Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BY. NY “Z” NCB SMK 1 MENIT DENGANASFIKSIA RINGAN


DI PMB Bd. Sri Murtini SST
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

Tri Oktavita Sari


NIM : 202206091237

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY. NY “Z” NCB SMK 1 MENIT DENGANASFIKSIA RINGAN

DI PMB Bd. Sri Murtini SST


TAHUN 2022

Atas nama mahasiswa :

NAMA : Tri Oktavita Sari

NIM : 202206091237

Telah disahkan pada tanggal : - - 2023

Pembimbing Institusi

SITI AMINAH SST. Bd. M. Kes


TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Pengertian BBL

BBL disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh

dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2017)

Menurut Depkes RI, 2015 Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai

4.0 gram (Saputra, 2014).

Menurut Saputra (2014) bayi baru lahir dikatakan normal jika :

a) Berat badan antara 2500-4000 gram.

b) Panjang badan bayi 48-52cm.

c) Lingkar dada bayi 30-38cm.

d) Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

e) Masa kehamilan 37-42 minggu

f) Denyut jantung padamenit-menit pertama180 kali/menit, kemudian turun

menjadi 120 kali/menit.

g) Respirasi: pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 kali/menit,

kemudian turun menjadi 40 kali/menit.

h) Kulit berwarna kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

terbentuk dan diliputiverniks kaseosa.i)Kuku telah agak panjang dan

lemas.

j) Genetalia: Testis sudah turun (pada anak laki-laki) dan labia mayora

sudah menutupi labia minora (pada perempuan).


k) Refleks: Refleks mengisap dan menelan, reflex moro, reflex

menggenggam sudah baik jika dikagetkan, bayi akan memperlihatkan

gerakan seperti memeluk (refleks moro), jika diletakkan suatu benda

di telapak tangan bayi, bayi akan menggenggam (reflek

menggenggam)

l) Eliminasi, baik urin dan mekoniumkeluar dalam24 jam pertama.

m) Suhu 36,5-370C

2. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

Perubahan-perubahan fisiologis yang dialami oleh bayi baru lahir adalah

(Sondakh, 2013) :

a) Sistem respirasi

Terjadinya pernapasan pertama pada bayi baru lahir disebabkan oleh dua

faktor, yaitu terjadinya hipoksiapada akhir persalinan sehingga rangsangan fisik

lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan aktif, tekanan terhadap

rongga dada yang terjadikarena kompresi paru-paru selama persalinan,

merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis. Upaya

pernapasan pertama ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan pada paru-paru dan

mengembangkan alveoulusparu-paru. Pada periode pertama reaktivitas akan

terjadi pernapasan cepat (mencapai 40-60 kali/menit).

b) Kardiovasular

Setelah lahir, bayi akan menggunakan paru untuk mengambil oksigen. Untuk

membuat sirkulasi yang baik terdapat dua perubahan adalah sebagai berikut:

(Rohani, 2014).

1. Penutupan foramen ovalepada atrium jantung

2. Penutupan duktus arteriosusantara arteri paru-paru dan aorta.

3. Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat tidur.

c) Termoregulasi dan Metabolik


Timbunan lemak pada tubuh bayi mampu meningkatkan panas sampai 100%.

Dengan penjepitan tali pusat saat lahir, bayi harus mulai mampu mempertahankan

kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir, glukosa akan turun dalam waktu

cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan kadar gula darah dalam tubuh dapat dilakukan

dengan 3 cara, yaitu penggunaan ASI, melalui cadangan glikogen dan melalui

pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (Sondakh, 2013).

d) Sistem Gastrointestinal

Perkembangan otot dan refleks dalam menghantarkan makanan telah aktif saat

bayi lahir. Pengeluaran mekonium disekresikan dalam 24 jam pada 90% bayi baru

lahir normal. Beberapa bayi baru lahir dapat menyusu segera bila diletakkan pada

payudara dan sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara efektif

(Sondakh, 2013). Kemampuan BBL cukup bulan untuk menelan dan mencerna

makanan masih terbatas. Kapasitas lambung juga masih terbatas, kurang dari 30 cc

(Rohani, 2014).

e) Sistem Ginjal

Sebagian besar BBL berkemih setelah 24 jam pertama dan 2-6 kali sehari pada1-

2 hari pertama, setelah itu bayi berkemih 5-20 kali dalam 24 jam (Sondakh, 2013).

Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan meningkat, mungkin

urine akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh

kadar ureum yang tidak banyak berarti. Intakecairan sangat mempengaruhi adaptasi

pada sistem ginjal. Oleh karena itu, pemberian ASI sesering mungkin dapat

membantu proses tersebut. (Rohani, 2014).

f) Hati

Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan

darah. Hati juga mengontrol kadar bilirubin tak terkonjugasi, pigemen berasal dari Hb

dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah. Saat bayi lahir
enzim hati belum aktif total sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus

fisiologis. Bilirubin tak terkonjugasi dapat mengakibatkan warna kuning yang disebut

jaundice atau ikterus. Asam lemak berlebihan dapat menggeser bilirubin dari tempat

pengikatan albumin.Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan mengakibatkan

peningkatan resiko kern-ikterus bahkan kadar billirubin serum 10 mg/dL

(Sondakh, 2013).

g) Sistem Muskuloskletal

Otot-otot sudah dalam keadaan lengkap saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses

hipertropi. Tumpang tindih (moulage) dapat terjadi pada waktu lahir karena

pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami asifikasi. Kepala bayi cukup

bulan berukuran ¼ panjang tubuhnya. Lengan lebih sedikit panjang dari tungkai

(Sondakh, 2013).

h) Sistem Saraf

Ada beberapa refleks yang terdapat pada BBL menandakan adanya kerjasama

antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal. Beberapa refleks tersebut adalah:

(Sondakh, 2013).

1) Refleks moro Pada refleks ini dimana bayi mengembangkan tangannya lebar-

lebar dan melebarkan jari-jarinya, lalu membalikkan tangannnya cepat seakan-akan

memeluk seseorang. Kaki juga mengikuti gerakan serupa. Refleks ini biasanya akan

hilang 3-4 bulan.

2) Refleks rootingRefleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut.

Refleks rooting akan berkaitan dengan refleks menghisap. Refleks ini dapat dilihat

pada pipi atau sudut mulut bila disentuh dengan pelan, maka bayi akan spontan

melihat kearah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap. Refleks ini

biasanya akan menghilang saat berusia 7 bulan.

3) Refleks suckingRefleks ini berkaitan dengan refleks rootinguntuk menghisap


dan menelan ASI.

4) Refleksbatuk dan bersinRefleks ini timbul untuk melindungi bayi dan

obstruksi pernapasan.

5) Refleks grapsReflek ini timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi

maka bayi akan menutup tangannya. Pada refleks ini bayi akan menggenggam jari

dan biasanya akan hilang pada 3-4 bulan.

6) Refleks babinsky

Refleks ini muncul jika ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan bergerak
keatas dan jari-jari membuka dan biasanya menghilang setelah 1 tahun.

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan kepada bayi

yang tidak memiliki indikasi medis untuk dirawat di rumah sakit, tetapi tetap berada

di rumah sakit karena ibu mereka membutuhkan dukungan. Asuhan normal diberikan

pada bayi yang memiliki masalah minor atau masalah medis yang umum (Williamson,

2014).

Pelayanan kesehatan bayi baru lahir di laksanakan minimal 3 kali dan sesuai

dengan standar (menggunakan form tatalaksana bayi muda), yakni :

1. Saat bayi berusia 6 jam-48

jam 2.Saat bayi usia 3-7 hari

3.Saat bayi 8-28 hari.

MenurutKemenkes (2015), asuhan yang diberikanpada BBL yaitu :

1. Pencegahan Infeksi Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang

disebabkan mikroorganisme yang terpapar selama proses persalinan berlangsung

ataupunbeberapa saat setelah lahir. Pastikan penolong persalinan melakukan

pencegahan infeksi sesuai pedoman.

2. Menilai Bayi Baru Lahir Penilaian Bayi baru lahir dilakukan dalam waktu 30
detik pertama. Keadaan yang harus dinilai pada saat bayi baru lahir sebagai berikut.

1. Apakah bayi cukup bulan?

2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

3.Apakah bayi menangis atau bernapas?

4.Apakah tonus otot baik?

Penilaian bayi baru lahir juga dapat dilakukan dengan Apgar Score.

Berikut table penilaian apgar score.

Sumber : Arfiana, dkk, 2016

Setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10. Nilai 7-

10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi sedang berada dalam kondisi baik.

Nilai 4–6 menunjukkan adanya depresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis

tindakan resusitasi. Nilai 0–3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan

resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi (Sondakh, 2014)

3. Menjaga Bayi Tetap Hangat

Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir

1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas

dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh

oleh panas tubuh bayi sendiri karena

a) setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan,


b) bayi yang terlalu cepat dimandikan, dan

c) tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpaparudara sekitar yang lebih dingin.

4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan

dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh

bayi.

4. Perawatan Tali Pusat

Lakukan perawatan tali pusat dengan cara mengklem dan memotong tali

pusat setelah bayi lahir, kemudian mengikat tali pusat tanpa membubuhkan

apapun.

5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

MenurutKemenkes(2015), Segara setelah bayi lahir dan tali pusat di ikat,

gunakan topi pada bayi di letakkan secara tengkurap di dada ibu kontak langsung

antara dada bayi dan kulit dada ibu. Bayi akan merangkak mencari puting susu

dan menyusu. Suhu ruangan tidak boleh kurang dari 26 0C. Keluarga memberi

dukungan dan membantu ibu selama proses IMD.

6. Pencegahan Infeksi Mata Dengan memeberikan salep mata antibiotika

tetrasiklim 1% pada ke dua mata setelah satu jam kelahiran bayi.

7. Pemberian ImunisasiPemberian Vitamin K pada BBL untuk mencegah

terjadinya perdarahan karena defesiensi. BBL yang lahir normal dan cukup bulan

berikan Vit.K1 mg secara IM di paha kanan lateral. Imunisasi HB0 untuk


pencegahan infeksi hepatitis B terhadap bayi. Pemberian imunisasi pada bayi

baru lahir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Pemberian Imunisasi pada Bayi Baru Lahir

B. Asfiksia Neonatorium

1. Pengertian Asfiksia

Asifiksia Neonatorium adalah keadaan dimana bayi tidak dapatsegera bernafas

secara spontan dan teratur setelah lahir (Ai yeyeh &Lia, 2013). Asfiksia neonatorum

adalah kegagalan nafas secara spontandan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

setelah saat lahir yangditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Anik &

Eka,2013:296).

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara

spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi

mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau mungkin dapat bernafas

tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder)

( Icesmi & Sudarti, 2014:158).

2. Klasifikasi Asfiksia

Menurut Anik dan Eka (2013:296) klasifikasi asfiksia

berdasarkan nilai APGAR :

1) Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.


2) 2) Asfiksia ringan sedang dengan nilai 4-6.

3) Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.

4) Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

Menurut Icesmi dan Sudarti (2014:159) klasifikasi asfiksia dibagi menjadi:

1) Vigorous baby Skor APGAR 7-10, bayi sehat kadang tidak memerlukan tindakan

istimewa

2) Moderate asphyksia Skor APGAR 4-6

3) Severe asphyksia Skor APGAR 0-3

Menurut Vidia dan Pongki (2016:364) klasifikasi asfiksia terdiri dari :

1) Bayi normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak

memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.

2) Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak

memerlukan tindakan istimewa, tidak memerlukan pemberian oksigen dan

tindakan resusitasi.

3) Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada Pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi

jantung lebih dari 100 kali/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks

iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen

sampai bayi dapat bernafas normal.

4) Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan

pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan

natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan, dan cairan glukosa

40% 1- 2 ml/kg berat badan, diberikan lewat vena umbilikus. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

3. Etiologi dan faktor Resiko


Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan

melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran

plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga

gangguan pada aliran darah umbilical maupun plasental hampir selalu akan

menyebabkan asfiksia (Anik & Eka, 2013:297).

Penyebab asfiksia menurut Anik & eka (2013:297) adalah :

1) Asfiksia dalam kehamilan :

a) Penyakit infeksi akut

b) Penyakit infeksi kronik

c) Keracunan oleh obat-obat bius

Menurut ai yeyeh & Lia (2013:250). Beberapa faktor yang dapat menimbulkan

gawat janin (Asfiksia) :

1) Gangguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya gangguan aliran pada tali

pusat seperti : lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban

telah pecah, kehamilan lewat waktu, pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan.

2) aktor ibu misalnya, gangguan his: tetania uterihipertoni, turunnya tekanan darah

dapat mendadak, perdarahan pada plasenta previa, solusio plasenta, vaso kontriksi

arterial, hipertensi pada kehamilan dan gestosis preeklamsia-eklamsia, gangguan

pertukaran nutrisi/O2, solusio plasenta.

Menurut Vidia & Pongki (2016:362), beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil

dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan

oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan


dengan
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir, Beberapa faktor

tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,

diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini :

1) Faktor Ibu

a) Pre Eklamsi dan Eklamsi


b) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c) Partus lama atau partus macet

d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,TBC, HIV)

e) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2) Faktor Tali Pusat

a) Lilitan Tali Pusat

b) Tali Pusat Pendek

c) Simpul Tali Pusat

d) Prolapsus Tali Pusat

3) Faktor Bayi

a) Bayi Prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

c) Kelainan bawaan (kongenital)

d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

d. Patofisiologi

Menurut Anik & Eka (2013:298), patofisiologi asfiksianeonatorum, dapat

dijelaskan dalam dua tahap yaitu dengan mengetahui cara bayi memperoleh oksigen

sebelum dan setelah lahir, dan dengan mengetahui reaksi bayi terhadap kesulitan

selama masa transisi normal, yang dijelaskan sebagai berikut :


1) Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir :

a) Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk

mengeluarkan karbondioksida.

(1) Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi

sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah.

(2) Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena

konstriksi pembuluh darah janin,sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang

bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.

b) Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber

utama oksigen.

(1) Cairan yang mengisi alveoli akan diserap kedalam jaringan paru, dan alveoli akan

berisi udara.

(2) Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir kedalam

pembuluh darah disekitar alveoli.

c) Arteri dan vena umbikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada

sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan

udara

dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami

relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah berkurang.

d) Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan

tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga

aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun.

(1) Oksigen yang diabsorbsi dialveoli oleh pembuluh darah divena pulmonalis dan

darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian
dipompakan keseluruh tubuh bayi baru lahir.

(2) Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk menginisiasi

relaksasi pembuluh darah paru.

(3) Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh parumengalami relaksasi, duktus

arteriosus mulai menyempit.

(4) Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru,

akan mengambil banyak oksigen untuk dialirkan keseluruh jaringan tubuh.

e) Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakanparu-

parunya untuk mendapatkan oksigen.

(1) Tangisan pertama dan tarikan nafas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan

nafasnya.

(2) Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh

darah paru.

(3) Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan

berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.

2) Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal :

a) Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara

kedalamparu- parunya.

(1) Hal ini mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di

paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan

arteriol berelaksasi.

(2) Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli

tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen.
b) Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada organ

seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak

tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.

(1) Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-

organ vital.

(2) Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi

kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengakibatkan

aliran darah ke seluruh organ berkurang.

c) Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan

menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain,

atau kematian.

(1) Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-

tanda klinis :

(2) Tanda-tanda tonus otot tersebut seperti :

(a) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain:

depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.

(b) Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot

jantung atau sel otak.

(c) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan

darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama

proses persalinan.

(d) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan

sianosis karena kekurangan oksigen didalam darah.

Menurut Vidia dan Pongki (2016:362), penafasan spontan BBL tergantung pada
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran

gas atau pengangkutan o2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang

berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan

menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai

dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak

tampak dan bayi selanjutnya berada pada periode apnu kedua. Pada tingkat ini terjadi

brakikardi dan penurunan tekanan darah. Pada asfiksia terjadi pula gangguan

metabolisme dan penurunan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat

pertama hanya terjadi asidosis respiratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan

terjadi proses metabolisme anaerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga

glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat

selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa

keadaan diantaranya

1) Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

2) Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.

3) Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya

resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem

sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.

4) Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia :

a) Tidak bernafas atau nafas mega-megap

b) Warna kulit kebiruan

c) Kejang

d) Penurunan kesadaran

e) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
f) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

4. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari

anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam

persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu

mendapat perhatian yaitu:

1) Denyut jantung janin : frekuensi normal ialah antara 120 dan 160

denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai dibawah 100 permenit

diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

2) Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada presentasi kepala mungkin

menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus

X, sehingga pristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya mekonium

dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri

persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3) Pemeriksaan Ph darah janin : adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila

PH itu turun sampai bawah 7,2 hal inidianggap sebagai tanda bahaya.

Menurut Anik dan Eka (2013:302), untuk menegakkan diagnosis, dapat dilakukan

dengan berbagai cara dan pemeriksaan

berikut ini:

1) Anamnesis : anamnesis diarahkan untuk mencari faktor resiko terhadap terjadinya


asfiksia neonatorium.

2) Pemeriksaan fisik : memperhatikan apakah terdapat tanda-tanda

berikut atau tidak, antara lain:


a) Bayi tidak bernafas atau menangis

b) Denyut jantung kurang dari 100x/menit

c) Tonus otot menurun

d) Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur

mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi

e) BBLR

3) Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan

hasil asidosis pada darah tali pusat jika:

a) PaO2 < 50 mm H2o

b) PaCO2 > 55 mm H2

c) pH < 7,30( (Ai yeyeh dan Lia , 2013)

5. Komplikasi

Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan komplikasi pasca hipoksia, yang

dijelaskan menurut beberapa pakar antara lain berikut ini:

1) Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ

vital seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih

banyak dibandingkan organ lain. Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena

penurunan resistensi vascular pembuluh darah otak dan jantung serta meningkatnya

asistensi vascular di perifer.

2) Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vascular antara lain

timbulnya rangsangan vasodilatasi serebral akibat hipoksia yang disertai saraf

simpatis dan adanya aktivitas kemoreseptor yang diikuti pelepasan vasopressin.


3) Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk menghasilkan energy

bagi metabolisme tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis an aerobik. Produk

sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruverat) menimbulkan peningkatan

asam organik tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga terjadilah asidosis

metabolic. Perubahan sirkulasi dan metabolisme ini secara bersama-sama akan

menyebabkan kerusakan sel baik sementara ataupun menetap.( Anik dan Eka,2013)

Komplikasi meliputi berbagai organ :

1) Otak : Hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsiserebralis

2) Jantung dan Paru : Hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,

edema paru

3) Grastrointestinal : Enterokolitis nekrotikan

4) Ginjal : Tubular nekrosis akut, siadh

5) Hematologi : Dic (Vidia dan Pongki,2016)

g. Penatalaksanaan

Menurut Vidia dan Pongki (2016:365), penatalaksanaan

Asfiksia meliputi :

1) Tindakan Umum

a) Bersihkan jalan nafas : Kepala bayi diletakkan lebih rendahagar lendir mudah

mengalir, bila perlu digunakanlaringoskop untuk membantu penghisapan lendir

dari saluran nafas yang lebih dalam.

b) Rangsang refleks pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak

memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki

menekan tanda achilles.


c) Mempertahankan suhu tubuh.

2) Tindakan Khusus

a) Asfiksia Berat

Berikan o2 dengan tekanan positif dan intermenten melalui pipa endotrakeal. Dapat

dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan o2. o2 yang diberikan

tidak lebih 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan massage

jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80-100 x/menit.

b) Asfiksia Sedang/Ringan

Pasang Relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30 -60 detik. Bila

gagal lakukan pernafasan kodok (Frog Breathing) 1-2 menit yaitu kepala bayi

ekstensi

maksimal beri o2 1-21/menit melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan

hidung serta gerakkan dagu ke atas- bawah secara teratur 20 x/menit.

c) Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.

h. Cara Resusitasi

Menurut Vidia dan Pongki (366:2016) agar tindakan resusitasi dapat

dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan

adalah :

1) Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirnya bayi dengan depresi dapat

terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau

asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum

2) Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan

trampil Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :


(1) Tenaga kesehatan yang siap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
merupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.

(2) Tenaga kesehatan dikamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus

dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efisien.

(3) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai

satu tim yang terkoordinasi.

(4) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya

ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.

(5) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia dan siap

pakai.

6.Langkah-langkah resusitasi :

Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus

yang gagal bernafas secara spontan :

(1) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan

selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.

(2) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi telentang pada alas yang datar.

3) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).

(4) Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut

sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.

(5) Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan

mengusap-usap punggung bayi.

(6) Nilai pernafasan jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6

detik, hasil kalikan 10. Denyu tjantung >100x/menit, nilai warna kulit jika

merah/sianosis perifer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen.Denyut

jantung <100 x/menit, lakukanventilasi tekanan positif.


(a) Jika pernafasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.

(b) Ventilasi tekanan positif/PPV dengan memberikan o2 100% melalui ambubag atau

masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata,

jika tidak ada ambubag beri bantuandari mulut ke mulut, kecepatan PPV 40-60

x/menit.

(c) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.

(d) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada

(e) Denyut jantung 80x/menit kompresi jantungdihentikan, lakukan PPV sampai

denyut jantung >100x/menit dan bayi dapat nafas spontan.

(f) Jika denyut jantung 0 atau < 10x/menit, lakukan pemberian epinefrin 1:10.000

dosis 0,2 – 0,3 mL/kg BB secara IV.

(g) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika >100x/menit hentikan obat.

(h) Jika denyut jantung <80x/menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis

diatas tiap 3-5 menit.

(i) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap/tidak respons terhadap

di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara

IV selam 2 menit.

Menurut Icesmi dan sudarti (2014:162), diagram alur resusitasi neonatus

meliputi :
2.1 Bagan Alur Resusitasi

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Dokumentasi asuhan bayi baru lahir merupakan bentuk catatan dari asuhan

kebidanan yang dilaksanakan pada bayi baru lahir sampai 24 jam setelah kelahiran

yang meliputi pengkajian , pembuatan diagnosis, pengidentifikasian masalah terhadap

tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain , serta

penyusunan asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang

dibuat pada langkah sebelumnya.

Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan bayi baru lahir yaitu :
1. Mengumpulkan Data

Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan bayi baru lahir : Adaptasi

BBL melalui penilaian APGAR SCORE. pengkajian keadaan fisik mulai

kepala seperti ubun-ubun, sutura, moulage, caput succedanum atau cephal

haetomma, lingkar kepala, pemeriksaan telinga, tanda infeksi pada mata,

hidung dan mulut seperti pada bibir dan langitan, ada tidaknya sumbing,

refleks hisap, pembengkakan dan benjolan pada leher, bentuk dada, putting

susu, bunyi nafas dan jantung, gerakan bahu, lengan dan tangan, jumlah jari,

refleks morro bentuk menonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,

perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh pada tali pusat, adanya benjolan pada

perut, testis, penis, ujung penis, pemeriksaan kaki dan tungkai terhadap

gerakan normal, ada tidaknya spinabivida, spingterani, verniks pada kulit,

warna kulit, pembengkakan atau bercak hiotam (tanda lahir), pengkajian faktor

ginetik, riwayat ibu mulai antenatal, intranatal sampai post partum, dll .

2. Melalukan interprestasi data dasar

Interpretasi data dasasr yang akan dilakukan adalah beberapa data yang

ditemukanpada saat pengkajian BBL , seperti :

Diagnosis : Bayi kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.

Masalah : Ibu kurang informasi , ibu tidak pernah ANC

3. Melalukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya

Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan untuk

mengidentifisikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinan sehingga

akan ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial BBL serta

antisipasi terhadap masalah yang timbul.Contohnya bayi kesulitan dalam

menjangkau puting susu ibu atau reflek rootingnya tidak baik.


4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah potensial

pada BBL

Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melalukan konsultasi dan

kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Contohnya

bayi dengan asfiksia.

5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Penyusunan rencana asuhan secara menyeluruh pada BBL yaitu :

a. Rencanakan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan

melakukan kontak antara kulit ibu dan bayi ,periksa setiap 15 menit telapak

kaki dan pastikan dengan periksa suhuaksila bayi

b. Rencanakan perawatan mata dengan menggunakan obat mata eritromisin

0.5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit menular seksual

c. Rencanakan untuk memberikan identitas bayi dengan memberikan gelang

tertulis nama bayi / ibu , tanggal lahir , no , jenis kelamin, ruang/unit .

d. Tunjukan bayi kepada orangtua

e. Segera kontak dengan ibu , kemudian dorong untuk melalukan pemberian ASI

f. Berikan vit k per oral 1mg/ hari selama 3 hari untuk mencegah perdarahan

pada bayi normal, bagi bayi beresiko tinggi, berikan melalui parental dosis

dengan IM 0.5-1mg I

g. Lakukan perawatan tali pusat

h. h.Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI

,perawatan tali pusat dan tanda bahaya umum

i. Berikanimunisasi seperti BCG,POLIO, Hepatitis B

j. Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu

6. Melaksanakan perencanaan

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang


menyeluruh dan dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada BBL.

Contohnya menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat.

7. Evaluasi

Evaluasi pada BBL dapat menggunakan

SOAP S : Data Subjektif

Berisi data dari pasien melalui anamnese (wawancara) yang merupakan

ungkapan langsung seperti menangis atau informasi dari ibu.Contohnya ibu

mengatakan senang dengan kehadiran bayinya saat ini dan ingin mengetahui

berat dan panjang bayi.

O : Data objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik pada BBL.

Contohnya pengukuran berat badan dan panjang bayi.

A : Analisis dan interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan melalui

diagnosis , antisipasi diagnosis atau masalah potensial , serta perlu tidaknya

tindakan segera. Contohnya P3A0 dengan reflek rooting negatif.

P : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri , kolaborasi , tes diagnosis , atau laboratorium , serta

konseling untuk tindak lanjut .Contohnya : Menganjurkan ibu untuk tetap

menyusui bayinya untuk merangsang keluarnya ASI


TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 27 Februari 2023 Jam : 18.00

WIB Ruang : Ibu dan bayi

I. PENGKAJIAN

A. Data Subjektif

1. Biodata

Nama klien : Bayi Ny “Z”

Umur : 0 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

No register : 51222

Nama Ayah : Tn “A” Nama Ibu : Ny “ Z”

Umur : 30 Tahun Umur : 27 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT

Penghasilan : Rp 2.000.000 Penghasilan : -

Alamat : Jl. Kahuripan Alamat : Jl. Kahuripan

2. Alasan datang

3. Keluhan Utama

bayi tidak segera menangis kuat, warna kulit kebiruan, tonus otot lemah

4. Riwayat Kesehatan

a.Penyakit yang lalu


Tidak Ada
b. Penyakit sekarang

Tidak Ada

c.Penyakit Keluarga

Tidak Ada

d. Riwayat Pranatal. Natal dan post natal

1) Pranatal

 Ini merupakan anak kedua dan pada kehamilan ini tidak

mengalami komplikasi seperti DM, Ashma, Hepatitis,

Jantung, dll.

 ANC 6 kali di PMB Sri Murtini.

 Umur kehamilan ibu cukup bulan dengan usia gestasi 38

minggu

 Keluhan saat hamil :

TMI : Mual.

TMI : Tidak ada keluhan.

TMIII : Tidak bisa tidur, punggung terasa panas

2) Natal

 Ibu melahirkan dengan normal tanggal 27 Februari 2023

Jam 18.00 WIB dengan BB : 3400 gram PB : 50 cm

 A /S :6/7 tidak segera menangis RR : 27 x/menit S : 35.60C N

: 45 x/menit Anus : (+). Tidak ada cacat maupun kelainan.

3) Post natal

 K/U Bayi Lemah

TTV : RR : 42 x/menit S : 35.6ºC N : 120 x/menit. Bayi

di hangatkan dalam inkubator, Bayi sudah mendapatkan


imunisasi, tali pusat dibungkus dengan kasa kering steril.

 2 jam PP TFU 2 jari bawah pusat, perdarahan ± 20 cc.

T : 110/80 mmHg N : 84x/mnt S : 36ºC UC : Baik

VU : Kosong

5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

a.Pertumbuhan

belum terlihat signifikan

b. Perkembangan

Motorik : Masih lemah

Adaptif : Bayi tidur sepanjang siang dan malam

Bahasa : Saat bayi basah karena buang air kecil maupun

besar, atau ketika lapar dan ingin meyusu

bahasa bayi menangis

Social personal : Kesel jika air susu ibu gak keluar dan akan menangis

6. Riwayat Psikososial : Ibu dan keluarga telah mempersiapkan diri untuk

menerima anggota baru dalam keluarganya, Ibu sangat bahagia dengan

kelahiran anak pertamanya.

7. Riwayat Imunisasi

Imunisasi HB 0 Tgl: 27 februari 2023 Vit K1 1 jam setelah lahir

Reaksi setelah pemberian imunisasi : Tidak ada

Reaksi setelah pemberianVit K1: Tidak ada

8. Pola kebiasaan sehari-hari

Nutrisi : belum minum asi

Eliminasi : BAB (+) BAK (-)

Istirahat : Bayi lebih banyak tidur, bangun ketika lapar, BAK, dan

BAB Aktivitas : belum ada


PH : Tidak ada

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : composmentis

TTV :

HR : 45x/menit

RR : 27x/menit

Suhu : 35,30C

Antropometri

BB : 3400 kg

PB : 50 cm

Lila : 11 cm

Lika : 30 cm

FO = 30 cm

MO = 31 cm

SOB = 31 cm

Lida : 32 cm

2. Pemeriksaan Khusus

Kepala : Rambut hitam tipis, caput suksodanum (+), tidak ada

cepal hematoma.

Muka : Simetris, kulit merah.


Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus,

tidak ada hematoma.

Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada kelainan.

Mulut : Bibir tidak sumbing, simetris, reflek menghisap baik, tidak ada
gigi susu, lidah bersih.

Leher : Tidak ada pembesaran kel. Tyroid dan pembesaran

vena jugularis.

Dada : Simetris, tidak ada retraksi intercosta, tidak ada wheezingronchi.

Abdomen : Tidak ada pembesaran hepar, tali pusat basa, tidak ada

tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida,

lurus. Genetalia : Labia mayora menutupi labia

minora

Anus : Ada lubang anus.

Extremitas : Simetris, jumlah jari kaki dan tangan normal tidak adapolidaktil

syndaktil.

a. Refleks primitive

Rooting : Jika pipi bayi disentuh dengan jari pemeriksa maka

akan menolehkan kepalanya mencari sentuhan itu.

Sucking : belum ada reflek

Swallowing : Belum ada reflek yang ditunjukkan dengan gerakan

menelan benda yang di dekatkan ke mulut

Morro : belum ada reflek

Grasphing : belum ada

reflek.

Babinski : belum ada reflek

b. Pemeriksaan Penunjang

Tidak Ada

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa : NCB SMK 1 menit dengan asfiksia ringan

DS : Ibu mengatakan usia kehamilannya 40 minggu DO

:
K/U Bayi Lemah

TTV : HR : 45X/menit RR : 27 x/menit S : 35.2ºC Bayi sudah

mendapatkan imunisasi, tali pusat dibungkus dengan kasa kering

steril .PB : 50 cm, Lila : 11 cm, Lika: 30 cm, FO: 30 cm MO: 31 cm

SOB: 31cm Lida: 32 cm, akral dingin

B. Masalah: -

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL

Terjadinya kematian

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Lakukan HAIKAP

V. INTERVENSI

Diagnosa : NCB SMK 1 menit dengan asfiksia ringan

Tujuan : Asfiksia pada bayi baru lahir dapat teratasi dengan cepat.

Kriteria Hasil :

1. Keadaan umum bayi baik.

2. Bayi bernafas spontan dan tanpa kesulitan, menangis segera.

3. Gerakan aktif.

4. Bayi tidak sianosis.

5. Tanda-tanda vital dalam batas normal :

a. Frekuensi jantung : 120-160 kali/menit.

b. Pernafasan : 40-60 kali/menit

c. Suhu : 36,5 °c - 37,5 °c

6. Bayi tidak mengalami gangguan metabolisme (BAB dan BAK


lancar), urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama setelah

lahir.

7. Refleks isap dan menelan baik

Intervensi : 27 Februari 2023, pukul 18.00 wib

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi lalu gunakan sarung tangan

saat memegang bayi.

Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

2. Potong tali pusat bayi segera setelah lahir.

Rasional : dengan memotong tali pusat akan memutuskan hubungan bayi dengan

ibu dan membantu proses pernapasan dan sirkulasi.

3. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan

hangat untuk melakukan pertolongan.

Rasional : suhu intrauterine dan ekstrauterine sangat berbeda dimana pada saat

bayi lahir penyesuain suhu diluar kandungan sangat memerlukan pengawasan

agar tidak terjadi kehilangan panas.

4. Memposisikan bayi dengan baik (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi

atau mengganjal bahu bayi dengan kain).

Rasional : untuk membuka jalan nafas bayi.

5. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia seperti deele.

Rasional : untuk memperlancar proses respirasi sehingga bayi dapat bernafas

secara teratur tanpa kesulitan

6. Bungkus bayi dengan selimut bersih dan kering.

Rasional : untuk mencegah kehilangan panas pada bayi


7. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk punggung dan kaki

Rasional : untuk merangsang agar bayi dapat bernafas secara spontan.

8. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha

nafas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit.

Rasional : untuk mengetahui kondisi bayi untuk menentukan apakah tindakan

resusitasi diperlukan.

9. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan ambubag

sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas spontan dan

frekuensi jantung >100 kali/menit.

Rasional : Tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan

positif, membuka alveoli untuk bernafas secara spontan dan teratur.

10. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik.

Rasional : untuk menilai pernapasan setelah tindakan ventilasi tekanan positif.

11. Jika tindakan Ventilasi Tekanan Positif berhasil, hentikan ventilasi dan berikan

asuhan pasca resusitasi.

Rasional : agar bayi dapat segera diberikan asuhan.

12. Melakukan perawat tali pusat.

Rasional : untuk menghindari adanya tanda-tanda infeksi pada bayi.

13. Injeksi vitamin K (Neo-K phytonadione) 0,05 cc

Rasional : untuk mencegah terjadinya

perdarahan.

14. Memberikan salep mata

Rasional : untuk mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir.


15. Melakukan pemeriksaan fisik
Rasional : untuk mendeteksi dini kelainan fisik pada bayi.

16. Berikan imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, di paha kanan

anterolateral,kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.

Rasional : hepatitis B untuk member kekebalan pada tubuh bayi

17. Jika bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan,

nilai denyut jantung.

Rasional : agar bayi segera mendapat pertolongan dangan cepat dan tepat.

18. Observasi TTV tiap 15 menit

Rasional : mengukur TTV bayi merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui keadaan umum bayi sehingga dapat dilakukan tindakan segera

saat tanda-tanda vitalnya terdeteksi diluar batas norma

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal 27 Februari 2023 Jam 18.00 WIB

Dx : NCB SMK 1 menit dengan asfiksia

ringan

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi dan

menggunakan sarungtangan saat memegang bayi.

2. Potong tali pusat bayi segera setelah lahir.

3. Menilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung.

4. Membungkus bayi dengan selimut bersih dan kering.


5. Mengatur posisi bayi dengan benar (kepala tengadah/sedikit ekstensi atau dapat

meletakkan handuk/kain di bawah bahu bayi..

6. Membersihkan jalan nafas dari lendir dengan menggunakan deele

7. Mengeringkan bayi dan melakukan rangsangan taktil.


8 Melakukan perawatan tali pusat.
9. Menginjeksi vitamin K ( Neo-K phytonadione ) 0,05 cc.
10. Memberikan salep mata
11. Mengobservasi TTV tiap 15 menit.

VII EVALUASI 27 Februari 2023, pukul 18.20 wib

S:

1. Ibu melahirkan dengan normal tanggal 27 Februari 2023 Jam 18.00 WIB

2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak segera menangis dan saat ini sudah

bisa menangis.

O:

1. Bayi sudah menangis kuat

2. Tonus otot membaik.

3. Refleks hisap dan moro sudah ada.

4. Tali pusat masih tampak basah dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

5. Tanda-tanda vital:

a. Frekuensi jantung : 136 kali/menit.

b. Pernafasan :55 kali/menit.

c. Suhu : 36,8°c

A:NCB SMK 5 menit dengan post resusitasi

P:

1. Memberitahu keluarga kondisi bayi saat ini bahwa bayi sudah mulai membaik.

2. Mengobservasi keadaan umum bayi

3. Memberikan ASI pada bayi sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai