin B12: Adalah Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan
vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
- Defisiensi Asam folat: Adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah
asam folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam
folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap
dalam duodenum dan yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah
dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan
habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
c). Normositik Normokron

- Anemia karena perdarahan: Adalah Perdarahan yang banyak saat trauma baik di
dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif
singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang
menyebabkan perlukaan pada dinding lambung. Serta pada wanita yang sedang
mengalami menstruasi dan post partus.
2. Berdasarkan beratnya:
a). Anemia aplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sumsum tulang belakang
membentuk sel darah merah.
b). Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit
dalam pembuluh darah sebelum waktunya.

D. Tanda dan Akibat Anemia


Tanda tanda dari penyakit anemia yakni:
a.

Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L).

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.


c.

Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.

d. Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkantachikardi, dan
pingsan.
1. Akibat dari penyakit anemia yakni:
a. Anak-anak:
-Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
-Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
-Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena system imun menurun.
b. Wanita:
-Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
-Menurunkan produktivitas kerja.

-Menurunkan kebugaran.
c. Remaja putri:
-Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
-Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
-Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
-Mengakibatkan muka pucat.
d. Ibu hamil:
-Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
-Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5
kg).
-Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

E. Kriteria Anemia
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh

No

Jenis kelamin/ usia

Kadar hemoglobin

laki-laki

Hb <13gr/dl

perempuan dewasa tidak hamil

Hb <12gr/dl

Perempuan

Hb <11gr/dl

Anak usia 6-14 tahun

Hb <12gr/dl

Anak usia 6 bulan-6 tahun

Hb <11gr/dl

usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.


Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun 1968.Dinyatakan
sebagai anemia bila tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut:
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.
1. Hb < 10gr/dl
2. Hematokrit < 30%
3. Eritrosit < 2,8 juta
F.

Kasus Anemia

Dari berbagai banyak klasifikasi atau golongan dari anemia maka sesuai dengan
bahan ini, saya mengangkut kasus mengenai anemia defisiensi besi (Fe).
An. Samson, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan
pucat. Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan lain yang menyertai adalah demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual, dan
susah makan. Sejak kecil Samson memang tidak suka makan daging. Kata guru TK-nya,
saat mengikuti pelajaran Samson sering tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva pucat, bising jantung, tidak didapatkan hepatomegali ataupun
splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8,0 g/dL. Dokter
memberikan tablettambah darah untuk Samson.
Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat
kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat
gizi berupa besi yang penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi
berbagai gejala klinis yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis
membahas perbandingan berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada
anemia defisiensi besi.
a. Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia

yang

disebabkan

oleh

kurangnya

persediaan

besi

untk

eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehingga pembentukan
hemoglobin berkurang.
b. Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh kekurangan asupan
besi, gangguan penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat penyakit tertentu.
Penyebab spesifik yang terkait dengan 3 proses diatas adalah:

Perdarahan menahun misalnya tukak peptik, menoragi, hematuria, hemoptisis, infeksi


cacing tambang.

Kurangnya jumlah besi dalam makanan.

Peningkatan kebutuhan besi yang tidak sesuai dengan asupan.

Gangguan absorbsi besi.

c. Gejala Klini

Keadaan lemah, lesu, mual, dan muntah.

Muka pucat, demam, dan aneroksia.

Mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.

Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lain
yaitu:
1. Koilorikia: kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung sehingga menjadi
sendok.
2. Atrofi papilla lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
3. Stomatitis angularis: adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak pada
bercak berwarna pucat keputihan.

Pada kasus diatas, pasien mengalami anemia, namun hasil pemeriksaan lebih lanjut
belum didapatkan, sehingga tipe anemia yang lebih spesifik belum diketahui.
Namun berdasarkan pemeriksaan hemoglobin, Hb 8 gr/dL menunjukkan bahwa
pasien memang mengalami anemia, karena pada anak-anak, Hb dibawah 11 g/dL
dikategorikan sebagai anemia. Untuk menentukan jenis anemia yang spesifik agar
penatalaksanaannya berjalan efektif perlu dilakukan serangkaian tes lain,seperti tes
laboratorium.
Hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor di tengah eritrosit
berwarna pucat berlebihan yang lebih dari sepertiga diameternya, sehingga menimbulkan
keadaan pucat pada pasien. Sementara itu, besi dibutuhkan oleh enzim untuk sintesis
DNA dan enzim mieloperoksidase netrofil sehingga menurunkan imunitas seluler. Akan
tetapi, defisiensi besi juga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi pada bakteri
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang berakibat pada ketahanan terhadap
infeksi. Maka dari itu, timbul demam yang tidak terlalu tinggi.
Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase sehingga terjadi
penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan.
Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat, di usus halus menyebabkan mual
dan muntah. Selain itu, defisiensi besi juga dapat menyebabkan gangguan enzim

monoamino oksidase sehingga terjadi penumpukan katekolamin dalam otak. Hal inilah
yang menjadi sebab terjadinya keadaan mual dan sulit makan.
Selanjutnya, pasien sering tidur di kelas karena oksigen yang tersedia dalam darah
tidak cukup untuk menyuplai kebutuhan sel-sel otak, sehingga pasien mengantuk dan
sering tertidur. Sedangkan bising jantungdisebabkan akibat kerja jantung yang lebih kuat
karena adanya gangguan oksigenasi jaringan.
Mekanisme peningkatkan kecepatan aliran darah inilah yang menimbulkan bising
jantung. Hepatomegali terjadi pada anemia hemolitik, akibat dari kerja hati yang lebih
keras dalam merombak eritrosit karena hemolisis yang tidak wajar. Sedangkan
splenomegali juga terjadi pada anemia hemolitik, dimana eritrosit yang rapuh melewati
kapiler yang sempit dalam limpa, sehingga pecah dan menyumbat kapiler limpa sehingga
terjadi pembesaran limpa. Tidak adanya hepatomegali dan splenomegali menunjukkan
bahwa pasien dalam kasus tidak mengalami anemia jenis hemolitik.
Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien tidak suka makan daging.
Padahal, daging merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk heme yang absorpsinya
tidak dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi.
Selain besi, daging juga mengandung zat gizi lain, misalnya asam folat.
Protein daging lebih mudah diserap karena heme dalam hemoglobin dan mioglobin
tidak berubah sebagai hemin (bentuk feri dari heme). Kompleksnya nutrisi yang
terkandung dalam daging inilah yang menyebabkan pasien mengalami anemia, walaupun
yang paling dominan adalah akibat dari defisiensi besi.
Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi dan asam folat, jadi sesuai terapi
anemia defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu, apabila pasien karena hal-hal tertentu
tidak dapat menggunakan terapi besi oral, maka terapi dapat diganti dengan terapi besi
parenteral. Terapi penunjang seperti diet juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan
terapi.
Sehubungan dengan kasus tersebut maka tata laksana atau pengobatan yang kita
lakukan khusus anemia defisiensi zat gizi yaitu:
Tatalaksana dari anemia defisiensi besi meliputi tatalaksana kausa penyebab anemia
dan pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy).

Tatalaksana kausa
Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia misalnya memberikan
obat cacing pada pasien dengan infeksi cacing atau pembedahan pada pasien hemmoroid.
Iron replacement therapy
Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga mengisi
cadangan besi tubuh secara permanen. Besi yang diberikan dapat melalui pemerian oral
atau pemberian parenteral.
Suplemen besi oral
Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mengganti
defisiensi besi karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Terdapar berbagai
sediaan preparat besi oral seperti ferrous sulfas, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan
lainnya namun demikianferrous sulfat merupakan pilihan utama karena murah dan cukup
efektif.
Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat dibagikan
menjadi beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi tersebut diharapkan terserap
50 mg/hari karena besi memang diserap dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem
pencernaan manusia. Besi yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis,
hasilnya di hari ke 4-7 biasanya eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak pada
hari 8-12 setelah terapi dimulai.
Setelah terjadi penyerapan besi dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan
merespon dengan penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi,
akibatnya kadar penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang juga akan
dicapai dari terapi ini adalah mengisi cadangan besi tubuh sebanyak 0,5-1 g besi karena
itu suplementasi ini diberikan selama 6-12 bulan untuk mengatasi asorbsi usus yang telah
menurun.
Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu kewajiban
dokter. Pasien diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen tersebut dikonsumsi
sebelum pasien makan karena akan meningkatkan absorbsinya.
Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal juga perlu diberitahukan
kepada pasien. Penyebab kegagalan terapi besi oral antara lain gangguan absorbsi dan

kepatuhan minum obat pasien yang rendah. Jika defisiensi besi masih belum juga
tertangani dengan langkah-langkah tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi
parenteral.
Terapi besi parenteral
Alur terapi ini sangat efektif karena tidak melalui sistem pencernaan dan menghadapi
masalah absorbsi, namun demikian risikonya lebih besar dan harganya lebih mahal oleh
karena itu hanya diindikasikan untuk kondisi tertentu saja misalnya kepatuhan pasien
yang sangat rendah. Preparat yang tersedia untuk terapi ini misalnya Iron dextran
complex (50 mg/mL). Pemberian terapi parenteral adalah melalui IV atau IM.
G. Pencegahan Anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu
menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan
yang sehat, variasi makanan, termasuk:
1.

Besi: Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan

lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi,
sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2.

Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk

dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi
roti, sereal dan pasta.
3.

Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.

4.

Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan

beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi.


Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang
yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak , besi yang diperlukan
selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.

H. Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:

1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup
secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat)
untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi,
teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat
makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama
susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang
mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan
untuk skrining anemia defisiensi besi.

I. Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat
besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan.
Hal ini mungkin melibatkan operasi.
2.

Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikanyang

seringkali suntikan seumur hidup, vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam
folat diobati dengan suplemen asam folat.
3.

Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.

Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun,
jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon
yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah
merah dan mengurangi kelelahan.

4.

Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah

untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi
sumsum tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat selsel darah sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi
sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang
ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
5.

Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai

penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk
transplantasi sumsum tulang.
6.

Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-

obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang


menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah.
Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin
dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
7.

Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian

oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi
rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi
darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut
hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada
orang dewasa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawaoksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal
Penyebab Umum

dari Anemia Yaitu: Kehilangan

darah

atau

Perdarahan

hebat, Berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan Gangguan produksi sel darah
merah .

Tanda tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L), Sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat, Gejala lebih
lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, serta
Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan
pingsan.
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut:

Hb <10gr/dl, Hematokrit

<30% , dan Eritrosit <2,8juta


Kasus yang kami angkat dari materi ini ialah anem,ia akibat defesiensi zat besi.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan
: Sistem Imun dan Hematologi
Sub Pokok Bahasan : Anemia
Sasaran
: Pengunjung / Keluarga klien di RSUD
Wangaya, Ruang Kaswari
Target
: Pengunjung / keluarga klien
Waktu
: 09.00-10.00 wita
Hari / Tanggal
: Selasa, 13 Desember 2011
Tempat
: RSUD Wangaya, Ruang kaswari
Penyuluh
: Mahasiswa Semester III, STIKES Wira
Medika PPNI Bali

I.

LATAR BELAKANG

Anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang


ditunjukkan oleh rendahnya tingkat hemoglobin yang sehat.
Tingkat hemoglobin normal pada anak lebih rendah dari tingkat
hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki
hemoglobin normal 170-200 g/l. Setelah lahir, konsentrasi
hemoglobin menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan
kadar hemoglobinnya berkisar 110-120 g/l. Kisaran ini bertahan
terus hingga usia sekolah, yang meningkat menjadi 130 g/l.
Anemia
dapat
menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangan anak yang berdampak serius dalam jangka
panjang. Asian Development Bank (ADB) mengatakan bahwa
sekitar 22 juta anak di Indonesia terkena anemia, yang
menyebabkan hilangnya angka IQ 5 sampai 15 poin, prestasi
sekolah yang buruk dan kerugian potensi masa depan hingga
2,5%. Karena itu, kita semua harus mewaspadainya.

II.

TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan
selama 1
x 15 menit, diharapkan peserta penyuluhan diharapkan mampu
memahami tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan serta pencegahan Anemia.

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan
diharapkan mampu:
1. Menyebutkan pengertian Anemia.
2. Menyebutkan penyebab Anemia.

3.
4.
5.
6.

Menyebutkan tanda dan gejala dari penyakit Anemia.


Menyebutkan penatalaksanan dan pengobatan Anemia.
Menyebutkan cara pencagahan Anemia.
Menebutkan bagaimana prinsip mengolah dan menyajikan
makanan.

IV. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

V. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Leaflet

VI. ISI MATERI


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian Anemia.
Penyebab Anemia.
Tanda dan gejala Anemia.
Penatalaksanaan medis dan pengobatan Anemia
Cara pencegahan Anemia
Prinsip mengolah dan menyajikan makanan

VII. PROSES PELAKSANAAN


No Kegiatan

Respon

Waktu

Pasien/Keluarga
1

Pendahuluan:
a.

Memberi salam

Menjawab salam

Menyimak

Menyimak

Menyimak

Pengertian Anemia

Menyimak

b. Penyebab dari Anemia

Menyimak

Tanda & Gejala dari penyakit -

Menyimak

b. Menyampaikan pokok bahasan


c.

Menyampaikan tujuan

d. Melakukan apersepsi

3 Menit

Isi:
a.

c.

Anemia
d. Cara-cara penanganan

9 Menit
-

Menyimak

medis & pengobatanAnemia


e.

Pencegahan dari Anemia

Menyimak

f.

Prinsip mengolah dan

Menyimak

Diskusi

Aktif bertanya

b. Kesimpulan

Memperhatikan

c.

Menjawab

menyajikan makanan
3

Penutup
a.

Evaluasi

pertanyaan
d. Memberi salam

Menjawab salam

3 Menit

VIII. SETTING TEMPAT

Operator

LCD

Moderator

Penyaji

Peserta

Peserta

Observer

IX. PENGORGANISASIAN
1. Ketua
: Putu Nihita Trisa
2. Moderator
: Ni Luh Putu Ayu Widyaningsih
3. Penyaji
: Luh Relo Sriningsih

4. Sekretaris
5. Observer
7. Operator

: Ni Wayan Yunik Lestariningsih


: - Kadek Naras Rahmanika
- Johariah
: Dwijanata Kusumadana

X. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Materi siap dua hari sebelum penyuluhan
b) SAP siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Media : lcd, leaflet, dan Laptop siap 1 hari sebelum
penyuluhan
d) Penyuluh melaksanakan tugasnya sesuai dengan
pembagian tugas
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Suasana penyuluhan tertib
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum penyuluhan selesai
e. 80% peserta yang dikontrak hadir dalam acara
penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien dapat :

a. Menyebutkan pengertian Anemia dengan persentase


80%-100%.
b. Menyebutkan penyebab Anemia dengan
persentase
80%-100%.
c. Menyebutkan tanda dan gejala dari penyakit
Anemia dengan persentase 80%-100%.
d. Menyebutkan
penatalaksanan
dan
pengobatan Anemia dengan persentase 80%-100%.
e. Menyebutkan cara pencagahan Anemia dengan
persentase 80%-100%.

XII REFERENSI
Brunner 7 Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Vol: 1, Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gannguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi


Pada Praktek Klinik.Jakarta:
Salemba Medika
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV.Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Lampiran 1:
ISI MATERI

1. PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi apabila julah sel
darah merah (eritrosit) dan atau jumlah hemoglobin dalam
darah menurun di bawah normal. Sel darah merah dan
hemoglobin ini berfungsi untuk mengantarkan oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. Tanpa kecukupan pasokan
oksigen, banyak jaringan dan organ tubuh akan terganggu.

2. PENYEBAB ANEMIA
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama
dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab
anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, di
antaranya:

Kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi adalah


penyebab utama anemia pada anak. Sebenarnya, bila anak
mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil
kemungkinannya
mereka
mengalami
kekurangan
zat
besi. Namun, banyak anak-anak dari kalangan tidak mampu yang
kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami
anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak dari kalangan
mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola
makan atau berpola makan tidak seimbang.

Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan vitamin C

Parasit. Anak-anak
dapat
mengalami
anemia
karena mengidap cacingan. Pola makan anak mungkin normal,
namun penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing
di dalam perutnya.

Menstruasi. Anemia dapat terjadi pada remaja putri yang


mengalamiperdarahan menstruasi berat dan berkepanjangan.

Infeksi. Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu


pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah.

Penyakit ginjal dan penyakit kronik lain seperti


TBC.

Perdarahan. Perdarahan ini bisa saja akibat mimisan, luka


karena jatuh atau kecelakaan

3. TANDA DAN GEJALA ANEMIA


A. Anemia Ringan
Anemia ringan biasana tidak menimbulkan gejala apapun.
Jika anemia ini berlangsung secara terus menerus (kronis)
tubuh dapat beradaptasi atau mengimbangi perubahan,
dalam hal ini mungkin tidak ada gejala apapun sampai
anemia menjadi lebih berat.
B. Anemia Sedang
Anemia sedang dapat memunculkan gejala-gejala berikut,
diantaranya:
1. Wajah tampak pucat
2. Cepat lelah
3. Penurunan energi
4. Sesak napas ringan
5. Jantung berdebar-debar
C. Anemia Berat
Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukkan anemia
berat meliputi:
1. Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja
lengket dan berbau busuk, berwarna merah marun atau
tampak berdarah.
2. Denyut jantung cepat

3.
4.
5.
6.

Tekanan darah rendah


Pernapasan cepat
Pucat atau kulit dingin
Kulit kuning jika anemia karena kerusakan sel darah
merah
7. Pembesaran kelenjar getah bening
8. Nyeri dada
9. Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika
berdiri)
10. Kelelahan atau kekurangan energi
11. Sakit kepala tidak bisa berkonsentrasi
12. Pingsan
13. Sesak napas

4. PENANGANAN DAN PENGOBATAN ANEMIA


Apabila terjadi gejala-gejala anemia, segera periksakan
kondisi anak ke dokter untuk mengetahui penyebab anemia
sehingga pengobatan dapat diberikan dengan tepat. Selain
terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi
diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi
bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan
hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.
Defisiensi/kekurangan zat besi bukan satu-satunya
penyebab anemia, tetapi apabila jumlah penderita anemia
tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab
yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat
suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai

salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi


masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum
tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada anak
umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturutturut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD
mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram
besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Pada beberapa orang,
pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti
mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang
air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum
tablet setelah makan pada malam hari.

5. PENCEGAHAN ANEMIA

Usahakan memberikan air susu ibu (ASI) sampai setidaknya


anak berumur 12 bulan (idealnya sampai 2 tahun). Ibu menyusui
disarankan mengkonsumsi makanan yang cukup zat besi.
Jika anak sudah mendapatkan makanan tambahan,
usahakan menambahkan sereal, bayam, kangkung, katuk dan
sumber zat besi lainnya dalam menu makanan padat yang
diberikan.

Jika Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda,


pilihlah susu formula yang diperkaya dengan zat besi.

Pastikan anak Anda yang lebih besar memiliki pola makan


seimbangdengan makanan yang mengandung:

Zat Besi ( Fe )
Ati, daging (terutama daging berwarna merah), kuning telur,
sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun
ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang,
dll. ).
o

Asam Folat
Ati, jamur, pisang, apel
o

Protein
Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacang
o

Berikan makanan yang kaya sumber vitamin C untuk


memperlancar penyerapan zat besi.

Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena


dapat menghambat penyerapan zat besi.

Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk


mencegah penyakit infeksi dan penyakit cacingan.

Ajarkan
anak-anak
kebiasaan
hidup
sehingga terhindar dari penyakit infeksi dan parasit.

bersih

6.
PRINSIP
MENGOLAH
DAN
MENYAJIKAN
MAKANAN
- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan
- Alat-alat memasak bersih
- Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
- Sayuran dimasak, jangan terlalu lama
- Sajikan makanan bervariasi jenis makanannya
- Kombinasi makanan hewani dan nabati
- Perhatikan jadwal menu
- Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan

Lampiran 2:

Pertanyaan yang akan diberikan kepada peserta:

1.
2.
3.
4.

Coba ibu / bapak sebutkan pengertian Anemia?


Coba ibu / bapak sebutkan penyebab-penyebab Anemia?
Coba ibu / bapak sebutkan tanda dan gejala dari Anemia?
Coba ibu/ bapak sebutkan penatalaksanaan dan pengobatan dari
Anemia?
5. Coba ibu/bapak sebutkan bagaimana cara mencegah penyakit Anemia?
6. Coba ibu/bapak sebutkan bagaimana prinsip mengolah dan meniapkan
makanan?
Jawaban yang diharapkan dari peserta:

1.
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi apabila julah
sel darah merah (eritrosit) dan atau jumlah hemoglobin
dalam darah menurun di bawah normal.
2. Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang
sama dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab
anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri,
di antaranya:
a.

Kekurangan zat besi

b.
C

Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan vitamin

c.

Parasit

d.

Menstruasi

e.

Infeksi

f.
Penyakit ginjal dan penyakit kronik lain seperti
TBC.
g.
3. Anemia Ringan

Perdarahan

Anemia ringan biasana tidak menimbulkan gejala apapun.


Jika anemia ini berlangsung secara terus menerus (kronis)
tubuh dapat beradaptasi atau mengimbangi perubahan,
dalam hal ini mungkin tidak ada gejala apapun sampai
anemia menjadi lebih berat.
Anemia Sedang
Anemia sedang dapat memunculkan gejala-gejala berikut,
diantaranya:
a) Wajah tampak pucat
b) Cepat lelah
c) Penurunan energy
d) Sesak napas ringan
e) Jantung berdebar-debar
Anemia Berat
Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukkan anemia
berat meliputi:
a) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan
tinja lengket dan berbau busuk, berwarna merah
marun atau tampak berdarah.
b) Denyut jantung cepat
c) Tekanan darah rendah
d) Pernapasan cepat
e) Pucat atau kulit dingin
f) Kulit kuning jika anemia karena kerusakan sel
darah merah
g) Pembesaran kelenjar getah bening
h) Nyeri dada
i) Pusing atau kepala terasa ringan (terutama
ketika berdiri)

j) Kelelahan atau kekurangan energy


k) Sakit kepala tidak bisa berkonsentrasi
l) Pingsan
m) Sesak napas
4. Apabila terjadi gejala-gejala anemia, segera periksakan
kondisi anak ke dokter untuk mengetahui penyebab anemia
sehingga pengobatan dapat diberikan dengan tepat. Selain
terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi
diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi
bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan
hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.
Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau
Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada anak umumnya
diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut
selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung
200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi
elemental dan 0.25 mg asam folat. Pada beberapa orang,
pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping
seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan
sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping
dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam hari.
5.

Cara mencegah anemia:

Usahakan memberikan air susu ibu (ASI) sampai setidaknya


anak berumur 12 bulan (idealnya sampai 2 tahun). Ibu menyusui
disarankan mengkonsumsi makanan yang cukup zat besi.

Jika anak sudah mendapatkan makanan tambahan,


usahakan menambahkan sereal, bayam, kangkung, katuk dan
sumber zat besi lainnya dalam menu makanan padat yang
diberikan.

Jika Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda,


pilihlah susu formula yang diperkaya dengan zat besi.

Pastikan anak Anda yang lebih besar memiliki pola makan


seimbangdengan makanan yang mengandung:

Zat Besi ( Fe )
Ati, daging (terutama daging berwarna merah), kuning telur,
sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun
ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang,
dll. ).
o

Asam Folat
Ati, jamur, pisang, apel
o

Protein
Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacang
o

Berikan makanan yang kaya sumber vitamin C untuk


memperlancar penyerapan zat besi.

Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena


dapat menghambat penyerapan zat besi.

Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk


mencegah penyakit infeksi dan penyakit cacingan.

Ajarkan
anak-anak
kebiasaan
hidup
sehingga terhindar dari penyakit infeksi dan parasit.

6.
-

Prinsip menyiapkan makanan:

Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan


Alat-alat memasak bersih
Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
Sayuran dimasak, jangan terlalu lama
Sajikan makanan bervariasi jenis makanannya
Kombinasi makanan hewani dan nabati

bersih

Perhatikan jadwal menu


Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan

Hasil Evaluasi
Penyuluhan tentang Anemia dan Penanggulangannya
Di Ruang Kaswari, RSUD Wangaya
Tanggal 13 Desember 2011

Evaluasi Struktur
a) Materi siap sudah dua hari sebelum penyuluhan
b) SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Media : lcd, leaflet, dan Laptop sudah siap 1 hari sebelum
penyuluhan
d) Penyuluh telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan
pembagian tugas
Evaluasi Proses
a) Penyuluhan telah dimulai sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan.
b) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Suasana penyuluhan sudah tertib
d) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum penyuluhan selesai
e) 80% peserta yang dikontrak telah hadir dalam acara
penyuluhan
Pertanyaan dari Peserta:
o
Penanya: Ibu Nurlaila
-

Apakah anemia itu hanya terjadi pada orang


dewasa saja atau anak-anak saja?
- Apakah dampak negativ dari anemia tersebut?
Penanya: Ibu Natalia
-

Apakah penyakit anemia bawaan sejak lahir?


Jika sudah mendapatkan transfusi darah apakah
seseorang yang menderita anemia akan sembuh
secara total?
- Makanan apa saja yang mengandung zat besi?

Penanya: Ibu Leni


-

Waktu seorang ibu hamil dan dikatakan


mengalami
anemia,
apakah
anak
yang
dikandungnya juga mengalami anemia?
Penanya: Ibu Sulton
-

Beberapa bulan lalu, saya pingsan, apakah saya


kekurangan darah juga?

Evaluasi Hasil

Pertanyaan 1 dijawab oleh Ibu Suryati

Pertanyaan 2 dijawab oleh Bapak Wetra

Pertanyaan 3 dijawab oleh Ibu Candri

Pertanyaan 4 dijawab oleh Bapak Bawa

Pertanyaan 5 dijawab oleh Ibu Asri

Pertanyaan 6 dijawab oleh Bapak Wetra


Jawaban dari peserta:
1) Anemia adalah kondisi yang terjadi dimana jumlah sel
darah merah dan jumlah hemoglobin di bawah normal.
2) Penyebab anemia:
a) Kekurangan zat besi
b) Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan
vitamin C
c) Parasit
d) Infeksi
e) Penyakit
f) Perdarahan
3) Tanda dan gejala aenmia:
a) Wajah tampak pucat

b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

Cepat lelah
Penurunan energi
Sesak napas ringan
Jantung berdebar-debar
Tinja hitam
Pucat
Tekanan darah rendah
Pingsan
Sesak napas
Sakit kepala

4) Apabila terjadi gejala-gejala anemia, segera


periksakan kondisi anak ke dokter untuk mengetahui
penyebab anemia sehingga pengobatan dapat
diberikan dengan tepat. Minum obat penambah darah
seperti sangobion.

5) Cara mencegah anemia:


a. Memberi ASI kepada anak
b. Memberi makanan pendamping ASI
c. Pola makan seimbang dengan makanan yang
mengandung:
Zat Besi ( Fe )

Asam Folat

Protein

Vitamin C
d. Menjaga lingkungan tetap bersih.
6) Prinsip menyiapkan makanan:

Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan


Alat-alat memasak bersih
Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
Sayuran dimasak, jangan terlalu lama
Sajikan makanan bervariasi jenis makanannya
Kombinasi makanan hewani dan nabati
Jumlah makanan sesuai dengan kebutuha

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia sering ditemukan di Indonesia, namun sebagian
besar masyarakat Indonesia menganggap anemia sebagai
penyakit yang ringan. Penyakit anemia sendiri merupakan
kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran
mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung
Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari
normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia pula merupakan penurunan kuantitas atau kualitas
sel-sel darah merah dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan
oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan
kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau
mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang

berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).


Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh
dunia. Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang
karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat
infeksi parasit gastrointestinal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru,
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah
tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan
perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan
melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering
dijumpai di klinik di seluruh dunia, disamping berbagai
masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik
(Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari
pentingnya zat gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia

sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi


nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah
menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya
perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan
anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya
dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.
II. MATERI
2.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta
hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume
sel yang dipadatkan dalam 100 ml darah. Kondisi yang
ditimbulkan seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen darah.
Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin,
hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih
rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006). Menurut
Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai
keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu

penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang


dari normal.
2.2 Tanda-Tanda Anemia
1]. Gejala umum dari anemia itu sendiri, yang sering disebut
sebagai sindroma anemia yaitu merupakan kumpulan gejala
dari anemia, dimana hal ini akan tampak jelas jika
hemoglobin dibawah 7 8 g/dl dengan tanda-tanda adanya:
kelemahan tubuh, lesu, mudah lelah, pucat, pusing, palpitasi,
penurunan daya konsentrasi, sulit nafas (khususnya saat
latihan fisik), mata berkunang kunang, telinga mendenging,
menurunnya daya tahan tubuh, dan keringat dingin.
2]. Atropi papil lidah. Permukaan lidah tampak licin dan
mengkilap disebabkan karena hilangnya papil lidah
3]. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit,
dan telapak tangan menjadi pucat.
4]. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
5]. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
2.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anemia
1. Kehilangan darah yang bersifat kronis dan patologis,
2. Kebutuhan yang meningkat pada prematuritas, pada masa
pertumbuhan [remaja], kehamilan, wanita menyusui, wanita

menstruasi. Pertumbuhan yang sangat cepat disertai dengan


penambahan volume darah yang banyak, tentu akan
meningkatkan kebutuhan besi,
3. Diet yang buruk/ diet rendah besi Merupakan faktor yang
banyak terjadi di negara yang sedang berkembang dimana
faktor ekonomi yang kurang dan latar be lakang pendidikan
yang rendah sehingga pengetahuan mereka sangat terbatas
mengenai diet/ asupan yang banyak mengandung zat besi,
4. Mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat
besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani,
sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi,
5. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga
membatasi asupan makanan, dan
6. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang
diekskresi, khusunya melalui feses (tinja)
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya
gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen
yang dapat dibawa oleh darah kejaringan.
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.
2.4 Dampak Anemia
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak


mencapai optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Produktifitas dan aktivitas menurun.
e. Mengakibatkan muka pucat.
f. Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah tersern
penyakit
2.5 Pencegahan Anemia
a. Makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati
(sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan
tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi,
misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya
saat mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera
konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan
diberikan pengobatan.
e. Hindari konsumsi alkohol
f. Berhenti merokok

III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan :
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta
hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume
sel yang dipadatkan dalam 100 ml darah yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
darah. Dengan tanda dan gejala yang sering dialami seperti
lemah dan mudah lelah, pucat, pusing takikardi, sesak,
demam, elastis kulit menurun dan . Permukaan lidah tampak
licin dan mengkilap. Dan untuk mencegah terjadinya anemia
bisa dilakukan dengan makan makanan yang mengandung
zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan
telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau
tua, kacang-kacangan, dan tempe).
3.2 Saran
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya
mencegah terjadinya anemia diantaranya :
1. Makan makanan dengan kandung tinggi assam folat dan
vitamin B12 seperti ikan, susu, daging, kacang polong sayur
berwarna hijau tua dan sereal.
2. Banyak makan makanan sumber vitamin c

3. Makan makanan gizi seimbang


4. Hindari konsumsi alkohol
5. Berhenti merokok
IV. DAFTAR PUSTAKA
http://www.yourhealthbase.com
http://www.listbot.com

Anda mungkin juga menyukai