“Bagan 1 (Faktor yang mempengaruhi status gizi balita menurut bagan call dan
levinson)”
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
JAMBI
TAHUN AKADEMIK
2018
Bagan 1:
Penjelasan:
Menurut hasil bagan dari Call dan Levinson dapat dijelaskan bahwa status gizi
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makan dan tingkat kesehatan, terutama adanya
penyakit infeksi, kedua faktor ini adalah penyebab langsung, sedangkan penyebab tidak
langsung adalah zat gizi dalam bahan makanan, ada/tidak program pemberian makanan diluar
keluarga, daya beli keluarga (pendapatan/harga), kebiasaan makan orangtua/ibu,
pemeliharaan kesehatan serta lingkungan fisik. Kesehatan mempengaruhi kebutuhan nutrisi
seseorang. Ketika saat dibutuhkan asupan yang lebih baik seperti protein tinggi untuk
mempercepat proses penyembuhan.
Menurut Laura Jane Harper dalam Supariasa (2012), faktor yang mempengaruhi
status gizi ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi adalah ketersediaan pangan, tingkat
pendapatan, pendidikan dan penggunaan pangan. Ketersediaan pangan meliputi pemilihan
tanaman yang ditanam. Pola penanaman, pola penguasaan lahan, mutu luas lahan, cara
pertanian, cara penyimpanan, faktor lingkungan, rangsangan bereproduksi dan peranan sosial.
Penggunaan pangan meliputi status sosial, kepercayaan keagamaan, kepercayaan
kebudayaan, keadaan kesehatan, pola makan, kehilangan tersebab oleh proses memasak,
distribusi makanan dalam keluarga, besar keluarga, dan pangan yang tercecer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1. Pendidikan orangtua
Menurut Abdoerrahman dalam Marut (2007), tingkat pendidikan kepala rumah
tangga secara langsung ataupun tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah
tangga, semakin tinggi tingkat pendidikan kepala rumah tangga semakin tinggi
pendapatan perkapita keluarga.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau
masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan
gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Fallah, 2004).
Keempat, pangan hewani mengandung zat gizi, vitamin yang unik. Misalnya
Vitamin A dalam hati dan kuning telur yang mudah digunakan tubuh. Kemudian Vitamin
B12 yang tidak terdapat pada pangan nabati. Vitamin B12 yang kaya dalam pangan
hewani berperan penting dalam pembentukan sel darah merah yang menangkap oksigin
bagi tubuh dan dalam pembentukan myelin syaraf (Hardinsyah, 2008).
4. Besar keluarga (Jumlah anggota keluarga)
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi distribusi makanan didalam
keluarga, semakin besar anggota keluarga maka semakin besar resiko terjadinya kurang
pemerataan terhadap makanan. Dengan kecilnya jumlah keluarga konsumsi kebutuhan
zat gizi dapat terpenuhi yang akan berpengaruh terhadap status gizi balita ( Andarina dan
Sumarmi, 2006 ). Besarnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan pangan, idealnya keluarga mempunyai anggota maximal 4 orang.
Besar keluarga yang lebih sedikit akan mengurangi resiko terhadap gizi kurang
(Mawadah, 2008).
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga, kesulitan mengurus, dan kurang bisa
menciptakan suasana tenang dirumah. Kasus kurang gizi lebih banyak ditemukan pada
keluarga besar dibandingkan keluarga kecil.
Jumlah anak kelaparan dari keluarga besar hampir 4 kali lebih besar
dibandingkan jumlah anak yang keluarga kecil. Sehingga anak –anak yang dihasilkan
dari keluarga demikian lebih banyak yang kurus, punya daya pikir yang lemah, kurang
darah, dan terserang penyakit. Diharapkan dengan keluarga kecil selain kesejahteraan
lebih terjamin maka kebutuhan akan pangan juga akan lebih terpenuhi daripada keluarga
dengan jumlah besar (Anderson, et al,2008) dalam Lutfiana dan Budiono (2010).