Anda di halaman 1dari 21

ANEMIA GIZI BESI

23JAN
1

PENGERTIAN
Anemia oleh orang awam dikenal sebagai kurang darah. Sebagian besar anemia di
Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang
merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu disebut Anemia Gizi
Besi.
Anemia gizi besi ini timbul akibat kosongnya cadangan zat besi tubuh sehingga cadangan zat
besi untuk eritropoesis berkurang yang menyebabkan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal.
2
PREVALENSI
Jika tidak segera ditangani anemia zat besi bisa menyebabkan ganguan kesehatan serius.
Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes RI,
pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%, kelompok
wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%. Data WHO tidak kalah fantastis, hampir
30% total penduduk dunia diperkirakan menderita anemia.
3
ETIOLOGI
Anemia gizi besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di bawah nilai normal
(hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini
biasanya akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas. Penyebab
anemia gizi besi bisa disebabkan oleh beberapa hal. Seperti kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi, menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga menggangu penyerapan
zat besi. Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan, menstruasi, atau cacingan
serta penyakit kronis seperti kanker, ginjal dan penyak
4
PATOFISIOLOGI
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi,sehingga cadangan besi makin menurun.
Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi
berlanjut terus,maka penyediaan besi untuk eritoproesis berkurang, sehingga menimbulkan gangguan
pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient
erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai iron
deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim
yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya.
5.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AGB
a. Asupan zat besi dalam makanan
Macam bahan makanan yang banyak mengandung zat besi dapat dilihat pada
Tabel 2.
Hati
adalah bahan makanan yang paling banyak mengandung zat besi. Daging juga banyak
mengandung zat besi. Dari bahan makanan yang berasak dari tumbuh-tumbuhan, maka kacangkacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang koro, buncis serta sayuran hijau daun
mengandung banyak zat besi.

Selain dari pada banyaknya zat besi yang tersedia didalam makanan, juga perlu diperhatikan faktorfaktor lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi, antara lain macam-macam bahan makanan itu
sendiri. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah yang dapat diabsorpsi hanya sekitar 1-6
%, sedangkan zat besi yang berasal dari hewani 7-22 %. Didalam campuran susunan makanan,
adanya bahan makanan hewani dapat meninggikan absorpsi zat besi yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Faktor ini mempunyai arti penting dalam menghitung jumlah zat besi yang dikonsumsi oleh
masyarakat yang tak mampu, yang jarang mengkonsumsi bahan makanan hewani. (Husaini, 1989
Tabel 2. Zat Besi Dalam Bahan Makanan

No.

Bahan Makanan

Zat Besi (mg/100 g)

1.
2.

Hati
Daging Sapi

6,0 sampai 14,0


2,0 sampai 4,3

3.

Ikan

0,5 sampai 1,0

4.

Telur Ayam

2,0 sampai 3,0

5.

Kacang-kacangan

1,9 sampai 14,0

6.

Tepung Gandum

1,5 sampai 7,0

7.

Sayuran Hijau Daun

0,4 sampai 18,0

8.

Umbi-umbian

0,3 sampai 2,0

9.

Buah-buahan

0,2 Sampai 4,0

10.

Beras

0,5 sampai 0,8

11.

Susu Sapi

0,1 sampai 0,4

Sumber : Davidson, dkk, 1973 dalam Husaini, 1989


Zat besi didalam bahan makanan dapat berbentuk hem yaitu berikatan dengan protein atau dalam
bentuk nonhem yaitu senyawa besi organic yang kompleks. Ketersediaan zat besi untuk tubuh kita
dapat dibedakan antara hem dan nonhem ini. Zat besi hem berasal dari hemoglobin dan mioglobin
yang hanya terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat diabsorpsi secara langsung dalam
bentuk kompleks zar besi phorphyrin (iron phorphyrin kompleks). Jumlah zat besi hem yang
diabsorpsi lebih tinggi daripada nonhem. Untuk seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya
rendah, zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih dari 35 %, sedangkan buat orang yang simpanan zat
besinya cukup banyak (lebih dari 500 gram) maka absorpsi zat besi hem ini hanya kurang lebih 25 %.
Dari hasil analisa bahan makanan didapatkan bahwa sebanyak 30 40 % zat besi didalam hati dan
ikan, serta 50-60 % zat besi dalam daging sapi, kambing, dan ayam adalah dalam bentuk hem.
(Cook, dkk dalam Husaini, 1989).

Zat besi nonhem pada umumnya terdapat didalam bahan makanan yang umumnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan serealia,
dan dalam jumlah yang sedikit daging, ikan dan telur. Zat besi nonhem didalam bentuk kompleks
inorganic Fe3+ dipecah pada waktu percernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari Fe 3+ menjadi
Fe2+ yang lebih siap diabsorpsi. Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor endogenus
seperti HCl dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang berasal dari makanan seperti
vitamin C, atau daging, atau ikan.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah
vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat. Vitamin
C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi,
karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C baik dimakan
untuk mencegah anemia .
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor
yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin dalam the,
phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan
(Monsen and Cookdalam Husaini, 1989). Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang
tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang
makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat
besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi
Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak
balita berumur 4-6 tahun adalah 9 mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003)
b. Pengetahuan
Tan (1979) mengatakan bahwa pola konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat
setempat, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai pangan, sikap terhadap pangan dan
kebiasaan makan. Semakin sering suatu bahan pangan dikonsumsi dan semakin berat pangan
tersebut dimakan, maka semakin besar peluang pangan tersebut tergolong dalam pola konsumsi
pangan individu atau masyarakat.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang
akan berdampak pada asupan gizinya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat penting
peranannya dalam menentukan asupan makanan. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi,
masyarakat akan tahun bagaimana menyimpan dan menggunakan pangan. Memperbaiki konsumsi
pangan merupakan salah satu bantuan terpenting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu
penghidupan (Suhardjo, 1986).
c. Pendidikan
Menurut Hidayat (1980), tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara
pemilihan bahan makanan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang
lebih baik dalam kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih
rendah. Makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya (Soekirman, 1985). Anakanak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapat
kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Hal ini disebabkan karena keterbukaan mereka untuk

menerima perubahan atau hal-hal yang baru untuk pemeriksaan kesehatan anaknya (Emelia, 1985
dalam Ginting, M, 1997).
Faktor pendidikan mengakibatkan perubahan perilaku dan mempunyai pengaruh terhadap
penerimaan inovasi baru, dalam hal ini perilaku makan yang sesuai dengan anjuran gizi (Pranadji,
1988)
d. Pendapatan
Peningkatan pendapatan rumah tangga terutama bagi kelompok rumah tangga miskin dapat
meningkatkan status gizi, karena peningkatan pendapatan tersebut memungkinkan mereka mampu
membeli pangan berkualitas dan berkuantitas yang lebih baik. Keadaan ekonomi merupakan factor
yang penting dalam menentukan jumlah dan macam barang atau pangan yang tersedia dalam rumah
tangga. Bagi Negara berkembang pendapatan adalah factor penentu yang penting terhadap status
gizi.
Menurut Mosley dan Lincoln (1985), pendapatan rumah tangga akan mempengaruhi sikap keluarga
dalam memilih barang-barang konsumsi. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan
fasilitas lain. Semakin tinggi pendapatan maka cendrung pengeluaran total dan pengeluaran pangan
semakin tinggi (Hardinsyah & Suhardjo, 1987).
Rendahnya pendapatan (keadaan miskin) merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan
dan gizi serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit,
menurunkan produktivitas kerja dan pendapatan. Akhirnya masalah pendapatan rendah, kurang
konsumsi, kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus yang berbahaya (Hardinsyah &
Suhardjo, 1987)
e. Frekuensi Makan
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya
masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan
berbagai sector yang terkait.
Pola asuh merupakan suatu sistem atau tata cara seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan terutama
memberi makan dan merawat anak dengan baik. Menurut Nasedul dalam Sudarmiati (2006) semua
orang tua harus memberikan hak untuk bertumbuh. Semua anak harus memperoleh yang terbaik
agar dapat tumbuh secara penuh, tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin dicapainya, bertumbuh
sesuai dengan kemampuan tubuhnya.
Salah satu factor yang paling penting untuk meningkatkan status gizi adalah konsumsi makanan.
Semakin baik konsumsi atau asupan zat gizi maka semakin besar kemungkinan terhindar dari status
gizi yang kurang atau buruk, baik dari segi jumlah maupun dari segi frekuensi makanan yang
dikonsumsi.

Frekuensi makan pada keluarga di Indonesia umumnya adalah tiga kali dalam sehari. Hal ini terkait
dengan masalah fisiologis, artinya hampir semua zat gizi itu di metabolisme dalam tubuh selama
kurang lebih dari 4 jam. Untuk itu maka dianjurkan frekuensi makan yang baik adalah berpatokan
dengan limit waktu metabolisme itu.
f. Jenis Bahan Makanan
Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan RI, ada 11 golongan bahan makanan. Berdasarkan penggolongan ini kemudian dapat
dianalisa konsumsi zat gizi yang diasup oleh seseorang. Setiap bahan makanan mempunyai susunan
kimia yang berbeda-beda dan mengandung zat gizi yang bervariasi pula baik jenis maupun
jumlahnya. Baik secara sadar maupun tidak sadar manusia mengkonsumsi makanan untuk
kelangsungan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat
makanan, untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari, untuk memelihara
proses tubuh dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya bagi yang masih dalam pertumbuhan
(Suhardjo, 1992).
Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dapat digolongkan kedalam enam macam yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Sementara itu energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh
dari hasil pembakaran karbohidrat, protein dan lemak di dalam tubuh. Di alam ini terdapat berbagai
jenis bahan makanan baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut pangan nabati maupun
yang berasal dari hewan yang dikenal sebagai pangan hewani (Suhardjo, 1992).
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka timbul ketidakseimbangan
antara masukan zat-zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi
makanan sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi jenis makanan lain diperoleh
sehungga masukan zat-zat gizi menjadi seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat-zat gizi yang
seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari
aneka ragam bahan makanan (Khumaidi, 1994).
6 MANIFESTASI KLINIS
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas pendek, muka pucat,
susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa lelah yang berlebihan. Gejala ini disebabkan karena otak
dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung penderita
anemia biasanya lebih cepat karena berusaha mengkompensasi kekurangan oksigen dengan
memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika
kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung
kongestif. Anemia zat besi juga bisa menyebabkan menurunya daya tahan tubuh sehingga tubuh
mudah terinfeksi.
Gejala anemia defisiensi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar berikut ini
a. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi jika
kadar hemoglobin turun dibawah 7-8g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata

berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi, karena terjadi penurunan
kadar hemoglobin secara perlahan-lahan, sering kali sindrom anemia tidak terlalu mencolok
dibandingkan dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya lebih cepat.
b. Gejala khas akibat defisiensi besi
Gejala yang khas dijumpai pada difisiensi besi yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah
sebagai berikut.

Koilorikia : kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical,
dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.

Atrofi papila lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.

Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak


sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.


Atropi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
c. Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia
defisiensi. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dyspepsia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.
7
1.

1.

1.

1.

DAMPAK AGB
Anak-anak :
1.
Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2.
Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
3.
Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.
Wanita :
1.
Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
2.
Menurunkan produktivitas kerja.
3.
Menurunkan kebugaran.
Remaja putri :
1.
Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2.
Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
3.
Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
4.
Mengakibatkan muka pucat.
Ibu hamil :
1.
Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
2.
Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5
kg).
3.
Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.
KELOMPOK RENTAN

AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB. Diantaranya pada masa kehamilan,
balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia defisiensi berkisar
45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB.
Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak sebanding
dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan penambahan volume
darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah setiap bulan akibat
menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak-anak dan
remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperlukan semasa
pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar.
Penyakit kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung dapat menggangu
penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan AGB.
9
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah sebagai berikut:
1.

Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit. Didapatkan anemia mikrositer hipokromik dengan
penurunan kadar Hb mulai dari ringan sampai berat. Indeks eritrosit sudah mengalami perubahan
sebelun kadar Hb menurun. Apusan darah menunjukkan anemia mikrositer hipokromik,
anisositosis, poikilositosis anulosit, leukosit dan trombosit normal, retikulosit rendah.
2.
Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC) menigkat
lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.
3.
Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/dl.
4.
Protoporfirin eritrosit meningkat (lebih dari 100 Ug/dl)
5.
Sumsum tulang. Menunjukkan hiperflasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil
dominan.
10
PENCEGAHAN AGB
a. Diet Tinggi Zat Besi
Kekurangan zat besi merupakan faktor utama AGB. Pria dewasa angka kecukupan gizi zat besi
(AKG) yang dianjurkan adalah 13 mg/hari, wanita 14-26 mg/hari, sedangkan ibu hamil ditambah 20
mg dari AKG wanita.
AGB dapat dicegah dengan menjalani pola makan sehat dan bervariasi. Pilih bahan pangan yang
tinggi akan zat besi, folat, vitamin B12 dan vitamin C. Vitamin B12 bermanfaat untuk melepaskan folat
sehingga dapat membantu pembentukan sel darah merah. Sedangkan vitamin C penting dikonsumsi
penderita AGB karena dapat membantu penyerapan zat besi. Selain diet tinggi zat besi, pemulihan
AGB biasanya diperlukan tambahan suplemen folat, vitamin B12 serta zat besi. Pemulihan terapi diet
yang disertai pemberian suplemen penderita AGB biasanya akan pulih setelah 6 bulan menjalani
terapi.
b. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.

Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging,
ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan,tempe).


Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk,
daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam usus.
c. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah.
1.

Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan,


malaria dan penyakit TBC.
11 PENATALAKSANAAN MEDIS/ THERAPY
a. Terapi Kausal.
Terapi kausal bergantung pada penyebabnya misalnya pengobatan cacing tambang, hemoroid dam
menoragi.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh.
Biasanya diberikan secara peroral atau parenteral.

Zat besi Peroral.

Pengobatan melalui oral jelas aman dan murah dibandingkan dengan parenteral. Zat besi melalui
oral harus memenuhi syarat bahwa tiap tablet atau kapsul berisi 50-100 mg besi elemental yang
mudah dilepaskan dalam lingkungan asam, mudah diabsorpsi dalam bentuk fero, dan kurang efek
samping. Ada 4 bentuk garam besi yang dapat diberikan melalui oral yaitu sulfat, glukonat, fumarat
dan suksinat. Efek samping yang terjadi biasanya pirosis dan konstipasi. Pengobatan diberikan
sampai 6 bulan setelah kadar Hb normal untuk mengisi cadangan zat besi tubuh.

Zat besi Parenteral

Diberikan bila ada indikasi seperti malabsorpsi, kurang toleransi melalui oral, klien kurang
kooperatif, dan memerlukan peningkatan HB secara cepat (pre operasi hamil trisemester terakhir).
Preparat yang tersedia adalah iron dextran complex dan iron sorbitol citic acid complex
yang dapat diberikan secara IM dalam atau IV. Efek samping pada pemberian IM biasanya sakit pada
bekas suntikan sedangkan pemberian IV bias terjadi renjatan atau tromboplebitis.
c. Pengobatan lain
Pengobatan lain yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Diet
terutama protein hewani.

: Sebaiknya diberikan makanan bergizi yang tinggi protein

1.
Vitamin C
: Diberikan 3x100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi.
2.
Tranfusi darah : Indikasi pemberian tranfusi darah pada anemia kekurangan besi
adalah :

Adanya penyakit jantung anemik

Anemia yang simtomatik


Penderita memerlukan peningkatan kadar HB yang cepat.

https://kesehatanmendunia.wordpress.com/2012/01/23/anemia-gizi-besi/
Berikut ini adalah terapi diet untuk anemia gizi besi..
1.

Diet tinggi zat besi.

Zat besi dapat diperoleh dari makanan yang kaya akan zat besi. Beberapa daftar makanan yang
kaya akan zat besi di antaranya yaitu hati, ginjal, daging, kuning telur, kacang-kacangan,
sayuran hijau, roti whole-grain, serta serealia yang difortifikasi. Akan tetapi, bioavailabilitas
zat besi dalam makanan lebih tinggi dalam bentuk heme (diserap oleh tubuh mencapai 1020%), yang terdapat pada jenis pangan seperti daging, ikan, dan hasil peternakan lainnya
dibandingkan dengan bentuk non-heme (diserap oleh tubuh hanya sekitar 1-2%), yang terdapat
pada jenis pangan lainnya seperti telur, biji-bijan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Oleh
karena itu, untuk penderita anemia gizi besi dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi diet
tinggi zat besi terutama dalam bentuk heme.
2.

Suplemen zat besi, berupa per oral dan parenteral.

Suplemen oral berupa tablet besi, akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit
sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Akan
tetapi kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat
besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit.
Untuk meningkatkan absorbsinya dalam usus, suplemen besi tersebut sebaiknya diminum pada
saat lambung kosong atau diminum bersama dengan jus jeruk.
Husaini MA, Darwin K. 1992. Masalah Anemia Gizi dan Alternatif Cara Penanggulangannya.
Kodyat BA. 1992. Masalah Gizi di Indonesia dan Penanggulangan. Direktorat Bina Gizi Indonesia.
Kumala V. 2007. Suka Makan/minum Es? Mungkin Anda Menderita Anemia Defisiensi
Besi!.www.tanyadokteranda.com. [17 September 2010].
Mahan LK, Escott-Stump S. 2004. Krauses Food, Nutrition and Diet Therapy. USA: Elsevier
Olson RE. 1988. Mineral, Pengetahuan Gizi Mutakhir. Jakarta: Gramedia.

http://nadyabellatrix.blogspot.com/2010/10/anemia-gizi-besi-iron-deficiencyanemia.html

9
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah sebagai
berikut:
1.
Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit. Didapatkan anemia mikrositer
hipokromik dengan penurunan kadar Hb mulai dari ringan sampai berat. Indeks eritrosit

sudah mengalami perubahan sebelun kadar Hb menurun. Apusan darah menunjukkan anemia
mikrositer hipokromik, anisositosis, poikilositosis anulosit, leukosit dan trombosit normal,
retikulosit rendah.
2.
Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)
menigkat lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.
3.
Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60
Ug/dl.
4.
Protoporfirin eritrosit meningkat (lebih dari 100 Ug/dl)
5.
Sumsum tulang. Menunjukkan hiperflasia normoblastik dengan normoblast kecilkecil dominan.

SATUAN ACARA
PENYULUHAN ANEMIA
A. IDENTITAS
Topik : Penyuluhan penyakit
Sub Pokok Bahasan : Anemia
Penyuluh : Kelompok IV RS. Cijantung
Waktu : 30 Menit
Sasaran : Pengidap penyakit anemia dan keluarga
Karakteristik : Pasien yang mengidap anemia
Tempat : Ruang inap
Jumlah Orang : 20 orang
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang penanggulangan anemia pada
pengidap anemia diharapkan peserta dapat memahami dan mampu
menerapkan cara penanggulangan anemia pada dirinya ataupun orang
sekitarnya.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang penanggulangan anemia pada
pengidap anemia diharapkan peserta dapat mengerti tentang :
a. Pengertian anemia
b. Tanda-tanda anemia
c. Faktor-faktor yang menyebabkan anemia
d. Cara menentukan asupan makanan untuk pengidap anemia
e. Aktivitas yang baik untuk pengidap anemia
f. Penanggulangan penyakit anemia
C. MATERI
1. Pengertian anemia
2. Tanda-tanda anemia
3. Faktor-faktor yang menyebabkan anemia
4. Dampak Anemia
5. Pencegahan anemia
D. METODE
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
E. MEDIA
Gambar
Slide
Laptop

F. KEGIATAN PELAKSANAAN
No Materi Kegiatan
1 Pembukaan (5 menit) 1. Membuka pertemuan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuannya
4. Menyampaikan waktu yang akan digunakan

5. Memberikan sedikit gambaran mengenai materi yang akan


dissampaikan
2 Pelaksanaan (10 menit) 1. Pengertian anemia
2. Tanda-tanda anemia
3. Faktor-faktor yang menyebabkan anemia
4. Dampak anemia
5. Pencegahan Anemia
3 Evaluasi (10 menit) 1. Memberikan soal pada peserta
2. Peserta menjelaskan pokok-pokok bahasan yang telah disampaikan
4 Penutup (5 menit) 1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2. Mengakhiri pertemuan :
a. Pembicara mengucapkan terimakasih atas perhatian dan partisipasi
peserta
b. Mengucapkan salam penutup
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia sering ditemukan di Indonesia, namun sebagian besar masyarakat
Indonesia menganggap anemia sebagai penyakit yang ringan. Penyakit
anemia sendiri merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit
dan membran mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan
Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal.
Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang
optimal.
Anemia pula merupakan penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah
merah dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan
pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel darah merah
melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah
merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).
Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi
terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan

atau kehilangan darah akibat infeksi parasit gastrointestinal.


Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah
tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di
seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat,
terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar
terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta,
2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya
zat gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih
cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat,
atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka
selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan
anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat
mempercepat pemulihan kondisi pasien.
II. MATERI
2.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam
1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan dalam 100
ml darah. Kondisi yang ditimbulkan seperti kehilangan komponen darah,
elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen darah.
Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau

jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan
Mentzer, 2006). Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan
sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di
mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
2.2 Tanda-Tanda Anemia
1]. Gejala umum dari anemia itu sendiri, yang sering disebut sebagai
sindroma anemia yaitu merupakan kumpulan gejala dari anemia, dimana
hal ini akan tampak jelas jika hemoglobin dibawah 7 8 g/dl dengan tandatanda adanya:
kelemahan tubuh, lesu, mudah lelah, pucat, pusing, palpitasi, penurunan
daya konsentrasi, sulit nafas (khususnya saat latihan fisik), mata
berkunang kunang, telinga mendenging, menurunnya daya tahan tubuh,
dan keringat dingin.
2]. Atropi papil lidah. Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap
disebabkan karena hilangnya papil lidah
3]. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.
4]. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
5]. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anemia
1. Kehilangan darah yang bersifat kronis dan patologis,
2. Kebutuhan yang meningkat pada prematuritas, pada masa
pertumbuhan [remaja], kehamilan, wanita menyusui, wanita menstruasi.
Pertumbuhan yang sangat cepat disertai dengan penambahan volume
darah yang banyak, tentu akan meningkatkan kebutuhan besi,
3. Diet yang buruk/ diet rendah besi Merupakan faktor yang banyak terjadi
di negara yang sedang berkembang dimana faktor ekonomi yang kurang
dan latar be lakang pendidikan yang rendah sehingga pengetahuan

mereka sangat terbatas mengenai diet/ asupan yang banyak mengandung


zat besi,
4. Mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit,
dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan
zat besi tidak terpenuhi,
5. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi
asupan makanan, dan
6. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi,
khusunya melalui feses (tinja)
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal berikut ini:
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah kejaringan.
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.
2.4 Dampak Anemia
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Produktifitas dan aktivitas menurun.
e. Mengakibatkan muka pucat.
f. Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah tersern penyakit
2.5 Pencegahan Anemia
a. Makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat

mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan
ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
e. Hindari konsumsi alkohol
f. Berhenti merokok

III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan :
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam
1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan dalam 100
ml darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen darah. Dengan tanda dan gejala yang sering dialami seperti
lemah dan mudah lelah, pucat, pusing takikardi, sesak, demam, elastis
kulit menurun dan . Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap. Dan
untuk mencegah terjadinya anemia bisa dilakukan dengan makan
makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
3.2 Saran
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya mencegah
terjadinya anemia diantaranya :
1. Makan makanan dengan kandung tinggi assam folat dan vitamin B12
seperti ikan, susu, daging, kacang polong sayur berwarna hijau tua dan
sereal.
2. Banyak makan makanan sumber vitamin c
3. Makan makanan gizi seimbang
4. Hindari konsumsi alkohol
5. Berhenti merokok

MAKALAH
PENDIDIKAN DAN KONSULTASI GIZI
DASAR
RENCANA PENYULUHAN ANEMIA PADA REMAJA

Rencana Jadwal Pelaksanaan


1.

Mengenal Masalah
Mengenal Program : Penyuluhan kelompok remaja usia 16-17 tahun (kelas XI
SMA).
Mengenal Masalah : Kekurangan zat gizi besi dikalangan remaja.
Dasar Pertimbangan :

Program penyuluhan gizi mikro mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya


kampus Cirebon.

Program peningkatan kesehatan siswa-siswi SMAN 3 Cirebon.

Pelajari masalah : (searching)


Mengenal masyarakat kelas XI SMAN 3 Cirebon.

Jumlah siswa : 40 x 6 kelas = 240 siswa.


Jumlah siswa yang terkena anemia terlihat masih banyak, dilihat dari
faktor konsentrasi siswa saat belajar dan fisik siswa.
Dilihat dari faktor aktivitas, remaja usia antara 16-17 tahun itu banyak
melakukan aktivitas sehingga mengabaikan asupan makanan, sehingga
kekurangan zat gizi mikro.
Dilihat dari wilayahnya, SMAN 3 Cirebon terletak dijalan Ciremai Raya No.
56 Perumnas Cirebon, dimana wilayahnya itu adalah wilayah perumahan dan
terletak di dekat pasar (tempat aktivitas masyarakat). Sehingga banyak terdapat
pedagang-pedagang makanan yang diragukan aspek kebersihannya. Siswa pun
jadi tidak mementingkan jenis dan jumlah zat gizi yang mereka konsumsi, yang
ada dipikiran mereka hanya mengisi energi untuk aktivitas mereka yang padat.

2.

Prioritas Penyuluhan

Masa remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan yang


pesat, sehingga memerlukan asupan zat gizi yang seimbang. Selama ini, yang
diperhatikan hanyalah asupan zat gizi makro dan tidak memperhatikan zat gizi
mikro. Padahal pada kenyataannya banyak anak pada masa remaja mengalami
anemia, yaitu kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi. Bila keadaan ini terus
berlanjut, akan membuat remaja mengalami masalah yang berakibat penurunan
produktivitas remaja. Produktivitas remaja yang terus menurun ini akan
menyebabkan kualitas SDM yang ada ikut menurun.
Secara umum, juga akan mempengaruhi kualitas penerus bangsa ini.

3.

Tujuan

1)

Menurunkan angka penderita anemia dikalangan remaja tertentu di usia 16-17


tahun, yang merupakan pelajar SMAN 3 Cirebon.

2)

Tujuan jangka pendek : siswa mampu mengetahui pentingnya zat gizi Fe bagi
kebutuhannya.

3)

Tujuan jangka menengah : siswa dapat menerapkan apa yang ia ketahui dari
penyuluhan, sehingga angka penderita anemia menurun.

4)

Tujuan jangka panjang : siswa dapat terbiasa menjalani pola konsumsi dengan
mempertimbangkan asupan zat gizi makro dan mikro.

4.

Sasaran
Remaja usia 16-17 tahun kelas XI siswa SMAN 3 Cirebon.

5.

Isi
ANEMIA...........?? Hmm.... Apa sih ANEMIA itu?
Anemia merupakan penyakit yang diakibatkan oleh rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) sampai dibawah batas normal. Orang awam lebih mengenal
penyakit ini sebagai gejala kurang darah, yang gejalanya adalah sering sakit
kepala, pusing, mata berkunang-kunang, penurunan nafsu makan, dan tubuh
cepat merasa lelah. Jika mengalami gejala tersebut, eiitttssss... jangan dianggap
enteng, lhoooooo?!? Tau gaa, kenapa??? Karena anemia bisa menimbulkan
penyakit lain seperti masalah gangguan ginjal, inflamasi athritis, dan pada
wanita yang sedang dalam masa kehamilan dapat menggaggu janin : terutama
pada proses perkembangan otak janin dan bisa menyebabkan resiko kematian
yang tinggi pada sang ibu.
Apa sih penyebab ANEMIA?

P E N Y E B A B A N E M I A I T U B E R VAR I A S I , YAI T U K A R E N A
K E H I L A N G A N D A R A H YAN G B E R L E B I H A N . A PA S I H YAN G
M EM B U AT
KEHILANGAN
DARAH
YAN G
BERLEBIHAN?

D A R A H B A N YAK K E L U A R K E T I K A P E N D A R A H A N K A R E N A
O P E R A S I ATA U C E D E R A , M A S A L A H D E N G A N K E M A M P U A N
P E M B E K U A N D A R A H S E P E RT I PAD A PAS I E N H E M O F I L I A ,
D A N K E T I K A WAN I TA M E N G A L A M I M E N S T R U A S I YAN G
B E R A T. P E N U R U N A N
PRODUKSI
SEL
JUGA
MENJADI
P E N Y E B A B AN E M I A , I N I AD A L A H S U ATU K O N D I S I D I M A N A
T U LA N G S U M S U M TID A K M A M P U M EM B U AT S EL CU K U P
B I S A D I S E B A B K A N O L E H I N F E K S I V I R U S , ATA U P A P A R A N
B A H A N K I M I A B E R A C U N , R A D I A S I , ATA U O B A T- O B A TA N
( S E P E R T I A N T I B I O T I K , O B A T - O B A TA N A N T I S E I Z U R E A T A U
P E R A WATA N K A N K E R ) . P E N Y E B A B S E L A N J U T N Y A A D A L A H
PENGHANCURAN SEL SECARA BERLEBIH. KEKURANGAN
V I T A M I N B 1 2 D A N K E K U R A N G A N F O L A T J U G A D A P AT
M E N Y E B A B K A N T E R J A D I N YA AN E M I A .
A P A S I H S O L U S I T E P AT M E N A N G A N I A N E M I A ?
Bila Anda merasakan gejala anemia dan orang-orang di sekeliling Anda
melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan
dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang
Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat
anemia dan apa penyebabnya.
Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah
kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab
kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin
diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi
gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau
intravenal).
Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggusetelah
penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima
asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi. Tinja
Anda akan berwarna hitam selama perawatan.
Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah
menyembuhkan penyakitnya. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah
seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera
ditangani dengan transfusi darah.
6.

Metode

Kuisioner : Pre test dan post test

Penayangan video

Penyuluhan

7.

Media / Alat Peraga


Alat :

Infokus

Laptop
Bahan :

Leaflet

Poster

Video

8.

Penilaian / Evaluasi

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai zat gizi besi dan anemia
sebelum dilakukan penyuluhan melalui pre test.

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai zat gizi besi dan anemia
sebelum dilakukan penyuluhan melalui post test.

Mengetahui hasil perbandingan antara pre test dan post test.

9.

Rencana Kerja

Persiapan (Awal bulan Desember 2012 Akhir bulan Desember 2012)

1)

Penentuan program.

2)

Pengajuan kerja sama dengan pihak SMAN 3 Cirebon.

3)

Menentukan waktu dan tempat.

4)

Membuat media penyuluhan dan metode penyuluhan.

Pelaksanaan ( 5 Januari 2013)

1)

Melakukan pre test.

2)

Penayangan video.

3)

Penyuluhan.

4)

Melakukan post test.

Penilaian (6 Januari 2013 6 April 2013)

1)

Menilai dan membandingkan hasil pre test dan post test.

2)

Memantau tingkat penurunan angka pada sasaran.

3)

Menentukan keberhasilan program penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai