Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum wr wb

Bismillahirohmanirrohiim
Robbisyrohlisodri wayassirlii amri wahlul uqdatammilisaanii yafqohuuqouli
Sebelumnya Bapak-Bapak dan ibu-ibu mungkin ada yang belum kenal dengan saya ataupun lupa nama
saya, perkenankanlah saya untuk memperkenalkan diri,
Nama saya Wuni Setiyana, ustadzah kelas kecil, kelas Al-Lathif
Bapak-bapak dan ibu-ibu saya duduk di depan sini bukan bermaksud untuk menggurui atau merasa
paling tahu,
Namun saya disini sekedar berbagi atau sharing ilmu tentang materi parenting
Karena saya sendiri masih berikhtiar untuk mendapatkan kepercayaan dari Allah agar diberikan buah
hati,
Saya minta doanya dari bapak-bapak dan ibu-ibu agar saya dan suami segera diberi buah hati oleh
Allah.. aamiin…
Mohon maaf ya bapak-ibu, jadi curhat sedikit… he

Untuk membarokahkan waktunya, mari kita langsung masuk ke materi


Materi parenting kali ini berjudul “Tips mendidik anak di era milenial”

Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah dan titipan dari Allah swt yang diberikan kepada orang
tua.
Orang tua bisa hadir dalam kehidupan anak, dekat bersama anak, mengeksplorasi kemampuan anak,
kemudian memberikan contoh karakter positif bagi anak-anak menjadi penting.

Berikut ini beberapa tips untuk mendidik anak:


1.Teriak
Pada umumnya atau biasanya orang tua memberikan peringatan kepada anaknya terkadang dengan
suara yang keras atau berteriak, terlebih ketika orang tua sedang melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Contohnya: ketika ibu sedang mencuci piring tiba-tiba anaknya berteriak atau berantem dengan
saudaranya, maka biasanya sang ibu memberikan peringatan dengan nada yang tinggi, sambil tetap
mencuci piring. “ Jangan berantem!”

Maka biasanya anak tidak berhenti berteriak atau berantem.


Jadi apa yang seharusnya orang tua lakukan?

Kata kuncinya adalah “MENDEKAT”


Ketika pola perhatian yang orang tua berikan dengan cara berteriak saat memberi peringatan diganti
dengan cara MENDEKAT saat memberi peringatan atau perhatian kepada anaknya, akan membuat
anak lebih merasa diperhatikan tanpa adanya tekanan sehingga membuat anak lebih mudah
menerima masukan atau nasihat dari orang tua.

Contohnya
Ketika anak berteriak, cobalah berhenti melakukan pekerjaan dan mendekat. Bicara dengan bahasa
yang pelan, dan dengarkan. Lalu dengan kalimat Tanya, tanyakan apa yang bisa dilakukan agar
permasalahan ini selesai. Berikan teguran, masukan, atau nasihat, kepada anak dengan bahasa yang
baik, lakukan hal tersebut secara berulang-ulang sehingga anak terbiasa dengan cara tersebut.

Karena memang kita ibu-ibu sibuk, rasanya 24 jam tidak cukup.


Di samba saja tidak selesai, bagaimana kalau tidak di sambi?
Tapi ternyata, “penyambian” tidak juga mempercepat segalanya, yang ada hanya menambah stress.
Kita sebagai orang tua, mulai saat ini mari mendekat kepada anak jika menemukan anak sedang dalam
situasi yang kurang kondusif.

Insya Allah semua akan lebih tenang dan rumah pun akan lebih nyaman. Bagi yang sudah berhasil
dengan cara ini, bukankan di surga nanti tidak ada orang yang berteriak?

2.Peluk
Keharmonisan rumah tangga tidaklah lengkap bila antara orang tua dan anak tidak mendapatkan rasa
cinta dan kasih sayang. Banyak hal yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah
karena tuntutan ekonomi dan pekerjaan yang membuat orang tua kehilangan waktu untuk dapat
bersama dengan anak.

Jika kondisi memang demikian, salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendekatkan
hubungan dengan anak meski memiliki waktu sedikit adalah dengan cara memeluk anak.

Sekarang ini, karena hidup sangat tergesa-gesa, orang tua bicara dengan anak-anaknya sama tergesa-
gesanya.
Jarak terentang sehasta, sedepa atau mungkin tidak bisa di ukur dengan kilometer. Kata-kata yang
kadang keras dengan intonasi yang tinggi tak sadar menekan jiwa.
Kalau anak berangkat sekolah, rambut di sisir, baju dibenarkan letaknya, dasi dipasang tapi… pelukan
terlupakan. Merasa cukup dengan cium tangan dan lambaian serta kata-kata nasihat rutin setiap pagi.

Menurut ibu Elly Risman, seorang pakar Psikologi


Pelukan itu menghangatkan dan mendamaikan jiwa, membangun perasaan positif, melengketkan
hubungan orangtua-anak yang tak bisa diungkapkan denngan kata-kata..

Mari kita memeluk anak kita dengan cinta dan kasih sayang yang tulus.
Jangan sampai dikemudian hari, mereka bukan saja tidak mampu memeluk anaknya sendiri, tapi
mereka juga jadi “lapar pelukan”, dengan memelas mengharapkan di peluk ibu lain.

Bayangkan kalau anak yang kurang pelukan itu kini menjadi remaja, dalam zaman seperti sekarang ini,
pelukan siapakah gerangan yang menentramkan jiwanya?
3.Ibu dan Ayah

Anda mungkin juga menyukai