Anda di halaman 1dari 10

RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi mengontrol Halusinasi sesi
II : mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
2. Latar Belakang
Stimulasi sensori adalah terapi aktivitas kelompok yang diadakan dengan
meemberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan prilaku
adaptif kepada klien. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya
mengstimulasi semua panca indra (sensori) agar memeberi respon yang adekuat
Terapi ini diberikan karena klien tidak mampu merespon dengan lingkungan
sosialnya. Berdasarkan data pasien yang dirawat di ruang Perkutut/Merak RSJ Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta yang didapat dari hasil observasi dan wawancara pada
tanggal 14 Oktober 2019 didapatkan pada bulan Juli- Agustus 2019 sebanyak 193
pasien, dengan perhitungan Pasien Halusinasi 91 Pasien (47,15 %), ISOS 55
pasien (28,49%), Pasien HDR 44 pasien (27.79%), Waham 2 pasien (1.04%) dan
RPK 1 pasien (0.52%) . Halusinasi jika tidak ditangani akan menimbulkan
masalah baru yaitu perilaku kekerasan yang nantinya akan berdampak pada
masalah resiko bunuh diri. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri
adalah kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan hubungan
interpersonal, gangguan interaksi sosial, resiko perubahan sensori (halusinasi),
resiko menceredai diri dan orang lain dan penurunan minat kebutuhan dasara
pesikologis. Berdasarkan uraian diatas penggunaan terapi aktivitas kelompok
dapat memberikan dampak positif dan dapat membantu klien meningkatkan
prilaku adaptif serta mengurangi prilaku maladaptive terutama pada pasien dengan
kerusakan interaksi social yang salaah satu disebabkan oleh ketidak mampuan
berespon dengan lingkungan sosialnya yang mempunyai tujuan agar klien mampu
memeberikan respon dan dapat mengepresikan perasaan adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori. (Klleat B. A. & Akemat, 2011).

1
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepada klien, sehingga dapat mengontrol halusinasinya.
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
b. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
c. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
d. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

C. LANDASAN TEORITIS
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi sensori atau suatu objek
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
panca indra. Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang seorang
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perubaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015).

Ada beberapa jenis halusinasi menurut stuart dan Laraia (1998), terdapat beberapa
jenis halusinasi meliputi halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi
penghidupan, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan dan halusinasi kinestetik.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai WBS sehingga WBS berespon
terhadap suara dan bunyi tersebut (Stuart, 2007).

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman masa lalu atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK) juga
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan oleh perawat pada sekelompok
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai
terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Hasil diskusi dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah didalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang ketergantungan, saling membutuhkan dan menjadi

2
laboratorium tempat para klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif. Para klien dilatih mengekspresikan perasaannya
terhadap stimulus yang disediakan. Kemampuan para klien dievaluasi dan di
tingkatkan pada tiap sesi.

Terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok.

D. KLIEN
1. Karakteristik/kriteria pasien
a. Pasien dengan halusinasi penglihatan dan pendengaran sudah menunjukkan
kemauan untuk menceritakan apa yang dilihat dan apa yang didengar.
b. Pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien sudah mampu mengatasi jika
halusinasi tersebut muncul
2. Proses seleksi

a. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria


b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut kegiatan TAK

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu :
a. Hari/tanggal : Senin/14 Oktober 2019
b. Jam : 15.30 WIB
c. Waktu kegiatan : 40 menit
1) Orientasi : 10 menit
2) Kerja : 20 menit
3) Terminasi : 10 menit
d. Tempat : Ruang TAK perkutut
2. Tim terapis :
a. Leader : Elsi Darwanti
Tugas :
1) Menjelaskan tujuan pelaksanaan TAK

3
2) Memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggotanya untuk saling
mengenal
3) Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai
4) Menjelaskan permainan
5) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
6) Mampu memimpin TAK dengan baik
b. CO Leader : Nanang Kurniawan
Tugas :
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke pemimpin tentang aktivitas
klien.
2) Mengambil alih posisi leader jika kegiatan menyimpang.
3) Mengingatkan leader tentang waktu.
4) Bersama leader menjadi contoh bentuk kerjasama yang baik
5) Membantu leader mengorganisir klien
6) Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)
c. Fasilitator : Yani Suryani, Isnaeni Uji Rahayu, Hana Alexandra,
Nur fitriani
Tugas :
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2) Berperan sebagai rolemodel bagi klien selama kegiatan berlangsung
3) Memperhatikan kehadiran
4) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi anggota.
5) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari dalam
kelompok maupun dari luar kelompok.
6) Memfasilitasi kegiatan TAK
d. Observer : Siska Ria Hartini
1) Mengobservasi jalannya atau proses kegiatan
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung
(a) Mencatat dan mengamati
(1) Jumlah anggota yang hadir
(2) Daftar hadir
(3) Anggota yang hadir
(4) Topik diskusi

4
(5) Anggota yang terlambat hadir
(6) Anggota yang aktif
(7) Anggota yang memberi pendapat/ide
(b) Mengidentifikasi hal kecil dalam proses.
(c) Mencatat, memotivasi strategi untuk kelompok yang akan datang.
(d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya
3. Metode :
a. Diskusi
b. Simulasi
4. Media : papan nama
5. Setting tempat

L CL

K K

F F

K
K

K
K

F K K F

Keterangan :
L : Leader
CL : Co Leader
K : Klien
O : Observer

5
F. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam trapeutik
1) Salam dari terapis kepada kien
Assalamualaikum bapak-bapak, masih ingat dengan saya?
2) Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : Isi, waktu,
frekuensi, situasi, dan perasaan.
Bagaimana perasaan bapak-bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan
suara-suaranya Bagus!.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik halusinasi.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapis/leader
b) Lama kegiatan 40 menit
 Orientasi : 10 menit
 Kerja : 20 menit
 Terminasi : 10 menit
c) Semua klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

Topik : Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakapa-cakap dengan orang lain.

Waktu : kita akan latihan selama 30 menit.

6
Tempat: Diruang makan

d. Tujuan
Untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi.
Supaya bapak dapat mengendalikan suara-suara yang bapak dengar.
2. Fase Kerja

a. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah jarum jam


menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apakah itu
bias mengatasi halusinasinya. Setiap selesai klien menceritakan
pengalamannya, terapis memberikan pujian dan mengajak peserta lain
memberikan tepuk tangan.

b. Terapi menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi


saat halusinasi muncul.

c. Terapi memperagakan cara menghardik halusinasi

d. Terapi meminta masing-masing klien memperagakan menghardik halusinasi


dimulai dari peserta disebelah kiri terapi berurutan searah jarum jam sampai
semua peserta mendapat giliran.

e. Terapi memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
setiap klien bertepuk tangan saat setiap klien selesai memperagakan
menghardik halusinasi.

Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusiansi yang lain adalah dengan


bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk duiajak ngobrol. Minta teman untuk
mengobrol dengan bapak. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar
suara-suara. Ayo ngobrol! dengann saya! atau ajak teman satu kamarnya bapak
katakan ; ayo ngobrol dengan saya. saya sedang mendengar suara-suara. Begitu
bapak. Coba sekarang bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya pak! Bagaimana kalau kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. mau jam berapa latihan
bercakap-cakap?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon subyektif klien

7
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis menanyakan TAK menghardik halusinasi.
3) Terapis memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan kelompok.
Subyektif : Bagaimana perasaan bapak-bapak setelah latihan ini?

b. Evaluasi respon objektif klien


Terapis mengobservasi perilaku klien selama kegiatan dikaitkan dengan
tujuan.
Obyektif : Jadi sudah ada berapa cara bapak-bapak pelajari untuk
mecegah suara-suara itu? Bagus.
c. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol
halusinasi, yaitu dengan cara yang sudah dipelajari yaitu menghardik jika
halusinasi muncul
2) Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
Cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Nah nanti
lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu sura itu muncul. Selanjutnya akan
dilakukan sesi ketiga yaitu mengendalikan suara-suara dengan melakukan
kegiatan.
d. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya,
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
Topik : Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang ketidak?
Waktu : Jam berapa bapak? Bagaiaman kalau hari ini jam 16.30 WIB selama
35 menit?.
Tempat : Dimana tempatnya? Bagaimana jika di ruang makan saja.
Baiklah, lanjut ke sesi ketiga. Assalamualaikum.

G. EVALUASI DAN DOKUMENTASI


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK

8
stimulasi persepsi halusinasi sesi II kemampuan yang diharapkan adalah cara
menghardik halusinasi.

Format evaluasi

No Aspek yang Nama


dinilai Tn S Tn Tn Tn H Tn N Tn M Tn U Tn R
D A
1 Menyebutkan 1 1 1 1 1 1 1 1
cara yang
selama ini
digunakan
mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan 1 0 1 1 1 1 0 1
efektifitas cara
mengatasi
halusinasi
3 Menyebutkan 1 1 1 1 1 1 1 1
cara mengatasi
halusinasi
dengan
menghardik
4 Memperagakan 1 1 1 1 1 1 1 1
menghardik
halusinasi

Keterangan :

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom klien dengan inisial

9
b. Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan harian
yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun jadwal
kegiatan harian. Menyebutkan dua cara mencegah halusinasi. Beri tanda (√) jika
mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.

10

Anda mungkin juga menyukai