PENDAHULUAN
berkunjung di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang memenuhi criteria inklusi
dan criteria eksklusi.
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok Terpapar : kriteria inklusi untuk kelompok terpapar adalah usia 40 tahun,
nilai kuesioner AMS 27, sudah atau pernah menikah dan tidak sedang berobat atau
dirawat di rumah sakit.
Kelompok Tidak Terpapar : kriteria inklusi untuk kelompok yang tidak terpapar usia
40 tahun, nilai kuesioner AMS 26, sudah atau pernah menikah dan tidak sedang
berobat atau dirawat di rumah sakit.
Non
Andropause
Andropause
20
7b
27
10 c
23 d
33
Jumlah
30
30
60
Karakteristik responden
Karakteristik
Obesitas sentra
Ya
Tidak
Usia
40-54
55-70
Tingkat Ekonomi
<1.000.000
>1.000.000
Tingkat pendidikan
< SMA
>SMA
Paritas
<4
>4
Indeks Masa Tubuh
<25
>25
27
33
45,0
55,0
34
26
56,7
43,3
10
50
16,7
83,3
17
43
28,3
71,7
40
20
66,7
33,3
31
29
51,7
48,3
Jumlah responden penelitian ialah sebanyak 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Dari 60 responden, mayoritas tidak mengalami obesitas sentral (55 %). yang
tidak obesitas sentral. Sebagian besar responden berusia 40-54 tahun (56,7 %). Kebanyakan
responden memiliki tingkat ekonomi tinggi (83,3 %), dan tingkat pendidikan tinggi (71,7 %).
Mayoritas memiliki jumlah paritas < 4 didapat 40 orang (66,7 %), sedangkan indeks massa
tubuh kebanyakan masih normal (IMT < 25 ), sebanyak 51,7 %.
Berdasarkan hasil perhitungan uji Chisquare antara obesitas sentral dengan
andropause menunjukkan pengaruh yang bermakna. Karena diperoleh data P value 0,001 atau
P < 0,05, nilai X2 hitung (11,380 > 3,84). Risiko relatif yang didapat adalah 6,571 yang
berarti laki-laki obesitas sentral memiliki risiko 6,571 kali lebih cepat terjadi andropause
dibandingkan laki-laki tidak obes sentral.
RR =
20
_______
20 + 10
__________
7
_______
7 + 23
20
7
AT = _______ - ________
20 + 10
7 + 23
= 0,44
= 2, 913
RR>1, berarti ada asosiasi positif antara faktor risiko dengan penyakit.
Obesitas sentral menjadi faktor resiko terjadinya andropause, disebabkan pada orang
laki-laki obesitas biasanya memiliki karakteristik profil hormon yang digambarkan sebagai
''hyperestrogenic hypogonadotropic hipogonadisme''. Dimana peningkatan estrogen pada
laki-laki obesitas dalam sirkulasi menyebabkan feddback negatif kepada hipotalamus dan
hipofisis anterior, sehingga mengakibatkan penurunan produksi testosteron yang tercermin
dalam rendahnya tingkat testosteron dan sirkulasi testosteron intratesticular.
Selain itu pada laki-laki obes memiliki banyak jaringan adipose yang memproduksi
dan mensekresi adipocitokin yang didominasi oleh leptin yang memiliki reseptor di sel leydig
yang akan menginhibisi LH sehingga menyebabkan penurunan dari sekresi hormon
testosteron. Hasil yang didapat dari penelitian sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan, menyatakan bahwa faktor obesitas sentral mempunyai hubungan yang berarti
sebagai penyebab terjadinya andropause.
Andropause adalah suatu sindrom klinik dan biokimia yang berhubungan dengan
peningkatan usia dengan karakteristik gejala yang khas dan defisiensi testosteron serum,
berakibat sangat merugikan bagi kualitas hidup dan berefek kurang baik terhadap berbagai
fungsi organ. Seorang pria diklasifikasikan andropause berdasarkan 1) tanda dan gejala; 2)
total testosteron; dan 3) testosteron bebas. Seorang pria dianggap sebagai defisiensi androgen
apabila ditemukan salah satu dari dua kondisi berikut: 1) sedikitnya terdapat tiga tanda/gejala
dengan total testosteron < 200 ng/dl (6,94 nmol/L); 2) sedikitnya terdapat tiga tanda/gejala,
total testosteron 200 400 ng/dl (6,94 13,88 nmol/L) dan testosteron bebas < 8,9 ng/dl
(0,3092 nmol/L).
Berdasarkan Deklarasi 2nd AnnualAndropouse Consensus mengidentifikasi 12 gejala
akibat penurunan kadar testosterone yaitu: 1) kehilangan libido; 2) disfungsi ereksi; 3)
depresi; 4) letargi; 5) osteoporosis; 6) ketidakmampuan konsentrasi; 7) gangguan tidur; 8)
mudah marah; 9) penurunan mood; 10) kehilangan kekuatan otot; 11) kemunduran dari
second carakteristik sex; 12) penurunan aktivitas. Semuanya itu mengakibatkan menurunnya
kualitas hidup pada pria. Obesitas sentral terkait dengan penurunan sirkulasi tingkat androgen
yang berakibat terjadinya andropause. Testosteron total maupun bebas terbukti menurun pada
laki-laki obesitas. Total lemak tubuh, lemak intra-abdomen, dan subkutan lemak semua telah
dikaitkan dengan rendahnya tingkat total dan bebas testosteron.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hedley AA., Ogden CL., Johnson CL.,Carroll MD., Curtin LR., Flegal KM. 2004 Prevalence
of overweight and obesity amongUS children, adolescents, and adults. JAMA.,291,
284750.
Hammoud, Ahmad O., Mark Gibson., C.Matthew Peterson., Blake D. Hamilton.,Douglas T.
Carrell. 2006. Obesity and MaleReproductive Potential. Journal ofAndrology., 27
Judiwati, Rina., R Itishom., H Winarso.2007. Physiological Aspects of Testosterone
Administration In Andropause. Majalah Ilmu Faal Indonesia., 6, 32 33.
Araujo A., A Odonnell., D Brambilla., W Simpson., C Longcope., A M Matsumoto., J
Mckinlay. (2004) Prevalence and Incidence of Androgen Deficiency in Middle-Aged
and Older Men: Estimates from the Massachusetts Male Aging Study. The Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism., 89 (12), 5920-26.
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
Dewi Devianty
Evalia Selnia
Mariatul Husna
Nur Ahlina