MANIFESTASI KLINIS
PENATALAKSANAAN
Dengan terapi antibiotic spectrum luas sejak dini dan tepat, otitis
media dapat hilang tanpa menyiksakan sakuela yang serius. Jika
terdapat drainase, sediaan antibiotic dapat diresepkan.
Hasil akhir bergantung pada efektifitas terapi (dosis antibiotic
oral yang diresepkan dan durasi terapi), virulensibakteria, dan
status fisik pasien.
MIRINGOTOMI (TIMPANOTOMI)
TINDAKAN KONSERVATIF
PENATALAKSANAAN BEDAH
Osteotomi
Artroplasti (penggantian) sendi
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
MANIFESTASI KLINIS
PENATALAKSANAAN MEDIS
PATHOFISIOLOGI
Perubahan tekanan
Gangguan tube eustachius
udara tiba-tiba (alergi
, infeksi, sumbatan ).
Kuman masuk ketelinga
Secret , tampon,tumor Pencegahan invasi tengah
kuman terganggu
1. PENGKAJIAN
A. Aktivitas /istirahat
Nyeri sendi karena gerakan ,nyeri tekan
membruruk stress pada sendi. Kakakuan pada
pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitasi fungsional yang berpengaruh
pada gaya hidup, waktu
senggang,pekerjaan,keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit
:kontraktor/kelaianan pada sendi dan otot.
B. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya
pucat litermiten,sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal
C. Integritas ego
Factor-faktor stress akut/kronik (misalnya
financial pekerjaan,ketidakmampuan, factor-
faktor hubungan.
Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi
ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri , gambaran tubuh,
identitas pribadi ,misalnya ketergantungan
pada orang lain.
D. Makanan /cairan
Ketidakmampuan untuk menghasilkan
atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat mual, anoreksia.
Kesulitan untuk mengunyah , penurunan
berat badan, kekeringan pada membrane
mukosa.
E. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.
F. Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki ,
pembengkakan sendi.
G. Nyeri /kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidaak di
sertai dengan pembengkakakn jaringaan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pagi hari)
H. Keamanan
Kulit mengkilat ,tegang , nodul sub
mitaneus
Lesi kulit ,ulkus kaki
Kesulitan dalam menangani tugas /
pemeliharan rumah tangga
Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membrane
mukosa
I. Interaksi social
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau
orang lain , perubahan peran : isolasi
J. Penyuluhan /pembelajaran
Riwayat rematik pada keluarga
Penggunaan makanan kesehatan , vitamin
, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
Riayat perikarditis , lesi tepi katup ,
fibrosa pulmonal, pkeuratis
K. Pemeriksaan diagnostic
Reakssi aglutinasi : positif
LED meningkat pesat
Protein C reaktif : positif pada masaa
inkubasi
SDP : meningkat pada proses inflamasi
JDL : Menunjukkan ancaman sedang
Ig (IgM & Ig G) peningkatan besar
menunjukkan proses autoimun
RO : menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak , erosi sendi , osteoporosis
pada tulang yang berdekaatan, formasi
kista tulang, penyempitan ruang sendi
2. DIAGNOSA
Resiko infeksi (00004)
Definisi : rentan mengalami invasi dan multi plikasiorganisme patogenik yang
dapat mengganggu kesehatan.
Faktor resiko
Imunosupresi
Leukopenia
Penurunan hemoglobin
Supresi respons inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
FRAKTUR
DEFINISI
KLASIFIKASI
o Fraktur transversal.
o Fraktur oblik atau spiral.
o Fraktur segmental.
o Fraktur impaksi , dan
o Fraktur kominutif.
DESKRIPSI FRAKTUR
Anamnesis :
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Penunjang :
Pada fraktur , pemeriksaan penunjang dasar berupa
Roentgent sangatlah penting. Foto yang baik harus mengikuti
aturan “dua” (lihat Bab Radiologi Tulang) :
o Dua sisi
o Dua sendi
o Dua ekstremitas (terutama untuk pasien anak)
o Dua jejas (di bagian proksimal jejas ), serta
o Dua waktu (foto serial)
Tata Laksana :
Fraktur Tertutup
Fraktur Terbuka
o Tipe I : luka kecil , bersih ,pin point atau kurang dari 1 cm.
Cedera jaringan lunak minimal tanpa remuk. Fraktur yang
terjadi bukan fraktur kominutuf.
o Tipe II : luka dengan panjang >1 cm tanpa hilangnya kulit
penutup luka. Cedera jaringan lunak tidak banyak. Remuk dan
komunikan yang terjadi sedang.
o Tipe III : laserasi luas , kerusakan kulit dan jaringan lunak yang
hebat, hingga kerusakan vaskuler.
III A : laserasi luas namun tulang yang fraktur masih dapat di
tutup uolrh jaringan lunak
III B : periosteal stripping ekstrensif dan fraktur tidak dapat
ditutup tanpa flap
IIIC : terdapat cedera seperti arteri yang memerlukan
penanganan khusus (nepair), dengan atau tanpa cedera jaringan
lunak.
PATHOFISIOLOGI
TRA
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis
fraktur
Edema Emboli
Laserasi kulit
Penekanan pembuluh darah Menyumbat pembuluh darah
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas istirahat
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada
bagian terkena mungkin segera setelah fraktur itu
sendiri atau terjadi secara sekunder dari
perkembangan jarinagan nyeri.
b. Sirkulasi
Tanda : HT (kadang –kadang terlihat sebagai
respon terhadap nyeri /ansietas) atai hipotensi (
kehilangan darah) , Takikardi ( respon stress atau
hipovolemia)
c. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan atau sensasi , spasme otot
, kesemutan
Tanda : Deformitas lokasl : agulasi abnormal ,
pemendekan , rotasi krepitasi
d. Nyeri /kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera
mungkin terlokalisasi pada area jaringan
/kerusakan tulang dapat berkurang pada
imobilisasi. Tak ada nyeri akibat kerusakan sraf
spasme atau kram otot ( setelah imobilisasi )
e. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit , evaluasi jaringan ,
perdarahan , perubahan warna , pembengkakan
local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba )
f. Penyuluhan
Gejala : Lingkungan tidak mendukung (
menimbulkan cedera) pengetahuan terbatas .
2. DIAGNOSA
Definisi : keterbatasan dalm gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan
terarah
Batasan Karakteristik :
Agen farmaseutikal
Ansietas
Depresi
Disuse
Fisik tidak bugar
Gangguan fungsi koknitif
Gangguan metabolism
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuscular
Gangguan sensoriperseptual
Gaya hidup kurang gerak
Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
Intoleransi aktivitas
Kaku sendi
Keengganan memulai pergerakan
Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
Kerusakan intergritas struktur tulang
Keterlambatan perkembangan
Kontraktur
Kurang dukungan lingkungan
Kurang pengetahuan ytentang nilai aktivitas fisik
Malnutrisi
Nyeri
Penurunan kekuatan otot
Penurunan kendali otot
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan masa otot
Program pembatasan gerak
NOC
1. Mobilitas (0208)
2. Ambulasi (0200)
Definisi : Tindakan personal untuk berjalan dari satu tempat ke tempat lain
secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu.
DEFINISI
ETHIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Awitan penyakit ini sifatnya membahayakan atau akut. SLE bisa
saja tak-terdiagnosis selama beberapa tahun. Proses klinis
penyakit meliputi eksaserbasi dan remisi.
PENATALAKSANAAN MEDIS
TERAPI FARMAKOLOGIS
PENATALAKSANAAN KEPERAWAT AN
PATHOFISIOLOGI
Autoimun
Peningkatan
menyerang organ-
autoimun
organ tubuh
berlebihan
(sel,jaringan)
Genetic , kuman/
Kerusakan perfusi Pembentukan lupus
virus ,sinar
jaringan perifer
ultraviolet , obat-
obatan tertentu
Produksi antibody Pencetus penyakit
secara terus inflamasi multi
menerus organ
keletihan
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA
Resiko kerusakan integritas jaringan (00248)
mengganggu kesehatan.
Factor resiko :
NOC
1. Integritas jaringan : kulit & membrane mukosa (1101)
Suhu kulit
Sensasi
Elastisitas
Hidrasi
Keringat
Tekstur
Ketebalan
Perfusi jaringan
Pertumbuhan rambut pada kulit
Integritas kulit
Pigmentasi abnormal
Lesi pada kulit
Lesi mukosa membran
Jaringan parut
Kanker kulit
Pengelupasan kulit
Penebalan kulit
Eritema
Wajah pucat
Nekrosis
Pengerasan (kulit)
Abrasi kornea
NIC
1. Skin surveillance (3590)
2. Perawatan luka (3660)
Definisi : pencegahan komplikasi luka dan peningkatan penyembuhan
luka
Angkat balutan dan plester perekat
Cukur rambut di sekitar daerah yang terkena, sesuai kebutuhan
Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran,
dan bau
Ukur luas luka, yang sesuai
Singkirkan benda – benda yang tertanam (pada luka) (misalnya,
serpihan, kutu, kaca, kerikil, logam)
Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak
beracun, dengan tepat
Tempatkan area yang terkena pada air yang mengalir, dengan
tepat
Berikan rawatan insisi pada luka, yang diperlukan
Berikan perawatan ulkus pada kulit, yang diperlukan
Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
Perkuat balutan (luka), sesuai kebutuhan
Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan
luka, dengan tepat
Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
Periksa luka setiap kali perubahan balutan
Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
Pastikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada
luka, dengan tepat
Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam, dengan tepat
Dorong cairan, yang sesuai
Rujuk pada praktisi ostomy, dengan tepat
Rujuk pada ahli diet, dengan tepat
Beri unit TEST (stimulasi saraf transkutan listrik) untuk
meningkatkan penyembuhan luka, dengan tepat
Tempatkan alat – alat untuk mengurangi tekanan (yaitu, tempat
tidur isi udara, busa, atau kasur gel, bantalan tumit atau siku,
bantal kursi), dengan tepat
Bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan pasokan
Anjurkan pasien dan keluarga mengenai cara penyimpanan dan
pembuangan balutan dan pasokan/suplai
Anjurkan pasien atau anggota keluarga pada prosedur
perawatan luka
Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala
infeksi
Dokumentasikan lokasi luka, ukuran, dan tampilan
3. Perlindungan infeksi (6550)
Definisi : pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien berisiko
Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Tinjau riwayat (dilakukannya) perjalanan internasional dan
global
Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan hasil – hasil
diferensial
Ikuti tindakan pencegahan neutropenia, yang sesuai
Batasi jumlah pengunjung, yang sesuai
Hindari kontak dekat dengan hewan peliharaan dan penjamu
dengan imunitas yang membahayakan (immunocompromised)
Skrining semua pengunjung terkait penyakit menular
Pertahankan asepsis untuk pasien berisiko
Pertahankan teknik – teknik isolasi, yang sesuai
Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area (yang
mengalami) edema
Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim, atau drainase
Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
Dapatkan kultur yang diperlukan
Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
Anjurkan asupan cairan, dengan tepat
Anjurkan istirahat
Pantau adanya perubahan tingkat energi atau malaise
Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan, dengan tepat
Anjurkan pernafasan dalam dan batuk, dengan tepat
Berikan agen imunisasi, dengan tepat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotic yang siresepkan
Jaga penggunaan antibiotic dengan bijaksana
Jangan mencoba pengobatan antibiotic untuk infeksi – infeksi
virus
Ajarkan pasien dan keluarga pasien mengenai perbedaan –
perbrdaan antara infeksi – infeksi viru dan bakteri
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus melaporkannya kepada pemberi layanan
kesehatan
Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi
Kurangi buah – buahan segar, sayur – sayuran, dan merica
dalam diet pasien dengan neutropenia
Singkirkan buang – bunga segar dan tanaman – tanaman dari
area pasien, dengan tepat
Berikan ruang pribadi, yang diperlukan
Pastikan keamanan air dengan mengajukan hiperklorinasi dan
pemanasan lebih, dengan tepat
Lapor dengan infeksi pada personil pengendali infeksi
Lapor kultur positif pada personil pengedali infeksi
OSTEOARTRITIS
DEFINISI
MANIFESTASI KLINIS
PENATALAKSANAAN MEDIS
PENCEGAHAN
o Penurunan berat badan.
o Pencegahan cedera.
o Skrining perinatal untuk penyakit pinggul congenital.
o Modifikasi ergonomi
TINDAKAN KONSERVATIF
TERAPI FARMAKOLOGIS
PENATALAKSANAAN BEDAH
o Osteotomi.
o Artoplasti (penggantian) sendi
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Hambatan nutrisi pd
kartilago artikularis
Adhesi pd
Hilangnya Mudah luksasi permukaan sendi
kekuatan otot & subluksasi
Ankilosis fibrosa
Resiko cidera
ankilosis tulang
Kekakuan sendi
1. PENGKAJIAN
A. Aktivitas /istirahat
Nyeri sendi karena gerakan ,nyeri tekan
membruruk stress pada sendi. Kakakuan pada
pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitasi fungsional yang berpengaruh
pada gaya hidup, waktu
senggang,pekerjaan,keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit
:kontraktor/kelaianan pada sendi dan otot.
B. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya
pucat litermiten,sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal
C. Integritas ego
Factor-faktor stress akut/kronik (misalnya
financial pekerjaan,ketidakmampuan, factor-
faktor hubungan.
Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi
ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri , gambaran tubuh,
identitas pribadi ,misalnya ketergantungan
pada orang lain.
D. Makanan /cairan
Ketidakmampuan untuk menghasilkan
atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat mual, anoreksia.
Kesulitan untuk mengunyah , penurunan
berat badan, kekeringan pada membrane
mukosa.
E. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.
F. Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki ,
pembengkakan sendi.
G. Nyeri /kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidaak di
sertai dengan pembengkakakn jaringaan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pagi hari)
H. Keamanan
Kulit mengkilat ,tegang , nodul sub
mitaneus
Lesi kulit ,ulkus kaki
Kesulitan dalam menangani tugas /
pemeliharan rumah tangga
Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membrane
mukosa
I. Interaksi social
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau
orang lain , perubahan peran : isolasi
J. Penyuluhan /pembelajaran
Riwayat rematik pada keluarga
Penggunaan makanan kesehatan , vitamin
, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
Riayat perikarditis , lesi tepi katup ,
fibrosa pulmonal, pkeuratis
K. Pemeriksaan diagnostic
Reakssi aglutinasi : positif
LED meningkat pesat
Protein C reaktif : positif pada masaa
inkubasi
SDP : meningkat pada proses inflamasi
JDL : Menunjukkan ancaman sedang
Ig (IgM & Ig G) peningkatan besar
menunjukkan proses autoimun
RO : menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak , erosi sendi , osteoporosis
pada tulang yang berdekaatan, formasi
kista tulang, penyempitan ruang sendi
c. DIAGNOSA
Nyeriakut (00132)
Batasan karakteristik
NOC
NIC
HERPES ZOSTER
DEFINISI
PATHOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Obat anti viral, lebih baik diberikan pada 3 hari pertama sejak
timbulnya lesi.
Pilihan obat :
- Asiklovir 5x800 mg per oral selama 7 hari
- Valasiklovir : 3x1000 mg per oaral selama 1 hari. Namun, bila
lesi baru tetap muncul, obat ini dapat diteruskan hingga 2 hari
bebas lesi.
Analgesic untuk mengatasi keluan nyeri.
Kortikosteroid diberikan apabila terjadi sindrom ramsai-hunt
untuk mencegah terjadinya paralisis.
Prednisone 3x20 mg per hari setelah seminggu dosis dapat
diturunkan secara bertahap.
KOMPLIKASI
Neuralgia pascaherpatik : rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakit sembuh.
Komplikasi ini kebanyakan timbul pada usia diatas 40 tahun.
Komplikasi herpes zoster oftalmikus : petosis paralitik, keratitis,
skleritis, kuveitis, koreorenitis, neuritis obtik.
Paralisis motorik muncul dalam 2 minggu pasca-awitan lesi.
PROKNOSIS
1. PENGKAJIAN
BIODATA
1. Identitas Klien
Di dalam identitas klien hal-haal yang perlu di kaji
antara lain nama pasien,alamat pasien, umur pasien
biasanya kejadian ini mencakup semua usia antara
anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk rumah
sakit penting untuk dikaji untuk melihat
perkembangan dari pengobatan,penanggung jawab
pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan
persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita
datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah
nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada
daerah yang terkena pada fase-fase awal baik
pada herpes zoster maupun simpleks.
B. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama
pada area kulit yang mengalami peradangan berat
dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat
lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga
mengalami demam.
C. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak
anggota keluarga atau demam dekat yang
terinfeksi virus ini.
D. Riwayat penyakit dahulu
Di derita kembali oleh pasien yang pernah
mengalami penyakit herpes simplek atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini.
E. Riwayat psikososial
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang di
derita serta peran dalam keluarga dan
masyarakat. Respon dalam keluarga maupun
masyarakat.
3. Pola Kehidupan
A. Aktivitas dan istirahat
Pasien mengeluh merasa cemas , tidak bisa tidur
karena nyeri , dan gatal.
B. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada herpes zoster oftalmik , pasien mengalami
penurunan nafsu makan, karena mengeluh nyeri pada
daerah wajah dan pipi sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan dengan baik karena di
sebabkan oleh rasa nyeri.
C. Pola aktifitas dan latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang di rasakan ,
terjadi penurunan pola saat aktifitas berlebih ,
sehingga pasien akan membatasi pergerakan
aktivitas.
D. Pola Hubungan dan Peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis,
isolasi karena adanya gangguan citra tubuh.
4. Pengkajian fisik
A. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
b. TTV
B. Head To Toe
a. Kepala
Wajah :ada lesi (ukuran >1 , bentuk : benjolan
berisi air , penyebaran merata dengan kulit )
b. Rambut
Warna rambut hitam , tidak ada bau pada rambut
, keadaan rambut tertata rapi.
c. Mata (penglihatan)
Adanya nyeri tekan , ada penurunan penglihatan.
d. Hidung (penciuman)
Septum nasi tepat di tengah , tidak terdapat secret
, tidak terdapat lesi ,dan tidak terdapat hiposmia.
e. Telinga (Pendengaran)
Inspeksi
o Daun telinga : tidak terdapat lesi ,
kista epidemoid , dan keloid.
o Lubang telinga : tidak terdapat
obstruksi akibat adanya benda
asing.
Palpasi
Tidak terdapat edema , tidak terdapat
nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
f. Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah , warna
gusi merah muda tidak terdapat perdarahan gusi
,dan gigis bersih.
g. Abdomen
Inspeksi
o Bentuk :normal simetris
o Benjolan : tidak terdapat lesi
Palpasi
o Tidak terdapat nyeri tekan
o Tidak terdapat massa/benjolan
o Tidak terdapat tanda tanda asites
o Tidak terdapat pembesaran hepar
h. Integument
o Ditemukan adanya vesikel-vesikel
berkelompok yang nyeri,
o Edema di sekitar lesi , dan dapat pula
timbul ulkus pada infeksi sekunder.
o Akral hangat
o Turgor kulit normal/kembali <1 detik
o Terdapat lesi pada permukaan kulit wajah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
CA.NASOFARING
DEFINISI
1. Ulseratif
2. Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip
3. Endofilik : Tumbuh dibawah mukosa ,agar sedikit lebih tinggi
dari jaringan sekitar (creeping tumor)
Tipe WHO 1
Tipe WHO 2
Tipe WHO 3
Tipe WHO
1 29% 35%
2 14% 23%
3 57% 42%
Penentuan Stadium
T = Tumor primer
M1 = Metastase jauh
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Hidung :
Gejala telinga :
Gejala lanjut :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nasofaringoskopi
Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter
Biopsy multiple
Radiologi : Thorax PA , foto tengkorak ,CT-scan ,Bone
scantinggrapy(bila di curigai metastae tulang)
Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui perluasan
tumor kejaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau
inflamasi ke saraf otak .
PENATALAKSANAAN
PHATOFISIOLOGI
Anoreksia
Ganggaun HDR
Aloplesia
1. PENGKAJIAN
a. Identitas/ biodata klien
1. Nama
2. Tempat tanggal lahir
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Agama
6. Warga Negara
7. Bahasa yang digunakan
Penanggung Jawab
1. Nama
2. Alamat
3. Hubungan dengan klien
b. Keluhan Utama
Leher terasa nyeri, semakin lama semakin membesar, susah
menelan, badan merasalemas, serta BB turun drastis dalam waktu
singkat.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat kesehatan masa lalu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Keadaan lingkungan.
2. DIAGNOSA
Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Nafas (00031/ nanda. Hal
401)
Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Batasan karakteristik :
o Batuk yang tidak efektif
o Dispnea
o Gelisah
o Kesulitan verbalisasi
o Mata terbuka lebar
o Ortopnea
Lingkungan
Perokok , perokok pasif , terpajan asap
Obstruksi jalan nafas
Adaanya jalan nafas buatan , benda asing
dalam jalan nafas , eksudat dalam alveoli
Fisiologis
Asma , disfungsi neuromuscular , infeksi ,
jalan nafas alergik
3. Intervensi (NIC)
OSTEOSARCOMA
1. DEFINISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle.
1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik
yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh
dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna
yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal
ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis,
kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan
dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 ).
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas.
Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer yang paling lazim
dan seringkali berakibat fatal dan dapat timbul sebagai metastase sekunder dari
ekstrimitas tungkai pada 50% kasus. Biasanya terdapat pada lokasi bekas radiasi
atau lebih sering sebagai penyerta pada penyakit paget. Osteosarkoma sering
terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25 tahun dan pada orang tua yang
mengalami penyakit paget.
2. ETIOLOGI
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi).
d. Virus onkogenik ( Smeltzer. 2001: 2347 ).
4. PATOFISIOLOGI
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery.
Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada
hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung
osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu
protein P53 ( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai
tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai
pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak
sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan
metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan
didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis
ditegakkan. (Salter, robert : 2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa
tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan
darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan
menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap
gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
5. ABSES
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksii bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-
sel yang terinfeksi.
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah
putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang
mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di
sekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut.
6. GAMBARAN KLINIS
a. Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).
c. Keterbatasan gerak
d. Fraktur patologik.
e. Menurunnya berat badan
f. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta
distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
g. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).
7. LABORATORIUM dan RADIOGRAFI
Studi radiografikal, scan MRI dan CT pada tulang yang terkena penyakit,
mielogram, artetiografi, dan essai biokimia darah dan urine akan memberikan
informasi diagnostic. Pada radiografi, terdapat tanda kerusakan tulang di dalam
diafisis dengan erosi korteks tulang, terangkatnya periosteum terlihat pada tepi
lesi di tempat terbentuknya tulang baru di bawah (segitiga codman). Terbentuknya
tulang baru terlihat di dalam medula atau korteks tulang, tergantung dari tumor
tersebut apakah osteolitik atau osteoblastik.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran
pada jaringan lunak sekitarnya.
g. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).
9. DIAGNOSA BANDING
a. Lesi tulang infeksiosa terutama karena sifilis.
b. Neoplasma tulang yang lain seperti khondrosarkoma
c. Tumor sel datia atau defosit metastasis karsinomatosa pada tulang dari tumor
primer.
10. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
b. Tindakan keperawatan
1) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli
psikologi atau rohaniawan.
3) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di
rumah. (Smeltzer. 2001: 2350 ).
5) Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi
a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung )
dan aktivitas terapeutik.
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan
teknik aseptic dengan tepat.
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi, nafas dalam.
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema,
eritema.
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengankat
jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:
a. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan
amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang
melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer.
Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa
amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung
kembali penempatan tulang-tulang.
b. Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan
factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.
11. KOMPLIKASI
a. Akibat langsung : Patah tulang
b. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan
tubuh
c. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan
pada kemoterapi.
12. PROGNOSA
Prognosa jelek, hanya kira-kira seperlima atau kurang dari 10 persen yang
kasus yang mempunyai harapan hidup / bertahan sampai / lebih dari 5 tahun.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARCOMA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya.
3. Pengkajian fisik
a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak
4. Hasil laboratorium/radiologi
a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek
tulang.
c. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN