STASE MATERNITAS
Oleh :
RAHMAD HIDAYAT
NIM : 2022207209069
TAHUN 2022
A. Pengertian BBL
Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu dan
lahir dari umur kelahiran 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500
gram (Sugiyarti,2000). Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh
dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
(Dewi, 2011).
Pada bayi baru lahir (BBL) terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi :
1. Sistem Pernafasan
neonatus dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena
proses ini melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan tekanan
Awal adanya nafas, dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
secara mekanis.
2. Sistem Kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali pusat
Sirkulasi perifer pada BBL agak lambat sehingga terjadi sianosis residual pada
area tangan, kaki, & sirkumoral BBL. Frekuensi nadi cenderung tidak stabil &
mengikuti pola yang serupa dengan pernapasan. Frekuensi nadi normal 120-
160 x/menit.
Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk
kejaringan sehingga harus terjadi dua hal : penutupan voramen ovale dan
4. Sistem Gastrointestinal
Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan repleks gumog dan
reflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir,
kemampuan ini masih cukup selain mencerna ASI, hubungan antara esophagus
bawah dan lambung masih belum sempurna maka akan menyebakan gumoh
pada bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat terbatas kurang dari 30 cc, dan
infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan memberikan kekebalan alami
Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi temperatur
lingkungan sekitar tidak disiapkan dengan baik, bayi tersebut dapat mengalami
gangguan fatal.
lebih rendah)
d) Radiasi (pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin di dekat
tubuh bayi)
7. Sistem Muskuloskeletal
otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses
hipertrofi. Tumpang tindih atau moulagu dapat terjadi pada waktu lahir karena
ini dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan. Ubun-ubun besar akan
tetep terbuka hingga usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼
8. Sistem Saraf
Adanya beberapa aktivitas reflek yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan
adanya kerja sama antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal. Reflek pada
a) refleks moro
seseorang.
didapatkan dengan cara menstimulus bayi dengan sebuah objek, atau dengan
suara pemeriksa. Respon bayi berupa gerakan memutar kepala ke kanan dan
c) Reflek rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan
d) Reflek sucking
Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap puting susu dan
menelan ASI.
Reflek ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari kaki
membengkok kesamping.
j) Reflek bauer/merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.
Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan sedikit verniks
kaseosa. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit tembus pandang dan banyak
verniks. Pada saat lahir, tidak semua verniks dihilangkan karena absorpasi oleh
kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan
memerlukan bedak atau cream karena zat-zat kimia dapat memengaruhi pH kulit
bayi.
4. Memberikan vitamin K.
a) Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan
seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling lengkap
dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama (ASI Eksklusif).
fisik dan tidur karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu
mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk
dini:
Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan dan
belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps) orang tua perlu merangsang
hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-
semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin kompleks/luas
multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.- stimulasi mental
1. Pengkajian
Pengkajian fisik
APGAR SCORE
a. Pengukuran umum :
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkat kepala
Panjang kepala ke tumit
BBL
b. Tanda vital :
Suhu
Frekwensi jantung
Pernafasan 30-60x/m
Tekanan darah
c. Kulit :
Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
Vernik kaseosa
Lanugo
Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum
atau labia.
d. Kepala
Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
Fontanel harus datar, lunak dan padat
Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari
sututa kesutura
e. Mata :
Kelopak mata
Warna
Tidak ada air mata
Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon
cahayaatau sentuhan)
Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis
tengah.
f. Telinga :
Posisi telinga
Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiba-
tiba
Pina lentur adanya kartilago.
g. Hidung :
Patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersih.
i. Leher :
Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik,
refleksneck-righting, refleks otolith righting
j. Dada :
Diameter anterior posterior dan lateral sama
Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
k. Paru-paru :
Pernafasan abdominal
Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
Bunyi nafas bronchial sama secara bilaterall.
l. Jantung :
Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum.
Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1.
m. Abdomen :
Bentuk silindris
Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama
Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus
Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1
vena
Nadi femoral bilateral sama
n. Genetalia wanita :
Labia dan klitoris biasanya edema
Labia minora lebih besar dari labia mayora
Meatus uretral di belakang klitoris
Verniks kaseosa di antara labia
Berkemih dalam 24 jam
p. Ekstrimitas :
10 jari kaki dan tangan
Rentang gerak penuh
Punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah
lahir
2. Diagnosa Keperawatan
c) Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
3. Intervensi Keperawatan
2 Resti hipotermi Setelah diberikan asuhan 1. Segera bungkus bayi 1. Mencegah penguapan suhu
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 dengan selimut kering. melalui evaporasi
perubahan suhu jam diharapkan hipotermi 2. Observasi suhu bayi tiap 4 2. Deteksi dini bila terjadi
tidak menjadi aktual jam hipotermi
dengan kriteria hasil : suhu 3. Jaga lingkungan tetap 3. Mencegah penguapan suhu
tubuh keadaan normal hangat dan kering
4. Dekatkan bayi dengan ibu 4. Dekapan ibu membuat bayi
sesering mungkin merasa hangat
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya bau atau cairan 1. Cairan pada tali pusat dapat
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 pada tali pusat menunjukkan adanya infeksi
sumbatan atau kotoran jam diharapkan tidak 2. Lakukan perawatan pada tali 2. Alcohol dapat mencegah
pada tali pusat terjadi infeksi pada tali pusat dengan alcohol infeksi yang terjadi pda tali
pusat dengan kriteria pusat
hasil : 3. Ganti nouvel gauze pada tali 3. Nouvel gauze diganti untuk
i. Tidak ada tanda-tanda pusat setiap habis mandi mencegah terjadinya infeksi
infeksi 4. Kaji adanya tanda-tanda 4. Peningkatan suhu tubuh,
ii. Tidak ada pess infeksi seperti peningkatan kemerahan disekitartali pusat
iii. Tali pusat tetap suhu tubuh, kemerahan dapat menunjukkan adanya
keadaan bersih dan disekitar tali pusat. infeksi
lembab 5. Cuci tangan sebelum dan 5. mencuci dapat mencegah
sesudah melakukan tindakan terjadinya infeksi nosokomial
6. Jaga lingkungan tetap bersih 6. Lingkungan yang bersih dapat
menjaga kesehatan janin
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta Salemba Medika Doengoes E.
Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta