Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

VARICELLA

Disusun oleh:
Dika Wahyu Niasri
120147

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG

2023

1
1. Konsep Dasar Penyakit

2. Pengertian

Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah
infeksi primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya menyerang anak
dan merupakan penyakit sangat menular. Meskipun gejala klinis varicella
tidak berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status
imunitas menurun dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. (Sari
Pediatri 2010;11 (6):440-47)

Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang
disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh
vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella.
Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi
di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta,
2000).

3. Etiologi

Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E,


varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus
varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes
zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.

Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi
varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus
itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian
virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster.

Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah

2
penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi
dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

4. Klasifikasi Varicella

Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :

5. Varisela congenital

Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut


sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf
pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan
neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%),
walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela.
Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan
kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela
intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada
ibu dapat mencegah kelainan fetus.

6. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari
sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang
terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan
varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal
sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5
hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena
mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari
anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam
masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau
saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir.
Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah
diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia,
varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir
intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan

3
sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan
antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan
varisela maternal.

7. Manifestasi Klinik
8. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
9. Didahului stadium prodromal yang ditandai :
10. Demam
11. Malaise
12. Sakit kepala
13. Anoreksia
14. Sakit punggung
15. Batuk kering
16. Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
17. Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang
khas,
seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule,
kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul
lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
18. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar
secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap,
2000 : 94 – 95 )

4
PATHWAY VARICELLA

Imunitas tubuh Riwayat kontak dengan


pasien varicella

Virus
varicella

Invasi virus melalui saluran


pernafasan/kontak langsung

Virus bereplikasi di kelenjar getah


bening (2-4 hari)

Penyebaran virus melalui darah (4-6)

Virus bereplikasi ke organ-organ

Virus mencapai kulit

VARICELL
A
Reaksi Inflamasi

Terdapat ulkus pada Replikasi di sel epidermal


mukosa
Vakuolisasi sel dan lisis
Nyeri telan

Terjadi macula(lesi kulit 14 hari)


Anoreksia

Terinfeksi
MK : DEFISIT Timbul papula
NUTRISI
Vesikula Mengenai saraf nyeri pada
kulit (free nerve ending)

MK : KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT MK : NYERI
5
19. Diagnosis

Diagnosa varicella ditegakkan berdasarkan temuan klinis yaitu adanya


ruam kulit yang khas (makula, papula, vesikel dan keropeng). Pertama,
timbul banyak bercak berukuran kecil, merah dan gatal. Kemudian, bercak-
bercak ini berubah menjadi bintul (papila) atau lepuhan (vesikula) yang kecil,
pecah dan akhirnya membentuk keropeng (krusta). Biasanya bercak-bercak
ini mulai timbul pada badan, kemudian menyebar pada wajah, lengan, serta
kaki. Munhgkin terdapat bercak, lepuhan dan keropeng sekaligus pada saat
yang bersamaan.

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk mendiagnosis pasien


yang dicurigai menderita varicella atau herpes zoster serta untuk menentukan
terapi antivirus yang sesuai. Pada tingkat yang lebih tinggi, dapat dilakukan
isolasi virus dari cairan vesikel selanjutnya diuji PCR (polimerase chain
reaction) atau DFA ( direct fluorescent antibody) untuk mengidentifikasi jenis
virus. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan enzim immunoassay yang
digunakan untuk mendeteksi kenaikan titer imunoglobulin G.

Leukopenia terjadi pada 72 jam pertama, diikuti oleh limfositosis.


Pemeriksaan fungsi hati (75%) juga mengalami kenaikan. Pasien dengan
gangguan neurologi akibat varicella biasanya mengalami limfositik
pleositosis dan peningkatan protein pada cairan serebrospinal serta glukosa
yang umumnya dalam batas normal.

20. Penatalaksanaan

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak


memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang
cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai
erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya.
Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada
bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.

6
a. Umum :
1. Isolasi untuk mencegah penularan.
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian
antiseptik pada air mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
a) Jangan menggaruk vesikel.
b) Kuku jangan dibiarkan panjang.
c) Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda
kulit, jangan digosok.
b. Farmakoterapi
1. Asiklovir oral
Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang melemah
kan daya tahan tubuh.
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
a. Parasetamol atau ib uprofen.
b. Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada
infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan
dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
3. Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
4. Antibiotika : bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri
pada kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio
kalamin).

7
21. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Varicella

22. Pengkajian

Pengkajian adalah data yang dikumpulkan secara sistematis untuk


menentukan status kesehatan, fungsional serta pola respon klien pasa
saat ini dan sebelumnya.Pengkajian terdapat dua tahap yaitu
mengumpulkan data dan analisis data. Pengumpulan data didapatkan
dari sumber primer (klien) maupun sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan, rekam medis).Selanjutnya, analisis data sebagai dasar
menegakkan diagnosis keperawatan yang berisi indentifikasi dari
berbagai masalah (Potter & Perry, 2009).

a. Data subjektif

Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat


terhadap sesuatu situasi dan kejadian.Informasi tersebut tidak bisa
ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien
tentang status kesehatanya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,
Kekutan, kecemasan, frustasi, mual dan perasaan malu

b. Data Objektf

Adalah data yang diobservasi dan diukur, dapat diperoleh dengan


panca indera (lihat, cium, raba) selama pemeriksaan fisik misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran. Pengkajian data objektif pada gangguan integritas kulit
dapat di fokuskan pada adanya gangguan pada bagian tubuh,
kerusakan lapisan kulit (dermis), gangguan permukaan kulit
(epidermis). Tahap – tahap dalam proses keperawatan saling
bergantungan satu sama lainnya. Proses keperawatan terdiri dari 6
tahap, yaitu : Pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang dilaksanakan secara berurutan dan
berkaitan secara dinamis.

8
23. Identitas meliputi biodata klien yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, suku/bangsa, alamat
24. Keluhan utama
25. Riwayat penyakit sekarang
26. Riwayat kesehatan keluarga
27. Riwayat penyakit terdahulu
28. Pemeriksaan fisik
29. Keadaan umum

Pola aktivitas sehari – hari menurut Gordon:

a. Pola persepsi – managemen kesehatan

b. Pola nutrisi – metabolik

c. Pola eliminasi

d. Pola latihan aktivitas

e. Pola kognitif perseptual

f. Pola istirahat – tidur

g. Pola konsep diri – persepsi diri

h. Pola peran dan hubungan

i. Pola reproduksi – seksual

j. Pola pertahanan diri (coping – toleransi stress)

k. Pola keyakinan dan nilai

9
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons aktual


atau potensial terhadap masalah kesehatan pada individu, keluarga atau
komunitas. Tahap kedua dalam proses keperawatan ini berfokus pada
masalah kesehatan yang aktual atau potensial dibandingkan keadaan
fisiologis, komplikasi, atau penyakit (Potter & Perry, 2009).

a. Nyeri berhubungan dengan Agen pencedera Fisik ( D.0077)

b. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Kurang terpapar


informasi tentang upaya mempertahankan integritas jaringan

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan


makanan (D.0019)

3.Intervensi

Diagnosa
Keperawatan
Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)

Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri


dengan Agen intervensi 3x24 jam
Observasi
pasien diharapkan
pencedera Fisik
kriteria Tingkat  Lokasi, karakteristik,
( D.0077) Nyeri Menurun durasi, frekuensi,
dengan kriteria. kualitas, intensitas
nyeri
Kriteria hasil :
 Identifikasi skala
1. Nyeri menurun nyeri
 Identifikasi respon
2. Meringis
nyeri non verbal
menurun
 Identifikasi faktor
3. Gelisah menurun yang memperberat
dan memperingan
nyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan

10
keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

11
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas


tindakan Kulit :
Kulit berhubungan
keperawatan 3x24 Observasi
dengan Kurang
termogulasi :
terpapar informasi  Identifikasi penyebab
Kriteria Hasil : gangguan integritas
tentang upaya
kulit ( mis.
mempertahankan 1. Kerusakan Perubahan sirkulasi,
lapisan kulit perubahan nutrisi,
integritas jaringan
menurun penurunan mobilitas)

2. Kemerahan Terapiutik
menurun Gelisah  Ubah posisi setiap 2
menurun jam tirah baring
3. Suhu kulit  Gunakan produk
membaik berbahan patrolium
atau minyak pada
kulit
 Gunakan produk
berbahan ringan atau
alami dan hipoalergi

12
pada kulit sensitive
Edukasi
 Anjurkan minum
air yang cukuo
 Anjurkan
meningkan nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
 Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
Perawatan Luka :
 Monitor
karakteristik luka
(mis.drainase, warna
ukuran)
 Monitor tanda-
tanda infeksi
 Bersihkan dengan
NaCl atau
pembersih
nontoksik
 Berikan salep yang
sesuai ke kulit/salep
 Pertahankan tenik
steril saat
melakukan rawat
luka
 Kolaborasi
prosedur
debridement
 Kolaborasi
pemberian
antibiotic

Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


tindakan

13
berhubungan keperawatan 1x24, Observasi
dengan status nutrisi
 Identifikasi status
pasien membaik : nutrisi
Ketidakmampuan
menelan makanan Kriteria hasil :  Identifikasi alergi
dan intoleransi
(D.0019)  Porsi makan
makanan
yang
dihabiskan  Identifikasi makanan
yang disukai
 Sariawan
menurun  Identifikasi
kebutuhan kalori dan
 Berat badan
jenis nutrient
membaik
 Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
 Monitorasupan
makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapiutik
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
kontipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen

14
maknan, jika perlu
 Hentikan pemberian
makan melaluiselang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan , jika
perlu

15
DAFTAR PUSTAKA

Kusyati, E. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium. Jakarta: EGC.

Magee, D.J. 2013. Orthopedic Physical Assement. Sixth Edition, W.B. Saunders
Publication Ltd.

Metules, T.J. 2007. Hands – on help practical tips for the bedside : Hot and cold
packs. Health Care Traveler, 14 (9), 36-40.

New York Chiropractice College. 2003. Cryotherapy. Physiological therapeutic.


Educational and Patient Care Protocols, 1-5.

Potter, P.A. & Perry, A.G. 2009. Fundamentals of nursing, fundamental


keperawatan. Edisi 7, Buku 1 dan 2. Jakarta: EGC.

Price, A.S. & Wilson ML, 2005, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit (Pathophysiology: clinical consept of disease processes), eds. Hartanto,
H, dkk, EGC, Jakarta.

16
17
BAB IV

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Varicella merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus varicella zooster yang hingga kini masih tetap menjadi
epidemi di dunia dan di indonesia. Walaupun infeksi varicella
zooster tergolong ke dalam infeksi ringan, namun dalam kondisi
defisiensi imun penyakit ini dapat menjadi berat dan tidak menutup
kemungkinan berujung pada kematian. Pemberian vaksinasi dan
imunoglobulin telah terbukti efektif memberikan perlindungan dari
infeksi virus ini. Hingga saat ini, asiklovir oral tetap menjadi obat
utama untuk pengobatan varicella.

1.2 SARAN
Pembuatan makalah ini, kami sadari masih memiliki anyak
kekurangan , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pembimbing dan teman-teman.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Dkk. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta
Harahap, Marwati. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta
Wong. DonnaL. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
Nanda(2014).Diagnosa Keperawatan NANDA International 2014-2016.Jakarta :
penerbit ECG
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.

19

Anda mungkin juga menyukai